Jumat, 28 Desember 2018

KEUTUHAN ALKITAB

Related image
DATA YANG MENARIK.

Buku dalam Perjanjian Lama    : 39
Buku dalam Perjanjian Baru     : 27
     Jumlah semua buku             : 66.

Fasal Alkitab dalam Perjanjian Lama  : 929.
Fasal Alkitab dalam Perjanjian Baru   : 260
   Jumlah Fasal :                                 1 189.

Ayat dalam Perjanjian Lama : 33 214.
Ayat dalam Perjanjian Baru  :    7 959.
    Jumlah semua ayat          :  41.173.

Kata-kata dalam Perjanjian Lama : 593.393,
Kata-kata dalam Perjanjian Baru  : 181 253
     Jumlah kata-kata:                       774. 746.

Huraf dalam Perjanjian Lama    : 2. 738.100.
Huruf dalam Perjanjian Baru     :     838 380.
   Jumlah Huruf:                           3 566 480.

Fasal terpendek         : Mazmur Fasal 117.
Ezra 7:21 -Berisi semua huruf alphabet, kecuali "J".
Esther 8:9 - Ayat terpanjang.
Yohanes 11:35 - Ayat terpendek.


       PEMBAGIAN AYAT DAN FASAL.

   Pembagian Alkitab kedalam Fasal-fasal dan ayat-ayat, pertama diadakan oleh: Stephen Langton, Uskup besar Canterbury pada akhir abad ke 12.
   Cardinal Hugo, pada pertengahan abad ke 13, telah membagi Perjanjian Lama kedalam fasal-fasal sebagaimana terjemahan sekarang.
   Tahun 1661, ATHIAS- seorang bangsa Yahudi dari Amsterdam telah membagi penggolongan yang dibuat Huga ke dalam ayat-ayat.  Dan tahun 1561, seorang pelukis bangsa Prancis telah membagi Perjanjian Baru ke dalam ayat-ayat sebagaimana sekarang ini.


Rabu, 26 Desember 2018

Wahyu Kepada Yohanes (Bagian 55)


Related image                         
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 55)

   “Dan tuliskanlah kepada malaikat JEMAAT DI TIATIRA…Aku tahu, bahwa PEKERJAANMU YANG TERAKHIR LEBIH BANYAK DARI PADA YANG PERTAMA”(Wahyu 2:18,19).

MENGHORMATI MEREKA YANG TERSISIH DI DUNIA INI

   “Tiatira seperti sebuah kota yang diterlantarkan di antara ketujuh jemaat.  Keenam kota lainnya memiliki arti penting secara ekonomi dan politik.  Di dalam daftar kota-kota besar di Asia Kecil, keenam kota yang lain berada di tempat teratas dalam daftar, sementara Tiatira biasanya tidak disebut-sebut.  Tetapi Yesus tidak berpandangan seperti kita.  Dia melihat NILAI, sementara yang lain melihat sesuatu yang dibuang.  Orang-orang Kristen paling sederhana seringkali memiliki pengalaman mendalam bersama dengan Allah.  Jika Anda kadang merasa seperti “orang aneh” di komunitas gereja setempat Anda, Allah mengatakan kepada Anda, “Selamat datang di Tiatira”.     1)

   “Dibawah ini kita perlu ketahui tentang 4(empat) jemaat yakni : Jemaat Efesus, Smirna, Pergamus  dan Tiatira:

Jemaat: Efesus           Periode: Abad ke I  
                                  Makna Nama: Pertama/disukai.
                                   Gambaran tentang Yesus: Dia yang mempunyai 7
                                   bintang pada tangan kanan-Nya. Dia yang berjalan di
                                   tengah-tengah 7 kaki dian.
                                   PUJIAN: Sabar,membenci perbuatan guru-guru palsu.
                                   Dia mati atau menyerah.
                                   TEMPLAKAN: Telah meninggalkan kasih mula-mula.
                                   NASIHAT:Bertobat—lakukan kembali kebaikan yang
                                   mula-mula.
                                   JANJI UPAH : Makan buah pohon alhayat.

Jemaat SMIRNA         Periode: Abad ke2,3 dan awal abad ke 4 (100-313)
                                   Makna nama: Harum; Masa : Penganiayaan,Mati syahid.
                                   Gambaran tentang Yesus: Pertama dan terakhir.Dia
                                   yang tadinya mati tapi sekarang hidup kembali.
                                   Pujian: Kaya dalam iman & Perbuatan baik walaupun
                                   dalam kekacauan & kemunafikan.
                                   Templakan: Tidak ada.
                                  Nasihat: Tetap setia sampai mati
                                   Janji upah: Menerima mahkota kehidupan.Tidak me-
                                   ngalami kematian kedua.

Jemaat PERGAMUS   Periode:  Abad ke 4 & 5, penggal pertama abad ke-6.
                                                 Tahun 313 – 538.
                                   Makna nama: Ketinggian atau kuasa atau peningkatan
                                   oleh pernikahan.
                                   Gambaran tentang Yesus: Dia yang memiliki pedang
                                   tajam bermata dua.
                                   Pujian: Berpegang teguh. Tidak menyangkal iman.
                                   Templakan: Ada  penganut ajaran Bileam. Toleransi
                                   terhadap paham Nikolaus Bileamisme Kompromis
                                   kekafiran & Amoral.
                                   Nasihat: Bertobat.
                                   Janji Upah: Menerima manna yang tersimpan Batu
                                   Putih Nama yang baru.

