Pel.SS 9 Trw.III,2020.
(Developing Winning Attitude)
Ayat hafalan:
“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu
sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada
segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang
meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu,
tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.” (1 Petrus 3:15).
1. Pernahkah
Anda memikirkan kehidupan Yesus
dan memperhatikan siapa orang yang Dia
beri semangat versus orang yang Dia kutuk? Menurut Anda mengapa semua orang
yang mengira mereka benar akhirnya mendapatkan penghukuman-Nya sementara banyak
yang lain, dalam hal ini “Jelas orang berdosa” menerima berkat-Nya?
Apa yang dikatakannya kepada Anda ialah,
bahwa Hakim seluruh alam semesta itu Maha pengampun? Dia adalah Hakim yang sama
yang suatu hari, akan berdiri, berbicara atas nama kita dan menjawab tuduhan
Setan terhadap kita. (Lihat Zakharia 3:1-5).
2. Apakah ada di
antara kita yang memiliki sikap
orang-orang Farisi? Mengapa kita berpikir seperti itu? Apakah
terkadang kita memberi kesan bahwa kita “memiliki kebenaran”? Apakah itu membuat
kita lebih baik?.
3. Dapatkah Anda
memikirkan tempat mana dalam Alkitab dimana Yesus memperlihatkan kesombongan?
Atau, superioritas? Apakah Dia sedang membesarkan diri dalam Yohanes 8 ketika
Dia berkata kepada para anggota Majelis
Sanhedrin – tiga kali– “Aku adalah Tuhan”? (Yohanes 8: 24, 28, 58). Mari kita coba pikirkan tentang tanggapan
orang-orang yang menerima pengampunan-Nya. *Mantan
pelacur yang dirasuki setan, yaitu Maria Magdalena, yang akhirnya menjadi salah
satu pengikut-Nya yang paling setia. Seorang pembunuh, bernama Saul, yang
akhirnya namanya menjadi Paulus, yaitu penginjil Kristus yang paling ambisius
dan sukses. Dua mantan orang yang kerasukan roh jahat dari Gadara, misionaris
non-Yahudi pertama, yang pada akhirnya telah membawa orang di seluruh wilayah
itu untuk mendengar Yesus, dan orang banyak itu diberi makan oleh-Nya.
4. Jika Allah
Sendiri dalam wujud manusia tidak menunjukkan kesombongan atau keunggulan(superiority),
bagaimana kita berani melakukannya? Menurut Anda mengapa Gereja Masehi Advent
Hari Ketujuh jauh lebih berhasil dalam menjangkau
orang miskin dan kurang beruntung di dunia ini, daripada dalam menjangkau orang kaya dan berkuasa?
Haruskah kita mencari cara untuk menjangkau anggota masyarakat yang lebih
sejahtera? Atau, haruskah kita terus fokus pada orang miskin? Mengapa orang
miskin lebih bersedia mendengarkan pekabaran Injil? Mengapa gereja kita
bertumbuh begitu
jauh lebih
cepat di Afrika dan beberapa bagian di Asia dan Amerika Selatan daripada di
Amerika Utara atau Eropa tempat Protestantisme dimulai berkembang?.
Minggu : I. PENERIMAAN TERHADAP INJIL.
5. Jadi,
bagaimana kita dapat mengembangkan sikap seperti Yesus?
6. Bacalah Yohanes 4: 27-42. Dengan wawasan
ilahi-Nya yang dibimbing oleh Bapa-Nya, Yesus tahu betul sejarah lengkap dari
wanita yang Dia temui di sumur Sychar. Namun, lihatlah perbincangan dengannya.
Yesus telah mengungkapkan sesuatu padanya yang mungkin bahkan belum Dia
ungkapkan
kepada murid-murid-Nya! Dan apakah hasilnya? Yesus menghabiskan dua hari di
desanya, mengajar dan berkhotbah dan menyembuhkan orang-orang Samaria. Menurut
Anda bagaimana perasaan para murid tentang melayani orang2 Samaria? Permusuhan antara orang Yahudi dan orang
Samaria sudah terkenal; itu telah terjadi sebelumnya dari sejak tahun 700 SM.
Tetapi, Yesus tidak menaruh perhatian akan
permusuhan tradisional itu.
6. Jelas diketahui
bahwa ketika melakukan perjalanan dari Yerusalem ke Galilea, orang Yahudi
biasanya turun ke Lembah Yordan, menyeberangi sungai dekat Yerikho, melakukan
perjalanan di sisi timur Sungai Yordan melalui wilayah non-Yahudi di Perea, dan
kemudian, menyeberangi Sungai Jordan
sekali lagi
saat mereka pergi ke Galilea — semua ini dilakukan hanya untuk menghindari lewat melalui Samaria.
