Kamis, 30 Juni 2016

Bagaimana Ku Kan Bernyanyi.


(by Gerson Rehatta).
 Bagaimana ku kan bernyanyi
Tentang kasih cintaMu
Dapatkah kurangkai puisi tentang pengorbananMu
Duri yang pedih menggantikan mahkota kemuliaanMu Tuhan
Karna diriku yang berdosa nyawa Kau serahkan

Kau balut luka di hatiku dengan kasih yang tulus
Dosa yang merasuk  Kau basuh dengan darahMu kudus
Entah berapa kali daku berkhianat padaMu Tuhan
Mengapa setiaMu ya Tuhan tetap kepadaku

Sungguh ku tak mampu membalas  kasih dan setiaMu  Tuhan
Bagiku yang hina ini Kau rela berkorban
Apakah  ku sanggup membalas kasih dan setiaMu  Tuhan
Sebagaimana adanya  daku kuberserah padaMu.
INTRO:
Kau balut luka di hatiku dengan kasih yang tulus
Dosa yang merasuk  Kau basuh dengan darahMu kudus
Entah berapa kali daku berkhianat padaMu Tuhan
Mengapa setiaMu ya Tuhan tetap kepadaku

Sungguh ku tak mampu membalas  kasih dan setiaMu  Tuhan
Bagiku yang hina ini Kau rela berkorban
Apakah  ku sanggup membalas kasih dan setiaMu  Tuhan
Sebagaimana adanya  daku kuberserah padaMu. 2x.

Rabu, 22 Juni 2016

Catatan Memulai Kelompok Kecil

CONTOH VISI KELOMPOK KECIL:
   "Menjadi komunitas orang beriman kepada Kristus, yang bertumbuh secara rohani melalui pendalaman Alkitab dan bertumbuh dalam relasi dengan sesama dalam hal saling melayani dan memperhatikan".
RENCANAKAN BERSAMA:
-Waktu
-Tempat pelaksanaan.
-Aturan dasar kelompok (pilih waktu dan tempat yang paling nyaman untuk seluruh anggota kelompok}/
ATURAN DASAR KELOMPOK:
-Setiap anggota berhak mengungkapkan pikiran/pertanyaan tanpa ditertawakan oleh anggota kelompok yang lain.
-Semua hal yang dibicarakan didalam kelompok akan menjadi rahasia kelompok.
MENJADI KELOMPOK :
-Yang melayani orang lain.
-Melayani bersama.
-Belajar Alkitab dan berdoa.
KELOMPOK KECIL YANG SEHAT MEMILIKI 4 FUNGSI:
-Kebersamaan.
-Saling memperhatikan.
-Belajar Bersama, dan
-Mengerjakan bersama.
(Dasarnya ialah: Kasih kepada Kristus dan kepada sesama.)
-Ibarat sebuah keluarga.
                                ====hms.
  

Sabtu, 18 Juni 2016

Membentuk dan Memimpin Kelompok Kecil.