Jemaat TIATIRA          Periode : Abad ke-6 sampai ke-15 (538-1798)
                                                  The era of papal supremacy (Zaman ke emasan
                                                  dari kepausan kekafiran.
                                   Makna nama: HARUM (Sweet savor of labor/sacrifice-
                                   Bau bakti harum atau korban pertobatan).
                                   Gambaran tentang Yesus: Putra Allah. Mata bernyala
                                   nyala, Kaki tembaga.
                                   Pujian: Untuk kasih,iman,kesabaran & perbuatan baik
                                   (Pekerjaan terakhir lebih banyak dari yang pertama.)
                                   Templakan: Toleransi terhadap Izebel, kekafiran,amoral,
                                   tidak bertobat.
                                   Nasihat: Pegang teguh apa yang ada padamu.
                                   Janji Upah: Kuasa atas bangsa-bangsa, Bintang
                                   Fajar. “                     2).

   “Tiatira adalah sebuah kota tua di Lidia yang terletak di tepi sungai Lycus…di bagian utara Lidia…Sejarah awalnya tidak begitu diketahui kecuali bahwa itu adalah sebuah kota suci dari Tirimnos, dewa matahari bangsa Lidia…Tiatir kuno merupaka sebuah kota kaum pekerja”.  3)

   “Tiatira adalah suatu lambang yang pas dari jemaat Kristen sepajang Abad Pertengahan (538-1517).  Banyak orang Kristen di berbagai negeri memelihara hubungan mereka dengan Kristus serta kesetiaan kepada iman yang sungguh-sungguh akan para rasul-Nya.  Contohnya, umat Kristen di Inggeris, Skotlandia, Irlandia yang bertaut pada agama berdasarkan Alkitab.  Kaum Waldensia serta para pengikut Wycliffe dan Huss lebih dekat kepada Kekristenan zaman rasul-rasul dibandingkan kebanyakan dari orang-orang pada zaman mereka”.   4)