7. Jadi,
mengapa Yohanes 4: 4 (NKJV *)
mengatakan bahwa "Dia [Yesus] perlu pergi melalui Samaria"?
Apakah Roh
Kudus tahu bahwa ada sekelompok orang yang siap mendengarkan ajaran dan
khotbah-Nya? Apakah Dia tahu hati mereka akan berpaling kepada Allah? Apakah
kita dapat melihat kemungkinan2 (possibilities) pada orang, yang orang lain
tidak miliki?. Mungkinkah itu terjadi pada salah seorang dari kita saat ini?
Ellen G. White, The Desire of Ages *
194.3 -195.2.
“Ketika Yesus
duduk untuk beristirahat di sumur Yakub, Dia datang dari Yudea, di mana
pelayanan-Nya hanya menghasilkan sedikit buah. Dia telah ditolak oleh para imam
dan rabi, dan bahkan orang-orang yang mengaku sebagai murid-Nya telah gagal
memahami karakter ilahi-Nya. Dia lemah dan lelah; namun Dia tidak mengabaikan
kesempatan untuk berbicara dengan seorang wanita, meskipun dia
seorang asing,
orang luar dari Israel, dan hidup dalam dosa yang terbuka (living in open sin).
Wanita ini menggambarkan bekerjanya iman yang
praktis di dalam Kristus. Setiap murid sejati lahir ke dalam kerajaan Allah
sebagai misionaris. Dia yang meminum air hidup menjadi sumber kehidupan. Si Penerima
menjadi pemberi.
Rahmat Kristus
di dalam jiwa bagaikan mata air di padang gurun, membanjiri untuk menyegarkan
semua, dan membuat mereka yang siap binasa bersemangat untuk meminum air
kehidupan.”-
— Ellen G. White, Lift Him Up * 183.3.
“Meskipun Dia adalah seorang Yahudi, Yesus
berbaur dengan bebas dengan orang Samaria, tanpa meninggalkan adat istiadat
Farisi bangsa-Nya. Di hadapan orang2 yang berprasangka terhadap mereka, Dia
menerima keramahan dari orang-orang yang terhina ini. Dia tidur se atap dengan
mereka, makan bersama satu meja dengan mereka - mengambil makanan yang
disiapkan dan disajikan dengan tangan mereka - mengajar di jalan-jalan mereka,
dan memperlakukan mereka dengan sangat baik dan sopan. Dan sementara Dia
menarik hati mereka kepada-Nya dengan ikatan simpati manusia, kasih karunia
ilahi-Nya membawa kepada mereka keselamatan yang telah ditolak oleh orang Yahudi”.
8. Ketika
berbicara dengan wanita Samaria, Yesus bisa dengan mudah jatuh ke dalam
perangkap berdebat tentang praktek2 agama Yahudi versus praktek2 agama orang2 Samaria.
Tetapi Dia tidak melakukannya. Kita hendaknya tidak membiarkan diri kita
sendiri, terutama saat kita pertama kali berbicara tentang hal-hal rohani dengan
seseorang, untuk jatuh ke dalam perangkap berdebat dengan orang-orang tentang
keyakinan mereka versus keyakinan kita. Tugas kita adalah memperkenalkan Yesus
Kristus kepada mereka.
9. Para murid Yesus melihat dalam
diri wanita itu hanya sebagai seorang wanita yang dibebani dengan dosa dan
seorang Samaria yang darinya mereka perlu menjaga jarak aman. Tetapi, Yesus
mengenali - dengan bantuan Roh Kudus – adanya sikap penerimaan di dalam hati
wanita samaria itu.
Yesus “harus” melewati Samaria karena Roh
Kudus meyakinkan-Nya bahwa akan ada hati yang menerima di tempat yang tidak
biasa ini. Ketika mata kita diurapi oleh Roh Kudus, kita dapat melihat
kemungkinan di mana orang lain hanya melihat kesulitan. Kita melihat tuaian jiwa yang berlimpah untuk
kerajaan Allah di mana orang lain hanya melihat ladang yang tandus.
10.
Pertimbangkan cerita selanjutnya:
Kisah 8:
4-5,14: 4 “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil
memberitakan Injil. 5. “Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan
memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. 14.”Ketika rasul-rasul di
Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka
mengutus Petrus dan Yohanes kesitu”.