Membentuk dan Memimpin Kelompok Kecil
“Bagaimana cara kita untuk membentuk dan memimpin sebuah kelompok kecil dengan baik jika kita bukan seorang pendeta atau berlatar belakang teologi?” Pertanyaan ini kerap muncul dalam diri kita yang awam. Terkadang ketakutan dan keraguan sudah menghampiri diri sebelum kita memulainya. Karena itu, dalam artikel Seven Steps ini, penulis akan menyampaikan gagasan mengenai kelompok kecil beserta langkah-langkah untuk membentuk dan memimpin sebuah kelompok kecil.
Kelompok kecil dapat diartikan sebagai kumpulan orang yang sepakat bertemu muka dengan muka, dalam jumlah yang bervariasi (mulai dari 5-10 orang), dan bertemu secara teratur untuk mencapai suatu tujuan.
Mengapa harus sebuah kelompok kecil? Karena kelompok kecil merupakan salah satu sarana pendidikan gerejawi. Strategi pelayanan Tuhan Yesus, Paulus, dan para rasul lainnya berawal dari sebuah kelompok kecil. Yesus memiliki kelompok tiga murid (Petrus, Yohanes, dan Yakobus), dua belas murid, yang kemudian memengaruhi dan melayani kelompok 70 murid, kelompok 5.000, dan seterusnya. Paulus pun selalu menginjili dan melayani dalam tim, bersama dengan orang-orang yang setia dan terbina, seperti Timotius, Silas, Titus, Epafras, Markus, dan Epafroditus.
Sebuah kelompok kecil membuka terjadinya komunikasi timbal balik ke segala arah. Semua anggota dimungkinkan untuk berperan serta secara aktif dan bermakna. Atmosfer ini memungkinkan terciptanya kesadaran anggota akan tanggung jawab mereka dan membuka kesempatan bagi anggota untuk terlibat lebih aktif. Kelompok kecil juga memungkinkan suasana belajar yang ideal. Peserta bukan saja menerima, tetapi menemukan bersama-sama. Sehingga pada akhirnya tujuan kristiani yang dimaksud pun akan tercapai, yaitu untuk menolong orang bertumbuh secara pribadi dalam hubungan mereka dengan Yesus Kristus. Melalui kelompok kecil kita bersama-sama melakukan pekerjaan Allah dengan bantuan Roh Kudus untuk menuntun orang mengambil langkah iman di dalam Yesus Kristus.
Berikut ini Seven Steps yang dapat digunakan untuk membentuk dan memimpin kelompok kecil.
1. MEMILIKI HASRAT YANG SAMA
Tanyakan kepada setiap anggota, apakah ada kerinduan untuk mempelajari Firman Tuhan secara bersama-sama dan mengalami perubahan rohani.
Sebuah kelompok bisa terbentuk karena kesamaan tujuan yang mereka miliki satu sama lain. Passion (hasrat) yang sama adalah fondasi yang kuat dalam membentuk sebuah kelompok yang langgeng. Demikian juga dengan sebuah kelompok kecil. Dalam hal ini adalah passion untuk mempelajari Firman Tuhan secara mendalam bersama rekan rohani kita. Bukan hanya sampai pada tahap mempelajari saja, tapi setiap anggota juga harus mempunyai kerinduan untuk mengalami perubahan rohani. Ketika seseorang memiliki passion yang sama dengan anggota kelompok yang lain maka sebuah kelompok kecil bisa terbentuk dan mulai dibangun. Perhatikan dan doakanlah mereka yang Anda ingin undang untuk masuk dalam kelompok.
2. MENETAPKAN VISI KELOMPOK
Rumuskan dan tuliskanlah visi bersama kelompok Anda sehingga dapat menjadi acuan bersama.
Visi adalah gambaran tentang masa depan yang diharapkan terjadi. Visi bisa memberikan inspirasi. Visi bersifat mendesak dan bisa mengerahkan anggota kelompok untuk bergerak. Dengan adanya kesamaan visi maka setiap anggota mempunyai “panduan” untuk mencapai garis akhir yang sama dengan anggota kelompok yang lain. Sebagai contoh, pernyataan visi sebuah kelompok adalah sebagai berikut: Menjadi komunitas orang beriman kepada Kristus, yang bertumbuh secara rohani melalui pendalaman Alkitab dan bertumbuh dalam relasi dengan sesama dalam hal saling melayani dan memperhatikan.
3. PENGELOMPOKAN DAN MENETAPKAN BAHAN PEMBELAJARAN
Pengelompokan bisa dilakukan dengan mempertimbangkan wilayah atau menurut kegiatan pelayanan, seperti kelompok kecil guru Sekolah Sabat, kelompok kecil anggota Paduan Suara, atau kelompok kecil Pengurus Pemuda, kelompok kecil di lingkungan kerja, dan lain sebagainya. Agar tercipta suasana persekutuan yang hangat, ada baiknya bila jumlah anggota dibatasi antara 5-10 orang dalam setiap kelompok. Selain itu, pilihlah bahan pembelajaran yang mendukung keterlibatan seluruh anggota kelompok. Bahan pembelajaran yang baik tidak hanya membahas Alkitab secara umum, tetapi juga membantu penerapan Alkitab dalam kehidupan setiap anggota kelompok.
4. MERENCANAKAN DAN MELAKUKAN BERSAMA-SAMA
Menciptakan kelompok kecil yang sehat harus dimulai dengan rencana bersama. Beberapa hal yang harus direncanakan bersama adalah waktu, tempat pelaksanaan, dan aturan dasar kelompok. Pilihlah waktu dan tempat yang paling nyaman untuk seluruh anggota kelompok. Selain itu, sebuah kelompok kecil juga harus menetapkan aturan dasar kelompok, sebagai contoh: setiap anggota berhak mengungkapkan pikiran atau pertanyaan tanpa ditertawakan oleh anggota kelompok yang lain, semua hal yang dibicarakan di dalam kelompok akan menjadi rahasia kelompok, dan lain sebagainya. Setelah kesepakatan telah diambil bersama, maka keputusan itu pun harus dijalankan bersama secara konsisten agar kelompok bertumbuh dan berkembang dengan baik.
5. MENJADI PEMIMPIN YANG MELAKUKAN PELAYANAN DENGAN KASIH
Tuhan Yesus memanggil kita untuk saling mengasihi (Yoh. 13:35) dan menjangkau dunia yang terhilang (Mat. 28: 18-20). Untuk menunaikan kedua panggilan itu, diperlukan kelompok yang mengembangkan keintiman dan keterbukaan. Dan pemimpin yang baik harus mampu menjadi model yang baik bagi anggotanya dalam hal kasih sehingga keintiman dan keterbukaan itu bisa terjalin. Selain itu, kerendahan hati dan pertumbuhan rohani berkembang ketika Anda melayani orang lain. Kelompok yang melayani bersama akan membentuk tali komunitas yang lebih kuat daripada kelompok yang hanya bertemu untuk mempelajari Alkitab dan berdoa. Sebuah kelompok kecil yang sehat harus memiliki 4 fungsi, yaitu kebersamaan, saling memperhatikan, belajar bersama, dan mengerjakan bersama. Dasar dari semuanya itu adalah kasih kepada Kristus dan kasih kepada sesama.
6. PEMIMPIN YANG MELAKUKAN PENGGEMBALAAN DENGAN INTENSIF
Apakah kita harus terfokus pada memberikan perhatian atau melakukan pemuridan? Jawabannya adalah kedua-duanya. Kelompok yang saling mendukung untuk bertumbuh dan memberikan perhatian kepada yang membutuhkan biasanya jarang menghadapi masalah kehadiran. Jika kita saling memperhatikan kepada yang membutuhkan, kita menyatakan bahwa kelompok itu ibarat sebuah keluarga. Jika kita saling memuridkan dalam pelayanan dan pertumbuhan, kita sedang memperlengkapi para anggota untuk menghadapi dunia ini (1Tes. 5:11).
7. MENJADI PEMIMPIN YANG MENDUKUNG KONFLIK YANG SEHAT
Konflik di dalam kelompok pasti terjadi. Persoalan sebenarnya adalah “Bagaimana kita menangani masalah relasi tanpa menghancurkan komunitas yang sedang dibangun?” Beberapa orang tetap berlaku ramah ketika terjadi masalah relasi. Mereka berharap dengan tetap berbuat baik kepada orang yang bersangkutan dan tidak pernah menunjukkan kesalahan atau kebiasaan dosanya maka persoalan akan hilang. Beberapa yang lain lebih memilih konfrontasi langsung dan bersemangat menunjukkan kesalahan dan menuntut pertobatan dan penyesalan. Keramahan dan konfrontasi jika digabungkan dengan baik akan membawa pemulihan dan menciptakan suasana yang dapat membantu kita menghadapi masalah yang sulit. Tentu semuanya harus dilakukan dalam kebenaran dan kasih karunia (Ef. 4:25-32).
Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita harus senantiasa tinggal di dalam-Nya agar dapat berbuah dan menghasilkan buah yang banyak (Yoh. 15:4-5). Demikian juga halnya ketika kita membentuk sebuah kelompok kecil. Berdoalah agar Tuhan memberikan kekuatan kepada kita dalam melaksanakan tugas panggilan kita. Selamat mencoba dan bertumbuh bagi Tuhan melalui kelompok kecil!
======================================================hms======