Ay 18: “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mataNya bagaikan nyala api dan kakiNya bagaikan tembaga”.
1)   Kota Tiatira.
a)   Letak dan ukuran kota Tiatira.
Herman Hoeksema: “Thyatira was a city in Asia Minor southeast from Pergamos, on the road to Sardis” (= Tiatira adalah sebuah kota di Asia Kecil di sebelah tenggara dari Pergamus, pada jalan menuju Sardis) - hal 95-96.
Herman Hoeksema: “It was not a large city, like Pergamos” (= Itu bukanlah sebuah kota yang besar, seperti Pergamus) - hal 96.
b)   Kota Tiatira terkenal karena pewarnaan kain.
Herman Hoeksema: “It was known for the art of dyeing” [= Kota itu dikenal karena seni pewarnaan (kain)] - hal 96.
Bandingkan ini dengan Lidia, petobat pertama di kota Filipi (Kis 16:14-15), yang adalah ‘seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira’. Kain ungu yang ia jual adalah produksi utama kota Tiatira.
c)   Kota Tiatira mempunyai banyak serikat kerja yang berhubungan dengan penyembahan berhala.
Kota Tiatira adalah kota perdagangan, dan di kota ini ada banyak serikat kerja. Ada serikat kerja untuk pekerja wol, ada serikat kerja untuk pekerja kain, ada serikat kerja untuk pekerja kulit, dsb. Dan setiap serikat kerja ini mempunyai dewa pelindung / penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu setiap serikat kerja berhubungan dengan penyembahan terhadap dewa pelindung / penjaga tersebut. Ini menjadi problem bagi orang kristen di Tiatira.
William Hendriksen: “The situation, therefore, was somewhat as follows: if you wish to get ahead in this world, you must belong to a guild; if you belong to a guild, your very membership implies that you worship its god. You will be expected to attend the guild-festivals and to eat food part of which is offered to the tutelary deity and which you receive on your table as a gift from the god. And then, when the feast ends, and the real - grossly immoral - fun begins, you must not walk out unless you desire to become the object of ridicule and persecution!” (= Karena itu, situasinya kira-kira adalah sebagai berikut: jika engkau ingin maju di dunia ini, engkau harus termasuk dalam suatu serikat kerja; jika engkau termasuk dalam suatu serikat kerja, maka keanggotaanmu itu sendiri secara tidak langsung menunjukkan bahwa engkau menyembah dewa dari serikat kerja itu. Engkau akan diharapkan untuk menghadiri pesta / perayaan dari serikat kerja itu dan makan makanan yang merupakan bagian dari apa yang dipersembahkan kepada dewa pelindung, dan yang engkau terima di mejamu sebagai suatu pemberian dari dewa itu. Dan lalu, pada saat pesta / perayaan berakhir, dan kesenangan yang sebenarnya, yang sangat tidak bermoral, dimulai, janganlah engkau meninggalkan tempat itu kecuali engkau ingin menjadi obyek dari ejekan dan penganiayaan) - hal 71.
Steve Gregg: “the Christians in Thyatira may have been hard pressed to support themselves and their families without resorting themselves to some measure of compromise with idolatry” (= orang-orang Kristen di Tiatira mungkin telah sangat tertekan untuk menghidupi diri mereka sendiri dengan keluarga mereka tanpa mengambil jalan kompromi sampai pada tingkat tertentu dengan penyembahan berhala) - hal 71.
Bdk. 1Kor 10:21-22 - “Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?”.
Penerapan:
Situasi di Tiatira mirip dengan situasi di Indonesia, dimana orang kristen sering diundang untuk ikut slametan, dan kalau tidak pernah mau datang, mungkin sekali akan dianggap sombong, dan lalu dikucilkan.
2)   Surat kepada gereja / jemaat Tiatira.
a)   Ini adalah surat yang terpanjang dari 7 surat dalam Wah 2-3.
Steve Gregg, William Barclay, Leon Morris, dan banyak penafsir lain mengatakan bahwa dari ke 7 kota yang mendapatkan surat dalam Wah 2-3, kota Tiatira adalah kota yang paling tidak penting, tetapi kota ini mendapatkan surat yang paling panjang.
Leon Morris (Tyndale): “The longest of the seven letters is written to the church in the smallest and least important town! The values of God are not the values of men” (= Surat yang terpanjang dari tujuh surat ditulis kepada gereja di kota yang paling kecil dan paling tidak penting! Nilai / penilaian dari Allah bukanlah nilai / penilaian dari manusia) - hal 69.
Penerapan:
Dalam melakukan pelayanan, jangan menganggap gereja besar lebih penting dari gereja kecil, orang kaya / orang yang mempunyai kedudukan tinggi lebih penting dari orang miskin / orang yang berkedudukan rendah, dsb.
b)   Robert Mounce (NICNT) mengutip kata-kata Hemer yang mengatakan bahwa surat ini bukan hanya paling panjang tetapi juga paling sukar.
Robert Mounce (NICNT): “The difficulty in interpreting the letter grows out of its numerous references to the details of daily life which have become obscured with the passing of time and the lack of archaeological evidence which would reveal its past” (= Kesukaran dalam menafsirkan surat ini timbul dari banyaknya hubungan dengan hal-hal terperinci dari kehidupan sehari-hari pada saat itu, yang telah menjadi kabur dengan berlalunya waktu dan kurang / tidak adanya bukti arkheologi yang menyingkapkan masa lalu tempat itu) - hal 101.
3)   Ada 3 hal yang dinyatakan oleh Yesus tentang diriNya dalam ay 18 ini, yaitu:
a)   Ia adalah ‘Anak Allah’.
Ini adalah satu-satunya kali dimana gelar ‘Anak Allah’ muncul dalam ke 7 surat, bahkan dalam seluruh kitab Wahyu.
Barnes’ Notes (hal 1562) mengatakan bahwa kerasnya teguran dalam surat ini menyebabkan otoritas dari si Pembicara dibuat lebih mengesan-kan dengan memberi gelar ‘Anak Allah’.
Robert Mounce (NICNT) mengatakan bahwa karena ay 27 mengutip Maz 2:9, maka mungkin sekali istilah ‘Anak Allah’ di sini diambil dari Maz 2:7.
b)   ‘mataNya bagaikan nyala api’.
Ini menunjukkan kemahatahuan. Ia tahu akan dosa-dosa mereka.
c)   ‘kakiNya bagaikan tembaga’.
Ini menunjukkan penghakiman / penghukuman. Ia akan menginjak-injak mereka yang tidak mau bertobat. Gregg mengatakan bahwa kaki ini akan menginjak-injak orang jahat dalam kilangan anggur dari murka Allah (bdk. 14:19-20  19:15  Yes 63:3-4).
Ay 19: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama”.
Ayat ini menunjukkan suatu pujian terhadap hal-hal yang baik dalam gereja Tiatira.
1)   Hal-hal yang baik ialah: kasih, iman, pelayanan dan ketekunan mereka.
a)     Hoeksema (hal 99) berkata bahwa ‘kasih’ disebutkan sebagai yang pertama, tetapi itu tidak berarti bahwa kasih merupakan sumber dari hal-hal yang disebutkan berikutnya. ‘Kasih’ disebutkan sebagai yang pertama karena itu merupakan yang paling menonjol dalam gereja Tiatira ini.
b)     Kata ‘ketekunan’ diterjemahkan dari kata Yunani HUPOMONE.
Kata bahasa Yunani HUPOMONE berarti ‘kemampuan bertahan dalam kesukaran, bukan dengan sikap sekedar bertahan (diam / pasif), tetapi dengan sikap sedemikian rupa sehingga mampu untuk menjadikan situasi / hal yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang memuliakan Tuhan’.
2)   ‘Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama’.
Ini sesuatu yang baik dari gereja Tiatira, yaitu mereka maju dalam pekerjaan / pelayanan. Jadi, kontras dengan jemaat Efesus yang mundur karena kehilangan kasih yang semula, maka jemaat Tiatira justru maju.
Adam Clarke: “They not only retained what they had received at first, but grew in grace, and in the knowledge and love of Jesus Christ. This is a rare thing in most Christian Churches: they generally lose the power of religion, and rest in the forms of worship; and it requires a powerful revival to bring them to such a state that their last works shall be more than their first” (= Mereka tidak hanya mempertahankan apa yang telah mereka terima pada mulanya, tetapi bertumbuh dalam kasih karunia, dan dalam pengenalan dan kasih Yesus Kristus. Ini merupakan hal yang langka dalam kebanyakan Gereja-gereja Kristen: mereka biasanya kehilangan kekuatan agama, dan bersandar pada / berhenti dalam bentuk-bentuk ibadah / ibadah yang bersifat lahiriah; dan membutuhkan kebangunan rohani yang kuat untuk membawa mereka pada suatu keadaan dimana pekerjaan terakhir mereka lebih banyak dari pekerjaan mereka pada mulanya) - hal 981.
Berusahalah supaya saudara tidak seperti gereja pada umumnya, seperti kata-kata Clarke ini!
John Stott: “Ephesus was backsliding; Thyatira was moving forward. The church of Ephesus had abandoned the love it had at first; the church of Thyatira was exceeding the works it did at first. Which of these two churches do we resemble more? Alas! that of many Christians the solemn words could be used: ‘the last state has become worse for them than the first’ (2Pet. 2:20; cf. Mt. 12:45)” [= Efesus sedang merosot ke belakang; Tiatira sedang bergerak ke depan. Gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang mereka miliki pada mulanya; gereja Tiatira sedang melampaui pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan pada mulanya. Kita lebih mirip yang mana dari dua gereja ini? Aduh / celaka! bahwa terhadap banyak orang Kristen bisa digunakan kata-kata yang khidmat: ‘maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula’ (2Pet 2:20; bdk. Mat 12:45)] - hal 70.     5)
REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.hal 65.
2.   Materi Seminar Wahyu, Bandung: Indonesia Publishing House, 1993.hal.227.
3.   The SDA Bible Commentary, Jilid 7, U.S.A: Review and Herald Publishing Association, Revised, 1980. hal.96.
4.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.42
5.   Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.



