Jumat, 22 April 2016

"Bangunlah Dan Berjalanlah": Iman Dan Kesembuhan.

PEL.4 “BANGUNLAH DAN BERJALANLAH”: IMAN DAN KESEMBUHAN.
1. Pelajaran ini berfokus pada beberapa mukjizat yang lebih menakjubkan yang Yesus telah lakukan –dari mulai menyembuhkan orang-orang yang berpenyakit kusta sampai kepada menenangkan badai yang mematikan dan mengusir setan-setan, Yesus telah mengingatkan kita bahwa Dia memiliki KUASA atas semua bentuk-bentuk kutukan setan kepada manusia, memerhatikan kisah peyembuhan baik fisik maupun rohani. • Pelajaran kita juga pekan ini berhubungan dengan bagaimana Kristus menghadapi mereka yang kurang beruntung di antara kita. Ada 3 kejadian yang perlu kita perhatikan yakni: Menjamah yang tidak dapat di jamah(yang najis); Melibatkan yang tersingkir, dan Membebaskan yang tertawan.
2. Cobalah membayangkan/memikirkan hal apa yang paling Anda takuti? Apakah kematian anggota keluarga atau kematian Anda sendiri?. Apakah benar hal inilah yang paling kita takutkan?. Tentu saja Tuhan mempedulikan sakit fisik dan kematian kita, tetapi yang paling Ia pedulikan adalah sakit rohani dan kematian kekal, kehilangan kehidupan masa depan dengan Tuhan untuk selama-lamanya—Inilah tragedy yang jauh lebih besar! (losing the future life with God for eternity a much greater tragedy).
3. Kepada Tuhan Kematian pertama bagi orang-orang saleh tidak lebih daripada TIDUR karena Dia akan membangkitkan setiap orang yang meninggal saat kebangkitan I atau pada kebangkitan yang ke dua kali. Kecuali orang-orang kudus yang Yesus bangkitkan pada kebangkitan-Nya sendiri (5 BC, hlm.550). Matius 27:53 “Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur(Many bodies),…. Hanya Matius yang mencatat kejadian yang berhubungan dengan Penyaliban dan Kebangkitan Yesus. Bandingkan Mazmur 68:18; Ep.4:8. Perlu dicatat bahwa sementara kuburan terbuka pada saat kematian Yesus, orang-orang saleh yang telah dibangkitkan tidak bangkit sampai setelah Yesus bangkit (Matius 27:53). Betapa tepat bahwa Kristus harus membawa dengannya dari kubur beberapa tawanan yang telah di tawan oleh setan dalam rumah penjara kematian. Orang-orang yang mati syahid datang bersama Yesus, diabaikan, dan kemudian naek dengan-Nya ke sorga.*(D.A, hlm.786.)
4. Yesus telah menyembuhkan orang banyak selama pelayanan-Nya di bumi ini. Dia berjalan dari desa ke desa dan menyembuhkan orang sakit (SC. 11:2). Cobalah untuk membayangkan yang telah terjadi pada zaman kita ini!. Namun semua mereka telah meninggal dunia, termasuk Lazarus. Meskipun demikian, hasilnya bagi satu kelompok adalah berbeda. Tetapi mereka yang datang dari kubur pada saat kebangkitan Kristus telah bangkit kepada kehidupan yang kekal. Mereka telah naek dengan Dia sebagai trofi (PIALA) kemenangan-Nya atas kematian dan kubur. Yesus berkata: Mereka ini tidak lagi menjadi tawanan iblis, Aku ttelah menebus mereka. Aku telah membawa mereka dari kubur sebagai buah pertama dari kuasa-Ku (as the first fruits of my power), untuk bersama dengan-Ku dimana Aku berada, tidak lagi melihat kematian atau mengalami kesedihan. Orang-orang ini pergi ke kota, dan menampakkan diri kepada orang banyak, menyatakan bahwa Kristus telah bangkit dari kematian, dan kami telah dibangkitkan bersama Dia. Dengan demikian, kebenaran kudus tentang kebangkitan itu telah di abadikan. (DA, 786:23).
5. Saat ini ada banyak yang menoleh kebelakang kepada pelayanan penyembuhan yang diadakan oleh Yesus dan berharap/menginginkan untuk memiliki kuasa penyembuhan yang sama. Salah seorang penginjil Kristen bahkan pernah menyatakan bahwa suatu hari nanti didalam sebuah acara TV, ia akan menunjukkan seseorang yang dibangkitkan dari kematian. Namun, bagaimanapun luar biasanya jenis penyembuhan, itu tidak mencegah kematian seseorang. Kata Yunani: SOZO untuk penyembuhan adalah sama untuk MENYELAMATKAN atau Keselamatan.
6. MINGGU: MENYENTUH YANG TIDAK DAPAT DISENTUH. Baca Imamat 13:42-46 dan Mat.8:1-4. Ayat2 ini menimbulkan pertanyaan yang serius, yakni: Apakah Yesus terkontaminasi dengan menyentuh orang yang penyakit kusta?. Pria/orang itu mempunyai penyakit kusta!. Tetapi, ketika Yesus menyentuh dia, dia telah ditahirkan/disembuhkan. Jadi, apakah dengan melakukan itu telah membuat Yesus NAJIS? (Unclean). Karena seorang yang berani menjamah seseorang yang kena penyakit kusta menjadikan dirinya juga najis… (5A&O hlm.278). Adalah menarik untuk dicatat bahwa ketika orang itu berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku” (Mat.8:2). Kata “dapat” dalam bahasa Yunani yang digunakan disini adalah: DUNAMAI. Dalam bahasa Inggeris disebut: DYNAMITE! Yang berarti : “Penuh kuasa”. Jadi: “Jika Tuan mau, Tuan penuh dengan kuasa dan dapat mengubah hidupku”. Tentu saja seperti yang Dia lakukan pada kesempatan lain, Yesus dapat melakukan hanya dengan berbicara, dan orang itu menjadi sembuh. Yesus memiliki kuasa untuk melakukan apa yang pria/orang itu minta kepada-Nya.
7. Mari kita perhatikan kata-kata ini dalam Penuntun Guru SS hlm.50: “Najis, najis” adalah teriakan yang diharuskan bagi yang sakit kusta untuk membuat orang-orang yang lewat menjauh. Kebusukan dan kecacatan fisik, pengasingan dari pergaulan sosial, dan isolasi masyarakat membuat orang kusta seperti mayat yang hidup. Mereka tidak dapat di dekati oleh masyarakat. Sesuai dengan hukum para rabi, orang kusta harus memisahkan diri dari manusia yang lain paling sedikit 6 kaki (six feet). Melanggar aturan ini maka orang itu akan menjadi najis, dan memerlukan upacara pembersihan yang teliti, yang diawasi oleh seorang imam. Bertentangan dengan cara seperti itulah cerita orang kusta ini dimulai. Orang kusta mengetahui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Dia punya kuasa untuk memulihkannya, tetapi bagaimana dia bisa menjembatani jurang pemisah itu?. Enam kaki adalah jarak yang jauh dan terlarang untuk seorang kusta menyeberang dalam perjalanannya kepada titik yang menyelamatkan di mana terdapat penyembuhan.. Tetapi iman dari orang kusta mendekatkan jarak, dan teriakannya segera mendapatkan jawaban: “AKU MAU; JADILAH ENGKAU TAHIR”.(Matius 8:3).
8. Dengan menyentuh orang yang sakit kusta itu, Yesus menunjukkan bahwa tidak peduli betapa buruk sekalipun adanya dosa kita, Ia akan mendekat kepada mereka yang rela untuk diampuni, disembuhkan, dan disucikan dari dosa.(Jangan kita mundur). Roma 3:23 “Karena semua orang telah berbuat dosa”. (biarpun bangsawan dst). Jadi semua adalah orang kusta rohani, keji. Maksudnya, cerita Yesus menjamah orang kusta memberikan harapan bagi kita semua. Dia tidak melintasi rintangan yang 6 kaki tetapi jurang pemisah yang luas antara surga dan dunia, meninggalkan hadirat Allah, dan datang ke dunia untuk menjamah kita semua. Jamahan Yesus, tersedia Cuma-Cuma bagi kita semua, mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa yang terburuk, untuk memberikan kesembuhan di mana ada kebusukan, dan mengeluarkan kita dari kematian dosa kepada pelukan kasih Allah.
