Kamis, 29 November 2018

Bagaimana Menangani Keraguan (How To Handle Doubt).

Image result for orang yang ragu ragu
Pendahuluan:
   Nast kita terdapat dalam Habakuk 2:4 (Yesaya 41:10).
   Pembahasan kita didasarkan pada: Habakuk 1:1-2:4.
   Saudaraku,
   Saat ini mari kita pelajari pembicaraan antara Habakuk dengan Allah.  Buku Habakuk-ditulis sebelum Nebukadnezar datang meruntuhkan Yerusalem tahun 586 SM. Nubuatan Habakuk kira-kira tahun 630 SM, yakni sebelum bangsa Kasdim (Babilon) muncul dibawah raja Nabopolasar (tahun 625 SM).

Body:

   I. PERTANYAAN HABAKUK YANG PERTAMA:
   Habakuk 1:1-4 --ayat 2: "Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar,...dst..(baca).  Disini Allah tidak bertindak (in active).  Habakuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang tepat,..yaitu Allah sendiri.  Mengapa Allah tidak melakukan sesuatu terhadap kejahatan yang meluas di negeri Yehuda?.
   Karena Habakuk percaya pada keadilan dan kebijaksanaan Allah, maka ia tidak mengerti mengapa kelihatannya Allah itu tidak menentang kejahatan.  Ada 2 kejahatan yang terjadi yang menekan perasaan Habakuk (dalam ayat 2-4):
1. Kekerasan (Violence), Perselisihan(Strife) dan Pertikaian (
Contention).

2. Kurangnya keadilan.(Lack of Justice).

II.JAWABAN ALLAH YANG PERTAMA;

     Ia hampir siap bertindak (Hab.1:5-11).  Allah bukannya tidak menentang kejahatan, malah hati-Nya susah.  Di negeri Yehuda tidak ada penghakiman, dimana pemberontakan merajalela sehingga Allah terpaksa mengutus orang-orang Babylon yang mempunyai undang-undang sendiri.(Habakuk 1:4,7). untuk menentang Yehuda.

III. PERTANYAAN HABAKUK YANG KEDUA:

   -Tindakan Allah (Hab.1:12-2:1).
   Ayat 12,13 --Habakuk mengajukan pertanyaan : "MENGAPA" lagi.
   Memang bangsa Yehuda jahat, namun moral dan peribadatan mereka masih lebih baik daripada orang-orang Babylon.
   *KUASA ???
   *Kedudukan tinggi diperoleh karena mementingkan diri dan kekejaman ambisi.
   *Sering orang yang baik menderita karena tindakan orang yang kejam dan selfish.

   Dalam Habakuk 1:12 dikatakan: "Tidak akan mati kami".

   "Habakuk meletakkan kekhawatirannya pada tangan Allah yang berkasihan itu".
                E.G. White, Prophet & King, p.386.
*Menyatakan imannya bahwa Allah akan melindungi umat-Nya setelah serangan Babylon.
*Dalam Habakuk 2:1 -ia bersiap-siap untuk terima jawaban Allah.
*Iman Habakuk dalam Hab.1:12 dan Hab.2:1 adalah merupakan jawaban untuk menghadapi/menangani keraguan.

1. Habakuk 1:12 - Tindakan Allah pada masa lampau memberikan pengharapan pada saat-saat kita berada di dalam kebimbangan (Keraguan).  Baca Mazmur 34:9 "Kecaplah...

2. Habakuk 2:1--Kita ada memiliki menara jaga rohani yakni: DOA, Menyelidiki Alkitab dengan sungguh-sungguh dan bermeditasi.
 "Penyebab kebimbangan dan ketidak percayaan ialah: Kegemaran berbuat dosa (the love of sin).  Orang-orang yang angkuh dan gemar berbuat dosa itu tidak sudi menerima pengajaran-pengajaran dan peraturan-peraturan Firman Allah. Dan orang-orang yang tidak rela mematuhi tuntutan-tuntutan Allah inilah yang meragukan wewenang Allah".
     E.G. White, Kebahagiaan Sejati, hlm.108.