                 

Selasa, 25 Desember 2018

Wahyu Kepada Yohanes (Bagian 49-54)


                           Related image 
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 49-54)

TANTANGAN-TANTANGAN KECIL- BESAR  MENUMBUHKAN   IMAN.
   “Dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau TIDAK MENYANGKAL IMANMU KEPADAKU,…yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu”. (Wahyu 2:13).
   “Umat percaya di Pergamus bukan hanya mempertahankan kepercayaan dan keyakinan mereka kepada Tuhan pada masa-masa senang, tetapi juga menolak menyangkal iman saat di bawah tekanan penyaniayaan.  Kita memperkembang iman kita kepada Allah dan ajaran-ajaran-Nya dengan menerapkan firman-Nya dalam hidup sehari-hari.  Saat kita menyaksikan tangan Tuhan bekerja dalam hidup sehari-hari, iman kita pun bertumbuh.  Saat iman kita melewati ujian-ujian kecil, iman itu semakin kuat sehingga dapat bertahan melewati tantangan-tantangan yang jauh lebih serius yang menghadang.  Iman juga dapat bertumbuh melalui langkah-langkah kecil.  
   Dalam perkara-perkara kecillah iman kita belajar untuk bertumbuh.  Dan di dalam tantangan-tantangan besarlah iman kita diuji”. 1)

  ‘engkau tidak menyangkal imanmu kepadaKu’.
    ‘imanmu kepadaKu’.
NIV: ‘your faith in me’ (= imanmu kepadaKu).
KJV/RSV/NASB/Lit: ‘my faith’ (= imanKu).
John Stott: “Commentators are agreed that, grammatically speaking, ‘my faith’ means ‘your faith in me’” (= Para penafsir setuju bahwa berbicara secara gramatika, ‘imanku’ berarti ‘imanmu kepadaKu’) - hal 56.
b)   ‘tidak menyangkal’.
Kata ‘menyangkal’ ada dalam aorist tense (= past tense / bentuk lampau), dan karena itu rupanya kata-kata ‘tidak menyangkal’ menunjuk pada satu kejadian tertentu di masa lampau, dimana jemaat dihadapkan pada pemaksaan untuk menyangkal Yesus. Rupanya pada peristiwa itu juga Antipas mengalami kematian syahid. Tetapi jemaat Pergamus tetap tidak mau menyangkal Kristus.
Pulpit Commentary: “Here is one of the million proofs that man’s moral character is not necessarily formed by external circumstances, however antagonistic those circumstances may be” (= Di sini ada satu dari jutaan bukti bahwa karakter moral manusia tidak harus dibentuk oleh keadaan luar, betapapun bermusuhannya keadaan itu) - hal 101-102.   2)
REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 59.
2.   Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.

                       WAHYU KEPADA YOHANES (50)
   “Dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman ANTIPAS, SAKSIKU, YANG SETIA KEPADAKU, yang dibunuh dihadapan kamu, di mana Iblis diam” (Wahyu 2:13).

MATI MARTIR DEMI IMAN

   “Kitab Wahyu melaporkan tentang vonis hukuman mati bagi seorang Kristen bernama ANTIPAS.  Makna namanya menarik: “Menentang setiap orang”.
   Ini sangat pas dengan tuduhan orang-orang bukan Yahudi terhadap orang-orang Kristen bahwa” mereka adalah “pembenci manusia”.  Warga kerajaan Romawi menerapkannya pada orang-orang Kristen karena menolak berpartisipasi dalam berbagai aspek keagamaan sipil yang diharapkan dari seorang warganegara Romawi yang baik.  Yang terburuk, banyak menganggap orang-orang Kristen itu kaum antisosial dan pembawa sial bagi komunitas.
   Walaupun Kitab Suci tak menyebutkan rinciannya, jelasnya Antipas mati martir demi imannya. “Dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam” (Wahyu 2:13). 

   Ada kemungkinan bahwa orang-orang Kristen mula-mula melihat “pedang Kristus yang tajam dan bermata dua “ (ayat 12,16) dibandingkan dengan kuasa gubernur atas “pedang”, yaitu hukuman mati. Jika demikian, gubernur
Roma mungkin menghukum mati Antipas karena dia seorang Kristen.
   Prosedur dalam kasus Antipas ini diuraikan Gubernur Pliny kurang lebih 15 tahun kemudian di dalam suratnya kepada Kaisar Trajan: “Aku menanyakan terdakwa apakah mereka orang-orang Kristen.  Jika mereka mengaku, aku bertanya kedua dan ketiga kalinya, dengan mengancam hukuman mati. 
   Kepada mereka yang bersikeras, aku memerintahkan hukuman mati, karena aku tidak ragu sama sekali, bahwa apapun yang mereka akui, mereka pantas di hukum mati karena sikap keras kepala mereka…Aku membebaskan mereka yang mengaku bukan atau tidak pernah menjadi Kristen, dan yang di hadapanku memohon kepada dewa-dewa dan mempersembahkan anggur dan dupa dihadapan patung (Trajan)- mu dan terutama yang mengutuk Kristus, yang kudengar tidak bakalan dilakukan seorang Kristen sejati.
   Trajan menanggapi bahwa pihak berwenang tidak seharusnya memburu orang-orang Kristen atau mencobai mereka dengan tuduhan tak berdasar.
   Namun demikian, jika secara terbuka dihadapkan kepada gubernur, para pejabat harus menangani mereka seperti yang di uraikan Pliny.  Mungkin seorang tetangga yang memusuhi, entah Yahudi atau bukan Yahudi, mendakwa Antipas dihadapan gubernur.”   1)