9. SENIN: ORANG ROMA DAN MESIAS. Baca Mat.8:5-13. Meskipun kebencian antara orang Yahudi dan Roma telah berlangsung lama tapi kita memiliki kisah seorang perwira militer Roma yg.biasanya mengawasi antara 80 hingga 100 prajurit, tinggal dan bekerja di kota Kapernaum, kota tempat Yesus selama pelayanan-Nya. Perwira itu mempunyai seorang hamba yang dipercaya dan disenangi. Hamba perwira itu telah terserang penyakit kusta, dan berbaring hampir mati. Diantara orang-orang Roma, para hamba adalah merupakan budak, dibeli dan dijual dipasar, dan diperlakukan dengan kekerasan dan kekejaman; namun perwira itu sangat lemah lembut kepada hambanya dan sangat rindu kesembuhannya. Dia percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkannya (Menurut perwira ini, bagi Yesus menyembuhkan seseorang bukanlah suatu hal yang sulit). Perwira itu belum pernah melihat Juruselamat, namun laporan2 yang dia telah dengarkan telah memberi inspirasi kepadanya dengan iman. Meskipun agama Yahudi itu bersifat formal, orang Romawi ini yakin bahwa agama mereka lebih unggul dari agamanya sendiri. Ia telah menembus hambatan2 prasangka kebangsaan dan kebencian yang memisahkan dari orang2 yang ditaklukkan. Dia telah menaruh hormat bagi pelayanan Allah, dan telah menunjukkan kebaikan kepada orang-orang Yahudi sebagai hamba2 Allah. Yesus segera berangkat ke rumah perwira itu tetapi terhalang oleh kerumunan orang banyak, Dia maju perlahan-lahan. Kabar kedatangan-Nya telah diketahui. Baca selanjutnya Mat.8:5-13. “Ia telah percaya bukan kepada kebaikannya; argumennya adalah kebutuhannya yang besar. Imannya berpegang pada Kristus dalam karakter-Nya yang benar. Dia tidak percaya kepada-Nya hanya sebagai pekerja mukjizat, tapi sebagai sahabat dan Juruselamat manusia”. D.A. hlm.315-316.
10. Ketika perwira itu perlu melakukan sesuatu, ia akan mengirim salah seorang prajuritnya untuk menyelesaikan tugas. Yesus tidak memiliki tentara untuk memanggil. Sarana apakah yang dipikirkan perwira itu yang Yesus akan gunakan untuk menyembuhkan hambanya?. Bagaimanakah perwira itu mengembangkan iman yang besar?. Apa yang telah dia dengar tentang Yesus?. Bagaimanakah dia merespons?. Iman datang oleh pendengaran.
11. Setiap hari kita membuat pilihan. Beberapa pilihan membawa kita lebih dekat dengan Allah. Alkitab menjelaskan pilihan2 yang membawa kita lebih dekat kepada Allah, dan beberapa dari pilihan itu membawa kita jauh dari Allah. Bagaimana kita bisa lebih berhasil pada pertumbuhan iman kita?.
12. SELASA : ROH2 JAHAT DAN BABI-BABI. Baca Mat.8:25-34; Mrk.4:35-5:20; Lks.8:22-39. Ini mengenai kepercayaan Yahudi bahwa hanya Allah yang bisa berkuasa mengendalikan alam dan setan. Jadi, dalam bagian ini kita melihat Yesus menenangkan badai yang mengerikan dan menyembuhkan orang yang di RASUKI SETAN. Siapakah yang Anda pikir yang bertanggung jawab atas badai itu?. Tidakkah Anda berpikir bahwa setan telah mencoba untuk membinasakan Yesus dan para murid-Nya dan sejumlah orang lain yang berada dalam perahu itu dalam satu waktu?. (DA.334-335).
13. Mengapa roh-roh jahat itu disuruh memasuki babi-babi itu?. Meskipun orang banyak meminta Yesus meninggalkan kota mereka (Mat.8:34)—ada kutipan E.G. White : Tujuan2 Kristus tidak gagal. Dia telah mengizinkan roh2 jahat untuk membinasakan kawanan babi sebagai hukuman terhadap orang-orang Yahudi yang telah memelihara binatang haram ini untuk mencari keuntungan. Bukan hanya setan, babi-babi tapi bahkan penjaga dan pemilik juga tercemplung kedalam air. Selanjutnya, peristiwa ini di izinkan terjadi agar para murid boleh menyaksikan kekejaman kuasa setan atas manusia dan binarang2 itu.(GC.515.1).
14. Orang-orang ini meminta untuk mengikut Yesus, tapi Yesus mengatakan kepada mereka untuk kembali dan memberitahukan kepada para tetangga mereka. Berapa lama mereka harus belajar doktrin?. Pada waktu Yesus datang berikutnya ke daerah itu, kerumunan besar keluar untuk melihat-Nya. Pada saat itu secara ajaib Dia telah memberi makan 4000 orang kafir tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
15. Yesus mampu dan mau melepaskan mereka yang memilih menyerahkan dirinya kepada Kristus. Kalau tidak, kita tidak berdaya melawan Iblis. Kita harus berada dalam salah satu pihak dalam pertentangan besar. Lukas 11:23 –Di pihak mana kita berada itu tergantung kita.
16. RABU : “BANGKIT DAN BERJALANLAH”. Baca Mat.9:1-8 dan Lukas 5:17-26. Dalam pelajaran kita pada hari Senin, Yesus berkata kepada perwira Roma itu bahwa Ia tidak menemukan seorangpun di Israel dengan iman sebesar ini. Tapi disini ada seorang yang kerinduannya untuk kesembuhan hatinya LEBIH BESAR dari pada kesembuhan fisiknya. Seorang lumpuh dibawak kepada Yesus. Mengapa Anda pikir bahwa Yesus pertama MENGAMPUNI dosa orang itu dan kemudian baru menyembuhkannya secara FISIK?. Orang2 Yahudi percaya bahwa seetiap penyakit serius adalah akibat dari dosa, baik dari orang itu atau orang tuanya (Yoh.9:1-2). Lihat apa yang dikatakan Tuhan dalam Imamat 26 dan Ulangan 7 dan 28. Dengan demikian, tidak mungkin menyembuhkan seseorang kecuali seseorang pertama berurusan dengan masalah dosa. Perhatikan kata-kata E.G. White : “Kerinduannya yang terbesar itu ialah bukannya kesembuhan tubuh saja tetapi juga kelepasan dari beban dosa. Jika ia dapat melihat Yesus, dan menerima jaminan keampunan serta mendapat kedamaian dengan surga, ia telah puas walaupun hidup atau mati, dalam menurut akan kehendak Allah.”—Alfa dan Omega, Jld.5 hlm.280. (DA 267.4).
17. KAMIS: BIARLAH ORANG MATI MENGUBURKAN ORANG MATI. Baca Matius 8:18-22 ---Mengenai apa artinya mengikut Dia (Panggilan pemuridan). Dalam ayat2 ini ada 2 orang mendekati Yesus. Perhatikan bahwa orang pertama adalah seorang guru hukum( a teacher of the law-ahli Taurat), dengan kata lain, ia adalah seorang Juru tulis ( one of the scribes). Tentu, dia bisa menjadi asset besar kepada para pengikut Yesus. Mengapa Yesus merespons dengan mengatakan: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Mat.8:20; Lks.8:1-3)?. Apakah Yesus sedang menjelaskan bahwa kehidupan seorang ahli Taurat itu berbeda dengan kehidupan Yesus. Yesus menunjukkan bahwa hidup-Nya bukanlah kehidupan istimewa. Orang ke 2 adalah salah seorang murid Yesus yang berkata: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.”. Yesus menjawab:”IKUTLAH AKU dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka”. Bukankah kata-kata itu terdengar sangat keras?.Pertanyaan pada orang kedua ini ialah: Apakah dia benar2 bersedia menempatkan Yesus lebih utama dari keluarganya sendiri. Kepada yang pertama: hendaklah engkau menyadari harga yang harus engkau bayar, apakah engkau benar2 mengasihi Aku. Siap meninggalkan segala kesenangan diri. Kita harus bisa mempergunakan setiap saat dan kesempatan yang baik untuk melakukan hal2 yang baik juga. Setiap saat kita harus membuat keputusan yang menentukan. Jangan di tunda-tunda. Jika orang ke 2 harus pergi dan menguburkan ayahnya, apakah Yesus menyangkal “hak istimewanya” itu?. Kita perlu menyadari bahwa dalam zaman orang Yahudi purba, pemakaman hampir selalu diadakan dalam 24 jam dari kematian. Jadi apa yang Yesus katakan ialah: “Anda tidak harus menunggu sampai ayahmu meninggal di beberapa waktu mendatang; datang dan Ikutlah Aku sekarang.
18. Kita sudah mempelajari bagaimana Yesus memanggil 4 orang nelayan: Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes dari perahu mereka. Mereka meninggalkan semua dan mengikut Dia. Panggilan lain dalam Matius 9:9-13. Panggilan kepada seorang pemungut cukai di Kapernaum(Matius). Dia pun meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus.
19. Baca Matius 9:13 dan Hosea 6:6—Ayat2 ini perlu dibandingkan dengan Mikha 6:6-8. Yang membuat kita nyaman adalah: Melakukan kehendak Allah dalam kehidupan kita.
20. Kita tidak selalu mengetahui kehendak Allah untuk kesembuhan fisik, tetapi kita selalu mengetahui kehendak-Nya untuk kesembuhan rohani. Kristus memanggil kita untuk bergabung di pihak yang menang dalam pertentangan besar itu dan berada di pihak Kristus.
21. Jadi mengapa Yesus melakukan banyak mukjizat penyembuhan?. Ini adalah satu cara menarik perhatian. Kita harus bergandengan tangan dalam pelayanan penyembuhan.
                                      =================