Mission Statement Agape Group/Ministry.



MISSION STATEMENT SECARA UMUM: AGAPE GROUP
“KITA BERKUMPUL DISINI UNTUK MENGENAL/MENGETAHUI  ALLAH LEBIH MENDALAM DAN MEMBUAT ALLAH DI KENAL/DIKETAHUI ”.
 KITA BERKUMPUL DI SINI :
   Allah menciptakan kita untuk berada dalam sebuh keluarga.
   Efesus 2:19-20  “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.”
    Menyadari betapa mudahnya kita menjadi tawar hati dan menurunnya suhu kerohanian maka Allah telah merancang gereja (small group) untuk menjadi Rumah Tangga dimana kita bisa melindungi hati kita dan dengan semangat memuji dan memuliakan Allah dalam kehidupan kita.
   Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa keluarga Allah bukan hanya tempat dimana orang berbaur hanya sekali dalam seminggu saja, melainkan sekelompok orang/umat yang berkumpul bersama-sama sesering mungkin untuk saling menguatkan satu dengan yang lain.  Bukanlah hanya kuantitas jumlah berapa kali kita bertemu bersama-sama tetapi juga yang penting adalah jumlah kualitas dan kedalaman hubungan kita yang akan membantu untuk melindungi hati kita supaya tetap berserah kepada Allah.
 Efesus 4:15,16 “tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah seluruh tubuh,--yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih”.
 Ibrani 10:24-25 “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.  Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”
 Kita berkomitmen untuk datang memprioritaskan waktu kita datang berbakti, bersekutu beribadah setiap Sabat, Rabu pertengahan minggu dan kelompok pendalaman Alkitab.
 MENGENAL TUHAN:
   Kisah 13:22 “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku”.
   Daud memiliki hubungan intim dengan Tuhan. Dari dalam kitab Mazmur kita mengetahui bahwa dia rindu dan memerlukan Allah.  Hubungan Daud dengan Allah adalah menjadi satu inspirasi bagi kita semua.
 Lukas 10:27 “Jawab orang itu: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
   Sebagai anggota keluarga Allah, Tuhan memanggil kita untuk mengasihi Dia dan sesame kita.
 DAN MEMBUAT ALLAH DIKENAL:
   Membuat Allah diketahui/dikenal bagi orang yang hilang yang ada mungkin disekitar kita.  Ini adalah tentang menjadi garam dan terang bagi duni.
   Untuk hal ini kita tidak perlu takut dan malu.
   Membuat Allah dikenal berarti menyelaraskan hati kita dengan hati-Nya.  Membuat Allah dikenal adalah hal yang penting bagi Dia yang telah menciptakan kita.
 ========================================

Penginjilan Melalui Pujian.