PUJIAN KEPADA JEMAAT PERGAMUS:
“TIDAK MENYANGKAL IMAN”—Melukiskan pengalaman para pahlawan iman yang tetap setia.
a.    Pergamus terkenal dengan penyembahan dewa matahari Babilonia dan kaisar masih hidup.
b.   Dengan bertobatnya kaisar Konstantin (323) maka kepausan timbul menjadi pimpinan agama dan politik di Eropa Barat
1.   Artinya Setan bertempat tinggal di tengah-tengah gereja Kristen.
2.   Kepausan adalah perpaduan kekafiran da kekristenan, yang masanya disebut “The Age of Popularity”.

“ANTIPAS, saksiku, juga tidak menyangkal iman”.
a.    ANTI artinya menentang, dan PAS artinya PAPA (PAUS)
b.   Jadi ANTIPAS –Melukiskan para martir yang korban karena menentang penyembahan terhadap kaisar (Paus). “      2)


‘juga tidak pada zaman Antipas, saksiKu, yang setia kepadaKu, yang dibunuh di hadapan kamu’.
a)   ‘Antipas’.
Ada yang menganggap bahwa nama ‘Antipas’ ini adalah nama asli seseorang; tetapi ada juga yang menganggap bahwa sama seperti nama-nama lain dalam Kitab Wahyu, ini hanya bersifat simbolis, yang menunjuk kepada segolongan orang yang ‘anti Paus’.
Catatan: lihat di depan tentang penafsiran simbolis dari ke tujuh gereja (hal 1-2, point no 1,c dari buku ini).
Matthew Poole: “Our being able from no history to give an account of this martyr, hath inclined some to think this epistle wholly prophetical, and that Antipas signifieth not any particular person, but all those who opposed the pope, as if it were Antipapa” (= Ketidakmampuan kita memberikan catatan / cerita dari sejarah tentang martir ini, telah mencondongkan beberapa orang untuk berpikir bahwa surat ini sepenuhnya bersifat nubuat, dan bahwa Antipas tidak berarti seseorang yang tertentu, tetapi semua mereka yang menentang Paus, seakan-akan kata itu adalah Antipapa) - hal 954-955.
Steve Gregg: Some who take this approach have suggested that Antipas does not refer to an individual, but to a class of men opposed (‘anti’) to the popes (‘papas’), which men were martyred in great numbers in Rome and Constantinople” [= Sebagian dari orang-orang yang mengambil arti ini mengusulkan bahwa Antipas tidak menunjuk kepada seorang individu, tetapi kepada segolongan orang yang menentang (‘anti’) Paus (‘papas’), yaitu orang-orang yang mati syahid dalam jumlah besar di Roma dan Constantinople] - hal 70.
Saya berpendapat bahwa Antipas adalah nama orang.
b)   Ada yang menterjemahkan kata-kata ‘saksiKu yang setia’ dengan ‘martirKu yang setia’.
William Barclay: “The Risen Christ calls Antipas my faithful MARTUS. We have translated that ‘martyr’; but MARTUS is the normal Greek word for ‘witness’. In the early church to be a martyr and to be a witness were one and the same thing. ‘Witness’ meant so often ‘martyrdom’” (= Kristus yang bangkit menyebut Antipas ‘MARTUS-Ku yang setia’. Kita telah menterjemahkannya ‘martir’, tetapi MARTUS adalah kata Yunani yang normal untuk ‘saksi’. Dalam gereja mula-mula menjadi ‘martir’ dan menjadi ‘saksi’ adalah hal yang satu dan sama) - hal 92.
Catatan: A. T. Robertson mengatakan (hal 305) bahwa arti ‘martir’ adalah arti modern yang baru muncul pada abad ke 3.
c)   Kematian Antipas.
Adam Clarke: Ada suatu karya yang masih ada yang disebut ‘Perbuatan / Kisah Antipas’, yang membuatnya sebagai uskup dari Pergamus, dan menyatakan bahwa ia dibunuh dengan dimasukkan ke dalam sapi dari kuningan yang dibakar. Tetapi cerita ini menentang dirinya sendiri, karena orang Romawi, dibawah pemerintahan siapa Pergamus saat itu, tidak pernah membunuh seseorang dengan cara ini. Diduga bahwa ia dibunuh oleh suatu gerombolan, yang memilih cara ini untuk mempertahankan kehormatan dari dewa mereka Aesculapius, dalam pertentangan dengan tuntutan dari Tuhan Yesus kita - hal 978.
d)   Tak diingat dalam sejarah, tetapi diingat oleh Kristus.
Pulpit Commentary: “Of Antipas we know nothing more than is named here. No historic roll, save this, refers to him. But Christ never forgets. To be remembered by him is fame enough” (= Tentang Antipas kita tidak mengetahui apapun lebih dari yang disebutkan di sini. Tidak ada catatan sejarah, kecuali ini, yang menunjuk kepadanya. Tetapi Kristus tidak pernah lupa. Diingat oleh Dia adalah cukup masyhur / populer) - hal 73.
Mungkin kalau ini terjadi pada jaman sekarang, orang kristen sendiri bahkan akan mengecam Antipas sebagai orang kristen yang extrim. Tetapi Yesus justru memuji Antipas dengan sebutan ‘saksiKu yang setia’. Perlu diingat bahwa istilah ‘saksiKu yang setia’ yang diberikan kepada Antipas, merupakan istilah yang sama dengan yang ditujukan kepada Kristus sendiri dalam Wah 1:5. Jadi ini merupakan suatu pujian yang sangat tinggi.
e)   A. T. Robertson mengatakan (hal 305) bahwa kematian syahid Antipas ini disusul oleh beberapa orang lain di Pergamum, yaitu Agathonice, Attalus, Carpus, dan Polybus. Seringkali orang digoda setan dengan berpikir: ‘Dari pada mati secara sia-sia, lebih baik menyangkal Yesus / berkompromi’. Tetapi dari cerita tentang Antipas ini terlihat bahwa kematian syahid tidaklah sia-sia. Pertama, kesetiaan sampai mati itu menyenangkan Allah, dan kedua, itu memotivasi orang kristen lain untuk juga berani mati demi Kristus.
Tetapi sebaliknya kalau kita menyangkal Kristus, berkompromi dengan dunia, dsb, kita menghancurkan motivasi orang kristen lain untuk menderita dan mati demi Kristus!. “      3)
REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 60.
2.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal.14.
3.   Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.