IV. JAWABAN ALLAH YANG KE DUA:

   -Habakuk 2:2-5 --Haraplah pada-Ku.
   Dalam ayat 2, 3 --Serangan Babylon itu pasti akan terjadi.  Pada saat yang Allah "telah tetapkan" Babylon akan menyerang.
   Sementara itu Habakuk wajiblah menuliskan nubuatan tersebut dan menjelaskannya kepada semua orang.  Ingat tahun 1844 terjadi kekecewaan yang besar (The Great Dissappointment).
   Habakuk 2:4 "Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya".("his soul which is lifted up akan binasa"). " Orang yang benar"--one's relation to God, who lives by a simple faith will be saved".  Iman (bhs.Ibrani) artinya = Kesetiaan. Ini untuk menyatakan hubungan dengan Allah.
   Berharap pada Allah berarti: Jaminan bahwa Allah akan memimpin, melindungi, serta memberkati mereka yang melakukan kehendak-Nya.
   Habakuk mendukung ide yang mengatakan:
   "Seorang yang percaya dan berharap pada Tuhan akan selamat, tetapi orang yang angkuh karena menyombongkan diri dan bertahan didalam dosa akan binasa".
        SDA Bible Commentary, Jilid 4, hlm.1053.

KONKLUSI:

   Saudaraku,..Kekristenan itu mulai karena hubungan pribadi. Kekristenan artinya berharap pada Allah baik pada saat-saat kita berada dalam kegelapan maupun dalam terang.
   Allah mengatakan kepada Habakuk bahwa jawaban segala pertanyaan kebimbangan, keraguan itu ialah: MEMPERCAYAI ALLAH ITU DENGAN SEPENUH HATI.
   Amin.


Wahyu Kepada Yohanes (Bagian 39-41).


Related image
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 39)

“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA “ (Wahyu 2:4).

KASIH KITA JANGAN SAMPAI MUDAH PUDAR

   “Tidak ada yang lebih dingin dibandingkan gereja yang tidak mengasihi.  Dan kasih yang sejati berarti keharusan melampaui semua formalitas, lebih daripada sekadar memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar, kepada hubungan penuh kasih mesra dengan sesama.
   Orang-orang di sekeliling Anda merindukan sentuhan kasih.  Efesus adalah gereja yang dulu mengasihi dengan cara demikian, tetapi telah meninggalkan kasih itu demi KEMURNIAN DOKTRINAL.  Di dalam antusiasme kita untuk memastikan bahwa “para pengikut Nikolaus” di sekeliling kita tidak menyusup ke dalam gereja, sering kita mengelompokkan mereka yang KESEPIAN dan TERABAIKAN menjadi satu dengan orang-orang itu”.
  
   “Jemaat di Efesus sangat setia pada Yesus, tapi mereka menghadapi masalah.  Jemaat itu telah “meninggalkan kasihnya yang semula” dan dengan kesalahan pertama yang fatal itu sedang mengarah kepada kehancuran.  Tidak seorangpun, selain Yesus, yang menyadarinya.  Efesus sendiri mungkin tidak menyadari kesalahannya, setidaknya sampai Kitab Wahyu disampaikan pada mereka. 
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm.47-48

                  WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 40)

“Sebab itu INGATLAH betapa dalamnya engkau telah jatuh!.  BERTOBATLAH DAN LAKUKANLAH LAGI APA YANG SEMULA ENGKAU LAKUKAN…”(Wahyu 5 a).
  
    KITA MENGASIHI ALLAH KARENA DIA LEBIH DAHULU MENGASIHI KITA.
  