1.Pengertian Penginjilan
Penginjilan adalah sebuah kosa kata yang sangat umum dalam kehidupan kita sebagai orang kristen dan sebagai warga gereja. Sebagai sebuah kata yang umum, makna dan pengertian akan penginjilan ternyata masih banyak disalah-mengerti oleh orang kristen. Penginjilan sering dianggap sebagai tugas dari seorang hamba Tuhan belaka dan bukan tugas bagi semua orang percaya tanpa terkecuali. Hal ini akan bertambah kompleks ketika bebicara tentang cara dan metode penginjilan yang berbeda-beda.
Dasar Alkitabiah
Sebelum membahas akan penginjilan, penulis akan menyajikan dasar Alkitabiah yang paling jelas bagi penginjilan yaitu Amanat Agung Kristus yang berbunyi: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Bagian Firman Tuhan ini disebut sebagai Amanat Agung karena diberikan oleh Yesus setelah kebangkitan-Nya dan menjelang kenaikan-Nya ke sorga kepada semua orang percaya tanpa terkecuali.Jadi jelaslah bahwa tugas penginjilan memang tugas bagi hamba Tuhan dan juga semua orang percaya tanpa terkecuali.Selain Amanat Agung, ada alasan-alasan lain mengapa kita harus melakukan penginjilan yaitu:
1. ALLAH menghendaki semua orang diselamatkan. (1 Timotius 2 : 3-4) “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
2. Kasih kepada KRISTUS dan sesama (2 Korintus 5: 14, 18-20). “Sebab kasih KRISTUS yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.Dan semuanya ini dari ALLAH, yang dengan perantaraan KRISTUS telah mendamaikan kita dengan diriNya, dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.Jadi kami ini adalah utusan-utusan KRISTUS……………berilah dirimu didamaikan dengan ALLAH.
3. Ketaatan sebagai bukti kasih. (Yohanes 14 : 21-23) “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku …….Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu……….
4. Kerelaan. (Yesaya 6 :18)Nabi Yesaya merupakan contoh baik dari sikap terhadap panggilan ALLAH. (1)Ada sebuah pendapat yang menarik yang ditulis oleh Yakub Tri Handoko, MTh terhadap Amanat Agung (Mat 28:19-20) sbb: Mayoritas orang memahami inti amanat agung terletak pada penginjilan (band. kata “pergilah” yang diletakkan di awal kalimat) dan langkah selanjutnya adalah pemuridan, baptisan dan pengajaran. Bagaimanapun, menurut struktur kalimat Yunani di ayat 19-20, inti amanat agung justru terletak pada pemuridan. Hal ini didasarkan pada mood imperatif untuk kata kerja “jadikanlah murid” (lit. “muridkanlah”) yang diikuti oleh tiga participle (anak kalimat), yaitu “pergi”, “baptiskanlah” dan “ajarkanlah”. Penggunaan kata “muridkanlah” di sini menempatkan penginjilan dalam konteks mempelajari hukum (ajaran) Yesus. (2).Di sini penulis tidak bermaksud membantah pendapat Handoko, tetapi ada sebuah pertanyaan yang mendasar yang perlu untuk diutarakan yaitu: tanpa melakukan penginjilan, siapa yang akan dimuridkan?.jadi jika inti dari Amanat Agung adalah memuridkan, artinya melakukan penginjilan (yang akan menghasilkan murid) adalah tindakan yang sangat penting sekali.
Pengertian Penginjilan
Ada beberapa definisi penginjilan yang ada, antara lain:
1. Archbishops Committee (tahun 1918) mendefinisikan kata menginjili/to evangelize sbb:
is so to present Christ Jesus in the power of the Holy Spirit, that men shall come to put their trust in God through Him, to accept Him as their Saviour,and serve Him as their King in the fellowship of His Church.(untuk menghadirkan Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus, sehingga semua orang akan datang dan percaya kepada Tuhan melalu Yesus, menerima Dia sebagai juruselamatnya dan untuk melayani Dia sebagai raja dalam persekutuan gereja-Nya. (3)
2. J.I. Packer mendefinisikan penginjilan sebagai memberitakan Inijil, kabar baik. Penginjilan adalah pengkomunikasian yang dilakukan oleh orang kristen sebagai penyambung lidah Allah yang menyampaikan berita pengampunan Allah kepada orang berdosa. (4)
3. The Department of Evangelism of the Presbyterian Church USA menyatakan: “Evangelism is joyfully sharing the good news of the sovereign love of God and calling people to repentance, to personal faith in Jesus Christ as savior and Lord, to active membership in the church and to obedient service in the world.” (Penginjilan adalah dengan gembira membagikan kabar baik tentang kedaulatan kasih Allah dan memanggil manusia untuk bertobat, untuk percaya secara pribadi pada Yesus sebagai juruselamat dan Allah, aktif dalam pelayanan di gereja dan untuk melayani di dunia dengan patuh.” (5)
Jawatan Penginjil adalah salah satu dari 5 jawatan yang terdapat di dalam Alkitab.Dikenal juga dengan Evangelist.Ada makna yang dalam untuk jawatan Penginjil ini, melalui artikel ini kita dapat mengupas lebih jauh makna tersebut.