11. Apakah
menurut Anda Philipus akan pergi ke Samaria jika Yesus tidak membuka pintu
sebelumnya?
12. Ketika
kita menjangkau orang-orang, bahkan beberapa yang tampak sangat jauh dari
kerajaan surga, haruskah kita mengharapkan tanggapan (respons) yang segera?
Seringkali, setelah menabur benih, mungkin butuh waktu lama sebelum panen bisa
menuai.
II.PENYESUAIAN SIKAP (Senin).
13. Apakah
orang, secara alami tertarik kepada Anda? Apakah Anda pernah cenderung kasar?
Kritis? Atau, tidak ramah? Apakah kita pernah membuat orang menjauh, bahkan
secara tidak sengaja, dengan sikap-sikap kita?
Sikap kita sering menentukan kemampuan kita
untuk memengaruhi orang lain. Sikap yang keras, kritis, dan tidak bersahabat
akan membuat orang menjauh dari Anda.
Sebaliknya, sikap positif dan kepercayaan pada orang lain menarik mereka
kepada kita. Itu menciptakan ikatan persahabatan.
Yesus menyatakan azas ini dengan indah
ketika Dia berkata:
Yohanes 15:15:
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat
oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan
kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku”.
Sahabat-sahabat menerima satu sama lain
terlepas dari kelemahan dan kesalahan mereka dan dengan leluasa membagikan suka
dan duka mereka.
14. Apakah
Anda mengkritik teman Anda karena kelemahan dan kesalahan mereka? Berapa lama
mereka akan tetap menjadi teman Anda jika Anda melakukan itu? Atau, apakah kita
cenderung menerima teman kita bahkan ketika mereka melakukan kesalahan?
15. Lihatlah
kisah ini dari kehidupan Yesus.
Bukalah Matius
15: 21-28 dan Markus 14:6-9. Saat ini Yesus pergi ke daerah Tirus dan Sidon.
Perikop ini menggambarkan dua wanita dengan keadaan yang sangat berbeda. Yesus
keras terhadap yang satu dan lembut kepada yang lain. Tetapi Yesus menjangkau mereka dengan rahmat
penyelamatan-Nya kepada setiap pribadi dan membangun kepercayaan.
Wanita dalam Matius 15 adalah seorang
Kanaan. Permintaannya agar putrinya
disembuhkan dari kerasukan setan. Pada awalnya Yesus dengan sengaja menolak
permintaannya sehingga pada saat ia bertahan, imannya akan tumbuh.
16. Apakah respons/tanggapan
Yesus terhadap wanita itu terdengar seperti diskriminasi? Tetapi, Yesus tahu
tentang imannya dan hanya menguji dia sehingga Dia bisa menunjukkan betapa
indahnya iman itu.
Dan akhirnya Yesus mengabulkan keinginannya
dan kemudian membuat pernyataan yang luar biasa kepada wanita Kanaan miskin itu
dengan mengatakan: “Hai ibu, besar imanmu”.(Matius 15 ayat 28).Yesus memuji
iman wanita itu. Bisakah Anda bayangkan
bagaimana hatinya bersukacita dan hidupnya berubah?.
Sikapnya berubah setelah pertemuan dengan
Yesus.
Wanita (dalam Markus 14:6-9) yang mengurapi
kaki Yesus dengan parfum yang mahal adalah seorang Yahudi—seorang wanita yang
memiliki reputasi buruk, yang telah gagal dan sering berbuat dosa, tetapi ia
seorang yang diampuni, diubahkan dan dijadikan baru kembali.(Maria dari
Betania).
Ketika orang lain mengkritiknya, Yesus
memuji tindakannya. Yesus menyatakan, “Di mana saja Injil diberitakan di
seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat
dia”.(Markus 14:9).
17. Dalam dua
cerita ini, kita memiliki sedikit informasi tentang dua wanita yang sangat
berbeda. Dalam Matius 15, wanita itu adalah seorang Kanaan. Dia adalah
keturunan dari orang-orang Kanaan yang seharusnya diusir atau dihancurkan
ketika anak-anak Israel masuk tanah Kanaan pada zaman Yosua sekitar 1400 SM!
Apakah Yesus berpaling padanya dan berkata, "Kamu bahkan tidak seharusnya
dilahirkan"? Tidak, saudara2ku.
25. Wanita
yang mengurapi kaki Yesus pada pesta satu minggu sebelum penyaliban Yesus
adalah Maria Magdalena.
Sikap mereka telah berubah setelah pertemuan
dengan Yesus.
III.MEMBAGIKAN
KEBENARAN DALAM KASIH (Selasa).