Selasa, 19 April 2016

Jangan Menghakimi.

JUDUL : "JANGAN MENGHAKIMI"
AMARAN TENTANG MENGHAKIMI
DAN MENGKRITIK ORANG LAIN (MATIUS 7:1-5)Pdt.H.M. Siagian.
Pendahuluan: A. Matius 7:1-5 adalah bahagian dari Khotbah Yesus di atas bukit dalam Matius 5-7). Ada beberapa topik yang dibahas dalam Khotbah di Atas Bukit yang bertujuan :Bagaimanakah kita membangun kehidupan kita sesuai dengan prinsip2 yang berikut ini? Diantaranya: : Hal kekuatiran(Jangan khawatir) ; Hal Menghakimi (Jangan menghakimi); Hal Pengabulan Doa (mencari dan mengetuk); Jalan yang benar(berjalan di jalan yang sempit/sesak) ; Hal pengajaran yang sesat(menghasilkan buah); Dua macam dasar(membangun diatas batu?) (Mat.6:25-7:27) Jadi salah satu topik yang akan kita bahas pada saat ini adalah: “Jangan menghakimi” (Amaran tentang menghakimi dan mengkritik orang lain, yang didasakan pada Matius 7:1-5.
       ILUSTRASI: Istri saya sudah tuli," keluh seorang suami kepada dokter pribadinya. "Saya harus bicara berkali-kali padanya, barulah ia mengerti." Sang dokter lantas memberi usul: "Bicaralah dengannya dari jarak sepuluh meter. Jika tak ada respons, coba dari jarak lima meter, lalu dari jarak satu meter. Dari situ kita akan tahu tingkat ketuliannya." Si suami mencobanya. Dari jarak sepuluh meter, ia bertanya pada istrinya, "Kamu masak apa malam ini?" Tak terdengar jawaban. Ia mencoba dari jarak lima meter, bahkan satu meter, tetap saja tak ada respons. Akhirnya ia bicara di dekat telinga istrinya, "Masak apa kamu malam ini?" Si istri menjawab: "Sudah empat kali aku bilang: sayur asam!" Rupanya, sang suamilah yang tuli. Sdr2ku,…Saat mengkritik orang lain, kita kerap kali tidak sadar bahwa kita pun memiliki kelemahan yang sama, bahkan mungkin lebih parah. Ada kalanya apa yang tidak kita sukai dari orang lain adalah sifat yang tidak kita sukai dari diri sendiri. Kita belum bisa mengatasi satu kebiasaan buruk, kemudian jengkel saat melihat sifat buruk itu muncul dalam diri orang lain, sehingga kita memintanya untuk berubah. Tuhan Yesus tidak melarang kita menilai orang lain secara kritis. Namun, janganlah membesar-besarkan kesalahan orang lain dengan mengabaikan kesalahan diri sendiri. Jika kita memakai standar atau ukuran tinggi dalam menilai orang lain, pastikan kita sendiri sudah memenuhi standar yang kita buat. Yang terbaik adalah introspeksi diri terlebih dulu sebelum memberi kritik kepada orang lain.
Amaran tentang menghakimi dan mengkritik orang lain :
1. Jangan menghakimi; jangan mengkritik (ay.1)
2. Pengkritik akan dihakimi (ay.2).
3. Pengkritik gagal memeriksa dirinya sendiri (ay.3).
4. Pengritik tertipu oleh dirinya sendiri. (ay.4)
5. Pengritik adalah seorang munafik (ay.5)
I.(7:1) PENGHAKIMAN—Jangan menghakimi; jangan mengkritik.”Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi”. Perkataan “menghakimi” artinya: mengkritik, menyalahkan, orang yang suka mencela(menyensor). Itu adalah merupakan kebiasaan mencela dan tukang kritik.
Leo Tolstoy(1828-1910) adalah seorang penulis novel dan filsuf Rusia, pernah berkata: “Banyak orang yang berambisi ingin mengubah dunia. Banyak orang yang berambisi untuk mengubah hidup orang lain, tetapi terlalu sedikit orang yang berpikir untuk mengubah dirinya sendiri.” Saudara-saudara, dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang demikian. Dan ini juga menjadi tantangan dan ujian bagi umat dan hamba Tuhan yang banyak berurusan dengan mengubah hidup orang lain. Pada era tahun 90-an. Pdt. Jesse Jackson dianggap sebagai salah satu kompas spiritual masyarakat Amerika. Beliau bukan hanya dikenal sebagai tokoh agama, tetapi juga seorang politikus, pejuang HAM yang gigih. Tetapi dunia kekristenan di Amerika dikejutkan oleh pengakuannya di depan publik, pada tanggal 18 Januari 2001, dia mengaku, telah berselingkuh sejak tahun 1998 dan telah mempunyai seorang anak di luar nikah, dari hasil perselingkuhannya itu, yang berumur 20 bulan. Ironisnya adalah skandal perselingkuhannya itu terungkap pada saat dia sedang menjadi konselor yang menangani kasus perselingkuhan Presiden Bill Clinton dengan Monica Lewinsky. Bayangkan, orang yang sedang berselingkuh (Jesse Jackson) mencoba menjadi terapis bagi orang yang juga berselingkuh (Bill Clinton). Saudara-saudara, kisah nyata ini saya ungkapkan bukan karena saya merasa lebih rohani dari pada dia, karena saya pun belum teruji; integritas dan konsistensi pelayanan seseorang harus dilihat sampai pada akhir hidupnya. Sebenarnya jika kita membaca biografi tokoh yang saya sebutkan ini, banyak hal positif yang bisa kita pelajari dari pelayanannya. Tetapi saya ingin membukakan area-area fatal dalam hidup nya yang perlu kita waspadai, karena kita pun bisa jatuh kepada hal yang sama. Area apa itu? Yaitu, betapa banyak Hamba Tuhan/umat Tuhan yang berusaha membereskan dosa-dosa orang lain, tetapi jarang membereskan dosa-dosanya sendiri. Menempatkan diri sebagai “penyelamat” bagi orang lain, tetapi sebenarnya dia pun butuh ditolong. Ia ingin mengeluarkan orang dari kubangan dosa tertentu, tetapi ia juga sedang terperangkap pada dosa yang sama, bahkan kadang-kadang lebih parah. Saudara-saudara, dalam perikop yang kita baca tadi, Yesus memberitakan perintah: “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” “Sikap menghakimi” yang dimaksudkan dalam bagian ini bukan berarti kita tidak boleh mengkritik orang lain, bukan berarti kita tidak boleh menegur kesalahan orang lain, bukan berarti kita meniadakan nalar kritis kita untuk membedakan mana yang benar, mana yang salah, mana yang baik, dan mana yang jahat. “Jangan menghakimi!” Bukan juga maksudnya kita tidak peduli dengan kesalahan orang lain, menutup mata dengan kesalahan orang lain, seolah-olah itu adalah masalah privacy orang lain, bukan urusan kita. Bukan itu poinnya. Tetapi sikap menghakimi yang dimaksudkan disini adalah lebih kepada sikap yang begitu fanatik dan agresif terhadap dosa-dosa orang lain, tetapi begitu toleran dengan dosa-dosa sendiri. Sikap menghakimi disini lebih kepada sikap yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi dirinya sendiri tidak sadar bahwa dia sebenarnya punya kesalahan yang jauh lebih besar. Sikap menghakimi disini lebih kepada sikap yang begitu kejam, begitu keras mengkritik orang lain, dan menghukum orang lain tanpa belas kasihan; tetapi sebaliknya, begitu lemah mengkritik diri sendiri, begitu toleran dengan kesalahan diri sendiri. Yesus tidak melarang kita untuk menegur kesalahan orang lain. Yang dilarang Yesus adalah mengkritik dengan spirit/jiwa yang salah dengan tujuan dan motif yang salah. Kritik yang sifatnya menghancurkan, merendahkan orang lain. Mengkritik dengan sikap arogan, penuh dengan kesombongan rohani. Poin utama yang ingin ditekankan oleh Yesus dalam perikop ini adalah Yesus mengingatkan kecenderungan (tendensi) manusia pada umumnya untuk lebih berfokus melihat kesalahan-kesalahan orang lain daripada melihat ke dalam diri sendiri. Jika kita menemukan dosa orang lain, kita kecam habis-habisan. Tetapi jika kita menemukan kesalahan diri sendiri, kesalahan itu kita anggap kecil dan remeh. Kita lucuti kesalahan orang lain, sampai akhirnya kita kehilangan belas kasihan terhadap orang lain.
1. Ketika seseorang jatuh/tergelincir—inilah saat atau waktunya untuk menunjukkan kasih sayang, bukan malah mencela/mengritik dia. Itulah saatnya menarik dia, bukan malah mendorongnya lebih jauh. Itulah waktunya berbicara dengan baik dan sopan kepada dia, bukan berbicara yang negatif dan bersifat merusak.
2. Dalam diri orang-orang yang rendah hati dan penuh kasih, tidak pernah ada roh mengkritik. Melainkan hanya ada kasih sayang kepada mereka yang bersalah.
   ADA BEBERAPA ALASAN MENGAPA ORANG CENDRUNG MENGHAKIMI DAN MENGKRITIK:
1. Kritik meningkatkan Citra diri kita sendiri (our self image). Menunjukkan kegagalan orang lain dan menjatuhkan dia sehingga membuat kita tampaknya sedikit lebih baik, setidaknya dimata kita sendiri. Hal itu menambah kesombongan , ego dan citra diri kita sendiri.
2. Kritik hanya untuk kenikmatan. Ada kecendrungan dalam sifat alami manusia senang mendengar dan menyampaikan kabar buruk dan kekurangan-kekurangan orang lain.
3. Kritik membuat kita merasa bahwa kehidupan kita sendiri (secara moral dan prilaku) lebih baik daripada orang yang telah gagal itu.
4. Kritik menolong kita membenarkan keputusan yang telah kita buat dan hal-hal yang telah kita lakukan sepanjang hidup kita. Kita merasionalisasikan semua keputusan dan tindakan kita dengan menunjukkan kegagalan orang-orang lain.
5. Kritik adalah merupakan sebuah jalan keluar (outlet) bagi rasa sakit hati dan balas dendam. Kita merasa dia pantas mendapatkannya. Kita mungkin berfikir: “Ia telah menyakiti saya, sehingga ia pun pantas disakiti juga”.
ADA BEBERAPA ALASAN MENGAPA ORANG TIDAK BOLEH MENGKRITIK:
1. Semua keadaan dan semua fakta tidak pernah dapat diketahui. Apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi—kita tidak dapat ketahui. Selalu ada banyak fakta diluar pengetahuan kita. Anak-anak dan orang tua, isteri dan suami, majikan dan kariawan, para teman dan sahabat—hal-hal bisa terjadi ketika mereka sendirian dibalik pintu tertutup. Dan sayangnya ada sesuatu yang jarang di ingat : Ketika orang muncul dari pintu tertutup itu dan masuk ketengah umum, seseorang tidak selalu mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Roh suka membicarakan orang lain adalah roh pembenaran diri sendiri. Roh berdiam diri adalah roh peduli dan mengasihi. Roh berdiam diri –selalu memiliki roh yang rindu untuk tidak melukai orang lain.