  • Arti dari Jawatan Penginjil

    1. Evangelist/gospeler/revivalist : A preacher of the Christian gospel
    2. Preach : Speak, plead, or argue in favour of; Deliver a sermon
    3. Gospel : Four books in the New Testament that tell the story of Christ's life and teachings; An unquestionable truth; The body of teachings of a religious group that are generally accepted by that group; A doctrine that is believed to be of great importance
    4. Revival: The coming again into activity and prominence, An evangelistic meeting, The conversion of waste land into land suitable for use of habitation or cultivation
   Sebenarnya arti dari kata penginjil itu sangat bagus, berarti seharusnya kita bangga bila ada yang diberikan jawatan penginjil.
Katakan dengan keras,"saya bangga menjadi penginjil dan saya akan menceritakan History Yesus Kristus"
2. Pengertian Pujian
Definisi Pujian Menurut Bahasa Ibrani
Barak, kata dasar: Barak-berkat. Kata ini dipergunakan untuk: Menyanjung, memberi hormat, memberkati, memuji, merayakan, memuja, mengakui Allah sebagai sumber berkat, mengakui Allah sebagi sumber kuasa. Bentuk pujian ini menyatakan suatu sikap penghormatan dan keheningan di hadapan Allah.Tidak ada pernyataan dalam kata ini tentang ekspresi vokal ataupun ucapan.(Mazmur 103:1-2, Mazmur 103:20-23)
Shabach, berasal dari akar kata yang berarti berseru dengan suara keras. Kata ini dipergunakan untuk: Sorak kemenangan, memuji, memuliakan, memegahkan, berseru tentang kemuliaan, kuasa, kemurahan dan kasih Allah, bermegah dalam Tuhan Tetapkan pujian ini ada dalam roh kita, keluarkan lewat mulut, proklamasikan pujian ini. Dengan demikian pujian ini merupakan pekik kemenangan dan kejayaan Tuhan kita.(Mazmur 47:2, Mazmur 63:4, Mazmur 89:16, Mazmur 117:1, Yesaya 12:6)
Towdah, kata dasar: Toda–Korban syukur yang dinaikkan oleh orang-orang Israel. Kata ini diturunkan dari Yadah, yang berhubungan dengan penggunaan tangan sebagai ungkapan pengakuan, pemujaan dan pengorbanan. Kata ini dipergunakan untuk: Mengucap syukur, menaikkan korban pujian sebagai tindakan iman, memberikan pengakuan. Bentuk pujian ini harus dinaikkan dengan sukacita walaupun situasi dan kondisi tidak mengajak untuk bersukacita, yang penting adalah kita mau melakukannya.(Mazmur 42:5, Mazmur 50:23, Mazmur 69:31-32, Mazmur 100:4, Mazmur 107:22, Yesaya 51:3, II Tawarikh 29:31)
Definisi Pujian Terhadap Tuhan
Pujian kepada Tuhan adalah tindakan untuk mengagungkan, membesarkan dan memuliakan Tuhan atas apa yang telah Tuhan perbuat, apa yang sedang Tuhan perbuat dan apa yang akan Tuhan perbuat dalam hidup kita. Pujian merupakan tindakan kemauan.Pujian harus berfungsi menurut kehendak dan bukan emosi.Kita harus mau dan memutuskan untuk memuji Tuhan sekalipun kita dalam keadaan tidak senang untuk melakukannya.Pujian tidak tergantung pada perasaan hati, melainkan didasarkan pada kebesaran Tuhan (Mazmur 103).Ciri utama dari pujian adalah adanya perayaan dan sukacita yang meluap-luap. Diekspresikan dengan menyanyi, memekik, memainkan alat musik, manari-nari dan ekspresi luar yang lain. Arah pujian yaitu sesuatu yang kita tujukan langsung kepada Tuhan (bersifat vertikal) pujian pengagungan. Dan sesuatu yang kita ungkapkan kepada orang lain tentang Tuhan (bersifat horizontal).
Pertanyaan: "Apa arti dari ibadah Kristen?"

Jawaban: Artidarikata YunaniPerjanjian Baruyang palingsering diterjemahkan"menyembah" (proskuneo) adalah"jatuh sebelum" atau"sujud." Ibadahadalah keadaan(sikap) semangat. Karenaitu adalah, aksi individuinternal,bisa/harus dilakukansebagian besar waktu(atau sepanjang waktu) dalam hidup kita, terlepas daritempat atau situasi(Yohanes 4:21). Oleh karena itu, orang-orang Kristenmenyembahsepanjang waktu, tujuh hari seminggu. Ketikaorang-orang Kristensecara resmiberkumpuldalam ibadah, masihpenekananharus padaindividumenyembah Tuhan. Bahkan dalamjemaat, pesertaperlu menyadaribahwa merekamenyembahTuhan sepenuhnyasecara individual.

Sifat ibadahKristen adalahdari dalam ke luardanmemilikidua bagianyang sama pentingnya. Kita harusmenyembah"dalamroh dan kebenaran" (Yohanes 4: 23-24). Menyembahdalam rohtidak ada hubungannyadenganposturfisik kita. Ini ada hubungannyadenganlubuk hatikamidan membutuhkanbeberapa hal. Pertama, kitaharus dilahirkan kembali. TanpaRoh Kudusberadadi dalam diri kita, kitatidak bisa menanggapi Allah dalam ibadahkarena kita tidakmengenal Dia. "Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan AllahkecualiRoh Allah" (1 Korintus2: 11b). RohKudusdalam diri kitaadalah orang yangmemberikan energi ibadah karena Dia pada dasarnya memuliakan diri-Nya, dan semua penyembahan yang benar memuliakan Allah.

Kedua, menyembahdalam rohmembutuhkanpikiranyang berpusat padaAllahdandiperbaharui denganKebenaran. Paulus mendorong kita untuk"mempersembahkan tubuhmu sebagaipersembahan yang hidup, yang kudusdanberkenan kepada Allah, yang merupakanibadahspiritualAnda. Janganmenjadi serupa dengan duniaini, tetapi berubahlaholehpembaharuan pikiranAnda"(Roma 12: 1b, 2b). Hanya ketikapikiran kitaberubah dariyangberpusat padahal-hal duniawiuntuk menjadiberpusat padaTuhan dapatkita menyembahdalam roh. Gangguandariberbagai jenisdapatmembanjiripikirankami saat kamimencoba untukmemujidanmemuliakan Tuhan, menghalangiibadahkita yang sebenarnya.