   “Berdasarkan analisis Yesus tentang jemaat di Efesus, nasihat apakah yang Dia tawarkan kepada mereka?.
   Hal pertama : Dia katakan adalah “ingatlah.”  Dalam versi asli bahasa Yunaninya, kata ini dalam bentuk kalimat perintah SAAT INI (Present tense).  Ini berarti agar mereka tidak melupakan hubungan mereka yang sebelumnya dengan Tuhan.  Tetapi jemaat perlu menyadari kehilangan itu, untuk termotivasi oleh kenyataan bahwa mereka telah mengalami kemunduran.
   Hal berikut yang Yesus perintahkan adalah : agar mereka BERTOBAT.  Bentuk kata yang ini berbeda, mencerminkan tindakan SESAAT.  Di sini Dia memerintahkan agar mereka bertindak.  Pertobatan mereka harus menjadi perubahan haluan yang tegas.   Sementara jemaat telah terbiasa mengingat, mereka telah lupa bagaimana caranya bertobat.  Mereka perlu mulai dari awal lagi dan menyelaraskan tindakan dengan maksud tujuan mereka.
    Ketiga, Yesus menasihatkan mereka MELAKUKAN APA YANG PERTAMA-TAMA MEREKA LAKUKAN.  Ini juga sesuatu yang mesti mulai mereka lakukan.  Hidupkan situasi semula yang menyebabkan kasihmu MEREKAH dulu.  Putar kembali dalam ingatanmu saat-saat ketika engkau sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan dalam pembaruan pikiran serta tindakan.  “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula kaulakukan”.
   Para penasihat perkawinan mengatakan bahwa pasangan yang cintanya telah luntur perlu mengulangi kembali hal-hal yang dulu menyatukan mereka pada awalnya.  Hampir semua pasangan menikah pernah jatuh cinta.  Tidak peduli apa yang terjadi pada mereka hari ini, mereka pernah saling tertarik satu sama lain.  Jika itu bisa terjadi dulu, itu bisa terulang lagi saat ini.
   Pasangan yang sedang bertengkar perlu mulai dari awal lagi.  Nikmati kembali kegembiraan yang diperoleh dengan berpegangan tangan, kata-kata ramah, serta perhatian yang lemah lembut.  Ambil waktu luang dari pekerjaan, kurangi tekanan, dan bersikaplah muda kembali.  Pulihkan kembali ikatan yang telah melemah atau putus.  Prinsip yang sama bisa diterapkan pada kehidupan rohani.  Jika kasih Anda kepada Allah telah mulai berkurang, kembalilah pada hal-hal yang dulu mendekatkan Anda dengan-Nya.   Di manakah Anda saat Anda pertama merasakan hadirat-Nya?.  Apa yang Anda lakukan untuk menyambut-Nya?.  Anda tidak perlu mengambil inisiatif untuk memulihkan hubungan dengan Allah.  Injil mengatakan kepada kita bahwa Dia telah melakukannya.  Kita mengasihi Allah karena Dia terlebih dulu mengasihi kita.  Dialah penggagasnya.  Tugas kita adalah merespons apa yang telah Dia perbuat.  Kita mengasihi-Nya karena Dia terlebih dulu mengasihi kita.   1.
  
Sumber:
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 49.
                             
                      WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 41)

  “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan…  AKU AKAN datang kepadamu dan AKU AKAN MENGAMBIL KAKI DIANMU dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat”. (Wahyu 2:5 b).

UMAT TUHAN PERLU BERTOBAT

“Efesus sekarang bernama Kusadasi, Filadelfia bernama Alashehir, dan tak seorang pun orang-orang Kristen disana.  Ketika Yohanes menulis kitabnya, Kekristenan sedang berkembang dengan kokohnya di Asia kecil bagian tengah dan barat.  Kenyataannya, banyak sarjana Alkitab meyakini bahwa jauh lebih banyak orang-orang Kristen di Asia Kecil pada abad mula-mula ini dibandingkan di mana pun juga di dunia.  Namun selama berabad-abad, gereja-gereja mengalami penurunan dalam jumlahnya, hingga Islam akhirnya memunahkan mereka.  Wilayah-wilayah dimana gereja mula-mula pernah sangat kokoh berdiri (mencakup Siria dan Arika Utara) sekarang hampir seluruhnya Islam.  Sebagaimana yang Yesus peringatkan di dalam ayat di atas, KAKI DIAN bisa diambil dari tempatnya.   Namun demikian, bukan Islam yang sebenarnya menghancurkan gereja.  Di Afrika Utara, pertentangan doktrinal dan etnik yang melemahkan Kekristenan.  Orang-orang Kristen di Timur Tengah gagal terlibat dalam budaya setempat, sehingga membukakan pintu pada ajaran Muhammad yang jauh lebih kontekstual.   Selama Abad pertengahan, kepemimpinan gereja Eropa berusaha menghidupkan kembali Kekristenan di Timur Tengah.  Namun mereka salah memahami Injil dan memilih suatu metode (Perang Salib) yang malah membuat keadaan makin buruk.  Gerejalah yang menghancurkan Kekristenan di daerah Timur Tengah bagian timur.  Sejarah seharusnya menjadi peringatan bagi kita.  Di mana Injil dulu pernah berkembang luas, sekarang mengalami penurunan.  Namun demikian, wilayah-wilayah yang hampir-hampir tidak mengenal Injil dua abad yang lalu (Afrika dan Asia) kini berkembang pesat jadi pusat iman.  Anda dan saya tidak boleh memandang remeh rencana Allah.  Jika kita meninggalkan misi kita Tuhan akan membangkitkan orang-orang lain untuk menggenapinya.1

Sumber:
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 50.


Wahyu Kepada Yohanes.(Bagian 38).

Related image












WAHYU KEPADA YOHANES  (Bagian 38)

TINDAKAN PALING AMAN ADALAH MENGASIHI.

“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA “ (Wahyu 2:4).