  2. Semua orang—yang beragama maupun yang tidak beragama—cendrung gagal dan jatuh. Dan kita sering berdosa. (1 Yoh.1:8,10. “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.”) Tidak ada seorang pun yang bebas dari dosa. Ketika kita mengkritik dan menghakimi, kita punya sebuah problem(masalah) : Kita lupa bahwa kita adalah orang-orang berdosa. Mereka gagal sekarang; tapi mungkin kita telah gagal sebelumnya. Saudara-saudara mungkin kita akan gagal kemudian. Tidak ada yang pernah bebas dari dosa. Kejatuhan manusia adalah merupakan sebuah siklus yang berkesinambungan. Kita harus selalu mengingat bahwa satu-satunya kebenaran kita sebagai orang-orang percaya adalah Yesus Kristus, dan kita harus selalu bergantung kepada kebenaran Kristus.
3. Kita tidak pernah mengetahui tentang seseorang. Mari kita pikirkan sejenak tentang masa kanak-kanak. 18 tahun adalah waktu yang cukup lama. Hari demi hari bergerak kedalam seminggu, dan minggu ke minggu membentang ke bulan, dan bulan demi bulan sampai tahun telah tiba. Dan dari tahun ke tahun adalah waktu yang lama. Lama untuk membentuk anak sampai menjadi dewasa. Jenis ibu, ayah, teman-teman yang bagaimanakah yang telah gagal mempengaruhi dan membentuk dia?. Jenis Gen dan temperamen apakah yang telah diwariskan dan dikembangkan?:Sifat yang berapi-api, seorang yang ketat, inferior, kuat, mencintai, pemalu?. Begitu banyak yang masuk mempengaruhi kehidupan manusia, dimana hanya Tuhan yang dapat mengetahui seseorang, yang cukup baik mengenal dia dan bisa menghakimi dia (Only God can know a person, know him well enough to judge him). Tentu saja kita tidak pernah dapat mengenal satu sama lain dengan cukup baik—untuk bisa memberikan penghakiman.
4. MENGHAKIMI ORANG LAIN –berarti merampas otoritas/wewenang Allah. Ketika seseorang mengkritik orang lain, maka ia sedang mengatakan bahwa ia adalah layak dan berhak menjadi HAKIM atas kehidupan orang lain.
 Catatlah apa yang dikatakan dalam Alkitab: Roma 14:4 “Siapakah kamu sehingga kamu menghakimi hamba orang lain?. Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri (Tuhan). Tetapi ia akan tetap berdiri karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri”.
2(7:2) KRITIKAN—Menghakimi : Pengritik akan dihakimi”Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu”.
 Catatlah 3 hal ini :
i. Pengritik akan dihakimi dengan cara yang sama seperti dia mengkritik. Apapun yang dia kritik—untuk itulah dia disalahkan(dihukum). Dan betapa menakutkan!. Penghakiman datang dari Allah, bukan dari orang lain. Pemikiran seperti itu seharusnya menyebabkan kita PEDULI dan CINTA serta menghidupkan satu kehidupan yang menaruh belas kasihan.
ii. Pengritik akan dihakimi oleh satu hukum saja –yakni hukum dengan bobot(timbangan) yang sama (Pembalasan, kutukan yang sama).
iii. Ayat2 lain dalam Alkitab berkata bahwa Pengritik akan benar-benar menerima hukuman yang lebih besar : Yakobus 3:1-2 “Sdr2ku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.”
3.(7:3) KRITIKAN –Menghakimi : Pengritik gagal memeriksa dirinya sendiri “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”. Dia tidak konsisten dalam penghakimannya. Perkataan “MELIHAT” memiliki ide/gagasan yang terus memeriksa (continuing to look). Terlalu sering kita terus melihat kegagalan orang lain : kita terus gossip, mengritik, dan selamanya senang dengan berita buruk tentang orang lain. Supaya lebih jelas ayat 3 bisa diterjemahkan seperti ini: “Mengapakah engkau melihat serbuk kayu [sangat kecil] di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu “tidak engkau perhatikan sungguh-sungguh?” Dalam ilustrasi ini, diceritakan ada dua orang, yang satu memiliki “selumbar” di matanya (Yunani: karphos = serbuk kayu yang sangat kecil, serbuk kayu yang diperoleh ketika kita menggergaji sebuah kayu, intinya merujuk pada “sesuatu objek yang sangat kecil”). Sedangkan orang yang satu lagi memiliki “balok” dalam matanya (Yunani: dokos = balok yang biasanya digunakan untuk penyangga pada sebuah konstruksi bangunan). Orang yang memiliki balok dalam matanya itu, ingin menolong mengeluarkan selumbar dalam mata saudaranya. Tentu motivasi ini sangat baik kelihatannya. Tetapi masalahnya adalah tidak mungkin orang itu dapat menolong mengeluarkan selumbar dari mata saudaranya karena dalam matanya sendiri ada sebuah balok besar. Pada saat orang ini ingin mengeluarkan selumbar itu, ada balok yang menghalangi dia untuk bisa melihat dengan jelas selumbar itu. Dengan demikian, tak mungkin pertolongan bisa dilakukan. Ketika kita menghakimi dan mengkritik, kita mengungkapkan suatu masalah yang sangat serius kita memiliki sebuah BALOK dalam mata kita. Kita buta terhadap kebenaran alamiah kita sendiri. Kita juga gagal, dan kita sering gagal. Ratapan 3:40 “Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita”. Pengkh.7:20 “di bumi tidak ada orang yang saleh yang tak pernah berbuat dosa.
4(7:4) KRITIKAN –Menghakimi : Pengkritik tertipu oleh dirinya sendiri. “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu padahal, padahal ada BALOK di dalam matamu”. Orang yang dalam matanya ada balok itu sebenarnya tertipu oleh dirinya sendiri, tertipu oleh penglihatannya sendiri. Jika biasanya kita ditipu oleh orang lain, tapi dalam hal ini, orang itu ditipu oleh dirinya sendiri. Orang ini berpikir dia tidak punya masalah yang perlu dibereskan. Orang lain yang punya masalah, tetapi justru orang ini sebenarnya punya masalah besar, punya dosa besar, tetapi dia tidak menyadari hal itu. Dia buta terhadap dosa dirinya sendiri (the self-blindness), tetapi melek terhadap dosa orang lain. Inilah ironisnya. Kalau kita mau jujur dengan diri kita sendiri, bukankah natur keberdosaan kita membuat kita cenderung seperti ini. Suka atau tidak suka, saudara dan saya mempunyai kecenderungan seperti ini. Seringkali kita lebih mudah melihat selumbar-selumbar di mata orang lain, kita getol mencari selumbar-selumbar di mata orang lain, tetapi balok dalam mata kita sendiri, kita tidak lihat, kita tidak sadar. Kadang-kadang, kita begitu peka, begitu sensitif dengan dosa-dosa orang lain, tetapi tidak peka dan sensitif dengan dosa kita sendiri. Kita begitu cepat dan mudah menemukan kesalahan orang lain, tetapi seringkali sulit menemukan kesalahan diri sendiri. Kita cenderung membesar-besarkan kesalahan orang lain, tetapi mengecilkan kesalahan diri sendiri, bahkan kadang-kadang menutup rapat-rapat supaya orang lain tidak ada yang tahu kesalahan kita itu. Kita seringkali sibuk dengan dosa-dosa orang lain, sampai-sampai lupa atau kurang mencermati kehidupan kerohanian kita sendiri. Seringkali tanpa sadar, kita menerapkan standar ganda dalam relasi dengan orang lain. Kita menerapkan standar dan tuntutan yang sangat tinggi terhadap orang lain, tetapi kita menurunkan standar itu bagi diri kita sendiri. Saudara-saudara, kadang-kadang kita tidak peka terhadap dosa-dosa sendiri, tetapi begitu peka terhadap dosa-dosa orang lain, seperti yang dilakukan oleh Daud ketika membunuh Uria untuk mendapatkan Batsyeba, istri Uria. Pada waktu nabi Natan memberikan sebuah perumpamaan untuk menegur dosa Daud. Daud tidak sadar, tidak peka bahwa Natan sebenarnya sedang menegur dosanya melalui perumpamaan itu. Kita semua sudah tahu ceritanya. Justru, Daud berkata: “Demi Allah yang hidup, orang kaya yang telah mengambil anak domba betina dari si miskin itu, harus dihukum mati, karena ia tidak mengenal belas kasihan.” Tetapi pada saat itu, nabi Natan berkata: “Daud, engkaulah orang itu!” (Baca 2 Samuel 12:1-7). Kadang-kadang kita juga bisa seperti Daud, yang kehilangan kepekaan terhadap dosa-dosa kita sendiri yang sebenarnya menjijikkan di mata Allah. 1. Dia bicara tidak bijaksana. Dia tidak memikirkan apa yang dia lakukan. Jika ia berpikir, ia tidak akan mengkritik atau menghakimi. Seseorang yang berpikir, mengetahui bahwa dia hanyalah sebagai manusia dan berdosa seperti orang lain. Oleh karena itu, ia tidak berhak untuk mengkritik. Orang yang menghakimi adalah membabibuta dan telah tertipu dalam point-point tertentu, yaknI : a. Menghakimi orang-orang lain adalah melupakan/menyangkal dosa-dosa kita sendiri. b. Menghakimi orang2 lain adalah salah satu dosa yang terbesar. c. Menghakimi orang2 lain—meninggikan kita sebagai DEWA. Itu merampok hak Allah. Itu mengatakan bahwa kita layak dan mempunyai hak untuk duduk diatas tahta menghakimi seorang saudara kita. d. Menghakimi orang2 lain –mendorong dia sampai jatuh dan tidak memeluknya dengan kasih sayang atau tidak menarik dia dan membangunkannya. e. Menghakimi orang2 lain membawa penghakiman yang lebih besar (Yakobus 3:1-2) “Sdr2ku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurnya, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya”.