Ketiga, kita hanya bisamenyembahdalam rohdengan memilikihati yang murni, terbuka danbertobat. KetikahatiRaja Dauddipenuhi denganrasa bersalah atasdosanyadengan Batsyeba(2 Samuel11), iamerasa sulit untukibadah. Dia merasabahwa Tuhanjauhdari dia, dan dia"mengerang sepanjang hari" terasa berattanganAllahatasnya(Mazmur 32: 3-4). Tapi ketikadia mengaku, persekutuan dengan Allahdipulihkandan ibadahdan pujiantercurahdarinya. Dia mengertibahwa"pengorbanan Tuhanadalahjiwa yang hancur; yanghancur dan remukhati "(Mazmur 51:17). Pujian dan penyembahankepada Allahtidak bisa datangdari hatiyang penuh dengandosa yang tidak diakui.

Bagian keduadariibadat sejatiadalah ibadah"dalam kebenaran." Semuaibadahadalah tanggapan terhadapkebenaran, danapa yangadalah kebenaranyang terkandung dalamFirman Allah. Yesus berkatakepada Bapa-Nya, "Firman-Mu adalah kebenaran" (Yohanes 17: 17b). Mazmur 119mengatakan, "Taurat-Mu adalah kebenaran" (ayat. 142b) dan"Firman-Mu itu benar" (ay.160A). Untuk benar-benarmenyembah Allah, kita harus memahamisiapa Dia danapa yang telah dilakukan, dansatu-satunya tempatIatelah sepenuhnyamengungkapkandiri-NyadalamAlkitab. Ibadahadalah ekspresipujiandari kedalamanhatikita terhadapTuhan yangdipahamimelaluiFirman-Nya. Jika kitatidak memilikikebenaranAlkitab, kita tidakmengenal Allahdan kita tidakdapat benar-benarmenyembah.

Karenatindakaneksternaltidak pentingdalam ibadah Kristen, tidak ada aturanmengenai apakahkita harus duduk, berdiri, jatuh, diam, ataumenyanyikan pujiankeras sementaradalam ibadahperusahaan.Hal-hal iniharus diputuskanberdasarkan sifatdarijemaat. Yang paling pentingadalah bahwa kitamenyembah Allahdalam roh(dalam hati kita) dan kebenaran(dalam pikiran kita.)
3.Penginjilan melalui pujian
Seringkali orang menganggap bahwa Pekabaran Injil (PI) hanya dapat dilakukan dalam bentuk massal, seperti dengan mengadakan kebaktian kebangunan rohani yang dilakukan di gereja besar, atau di stadion. Dengan demikian, hanya orang tertentu yang dapat melakukannya, yaitu orang yang memiliki karunia untuk berbicara di hadapan ratusan atau ribuan orang. Padahal, itu tidak benar. Dalam Alkitab kita juga mengenal adanya pekabaran Injil yang dilakukan secara pribadi. Dengan metode ini, tidak diperlukan karunia khusus, seperti adanya kemampuan untuk berbicara di hadapan ratusan atau ribuan orang. Yang diperlukan adalah kemauan dan keberanian untuk membagikan berita Injil. Setiap orang memiliki kemampuan untuk berbicara kepada perorangan. Karena itu, metode PI pribadi dapat dilakukan oleh setiap orang yang sungguh rindu untuk melakukannya. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa melakukan pekabaran Injil? Bagaimana melakukan PI pribadi? Hal itulah yang akan kita bahas dalam artikel ini.


I. Motivasi Mengabarkan Injil

Ada satu pernyataan yang sangat menarik dan menantang saya, yaitu: “When the people know the why, they will know the how” (Jika orang-orang mengetahui mengapa melakukan sesuatu, maka mereka akan tahu bagaimana melakukannya). Karena itu, marilah kita melihat alasan mengapa mengabarkan Injil. Alkitab memberikan beberapa alasan penting mengapa kita harus mengabarkan Injil.

Pertama, karena kehendak Allah.
Allah menghendaki agar orang berdosa diselamatkan, karena itu, mereka harus mendengar berita Injil yang menyelamatkan mereka.

Kedua, karena takut akan murka Allah:

Rasul Paulus pernah menulis, “Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang…jadi kami adalah utusan2 Kristus…dalam nama Kristus kami meminta: berilah dirimu didamaikan dengan Allah” (2Kor.5:11;20).
Allah juga menyerukan melalui nabi Yehezkiel:

“Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu dari padaKu, peringatkanlah mereka atas namaKu. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati!-dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati akan kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu“ (Yehez.3:17-18).

Ketiga, karena amanat agung dan teladan Tuhan Yesus:
Dalam Injil Markus kita membaca, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk” (Mark.16:15). Jika kita membaca dan mengamati seluruh Injil, maka kita akan melihat tentang Tuhan Yesus yang memberitakan Injil: Tentu kita akan sangat tertantang membaca pernyataan Tuhan Yesus di mana Dia menyimpulkan makna kedatanganNya ke dalam dunia dengan pernyataan berikut: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang” (Mrk.1:38).

Keempat, karena didorong oleh kasih Kristus.
Rasul Paulus menegaskan kebenaran ini ketika dia mengatakan, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus sudah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (2Kor.5:14-15).

Kelima, karena teladan rasul2.
Seluruh isi kitab Kisah Para Rasul mendemonstrasikan bagaimana para rasul meresponi perintah Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kepada seluruh mahluk.

Keenam, karena kasih kepada orang berdosa.
Salah satu ayat yang sangat terkenal dalam seluruh kitab suci bicara mengenai hal ini. Rasul Yohanes menulis, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16).

Ketujuh, karena hutang kepada orang berdosa.
Rasul Paulus menulis hal ini kepada jemaat di kota Roma, “Aku berhutang, baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu…”(Ro.1:14-15).