   “Jemaat di Efesus tampaknya mengulangi pengalaman bangsa Israel sebelum pembuangan ke Babel.  Mengutip perkataan Yeremia bagi Yerusalem :”Aku teringat…kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun”.(Yer.2:2).   Tahun-tahun awal pengalaman bangsa Israel di padang belantara merupakan masa-masa penuh pengabdian dan kesetiaan.  Tapi kemudian semuanya berubah: “Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan… Betapa engkau berubah menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar !”. (ayat 21).   Seandainya Anda harus menekankan pada kebenaran doktrinal yang teguh atau kasih dalam suatu situasi, manakah yang Anda pilih? .  Saat kita tidak tahu apa yang mesti dibuat, tindakan paling aman adalah MENGASIHI.
    Kitab 1 Korintus 13 mengatakan bahwa kita bisa saja memilili semua kebenaran doctrinal dan segala macam pekerjaan baik, tetapi jika kita tidak memiliki kasih, semua itu tidak ada gunanya.
   Ellen G. White menyimpulkan, “Dalam pembaruan, sebaiknya kita tidak berbuat kelewatan dengan melangkah terlalu jauh.  Dan seandainya terjadi kesalahan pun, sebaiknya kita  berada tak melupakan sisi manusiawinya”. 
            Ellen G White, Testimonies for the church (Mountain View,Calif:Pacific Press Pub.Assn.,1948) jld.3,hlm.21.
  
   Pada dasarnya kita cenderung bersikap keras kepada sesama dan mengasihi diri sendiri.  Setiap gereja yang telah meninggalkan pusat Injil maka akan mulai menyakiti orang-orang sekalipun dia setia dan mempertahankan doktrin yang benar.  Ketika kita tak yakin bagaimana harus menangani situasi tertentu, lebih baik kita mengambil risiko salah yaitu menebar kasih dan belas kasihan.”    1.