Persahabatan saja tidak dapat memenangkan
orang bagi Kristus. Persahabatan saja tidak akan membawa orang kepada Kristus,
tetapi sikap tidak ramah dapat membuat orang menjauh dari Kristus.
18. Pada masa yang
lalu, beberapa orang anggota Masehi Advent Hari Ketujuh yang merasa sangat
superior karena "memiliki kebenaran" dan "memelihara hari
Sabat" sehingga ketika mereka memiliki kesempatan untuk berbicara kepada
orang-orang yang bukan Advent, mereka telah melancarkan kecaman terhadap
orang-orang yang tidak sesuai dengan
standar mereka! Betapa menyedihkan!
Rsl.Paulus mengingatkan kita untuk
membicarakan “kebenaran di dalam kasih” (Ef.4:15).
Ikatan persahabatan dibangun ketika kita
sependapat dengan orang sebanyak mungkin, menunjukkan penerimaan, dan memuji
mereka selayaknya. Betapa pentingnya kita membiasakan diri mencari yang baik
pada orang, gantinya mencari yang buruk.
19.
Perhatikan, gambaran tentang cara Yesus — dan kemudian Paulus, Silas, dan
Timotius.
Rasul Paulus mencari hal-hal yang positif
(bukan hal-hal yang salah) di gereja-gereja yang dia layani. Tentu saja, ia menegur kesalahan dan tidak
memaafkan dosa, tetapi fokusnya adalah untuk membangun gereja2 yang dia
dirikan. Dengan menyoroti apa yang
mereka lakukan dengan benar.
Kita baca Efesus 4:15 “tetapi dengan teguh
berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke
arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”. Baca juga 2 Tes.1:1-4 Surat dari
Paulus, Silas dan Timotius kepada jemaat Tesalonika.
20. Tapi,
apakah kita seharusnya mengabaikan dosa orang? Perhatikan kata-kata luar biasa
dari Ellen White ini: (Pentingnya hubungan positif):
“Jika kita mau merendahkan diri di hadapan
Allah, dan menjadi baik hati dan sopan serta lembah lembut dan mengasihani
(penuh belas kasihan), akan ada seratus pertobatan kepada kebenaran di mana
sekarang hanya ada satu”. Testimonies for the Church, jld.9, hlm.189.
(If we would
humble ourselves before God, and be kind and courteous and tenderhearted and
pitiful [full of pity], there would be one hundred conversions to the truth
where now there is only one.”
—Ellen G. White, Testimonies for the
Church, vol. 9, 189.4.
IV.DASAR dari semua PENERIMAAN (Rabu).
21. Jadi, apa
prinsip dasar yang di atasnya kita menerima orang berdosa?
Roma 15: 7:
“Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga tealh
menerima kita, untu kemuliaan Allah”.
Efesus 4:32
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan
saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”.
Inilah prinsip2 yang melandasi penerimaan
kita satu sama lain. Kita dapat saling
menerima, walaupun ada kekurangan satu sama lain.
Penerimaan yang tulus berarti bahwa kita
menerima orang lain apa adanya, dengan semua kebiasaan berdosa mereka. Kasih-Nya kepada kita menjadi dasar
penerimaan dan pengampunan kita terhadap orang lain (Rm.5:6-10).
V. MEMBAGIKAN
KEBENARAN DENGAN PENUH KASIH. (Kamis).
22. Kelompok
orang mana yang menegur dan mengkritik Yesus? Kelompok orang mana yang menerima
Dia secara terbuka? Mengapa Yesus dicemooh oleh orang-orang Farisi dan Saduki
yang saleh tetapi pada saat yang sama disebut sebagai “sahabat/teman orang-orang
berdosa”?
Kasih karunia-Nya menyelamatkan kita sehingga
kita dapat mengetahui kebenaran-Nya dan menjalani kehidupan-Nya.
Kebenaran tanpa kasih mengarah pada
legalisme yang melumpuhkan, yang mencekik kehidupan spiritual. Apa yang disebut
“kasih” tanpa kebenaran mengarah pada sentimentalisme yang toleran tanpa
substansi, meninggalkan seseorang yang terombang-ambing di lautan
ketidakpastian. Kebenaran yang disajikan dalam kasih mengarah pada pengalaman Kristen
yang autentik yang memberikan arahan, tujuan, dan kepastian yang jelas.
Ayat hafalan kita menyatakan:
1 Petrus 3:15-16 “Tetapi kuduskanlah Kristus
di dalam hatimu sebagai Tuhan!. Dan siap sedialah pada segala waktu untuk
memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan
jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan
lemah lembut dan hormat, 16. dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka,
yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena
fitnahan mereka itu”.