5(7:5) KRITIKAN ---Menghakimi : Pengritik adalah seorang munafik. “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu”. Saudara-saudara, selanjutnya dalam ayat 5, Yesus mengatakan orang yang menghakimi sesamanya adalah orang yang “munafik” (Yunani= hupokrites). Richard Foster(seorang theologian & professor di Friend University di USA), mengawali bukunya Celebration of Disciplines dengan sebuah kalimat yang mengingatkan kita semua: “Superfisialitas merupakan kutukan di zaman kita” (Superficiality is the curse of our age). Kita hidup di era superfisial, era yang mementingkan kehidupan lahiriah, hal-hal yang nampak di permukaan, era kosmetik, era hidup yang penuh dengan topeng. Kita mengenakan berbagai topeng untuk menutupi diri kita yang sebenarnya. Kita pura-pura berdoa, pura-pura produktif bekerja, pura-pura aktif melayani, pura-pura peduli dengan orang lain, pura-pura cinta Tuhan. Terus-menerus berpura-pura, padahal kita melakukan semua itu bukan untuk kemuliaan Tuhan, tetapi untuk kemuliaan diri sendiri, untuk memenuhi kebutuhan ego kita. Saudara-saudara, jika seseorang begitu marah melihat dosa-dosa orang lain, tetapi tidak marah terhadap dosa-dosa sendiri, meremehkan dosa-dosa sendiri; ini adalah salah satu bentuk kemunafikan. Melihat ke luar diri, tanpa diimbangi melihat ke dalam diri sendiri adalah sesuatu hal yang sangat membahayakan kehidupan rohani kita. Saudara-saudara, dosa kemunafikan adalah dosa yang paling sulit kita lihat, paling sulit kita sadari, karena dosa ini membutakan diri kita sendiri. Dosa kemunafikan berakar dalam sikap pembenaran diri sendiri (self-righteousness). Orang munafik lebih percaya pada diri sendiri daripada percaya kepada Allah. Orang munafik mengukur dan menilai segala sesuatu menurut ukuran sendiri, standar sendiri, dan menganggap penilaiannya yang paling objektif. Itulah sebabnya, orang munafik dalam perikop ini merasa begitu percaya diri, merasa memiliki kualifikasi untuk berkata kepada saudaranya: “Mari, saya keluarkan selumbar di matamu... Biarkan saya mengatakan apa yang salah dalam hidupmu, dan biarkan saya meluruskan jalanmu.” Padahal orang munafik ini tidak sadar, ada balok yang harus terlebih dahulu dikeluarkan dari matanya sendiri. Dengan menghakimi orang lain, dia sebenarnya sedang menikmati pembenaran atas diri sendiri tanpa rasa bersalah. Dengan menghakimi orang lain, kita ingin mengabsahkan kebenaran diri sendiri: “Sejelek-jeleknya saya, ada orang lain lho yang lebih jelek.” Saudara-saudara, sikap menghakimi secara kejam bukan saja merupakan tanda kemunafikan yang membutakan seseorang terhadap realitas diri sendiri, tetapi juga, pada saat kita melakukan penghakiman yang kejam kepada orang lain, maka kita telah mengambil alih posisi Allah sebagai satu-satunya Hakim yang benar. Kita memiliki konsep yang salah tentang Allah. Perhatikan ayat 1. Dalam 7:1 dikatakan: “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi” (me krithete = verb subjunctive aorist passive 2nd person plural, divine passive). Kata “dihakimi” , bentuk pasif, dalam bahasa Yunaninya krithete menggunakan bentuk subjunctive aorist passive, atau bentuk divine passive yang merujuk kepada Allahlah sebenarnya sebagai subjek pelaku yang mempunyai hak prerogatif untuk melakukan penghakiman itu. Itulah sebabnya, Alkitab BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) menerjemahkan demikian: “Janganlah menghakimi orang lain, supaya kalian sendiri juga jangan dihakimi oleh Allah” (ditambahkan: ... oleh Allah). Ini berarti ketika kita menghakimi orang lain, sebenarnya kita telah “merampas” posisi Allah sebagai satu-satunya Hakim yang Agung bagi umat manusia, karena sebenarnya penghakiman adalah hak prerogatif Allah, bukan hak manusia yang berdosa (The final judgment belongs to God alone). Absolute judgment adalah milik Allah, hanya Allah yang berhak melakukannya. Kita tidak boleh menempatkan diri kita seolah-olah sebagai Allah dalam konteks relasi dengan orang lain. Pada saat kita menghakimi orang lain, sebenarnya kita secara tidak sadar telah mengangkat diri kita sendiri sebagai Allah atas orang lain. Kita menempatkan diri sebagai Allah yang seolah-olah maha tahu isi hati orang lain, yang bisa mengenal dengan sempurna motif-motif orang lain. Padahal kita belum tentu memahami semua data yang ada, semua keadaan, dan semua motif yang ada. Karena kita hanya menilai segala sesuatu berdasarkan data-data eksternal. Kita tidak mungkin memahami sepenuhnya kedalaman hati manusia yang tersembunyi. Perspektif kita bisa bias dalam melihat sebuah fakta masalah. Kita tidak maha tahu. Seorang Rabbi Yahudi, Hillel, pernah mengucapkan kalimat yang mirip dengan perkataan Yesus dalam Matius 7:1 ini. Rabbi Hillel pernah berkata: “Janganlah menghakimi sesamamu, kecuali kamu dapat memahami situasinya.” Saudara-saudara, banyak dalam bagian-bagian lain, Alkitab menegaskan supaya kita tidak boleh menghakimi sesama manusia. Misalnya, Yakobus 4:12 dikatakan: “Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?” Dalam Roma 2:1 juga ditegaskan hal yang sama: “Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.” Saudara-saudara, pada saat kita terlebih dahulu mengeluarkan balok dalam mata kita, baru kita dapat melihat dengan jelas siapa Allah, siapa sesama kita, dan siapa diri kita sendiri. Pada saat kita terlebih dahulu mengeluarkan balok dalam mata kita, maka kita melihat diri kita sendiri orang berdosa, yang kotor, dan membutuhkan belas kasihan Allah. Sebenarnya banyak dosa yang telah kita lakukan, tetapi orang lain tidak tahu. Ternyata kita tidak sesaleh yang kita duga. Saudara-saudara, saya tidak bisa membayangkan, jika seandainya Allah menampilkan setiap dosa yang paling memalukan yang pernah kita lakukan pada layar ini. Setiap orang, hanya cukup dengan durasi 5 menit ditampilkan dosa-dosanya yang paling memalukan, kita nonton sama-sama di ruangan ini. Dosa-dosa saya yang paling menjijikkan ditayangkan 5 menit. Setiap kita, mulai dari anggota sampai kepada tua-tua Jemaat dan Pendeta, mendapat giliran 5 menit saja. Saya tidak tahu bagaimana reaksi kita. Mungkin saya adalah orang pertama yang keluar dari ruangan ini, karena tidak tahan menanggung malu dosa-dosa saya dipertontonkan oleh Allah di layar ini. Saya tidak sanggup melihat kenajisan saya sendiri. Saudara-saudara, pada saat kita terlebih dahulu mengeluarkan balok dalam mata kita, kita juga akan melihat orang lain sama seperti kita, sama-sama orang berdosa, sama-sama membutuhkan belas kasihan Tuhan. Sehingga pada saat kita menegur kesalahan orang, melakukan konfrontasi terhadap dosa orang lain, kita melakukannya dengan rendah hati, kita melakukannya dengan belas kasihan. Kita melakukannya bukan dengan sikap arogan, atau merasa diri lebih rohani dari orang itu. Pada saat kita mengeluarkan balok dalam mata kita, maka kita dapat melihat bahwa Allah adalah satu-satunya Hakim yang benar, dan penghakiman-Nya tidak pernah salah. Saudara-saudara, engkau dan saya, yang telah mengalami pengampunan dan kemurahan Tuhan, seharusnya kita lebih hati-hati, dan lebih terkontrol dalam memberikan penilaian terhadap hidup orang lain. William Barclay pernah menyatakan: “Salah satu disiplin rohani yang sangat terabaikan pada masa kini adalah evaluasi diri (self-evaluation).” Mengapa kelihatannya pertumbuhan rohani kita sangat lambat? Salah satunya, karena kita belum mau membuka diri kita secara transparan di hadapan Allah, belum menggumuli dengan serius area-area rawan dalam hidup kita, dan mengambil langkah-langkah yang konkret untuk mengatasinya. Saat ini, saya semakin disadarkan bahwa mengetahui isi Alkitab tidak sama dengan mengenal Allah, menyukai isi Alkitab tidak sama dengan mengasihi Allah, membaca Alkitab tidak sama dengan mendengarkan Allah. Kiranya kita jangan jatuh menjadi orang-orang Farisi modern, mereka mengetahui isi Alkitab, menyukai isi Alkitab, membaca Alkitab; tetapi mereka tidak mengenal, tidak mengasihi, dan tidak mendengarkan Allah.
KONKLUSI: Saudara-saudara, perintah Yesus: “Janganlah menghakimi !” Diberikan dalam konteks relasi dengan sesama manusia, relasi dengan orang lain. Saya rindu dalam komunitas kita ini, kita tidak menjadi komunitas yang suka menghukum orang lain secara kejam, bukan komunitas yang suka memojokkan orang lain, tetapi komunitas yang memulihkan dan menyembuhkan. Komunitas yang saling mengampuni. Komunitas yang saling berbagi anugerah satu dengan yang lain. Jika kita mengkritik orang lain, jika kita menegur kesalahan orang lain; biarlah semua itu kita lakukan karena kita sungguh-sungguh mengasihi orang itu. Kita lakukan dengan rendah hati, setelah melihat permasalahan secara utuh, bukan sepotong-sepotong, bukan atas dasar prasangka-prasangka negatif, prejudice yang belum jelas kebenarannya. Kita ingin memulihkan orang lain. Kita ingin berbagi anugerah dengan orang lain. Jangan kita bersukacita di atas kejatuhan orang lain. Marilah kita belajar memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan. Dalam jemaat ini, kita dipanggil menjadi saudara bagi sesama kita, kita saling menjaga, kita saling memulihkan, kita saling menopang, kita saling belajar satu sama lain. Melalui jemaat ini, kita dibentuk dan dididik oleh Allah. Berbahagialah kita yang mau dididik oleh Allah. Berbahagialah kita yang sedang dipersiapkan oleh Allah menjadi umat-Nya dan menjadi hamba-Nya. Amin.