Kedelapan, karena sukacita dan mahkota.
Kepada jemaat di Tesalonika dia menulis, “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatanganNya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami” (1Tes.2:19-20).



Kesembilan, karena maranata.

Rasul Petrus menulis:
“Jadi jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup, yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah” (2Pet.3:11-12a).

II Dasar PI Pribadi

Barangkali ada yang bertanya, “Mengapa kita harus melakukan PI pribadi? Tidakkah sebaiknya kita mengupayakan PI massal? Dengan demikian, Injil dapat didengarkan oleh sejumlah orang sekaligus, tidak hanya oleh satu orang. Apakah dasarnya PI pribadi tersebut? Untuk itu, selain karena hal tsb di atas, marilah kita lihat beberapa dasar untuk melakukan PI pribadi di bawah ini.

Pertama adalah mengikuti teladan Tuhan Yesus:
Jika kita mengamati Alkitab Perjanjian Baru, maka kita menemukan bahwa separuh dari murid Tuhan Yesus diperoleh dengan PI pribadi.

Kedua, teladan Filipus: Kis.8: 26-40.
Pada bagian ini kita melihat bahwa setelah Filipus memberitakan Injil secara besar-besaran di kota Samaria (Kis.8:4-25), malaikat Tuhan memerintahkan Filipus untuk pergi ke tempat sunyi di sekitar Gaza. Untuk apa? Ternyata bukan untuk melakukan satu penginjilan besar-besaran lainnya, namun untuk memberitakan Injil ke pada seorang sida-sida dari Etiopia.

Ketiga, kita juga melihat pentingnya PI pribadi dari pernyataan hamba Tuhan, termasuk mereka yang justru memiliki karunia dalam memimpin KKR massal, seperti Spurgeon dan Moody. Pandangan mereka kita kutip di bawah ini:

C.H.Spurgeon: “Personal witness is the work that counts most”.
D.L. Moody: “The way to reach the masses is to reach them one by one”.
Dean Inge: “Preaching is like taking a bucket of water and throwing it over a number of open-necked bottles, whereas personal soul winning is taking each bottle to the tap and filling it”.
Stephen Olford: “Preaching is likened to shaking a tree to harvest the fruit. The fruit falls all right, but so often with resultant bruising and damage. Personal evangelism is like taking a ladder and climbing into the tree to reach and pick the fruit carefully and successfully.

Keuntungan PI Pribadi:

a. Dari segi psikologis: lebih mudah. Ada orang yang takut berbicara di hadapan kelompok yang agak besar, mereka ini langsung merasa “dag dig dug”, sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan dan katakan. Namun demikian, seringkali perasaan takut seperti ini seringkali tidak muncul jika yang dihadapi adalah satu orang saja.

b.Dari segi ekonomis: lebih murah. Kebaktian kebangunan rohani (KKR) dilakukan dalam jarak waktu yang cukup lama, misalnya sekali dalam 1-2 tahun. Mengapa? Banyak penyebabnya, salah satunya adalah masalah dana. Hal ini tidak diperlukan dalam PI pribadi. Karena itu, sesungguhnya PI pribadi dapat dilakukan sesering mungkin, tergantung kerinduan dan pimpinan Roh Kudus.

c. Dari segi politis: lebih memungkinkan.

d
  Selain dari masalah dana tersebut di atas, di beberapa tempat dan daerah tertentu, sungguh tidak mudah melaksanakan KKR dengan mengundang jemaat dalam jumlah besar. Seringkali untuk melaksanakan hal ini diperlukan pengurusan surat izin, yang kadangkala berakhir dengan kegagalan. Dalam kondisi seperti ini, PI pribadi menjadi jawaban yang sangat tepat, karena tidak ada orang atau peraturan yang dapat melarang orang melakukan PI Pribadi.

III Bagaimana melakukan Pekabaran Injil?

“No action talk only”, demikian bunyi sebuah pernyataan yang menyindir berbagai teori tanpa tindakan kongkrit. Karena itu, sekarang kita akan melihat bagaimana PI itu dapat dilaksanakan.
Ada tiga hal yang sangat penting untuk diketahui dalam pemberitaan Injil.

Pertama, mengenal kondisi orang yang akan diinjili.
Siapakah orang berdosa itu sesungguhnya? Menurut rasul Paulus dalam Efesus 2:1-3, kondisi manusia di luar Kristus adalah:

Pertama, mati secara rohani.
Karena kematian rohani inilah Alkitab menggambarkan manusia berdosa sebagai “BUTUTUL”. Maksudnya, buta, tuli dan tumpul.

Kedua, manusia ada dalam perbudakan dosa.
Gambaran manusia yang diperbudak oleh dosa sangat menonjol dalam surat-surat Paulus. Kepada jemaat di Roma dia menegaskan hal tersebut dengan mengatakan, “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu adalah kematian”(Ro.6:20-21; baca juga 7:14,24).

Ketiga, manusia seharusnya dimurkai.
Sebagai akibat dari perbudakan dosa tersebut di atas, maka sangat wajar bila akhirnya manusia seharusnya berada dalam murka Allah. Rasul Paulus menandaskan kengerian akibat perbudakan dosa tersebut dengan mengatakan, “Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai sama seperti mereka yang lain” (Ef.2:3b, baca juga Ro.1:18-32; 2:4-5).