                  WAHYU KEPADA YOHANES (51)
“Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang MENGANUT AJARAN BILEAM, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.  Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada AJARAN PENGIKUT NIKOLAUS” (Wahyu 2:14,15).

BERKOMPROMI –MENEMPATKAN DIRI KITA DALAM BAHAYA BESAR.

   “Jelas bahwa ada sebagian orang di jemaat Pergamus yang menganut ajaran yang sama dengan ajaran Bileam.  Seperti Bileam, mereka berusaha menyesatkan orang-orang dengan ide-ide mereka.  Ayat di atas juga menyinggung tentang ajaran para pengikut Nikolaus.  Akar kata untuk Nikolaus (nikolaos) berarti “dia yang menaklukkan orang-orang” sementara kata Bahasa Ibrani untuk Bileam berarti “dia yang menelan orang-orang.”  
   Kedua istilah ini, meskipun dalam bahasa berbeda, pada intinya bermakna sama.  Ketika raja Moab melihat bangsa Israel datang, dia pun sadar bahwa Allah bangsa Israel terlalu berkuasa untuk ditaklukkan balatentaranya.  Jadi raja Moab, BALAK, mendapat ide brilian.  Dia  mencari nabi Allah dari Israel yang bersedia mengutuki bangsa Israel sendiri.   Setelah mendengar tentang BILEAM, Balak mengutus seorang wakil kepadanya: “Raja Moab menawarkan sejumlah besar uang jika engkau mau datang dan mengutuki bangsa Israel”.
   Sebagai tipe orang serakah, sang nabi setuju menerima tawaran walaupun Yahwe mungkin tidak senang.  Dalam perjalanannya ke Moab, Bileam terlibat percakapan dengan seekor keledai.  Dengan mengabaikan petunjuk Ilahi bahwa dia berada di jalan yang salah, dia melanjutkan perjalanannya untuk mengutuki Israel.  Namun bukannya kutuk, malahan berkat yang keluar dari mulutnya.  Raja yang membayarnya pun sangat marah (lihat Bil.22-24).  Bileam tidak dapat mengutuki bangsa Israel, sehingga tidak mendapat uang.  Lalu dia mendapat ide brilian.  “Kita bisa saja mencari cara untuk menyesatkan bangsa Israel,” sarannya, “ALLAH AKAN MENINGGALKAN MEREKA, DAN MEREKA AKAN KALAH DALAM PEPERANGAN.”  Sebagai bagian dari rencana jahatnya, Bileam memanfaatkan daya tarik pesta pora kafir serta AMORALITAS SEKSUAL agar sebagian bangsa Israel berdosa melalui  makanan yang dipersembahkan kepada berhala dan amoralitas seksual. 
 
   Akibatnya, Allah menarik perlindungan-Nya dari bangsa Israel, dan wabah hebat menghancurkan banyak dari mereka (lihat Bilangan 25 dan 31:16)
   Kisah tentang Bileam mengilustrasikan ketergantungan kita pada PERLINDUNGAN ALLAH.  Dosa-dosa yang kelihatannya tidak berbahaya menimbulkan efek yang membawa kehancuran jika itu berhasil memisahkan kita dari Tuhan.  Jemaat di Pergamus merasa dibenarkan di dalam komprominya, namun demikian, menempatkan diri dalam bahaya besar”.  1).

   “Oleh karena masa yang dilambangkan oleh Pergamus adalah masa perkembangan Kepausan (313-538 Masehi), tampaknya terbukti bahwa tahta Setan itu merujuk kepada pusat perbaktian papal Rome.