Jumat, 15 April 2016

Khotbah Di Atas Bukit.

KHOTBAH DI ATAS BUKIT (Mts 5-7)
Fokus : Mts.5:43-48
Pendahuluan:
    Dalam pelajaran ini kita akan membahas beberapa ajaran utama Yesus (major teaching)—yaitu Khotbah di atas bukit. Itu dipuji sebagai “Intisari Kekristenan.” Dikenal sebagai “Magna Charta kerajaan Kekristenan”. (Magna Charta: “Perjanjian besar”—Piagam yang dikeluarkan di Inggeris 15 Juni 1215 yang membatasi monarki Inggeris dari kekuasaan absolut Raja John yang menuju kepada pembuatan hukum konstitusional.) Disebut sebagai “manifesto seorang raja”. Yesus memulai khotbah-Nya dengan memberikan daftar ucapan bahagia. Kata Yunani: Makarios yang diterjemahkan dengan: “diberkati, bahagia”. Ucapan bahagia adalah ucapan Kristus, tidak hanya untuk orang2 percaya, tetapi juga kepada seluruh keluarga manusia. Berkat2 mengalir dari bibir Yesus bagaikan tercurah. Khotbah tersebut tidak menyatakan bagaimana kita diselamatkan. Penekanan khotbah tersebut terletak pada bagaimana cara seseorang harus hidup—penuh berkat, bertanggungjawab dan mengasihi. Khotbah di atas bukit adalah khotbah yang paling hebat yang pernah dikhotbahkan. Kata-kata-Nya telah sangat memengaruhi dan perkataan-Nya telah mengubah kehidupan selama berabad-abad dan bahkan sampai ke zaman kita ini. Namun, kita seharusnya tidak hanya mendengar khotbah ini, kita juga harus menerapkannya. Dan juga kita akan mempelajari apa yang Yesus katakan dalam Matius 13 mengenai menerapkan firman-Nya dalam kehidupan kita dimana Yesus telah menetapkan sejumlah perumpamaan (tentang seorang penabur). Khotbah di atas bukit membuat Kasih sebagai prinsip dasar Kerajaan Allah. Sebagaimana Allah adalah kasih (1 Yoh.4:7,8), dan karena kasihlah yang mengirim Anak (Yoh.3:16) untuk menebus umat manusia, semua pria dan wanita dipanggil untuk mengasihi yang tidak dapat dikasihi—Tulis Matius 5:44: Dimana ada kasih yang radikal seperti itu, disana berkuasa kerajaan Allah.
I. PEKABARAN UTAMA KHOTBAH DI ATAS BUKIT.
A. 1. Apakah yang menjadi pondasi Kebahagiaan didalam kehidupan ke kristenan?. --Khotbah itu dimulai dengan kebahagiaan orang Kristen:
*Datang kepada Juruselamat.
*Mengalami pengampunan-Nya dan penebusan dari dosa.
*Masuk dalam sebuah pengalaman baru dari perbuatan yang mengecewakan kepada anugerah yang menyelamatkan.
*Dari kerajaan kegelapan dan dosa kepada kerajaan terang dan kebenaran. Dari kutuk kematian kepada kebahagiaan kehidupan.   Kehidupan yang baru ini mengharuskan sebuah tabiat yang baru yang sepenuhnya bersekutu dengan tuntutan kerajaan tersebut. Seperti untaian Rasul Paulus akan 9 buah roh dalam Gal.5:22,23 Yesus menggambarkan profil tersebut dalam 8 prinsip yang menandakan tingkah laku ke kristenan, setiap prinsip di ikuti dengan sebuah berkat kebahagiaan.
   Delapan ucapan bahagia ini bukanlah sebuah buffet dimana orang-orang kristen dapat memilih apa saja yang mereka paling inginkan, tetapi merupakan kualitas yang harus ditemukan. Matius 5:3-10 (8 Ucapan bahagia) : Artinya seorang Kristen adalah: miskin dalam roh dan murni dalam hati, berduka, lemah lembut dan berkemurahan, haus akan kebenaran, juga pembawa damai, dan dianiaya.
    Yesus menggambarkan penduduk kerajaan-Nya yang ideal sebagai pemilik 8 hal prinsip tersebut.   Jadi orang2 Kristen tidak memiliki opsi untuk memilih satu prinsip dan mengabaikan yang lainnya—semua sifat anugerah haruslah berada dalam hidup seorang Kristen sebagai sebuah pertunjukan tertinggi akan kasih yang benar dan anugerah penyelamatan Kristus.
    Ketika itu terjadi, berkat kebahagiaan mengikuti.
    Umat percaya menerima kerajaan Allah dan mewarisi bumi; mereka dihibur dan dicukupkan; mereka mendapatkan kemurahan, dan mereka akan melihat Allah; mereka benar-benar adalah anak Allah.
   * APAKAH HIDUP ITU?.(Pertanyaan yang sering ditanyakan manusia sepanjang sejarah). Disini ada pemikiran yang saling bertentangan: Socrates kpd.org2 muda di Atena: “Sebuah kehidupan yang tidak di uji adalah sebuah kehidupan yang tidak berarti”. Rabindranath Tagore(Ahli puisi India) : “Hidup adalah sukacita dan pelayanan. Pelayanan adalah sukacita”.Soren Kierkegaard(Filsuf Denmark): “Hidup bukanlah sebuah masalah yang harus diselesaikan, tetapi sebuah kenyataan yang harus dialami. Pemikiran Shakespeare: “Semua yang berhubungan dengan hidup…adalah sebuah dongeng yang diceritakan oleh seorang idiot, penuh bunyi dan kegeraman, tidak mengartikan apa-apa”. (PGSS Trw II, 2016 hlm.37).
    Tetapi Yesus mendefinisikan hidup dalam istilah2 kerajaan Allah dan menyatakan prinsip2 kerajaan itu dalam Khotbah di atas bukit.
2. Kepada hal apakah kehidupan Kekristenan itu dibandingkan? (Mts.5:3-16)
 Kepada garam dunia dan terang dunia : ay.13-16).
 Yesus mengambil 2 unsur yang paling sederhana dan memerintahkan orang2 Kristen untuk menjadi seperti itu : Garam dan Terang.
   i. GARAM : Mencegah kerusakan. Terang mengusir kegelapan. Baik garam dan terang diberikan dan dibagikan kepada orang lain Mengajarkan kita bahwa kehidupan Kristen tidak memiliki ruangan untuk berpusat pada memegahkan diri sendiri. Kerendahan hati haruslah didahulukan. Garam, apakah sebagai pengawet atau penyedap rasa, secara diam-diam merembes dalam makanan dan demikianlah cara kerjanya. Demikianlah orang Kristen harus merembes dan menembus kehidupan mereka yang ada disekitar mereka dan terlibat dalam kehidupan mereka. Keterlibatan sosial dan kesaksian rohani adalah tugas yang tidak dapat dihindari oleh orang-orang Kristen. Mereka tidak dapat mundur menjadi pertapa atau memilih menjadi pembuat orang bergembira sesaat dalam luapan emosi.
   ii. MENJADI TERANG DUNIA –Yesus memerintahkan orang-orang Kristen menjadi terang duniaMengusir kegelapan moral dan kerohanian; menjadi jelas dan tranparansi dalam tabiat dan pengakuan; tidak pernah menyembunyikan terang kebenaran, bahkan ketika menghadapi tekanan maupun ancaman; menjadi sangat bersinar sehingga mereka yang berada dalam kegelapan akan sungguh-sungguh melihat terang kekal yang adalah Yesus Kristus.
B. Apakah hubungan Yesus dengan Hukum?. Dia adalah si pembuat hukum moral. Yesus tidak ragu meminta para pengikut-Nya untuk sepenuhnya menurut pada hukum : “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya”.(Matius 5:17). Untuk menggenapi disini artinya: “untuk mengisinya”.”untuk mengadakannya”, dan “untuk menunjukkan betapa pentingnya hukum itu”.
Bagaimanakah seharusnya seorang Kristen berhubungan dengan hukum? (Mat.5:17-28). Beberapa orang Kristen memandang Khotbah diatas bukit sebagai : “hukum Kristus” yang baru—yang menggantikan “Hukum Allah”. Sistem legalisme sekarang telah digantikan dengan system kasih karunia(rahmat) dan menyatakan bahwa hukum Yesus berbeda dengan Hukum Allah. Pandangan ini adalah suatu kesalahpahaman akan Khotbah di Atas Bukit.
    Ingat: Kerajaan kasih karunia yang diberitakan Yesus bukanlah kasih karunia tanpa usaha ala kebanyakan Kekristenan Barat. Iman kepada Kristus bukanlah iman yang baru; itu adalah iman yang sama dari kejatuhan dan sesudahnya. Khotbah di Atas bukit bukanlah keselamatan oleh kasih karunia menggantikan keselamatan oleh usaha. Hal itu tetaplah keselamatan oleh kasih karunia. Anak2 Israel diselamatkan oleh kasih karunia di Laut Merah sebelum mereka dituntut untuk menurut di Sinai (Baca Keluaran 20:2). Dalam Khotbah di Atas bukit tidak ada tanda2 bahwa Yesus mau menyingkirkan 10 Perintah Allah atau setiap bagian dari Perjanjian Lama. (Baca Mat.5:17-19; Roma 7:7.)
     Khotbah ini merupakan perkembangan dari 10 Perintah.
     Penggunaan perumpamaan garam dunia dan terang dunia menyatakan bagaimana orang percaya harus menghidupkan kehidupan mereka yang bertanggung jawab untuk mematuhi hukum moral.
C. Prinsip2 apakah yang harus mengatur kehidupan Kristen setiap hari. (Mat.6:14-7:27).
    Delapan Prinsip Khotbah di Atas bukit: Seorang Kristen adalah: miskin dalam roh dan murni dalam hati, berduka, lemah lembut dan berkemurahan, haus akan kebenaran, juga pembawa damai, dan dianiaya.(Mat.5:3-10).
II. Mengalami Kehendak dan Kuasa Kristus.
     A. Bagaimanakah seseorang menjadikan prinsip-prinsip yang di ekspresikan di dalam Ucapan Berbahagia Yesus sebagai bagian dari hidupnya?. Jawab: Karena Allah adalah kasih(1 Yoh.4:8), jelaslah bahwa anak-anak Allah seharusnya merefleksikan kasih itu bukan hanya untuk mereka yang se iman/satu komunitas, tetapi mereka juga yang tidak seiman (tanpa syarat). Khotbah di Atas bukit adalah gambaran luar biasa tentang kehidupan warga kerajaan Allah. Jadi kehidupan kerohanian dan moral orang-orang Kristen haruslah melampaui kalimat larangan:”janganlah engkau” kepada kalimat: “engkau harus menjadi”.
Bagaimanakah proses berbahagia ini memengaruhi kehidupan fisik, mental, sosial dan kerohanian seseorang?.
--Ketika hal itu terjadi maka berkat kebahagiaan pun mengikuti. Kita akan mengalami keterlibatan sosial dan kesaksian rohani.
      B. Bagaimanakah pengajaran Yesus akan hukum itu berbeda dari Apa yang diajarkan oleh orang Farisi?.
          Yesus dalam Mat.5:17 Dia datang bukan untuk menghapuskan hukum tetapi untuk memenuhinya. Untuk menunjukkan betapa pentingnya hukum itu. Dia datang untuk membawa makna yang sebenarnya dari hukum tersebut. Prinsip dasar yang ada di belakang 10 hukum ialah: Prinsip penghormatan bagi Allah, penghormatan dan perhatian yang baik kepada sesama manusia dan kepada diri kita sendiri. Apakah dampaknya terhadap pengertian Anda mengenai hukum, kasih dan anugerah?. Hukum Yesus itu tidak berbeda dengan Hukum Allah sendiri. Khotbah diatas bukit bukanlah keselamatan oleh kasih karunia menggantikan keselamatan oleh usaha. Anak-anak Israel diselamatkan oleh kasih karunia di Laut Merah sebelum mereka dituntut untuk MENURUT di Sinai (Kel.20:2).
III. Sesuaikanlah Kehidupan Anda dengan prinsip2 Khotbah di Atas bukit.
  A. Apakah artinya”sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna?.(Matius 5:48).
 Mencapai tujuan: Mis.seorang anak—ada pertumbuhan. Tujuannya pertumbuhan tercapai.(mature, fully grown). Ini bukan kesempurnaan dalam karakter yang tanpa dosa. Dapat dibaca dalam bentuk kata perintah: “Anda harus menjadi sempurna”. Dalam bentuk Waktu y.a.d (Future tense) : “Anda akan menjadi sempurna”. E.G.White: “Anda harus menjadi sempurna”.
B. Bagaimanakah kita membangun kehidupan kita sesuai dengan prinsip2 yang berikut ini? :   Hal kekuatiran(Jangan khawatir) ; Hal Menghakimi (jangan menghakimi); Hal Pengabulan Doa (mencari dan mengetuk); Jalan yang benar(berjalan di jalan yang sempit/sesak) ; Hal pengajaran yang sesat(menghasilkan buah); Dua macam dasar(membangun diatas batu?) (Mat.6:25-7:27).-- Topik2 dalam Khotbah di Atas Bukit.
*Khotbah di Atas Bukit membuat kasih sebagai prinsip dasar kerajaan Allah. Motif dan keinginan hidup orang Parisi adalah memuaskan dan memenuhi ketentuan dan tuntutan hukum itu. KESIMPULAN:
   Khotbah di Atas Bukit dapat dilihat sebagai konstitusi kerajaan Allah. Di dalamnya kita menemukan prinsip dasar yang memerintah dan juga merupakan sebuah peta perjalanan umat kerajaan tersebut. Untuk menemukan prinsip ini dan hidup sesuai dengan prinsip tersebut adalah suatu tantangan yang menghadang pengikut Yesus.
    Kesan Pendengar : Mat.7:28-29.
             ===========0=============