Kedua, mengenal berita yang harus disampaikan
Dari sekian banyak kebenaran dalam Alkitab, berita manakah yang harus disampaikan? Pekabaran Injil harus dibedakan dengan pengajaran. Yang pertama bertujuan untuk membawa orang berdosa untuk bertobat dan datang kepada Tuhan Yesus untuk menerima pengampunan dosa dan keselamatan serta hidup kekal (Yoh.3:16). Sedangkan yang kedua bertujuan untuk membawa petobat baru tersebut untuk bertumbuh semakin dewasa dalam imannya, dan menuju kedewasaan yang penuh (2Pet.3:18 dan Ef.4:13). Karena itu, dalam PI pribadi ini, kita perlu menyampaikan enam fakta yang sangat penting:

a.Semua orang berdosa (Ro.3:23).
b.Upah dosa adalah maut (Ro.6:23).
c.Kristus telah mati untuk membayar hukuman (Ro.3:25; 1Pet.3:18).
d.Harus menerima Kristus (Yoh.1:12).
e.Keselamatan adalah anugerah (Ef.2: 8).
f.Keyakinan keselamatan (1Yoh.5: 13; Ro.5:10)

Ketiga, mengenal metode yang harus disampaikan
Dari segi jumlah pendengarnya, maka umumnya pekabaran Injil dilakukan dalam tiga bentuk:

Pertama, dalam bentuk massal, seperti KKR. Hal ini dapat dilakukan secara berkala, misalnya pada saat penerimaan mahasiswa baru, retret, atau mengadakan KKR di kampus, atau gabungan beberapa kampus, bahkan mengadakan KKR untuk seluruh kalangan (umum).

Kedua, dalam bentuk kelompok. Hal ini dapat dilakukan melalui PIPA (Pekabaran Injil melalui Penelaahan Alkitab). Maksudnya orang yang akan diinjili dimasukkan dalam kelompok Penelaahan Alkitab, di mana dalam kelompok tersebut dipilih bahan yang melaluinya dapat dilakukan penginjilan.
Ketiga, dalam pendekatan pribadi; PI Pribadi. Kita akan membahas metode ini dalam satu bab khusus.

Metode pemberitaan Injil
Dari segi penyampaian, Stephen Olford memberikan 6 macam metode PI pribadi, yaitu:

1.The shock approach.
Metode ini digunakan bila kita tidak memiliki cukup banyak waktu untuk melakukan dialog bertahap dan berencana (Cth: Yoh.3). Karena itu, PI dilakukan secara tiba-tiba.

2.The gentle approach.
Metode ini sangat relevan dilakukan di kampus atau terhadap tetangga, atau teman se kantor. Dalam hal ini kita mendemonstrasikan buah2 Roh dalam kehidupan kita, yang melaluinya Allah dapat menterjemahkannya.

3.The conversational approach.
Metode ini memerlukan kemampuan berkomunikasi yang baik, serta wawasan yang luas. Dengan demikian, kita dapat bercakap-cakap dengan bebas dengan orang yang dilayani sambil memasukkan berita (fakta-fakta) Injil tersebut di atas.

4.The literature approach.
Kita bersyukur cukup banyak traktat diterbitkan yang bertujuan untuk PI. Sebagai contoh: Jalan menuju damai dengan Allah (Billy Graham), Empat hukum rohani (LPMI), dll. Dengan metode ini kita harus selalu membawa traktat tersebut yang siap untuk dibagi-bagikan kepada orang yang akan dilayani.

5.The after
meeting approach.
Setelah kebaktian atau pertemuan2 di KKR atau seminar, kita dapat memperhatikan orang2 tertentu yang memerlukan pelayanan lanjutan. Sebagai contoh: Filipus melakukan PI kepada sida2 Etiopia pada Kis.8: 26-40.

6. The planned
 interview approach.
Kita dapat meminta pimpinan Tuhan kepada siapa kita melakukan PI pada hari atau minggu tertentu. Untuk itu, siapkanlah beberapa pertanyaan, atau cerita, kesaksian, yang dapat membawa orang tersebut kepada Kristus. Metode ini sangat baik dilakukan bila didampingi oleh seorang teman yang juga mampu melakukan PI. Dengan demikian, PI dapat dilakukan secara bersama, saling mendukung dan mendoakan.
Kesimpulan
   Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Pujian kepada Tuhan adalah tindakan untuk mengagungkan, membesarkan dan memuliakan Tuhan atas apa yang telah Tuhan perbuat, apa yang sedang Tuhan perbuat dan apa yang akan Tuhan perbuat dalam hidup kita. Pujian merupakan tindakan kemauan.Pujian harus berfungsi menurut kehendak dan bukan emosi.Kita harus mau dan memutuskan untuk memuji Tuhan sekalipun kita dalam keadaan tidak senang untuk melakukannya.Pujian tidak tergantung pada perasaan hati, melainkan didasarkan pada kebesaran Tuhan (Mazmur 103).Ciri utama dari pujian adalah adanya perayaan dan sukacita yang meluap-luap. Diekspresikan dengan menyanyi, memekik, memainkan alat musik, manari-nari dan ekspresi luar yang lain. Arah pujian yaitu sesuatu yang kita tujukan langsung kepada Tuhan (bersifat vertikal) pujian pengagungan. Dan sesuatu yang kita ungkapkan kepada orang lain tentang Tuhan (bersifat horizontal). Oleh sebab itu, ada banyak cara melakukan penginjilan tidak hanya melaui EE,PI tetapi juga melaui Pujian.
Referensi