   “Hampir-hampir tidak terasa cara-cara kekafirn menemukan jalannya ke dalam jemaat Kristen.  Roh Kompromi dan penyesuaian ditahan untuk sejenak oleh penganiayaan-penganiayaan berat yang diderita jemaat di bawah kekafiran.  Tetapi begitu penganiayaan itu berhenti, dan Kekristenan memasuki pekarangan dan istana-istana raja-raja, ia menyingkirkan kesederhanaan Kristus dan rasul-rasul-Nya yang bersahaja itu bagi kebesaran dan kemegahan imam-imam serta penguasa-penguasa kafir; dan di tempat dari tuntutan-tuntutan Allah ia menggantikan teori-teori serta tradisi-tradisi manusia.  Perubahan secara nama saja dari Konstantin di penggalan awal dari abad ke empat menyebabkan kegembiraan yang besar; dan dunia, berjubahkan suatu bentuk kebenaran, melangkah ke dalam gereja”.
          E. G. White, The Great Controversy, hal.49,50.             2)

CELAAN ATAU KEBERATAN KEPADA JEMAAT PERGAMUS:
1.   Di antaramu ada orang yang menganut ajaran Bileam yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.
a.    Ajaran Bileam yang mendorong agar orang Israel memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala dan mempengaruhi mereka untuk berzinah dengan anak-anak perempuan Moab—Melukiskan perpaduan kekafiran dengan agama yang benar.
i.     Legalisasi agama melalui pertobatan Konstantin (313) dan peraturan toleransinya membuat kekafiran dan kekristenan campur aduk.
ii. Akibatnya gereja muncul sebagai lembaga rohani politik yang sudah
    kehilangan kerohaniannya.”     3)
“Ada pula yang berpegang kepada ajaran Nikolaus.”
   “Kaum Nikolaus mempraktekkan dosa-dosa Bileam.  Wahyu 2:14,15 menyamakan dosa-dosa Bileam dengan kaum Nikolaus itu.   Apakah dosa-dosa Bileam?.  Dosa-dosanya adalah tamak, munafik, musyrik, dan tidak bermoral “(Lihat Bil.22-24; 25:1; 31:8, 16; 2 Pet.2:15; Yudas 11).   4)

   Inti ajaran Nikolaus: the deeds of the flesh do not affect the purity of the soul and have no bearing on salvation.  Nikolaus adalah sekte Heretic yang jadi wabah di jemaat Efesus dan Pergamus.  Pendirinya ialah Nicolas dari Antiokia (Kisah 6:5)—salah seorang dari ke tujuh diakon. (Garis miring ditambahkan penulis).

REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal.61.
2.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.41,42.
3.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal. 15
4.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.37.

                              
                                WAHYU KEPADA YOHANES (52)

   “….ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak UNTUK MENYESATKAN ORANG ISRAEL, SUPAYA MEREKA MAKAN PERSEMBAHAN BERHALA DAN BERBUAT ZINAH” (Wahyu 2:14).

                  DOSA-DOSA KECIL MEMBAWA KEPADA KEHANCURAN

   “Memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala kelihatannya masalah sepele yang tidak perlu diributkan. Dan orang-orang muda seringkali bertanya, “Apa salahnya dengan ‘seks yang tidak membahayakan’ ?”.   Tindakan yang dilakukan Bileam dan Balak untuk menyesatkan bangsa Israel mungkin kelihatannya tidak terlalu salah bagi sebagian bangsa Israel.  Tetapi saat godaan mengarah pada dosa, kita sering mendapati bahwa konsekwensinya jauh melebihi kesenangan yang mungkin diberikannya.  Hasil akhir dari Baal-Peor, suatu peristiwa dalam Perjanjian Lama yang berkaitan dengan ayat di atas, adalah tewasnya 24 000 orang bangsa Israel.  
   Daya tarik dosa dalam hidup kita sama kuatnya seperti daya gravitasi.  Godaan menarik kita secara konstan dan pasti ke dalam daya tariknya.  Menyerah pada dosa dapat menghancurkan kita.   Firman Allah menjelaskan bahwa dosa-dosa kecil pun dapat membawa kepada kehancuran dan pada akhirnya kematian”.  
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 62.

                            WAHYU KEPADA YOHANES (53)

   “….supaya mereka makan persembahan berhala dan BERBUAT ZINAH. Demikian juga ada padamu orang-orang yang bepegang kepada ajaran pengikut Nikolaus”. (Wahyu 2:14,15).

MEMILIH APA YANG DIKATAKAN FIRMAN ALLAH, SEKALIPUN KITA TAK MENGERTI.

   “Kata untuk perzinaan dalam bahwa Yunani sangat erat kaitannya dengan kata untuk pelacuran.  Orang-orang Kristen sering merasa ngeri kepada mereka yang menghargai diri mereka sebegitu rendahnya sehingga rela menukar tubuh mereka secara seksual demi sejumlah kecil uang.  Namun demikian, orang-orang Kristen yang sama kadang berpikir bahwa seks di antara “orang-orang dewasa yang suka sama suka” tidak seharusnya menjadi bahan perdebatan.  Alkitab mengajarkan kita untuk meyimpan seksualitas kita bagi orang yang akan sangat menghargai kita sehingga bersedia mengabdikan hidup mereka bagi kita.   “Tapi bukankah kemurnian seksual hingga pernikahan suatu gagasan yang ketinggalan zaman?” seorang anggota jemaat bertanya kepada pendetanya. “Memang benar, adalah bodoh jika kita main-main dengan adanya penyakit-penyakit di luar sana, tapi kami saling mencintai dan berencana untuk menikah suatu hari nanti.  Apakah alasan mengapa kami harus menunggu?”
 