Sabtu, 09 April 2016

Yerusalem Nauli i.


Yerusalem nauli i, Inganan na dumenggan i.
Tusi malungun rohangki, Au namahe eui.
Reff:
   Dang pormiaman tano on, Na susa do tong-tong dison
   Yerusalem nauli i, Ido hulului.
Molo hupikkir surgo i, Sonang nai hape disi.
Na hancit na sailaoni, Malum do i i disi,
Reff:
   Sude arsak ni roha i, Nang na tarilu-ilui.
   Dung sahat ro di rurgo i i.  So adong na tangis.
Nang masa pe na bernit i, Dang pola be mabiar au.
Nang ro pe hamatean i, Tu surgo i i do au.
Reff:
   Ai Yesus pe hancit di taon, Na ujui di tano on
   Molo Huingot i tutu u, Sonang do rohangku.
Molo dung sahat au tusi, Tu lambungni Oh Yesuski.
Disi ma nahinongkopmi, Pungu di jo o lomi.
Reff:
   Marende ende ma disi, Mamuji-muji Tuhan i.
   Haleluya, haleluya a, Saleleng-lelengna.




YERUSALEM KOTA INDAH.
Yerusalem kota indah, Tempatnya umat tebusan.
Ku rindu tiba disana, Dalam negri yang indah..
Reff:
   Dunia ini penuh susah, Derita duka menimpa
   Kota Yerusalem indah,.... ku rindu kesana.
Kala ku pikirkan surga, Ku merasa berbahagia
Pedih, luka di hatiku, Kan disembuhkan Yesus.
Reff:
   Semua orang yang berduka, Akan terhibur disana
   Bila ku tiba di surga a.., Ti-a -da tangisan.
Ku rindu tiba disana, Dekat pada sisi Yesus
Di sana umat tebusan, Berkumpul di depan-Mu.
Reff:
   Se-mua-a bersuka cita, Memuji-muji-Mu Tuhan
   Haleluya-haleluya a,... Selama-lamanya.





Jumat, 08 April 2016

H O M E


GAITHER VOCAL BAND –HOME LYRICS.

Home is where the heart is, my heart's own home
Though I never really had one to call my own
I've been given a key by the Carpenter of Galilee
With interest paid the title's made to me

Home, where there is no night
Home, where the Son is the light
The place I've been dreaming of so long

Loved ones there to welcome me
But His sweet face will be the first I see
When my journey's over I am going home

Everybody dreams of going home it seems
Lately I am no exception to the rule
But home is so much more than windows, walls and doors
It's a warm embrace and smiling faces awaiting you

Home, where there is no night
Home, where the Son is the light
The place I've been dreaming of so long

Loved ones there to welcome me
But His sweet face will be the first I see
When my journey's over I am going home

Home, where there is no night
Home, where the Son is the light
The place I've been dreaming of so long

Loved ones there to welcome me
But His sweet face will be the first I see
When my journey's over I am going home
And when my journey's over I am going home

D O A

Kebajikan Tuhan pada awal pagi


Ya Tuhan Allah Bapa Kami, Terima kasih untuk pagi yang indah yang Engkau karuniakan kepada kami. Betapa senangnya hati kami mengetahui bahwa hari ini kami masih diberikan nafas kehidupan, untuk menghirup udara segar dan mengagumi alam ciptaanMu, serta berkarya di dunia ini. Setiap detik yang Kau berikan sangatlah berharga, karena tak akan terulang kembali. Oleh karenanya kami ingin gunakan setiap waktu kami dengan baik. Kami mohon hikmat bijaksana dariMu Tuhan untuk melalui hari ini dengan bijak, dan menjalani hari seolah hari ini adalah hari terakhir kami hidup di dunia ini. Kami ingin memulai hari ini dengan ucapan syukur kepada-Mu atas setiap berkat yang Kau berikan dan dengan bersikap dan berpikir positif. Kami menyerahkan setiap usaha, pekerjaan, dan seluruh aktifitas kami pada hari ini di dalam pimpinan dan penyertaan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa dan bersyukur. Amin