23. Apakah
kita harus menjadi seperti ensiklopedia yang berisi pengetahuan tentang Alkitab
sehingga kita segera tahu bagaimana menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
kepada kita? Tentu kalau bisa, hal itu menyenangkan; tapi ini mustahil. Namun,
seseorang yang mengajukan sebuah pertanyaan – sebuah pertanyaan serius – perlu
diberikan jawaban yang serius pula. Jika
kita tidak tahu jawabannya, kita perlu tahu di mana kita bisa mendapatkan
jawabannya. Dan itu tidak terlalu sulit untuk dilakukan.
24. Apakah
kita benar-benar mengetahui apa yang kita yakini? Dan mengapa kita
mempercayainya? Apakah kita bisa menjelaskannya kepada orang lain? Dan apa
artinya menjelaskan apa yang kita percayai dengan "kelembutan dan hormat"?
25. Apakah
Anda pernah ditanya, "Mengapa Anda seorang Kristen?" Bagaimana
tanggapan/respons Anda? Mengapa Anda memberikan tanggapan/respons itu?
Ellen G.White, Alfa dan Omega, jld.6,
hlm.484.
“Dalam Kristus terdapatlah kelemahlembutan
gembala, kasih sayang orang tua, dan anugerah yang tiada taranya dari
Juruselamat yang penuh kasih sayang. Berkat-berkat-Nya ditawarkan-Nya dalam
istilah-istilah yang paling menarik perhatian. Ia tidak merasa puas hanya
dengan mengumumkan berkat-berkat ini; Ia menawarkannya dalam cara yang paling
menarik, guna membangkitkan kerinduan untuk memilikinya. Demikianlah hendaknya
hamba2-Nya harus menawarkan kekayaan kemuliaan dari Pemberian yang tidak
terperikan itu. Kasih Kristus yang ajaib
akan mencairkan dan menaklukkan hati, sedangkan hanya sekadar mengulangi ajaran
tidak akan melaksanakan apa-apa.
“Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian Firman Allamu.” ‘Hai Sion,
pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu,
jangan takut!, Katakanlah kepada
kota-kota Yehuda: Lihat, itu Allahmu!,,,seperti seorang gembala Ia
menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;
anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati”.
Yesaya 40:1,9-11”.
25. Persahabatan
dan cinta/kasih membuka pintu hati; tetapi, itu tidak membawa orang kepada
Kristus jikalah kita tidak bersaksi memperkenalkan Dia kepada mereka.
47. Bagaimana
Anda dan gereja Anda menanggapi pemandangan berikut?
1. Seorang teman baru saja kembali dari
pemakaman dan berkomentar: “Saya sangat senang bibi saya ada di surga sekarang
sedang menatapku. Itu membuat saya merasa sangat baik. Betapapun pentingnya doktrin tentang keadaan
orang mati, tentu saat ini bukanlah waktunya yang terbaik untuk memberi orang
itu pelajaran Alkitab tentang topik: keadaan orang mati, yang mengatakan bahwa
orang mati tidak tau apa-apa, dst....
2. Seorang rekan Anda yang beragama Katolik baru saja kehilangan seorang istri
karena menderita kanker payudara yang berkepanjangan. Ia gelisah karena
istrinya mungkin menderita dalam Purgatory (api penyucian.)
Bagaimana Anda
bisa menyajikan kebenaran tentang keadaan orang mati dengan cara yang
menghibur, dalam kasih, tanpa menyinggung perasaannya?.
3. Sepasang suami
istri muda yang Anda kenal baik (yang bukan penganut Masehi Advent Hari Ketujuh)
baru saja kehilangan seorang putra berusia 12 tahun dalam kecelakaan mobil.
Bagaimana Anda dapat membagikan pengharapan kembalinya Kristus tanpa meremehkan
kematian putra mereka?.
26.
Pertimbangkan prinsip-prinsip ini untuk mengembangkan sikap yang memenangkan:
1. Mintalah supaya Yesus memberi kesan kepada Anda bahwa
semua orang memiliki kerinduan rohani dan dimenangkan bagi Kristus.
2. Berupayalah
untuk mengembangkan hubungan positif yang berpusat pada Kristus dengan mereka
yang berada di lingkungan pengaruh Anda.
3. Berdoa bagi
kesempatan2 untuk membagikan kebenaran ilahi.
4. Sampaikan
kebenaran2 alkitabiah dalam konteks hubungan yang penuh kasih.
=================================