   Jawab sang pendeta, “Akan saya beri TIGA ALASAN.  Yang PERTAMA, jika Anda sedang mempersiapkan diri untuk pernikahan, Anda perlu membangun relasi yang akan bertahan seumur hidup.  Untuk dapat mencapai itu, Anda butuh ‘infrastruktur’ relasional yang kokoh, dan itu berarti meluangkan banyak waktu untuk saling mengenal satu sama lain secara mental, emosional, dan spiritual.  Begitu sepasang muda- mudi terlibat secara fisik, mereka mulai menelantarkan aspek-aspek lain pada relasi mereka, padahal itulah yang benar-benar penting saat Anda berencana untuk hidup bersama-sama.
   “KEDUA, seks sebelum menikah memperlemah daya tahan Anda terhadap perselingkuhan dalam perkawinan.  Otak cenderung mencari jalan yang tidak banyak hambatannya.  Begitu Anda telah terbiasa meniti jalur tertentu untuk sementara waktu, akan lebih mudah menempuh jalur itu lagi di masa depan.
   Pernikahan ‘COBA-COBA’ adalah salah satu cara pasti untuk memastikan bahwa pernikahan itu tidak akan bertahan.
   KETIGA, sekalipun Anda tidak melakukan perselingkuhan nantinya, berhubungan seks dengan pasangan Anda sebelum menikah akan mengarah pada masalah kepercayaan.  Tidak peduli seberapa setianya Anda, pasangan Anda akan berpikir, Ya, ia melakukannya denganku sebelum kami menikah, jadi apa yang mencegahnya untuk melakukannya dengan orang lain yang bukan pasangannya?.  Jangan mempersulit pernikahan Anda dengan ketidakpercayaan seperti itu.  “Wow”, kata si anggota jemaat. “Sungguh Alkitab sedemikian praktis.”
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 63.

                              
                            WAHYU KEPADA YOHANES (54)

   “Sebab itu BERTOBATLAH!... Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari MANNA YANG TERSEMBUNYI; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya BATU PUTIH, YANG DI ATASNYA TERTULIS NAMA BARU…” (Wahyu 2:16,17.

                    MENGUNDANG ROH PERTOBATAN KE DALAM HATI.

   “Jemaat di Pergamus sedang hanyut ke dalam kompromi, walaupun tidak secara sengaja.  Orang-orang tidak bangun di pagi hari dan memutuskan untuk meninggalkan hubungan mereka dengan Allah atau benar-benar menjadi sekular.  Saat orang Kristen menjadi sekular, itu dikarenakan mereka membiarkan diri mereka secara berangsur-angsur terhanyut ke dalamnya.   Mungkin mereka tidak berdoa, atau bergumul dalam doa pribadi, seperti seharusnya.  Mungkin mereka tidak membaca Alkitab dan buku-buku rohani lain seperti yang biasa mereka lakukan.  Kemunduran menuju pada sekularisme terjadi secara berangsur-angsur.   Permasalahan dengan kompromi adalah bahwa orang-orang tergelincir ke dalamnya tanpa menyadari apa yang sedang terjadi.
   Kompromi cenderung menjadi populer—itu membuat semua orang senang dan tidak  menyinggung siapa pun.  Tapi tidak bagi Allah.  Mungkin saja harus mengecualikan pernyataan terakhir ini.  Tindakan mendamaikan dan kompromi tidaklah sama.  Yang pertama disebut itu baik.  Di lain pihak, hasil dari kompromi, secara spiritual tidaklah sehat.
   Apakah solusi Yesus untuk masalah kompromi ini?.  Dia tidak membiarkan kita dalam keragu-raguan.  BERTOBATLAH!.  Bentuk kata bahasa Yunani untuk kata kompromi mengandung pengertian bahwa PERTOBATAN adalah sesuatu yang mesti mereka mulai.
   Jemaat Pergamus jelas-jelas beranggapan bahwa mereka tidak perlu bertobat, namun Yesus bersikeras bahwa bentuk toleransi yang tidak benar memerlukan pertobatan.  Jika kepemimpinan gereja tidak mau mengkonfrontasi orang-orang yang sedang menghancurkan jemaat, maka Yesus akan datang dan “memerangi” mereka dengan pedang yang ada di mulut-Nya.
   Solusi untuk roh berkompromi, yang pertama dan terutama, adalah putusan yang tegas.  BERTOBAT berarti melakukan satu perbaikan total dalam kehidupan Anda, memperbarui disiplin-disiplin rohani.   Itu berarti berhenti terbawa arus dan melakukan apa yang dirasa baik dan sudah sewajarnya terjadi.  PERTOBATAN menuntut agar Anda serius dengan apa yang Anda lakukan secara rohani dengan cara teratur untuk berdoa dan belajar.
   Dan luangkan waktu dalam kehidupan Anda untuk hal-hal yang Allah ingin agar Anda lakukan, seperti membagikan iman Anda.  Tidak peduli apa yang pernah Anda lakukan atau di mana Anda pernah berada, tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan.      1)

   “Nasihat kepada Jemaat Pergamus: Bertobatlah –Melukiskan amaran atas bahaya kerohanian yang mengancam.
    Pahala atau Janji : Kepadanya akan kuberikan manna tersembunyi dan batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya.
a.    Manna melambangkan kehidupan rohani di dalam Kristus sekarang dan pada zaman kekekalan kelak.
b.   Batu putih melukiskan upacara penganugerahan hadiah atau pahala khusus dan penghormatan kepada umat tebusan.
c.    Nama Baru melukiskan tabiat baru yang sesuai dengan tabiat Allah dan melambangkan nama khusus dari Tuhan.
·         Tidak diketahui oleh siapapun –Menggambarkan pengalaman kelahiran rohani atau pembaruan tabiat yang hanya diketahui oleh orang bersangkutan.”.            2).

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal.64
2.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal.16