DOA SYAFAAT BAGI YANG SAKIT
(1)
Ya Allah kami mau berdoa bagi saudara-saudara kami yang sakit. Kami menyebut nama-nama mereka dengan hormat dan kasih: …………………………. Kiranya Tuhan memberkati pergumulan saudara kami untuk sembuh dan kembali sehat. Ya Tuhan yang penuh rahmat, berkatilah para dokter dan paramedis yang menangani mereka, jadikanlah dokter dan paremedis itu sebagai alatMu menyembuhkan saudara-saudara kami. Tidak ada yang mustahil bagiMu, ya Allah. Kami mohon: kiranya RohMu bekerja dengan caraMu sendiri, melampaui apa yang mampu dipikirkan dan dikerjakan manusia. Sebab Engkaulah Tabib Agung, sumber kehidupan kami. AMIN.
(2)
Ya Allah, sambil menanti-nantikan pertolongan Tuhan, karuniakanlah kepada saudara-saudara kami kasih dan pengharapan berlimpah-limpah. Berjaga-jagalah Engkau di samping tempat tidur mereka siang dan malam. Peliharalah iman mereka. Kami letakkan doa permohonan kami dalam nama Yesus, biarlah esok hari atau lusa kami kembali memuji-muji namaMu yang besar itu karena Engkau kembali menjawab dan mengabulkan doa-doa kami. AMIN.
(3)
Ya Allah kami mau mendoakan saudara kami ……………. yang terbaring lemah karena penyakit yang dideritanya. Engkaulah Penolong dan Penyelamat kami. Kami merendahkan diri menagih janji Tuhan: dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaMu, Engkau ada di tengah-tengah mereka. Kini kami berkumpul, satu hati, memohonkan kesembuhan saudara kami. Jawablah kami demi kasihMu, ya Kristus. AMIN.
(4)
Ya Allah, kami percaya dan mengalami kasihMu sepanjang hidup kami. Engkau menjawab doa-doa kami di masa lalu. Kami adalah saksi kebaikanMu. Kini kami berseru-seru memanggil namaMu: jawablah umatMu demi namaMu sendiri. Sembuhkanlah saudara kami. Biarlah pada waktu yang Tuhan tentukan, kami kembali menyaksikan kebesaran kasih dan rahmatMu, dan kami memuji-muji pertolongan Tuhan, Sang Penebus, yang mengabulkan doa kami dalam nama Yesus. AMIN.
(5)
Ya Allah, kami mendoakan saudara kami: ……………. Tubuhnya sangat lemah karena digerogoti penyakit. Namun kami tidak rela jiwanya dan imannya lemah. Yakinkanlah kami di hari-hari sukar ini tidak ada suatu kuasa pun yang mampu memisahkan kami dari kasih Kristus, yang telah mati untuk keselamatan kami. Karuniakanlah kepada saudara kami iman yang berasal dari Engkau, yaitu iman yang tidak tergoncangkan oleh penderitaan, beban berat dan kesakitan. PutraMu Yesus Kristus telah menang melawan penderitaan dan bahkan maut. Kini kami mau saudara kami ini, dan kami semua yang dikasihi dan mengasihinya, juga menang atas pergumulan berat ini. Hati kami sangat lemah, ya Tuhan, namun kami memberanikan diri mengatakan: baik hidup maupun mati, baik sehat maupun sakit, apapun yang terjadi, Engkaulah Yesus Tuhan dan Juruslamat kami. Jadilah kehendak kasihMu bagi kami, namun jangan lepaskan kami sedetik pun. AMIN.
(6)
Ya Allah, Bapa kami yang di surga. Kami datang menyembah hadiratMu mengungkap isi hati kami yang terdalam: kami ingin saudara kami sembuh, seperti dia juga menginginkan kesembuhannya. Kami mengaku: penyakit ini sangat mengganggu perasaan dan memberatkan pikiran kami. Kami jujur mengatakan kami takut, kuatir dan gelisah. Hati kami rusuh dan berkecamuk. Kasihanilah kami, ya Allah. Tenteramkanlah jiwa kami. Hadirlah Engkau dan nyatakanlah diriMu di jam-jam menyesakkan dada ini. Kami benar-benar membutuhkan pegangan. Janganlah tinggalkan kami. Sebab kepada siapakah lagi kami mengadu jika bukan kepadaMu. Engkaulah satu-satunya Allah kami, Penolong kami yang sungguh. Ya Allah, kasihanilah kami. Ya Kristus, kasihanilah kami. AMIN.
(7)
Ya Allah kami mendoakan orang tua kami yang sakit. Kami mensyukuri umur panjang yang Kauberi kepadanya dan semua hari-harinya yang penuh dengan kebanggaan dan kebahagiaan bersamaMu. Namun kini orangtua kami terbaring lemah. Usia lanjutnya telah melemahkan tubuh dan jiwanya. Kasihanilah dia ya Tuhan. Ingatlah dia dalam rahmatMu yang besar. Kami tidak meminta Engkau mengembalikan seluruh kekuatannya seperti di masa mudanya. Kami ikhlas waktu kehidupan tidak bisa diputar ulang. Namun kami memohon Kau memeluk dia dan memelihara imannya, sekali pun lidahnya kelu tak dapat berkata-kata, matanya kabur, dan pikirannya melemah. Kami percaya dan bersyukur keselamatan yang dariMu tidak tergantung kepada kesehatan tubuh dan jiwa kami, tetapi semata-mata kepada darah Kristus yang telah tumpah di Golgota menebus kami. Ya Allah Bapa, Anak dan Roh, dampingilah orangtua kami di saat-saat krisisnya. Umur kami ada di tanganMu. Namun jika Engkau mau memanggilnya pulang, kami mau persiapkanlah hatinya dan hati kami semua. Namun, jika Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup di dunia ini, biarlah kami menerimanya sebagai kesempatan yang Tuhan beri kepada kami untuk saling menunjukkan kasih. Di atas semua ini, bukan kehendak kami, namun kehendakMulah yang jadi. AMIN.
(8)
Ya Allah, kami sangat ingin anak kami …… sembuh dan sehat kembali. Kami membawanya kepadaMu sebab Engkau sangat mengasihinya, bahkan kasihMu kepadanya lebih besar daripada kasih kami orangtuanya. Sebab itu segeralah menolongnya, ya Tuhan. Kembalikanlah kesehatan dan kegembiraannya. Biarlah dia dapat segera kembali belajar, bermain, dan berkarya seperti teman-temannya yang lain. Sementara dia harus opname di rumah sakit ini, temanilah dia, ya Yesus. Jagalah dia di samping tempat tidurnya pagi, siang, sore dan malam. Hiburkanlah hatinya. Tolonglah dia melihat keindahan dan kebaikan yang selalu ada dalam kehidupan anak-anakMu. Berkati juga kedua orangtuanya dan saudara-saudaranya. Dalam Yesus. AMIN.
(9)
Ya Allah kami mengaku sangat mendambakan kesehatan. Kami harus sehat agar dapat bekerja dan melakukan tugas dan tanggungjawab kami. Namun kini saudara kami sakit dan harus berbaring sepanjang hari. Kami memohon: pakailah rumah sakit ini sebagai hamba Tuhan mendatangkan berkat kesembuhan bagi saudara kami. Namun sementara saudara kami menunggu kesembuhannya, biarlah dia memakai masa opname ini sebagai hari perhentian dan istirahat, saat untuk merenungkan kasih Tuhan dan semua kebajikan yang telah Kaukerjakan dalam hidupnya, dan bersyukur. Tenangkanlah hatinya, hadirlah Engkau dalam keheningan dan kesunyian hari-harinya, dan bukalah hatinya untuk melihat betapa baiknya Tuhan. Bila kelak dia sembuh, dan meninggalkan rumah sakit ini pulang ke rumah, biarlah dia telah kembali segar dan jadi baru. AMIN.
(10)
Ya Allah, dalam keadaan sakit kami semakin disadarkan betapa penting dan berharganya kesehatan. Ajarlah kami semakin disiplin merawat tubuh dan jiwa kami yang Engkau ciptakan baik dan indah adanya, supaya kami sehat dan kuat, melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berguna. Di atas itu semua, berilah kami iman yang teguh, baik sehat maupun sakit, agar kami tetap beriman padaMu dan taat kepada perintahMu. AMIN.
(11)
Ya Allah, kami berseru-seru memanggil namaMu, sebab Engkaulah Penolong kami. Lihatlah saudara kami yang terbaring lemah karena penyakit yang diidapnya. Lihatlah juga kami orang-orang yang dikasihi dan mengasihinya yang tidak berdaya menolongnya. Ya Allah, datanglah dan bertindaklah menolong kami. Engkaulah sumber kekuatan kami, andalan kami satu-satunya. Janganlah biarkan saudara kami terlalu lama menderita. Segeralah datang, ya Tuhan, menyembuhkannya. Sentuhlah dia dengan kasihMu. Hiburkanlah hatinya dengan firmanMu. Bangkitkan tubuh dan jiwanya dengan RohMu. Kami percaya kepadaMu dan kami menanti-nantikan Engkau dalam Kristus. AMIN.
(12)
Ya Allah Bapa, kami mengaku bibit penyakit ini bukan saja mengganggu tubuh kami tetapi juga menggoda iman dan kesetiaan kami. Kautahu ya Allah kami sangat mendambakan kesehatan. Kami sangat ingin saudara kami ini sembuh. Kami rela membayar berapa pun dan melakukan apa saja demi kesembuhannya. Bahkan kami mengaku kadang kami tergoda untuk menukar kesembuhan ini dengan iman kami. Ya Allah, kasihanilah kami. Ya Kristus, ampunilah kami. Teguhkanlah iman kami. Kami sangat ingin saudara kami ini sembuh, namun sembuh di tanganMu. Hati kami lemah, namun kami berjanji tetap setia padaMu seandainya pun saudara kami ini membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Kami sangat mengasihinya dan mengharapkan dia sehat, namun kami tidak akan menghianati Tuhan karena ingin sehat. Sebab itu, dengan hati lemah kami memberanikan diri berkata: Jika dia sembuh, biarlah dia sembuh dalam namaMu. Namun, jika dia harus pergi meninggalkan kami, biarlah dia juga pergi dalam nama Kristus. Mulialah namaMu oleh hidup atau mati kami. AMIN.
(13)
Ya Allah Bapa yang baik, kami datang membawa saudara kami …… yang sedang sakit. FirmanMu berkata: iman kami sungguh kuat dan berkuasa. Doa kami kepadaMu tidak pernah sia-sia. Sebab itu kami mendoakannya sepenuh hati kami: sembuhkanlah dia. Kami percaya kepada kuasaMu: tolonglah kekasih kami berperang melawan penyakitnya dan menang. Karuniakanlah kepadanya iman sebesar biji sesawi itu, agar dia dapat meruntuhkan kekuatiran, keraguan, ketakutan, kekecewaan dan keputus-asaannya, dan membangun iman dan harapan yang teguh. Ya Allah, ijinkanlah kami melihat lagi kuasa dan kasihMu. Dalam nama Kristus: jadilah mujizatMu sekarang juga dan mulialah Engkau sampai selama-lamanya AMIN.

Kamis, 07 April 2016

Jesus Is Living In Me.

Recorded by The Easter Brothers
Written by Franklin, James, Jeff, Russell and Sheri Easter
[3/4 time]



G
Lonely years I had nothing
   G7
My life had no meaning
       C           D7   G
Till I heard about Calvary
       C
Then I knelt down in prayer
    G           C
The Lord met me there
    G     D7             G
Now Jesus He’s living in me

He’s in my feet when I’m walking
      G7
In my tongue when I’m talking
      C        D7        G
In my eyes and now I can see
            C
He’s in the songs that I’m singing
      G                C
In my heart His joy is ringing
G     D7           G
Jesus is living in me

Intro..

Through the valleys He has brought me
       G7
To the top of the mountain
    C           D7               G
And over life’s troubles trouble seems
      C
Now I sing for His glory
           G             C
Songs that tells a great story
      G     D7           G
Cause Jesus is living in me

Repeat #2 x2

             D7           C G
Yes my Jesus is living in m-e

Sobat Dari Galilea.

1. Meskipun di dalam lembah dan terasing jiwaku,
    umurku makin bertambah, singkatlah jalanku.
    Namun kasih yang kudus menaungi aku t’rus.
    Itulah anug’rah Tuhan: Sobat dari Galilea.
2. Di tengah pedih derita dalam malam g’lap sepi,
    kawanku serta saudara telah menjauh pergi.
   Terdengarlah olehku suara yang lembut merdu,
   yakni sabda dari Tuhan: Sobat dari Galilea.
3. Berperang melawan dosa, o betapa ‘ku lemah,
   aku nyaris putus asa, serta maut hampirlah.
   Aku pasrah bertelut, dan imanku pun teguh,
  berkat kasih sayang Tuhan: Sobat dari Galilea.
4. Di tengah sakit yang parah, maut nyaris menyentak,
    tidurku amat gelisah dan nafas pun sesak.
   ‘Ku rasakan tanganNya, hingga sakitku enyah,
    sungguh itu tangan Tuhan: Sobat dari Galilea.
5. Sangkakala k’lak bertalun, terdengar di dunia,
    jiwaku tent’ram teralun menyambut datang-Nya
   Dengan kagum ‘ku jelang atas awan yang terang,
   O benar, itulah Dia!: Sobat dari Galilea.