Ay 4: “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula”.
1)   ‘Namun demikian Aku mencela engkau’.
a)   Tadi ada pujian, sekarang ada kritikan.
Tuhan bersikap fair; memuji apa yang baik dan mengkritik apa yang jelek. Kita seringkali melakukan hanya salah satu saja, baik terhadap anak, pegawai, jemaat, anak sekolah minggu, dsb. Atau sering juga kita tidak melakukan kedua-duanya.
b)   KJV: ‘Nevertheless I have somewhat against thee’ (= Bagaimanapun Aku mempunyai sesuatu yang kecil / sedikit terhadap engkau).
Ini salah, karena kata ‘somewhat’ (= sedikit) ini sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang salah ini mengecilkan kesalahan gereja Efesus dalam persoalan meninggalkan kasih yang semula ini, padahal itu sama sekali bukan sesuatu dosa yang remeh! Karena itu, kalau saudara sedang meninggalkan kasih yang semula / pertama, jangan meremehkan keadaan itu!
2)   ‘karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula’.
a)   Dicela sekalipun ‘baik’.
Sekalipun ada banyak hal-hal yang sangat baik dalam diri gereja Efesus ini, seperti sikap orthodox, menjaga kemurnian doktrin, bekerja keras, tidak menjadi lelah / bosan, membenci kejahatan dsb, tetapi mereka tetap dicela karena meninggalkan kasih yang semula / pertama. Karena itu jelaslah bahwa:
·        Kemurnian doktrinal tidak bisa menggantikan kasih.
George Eldon Ladd: “Doctrinal purity and loyalty can never be a substitute for love” (= Kemurnian dan kesetiaan doktrinal tidak pernah bisa menjadi pengganti kasih) - hal 39.
Adalah sesuatu yang baik kalau saudara adalah orang yang sangat memperhatikan dan menjaga doktrin, tetapi pada saat yang sama saudara juga harus memperhatikan dan menjaga kasih saudara kepada Tuhan.
·        Kebencian terhadap dosa / kejahatan tidak bisa menggantikan kasih kepada Kristus.
John Stott: “to hate error and evil is not the same as to love Jesus Christ” (= membenci kesalahan dan kejahatan tidaklah sama dengan mengasihi Yesus Kristus) - hal 29.
Orang yang mengasihi Kristus pasti membenci kejahatan, tetapi orang yang membenci kejahatan belum tentu mengasihi Kristus. Sebagai contoh, ada banyak orang yang mengutuk perkosaan massal tanggal 14 Mei 1998, padahal mereka sama sekali bukan orang kristen, dan karenanya tentu tidak mengasihi Kristus.
·        pelayanan yang bagaimanapun giatnya tidak bisa menggantikan kasih.
Pulpit Commentary: “Ere ever he would restore the recreant Peter to his apostleship, thrice over was the question asked, ‘Lovest thou me?’ as if the Lord would teach him and all of us that love to himself is the one indispensable qualification of all acceptable service” (= Sebelum Ia mengembalikan Petrus yang tidak setia / murtad dari kerasulannya, tiga kali Ia menanyakan pertanyaan: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’, seakan-akan Tuhan mengajar dia dan semua kita bahwa kasih kepadaNya adalah satu persyaratan yang harus ada dalam semua pelayanan yang menyenangkanNya) - hal 79.
b)   Bandingkan celaan di sini dengan Yer 2:1-8! (khususnya perhatikan Yer 2:2b,5)!
Yer 2:2b - “Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya”.
NIV: ‘I remember the devotion of your youth, how as a bride you loved me and followed me through the desert, through a land not sown’ (= Aku mengingat kesetiaan / penyerahan / pembaktian masa mudamu, bagaimana sebagai mempelai engkau mengasihi Aku dan mengikuti Aku melalui padang gurun, melalui tanah / negeri yang tidak ditaburi).
Yer 2:5 - “Beginilah firman TUHAN: Apakah kecurangan yang didapati nenek moyangmu padaKu, sehingga mereka menjauh dari padaKu, mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka menjadi sia-sia?”.
Penerapan:
Kalau saudara sedang meninggalkan kasih yang semula, tanyakan pertanyaan yang sama terhadap diri saudara sendiri: apakah kecurangan / kesalahan yang aku dapati pada Allah, sehingga aku meninggalkan kasihku yang semula kepadaNya?
c)   Kasih kepada siapa yang dimaksudkan di sini?
·        Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada kasih kepada sesama manusia.
Beasley-Murray: “the love which had abated was primarily love for fellow men” (= Kasih yang telah berkurang terutama adalah kasih kepada sesama manusia) - hal 75.
·        Leon Morris (hal 60) mengatakan bahwa tidak jelas apa yang dimaksud dengan ‘kasih’ di sini. Ada yang mengartikan bahwa ini adalah ‘kasih kepada Kristus’, ada yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada sesama saudara seiman’, dan ada juga yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada seluruh umat manusia’. Leon Morris lalu mengatakan bahwa mungkin kasih di sini mencakup ketiga-tiganya.
·        Tetapi saya berpendapat bahwa penekanan utama di sini adalah kasih kepada Allah / Kristus.
Barnes’ Notes: “The love here referred to is evidently love to the Saviour” (= Kasih yang dimaksudkan di sini jelas adalah kasih kepada sang Juruselamat) - hal 1553.
Pulpit Commentary: “Christ is very jealous of our love” (= Kristus sangat cemburu akan cinta kita) - hal 69.
·        Tetapi perlu juga diingat bahwa kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama sangat berhubungan. Kalau kasih kepada Allah berkurang, maka pasti kasih kepada sesama juga demikian.
Robert H. Mounce (NICNT): “A cooling of personal love for God inevitably results in the loss of harmonious relationship within the body of believers” (= Kasih pribadi yang mendingin kepada Allah secara tak terhindarkan menghasilkan hilangnya hubungan yang harmonis di dalam tubuh orang-orang percaya) - hal 88.
Penerapan:
Untuk memperbaiki hubungan / persekutuan dalam keluarga ataupun gereja, maka setiap individu harus memperbaiki kasihnya kepada Tuhan. Ini juga berlaku sebaliknya. Untuk memperbaiki kasih kepada Tuhan kita harus memperbaiki hubungan dengan sesama.
d)   Siapa yang dikatakan meninggalkan kasih yang semula / pertama ini? Ada 2 pandangan tg hal ini:
1.   Kata-kata ini ditujukan kepada mereka sebagai gereja, bukan sebagai individu.
Herman Hoeksema (hal 58-59) mengatakan bahwa yang kehilangan kasih yang semula bukanlah jemaat / individu yang tadinya mempunyai kasih yang semula, tetapi gereja Efesus. Jadi gereja ini bertumbuh dalam hal jumlah, dan orang-orang yang baru ini tidak mempunyai kasih yang semula seperti jemaat yang lama. Ia berpandangan demikian karena ia berkata bahwa orang kristen sejati tidak bisa kehilangan keselamatan. Tetapi saya berpendapat bahwa ‘kehilangan kasih yang semula’ tidaklah sama dengan ‘kehilangan keselamatan’ / ‘jatuh dari kasih karunia’!
William Hendriksen mempunyai pemikiran yang sejalan dengan Hoeksema. Ia berkata bahwa rasul Yohanes menulis Kitab Wahyu ini lebih dari 40 tahun setelah gereja Efesus didirikan. Jadi generasi pertama sudah mati, dan lalu muncul generasi kedua, yang tidak mempunyai kasih yang semula.
Pandangan Hoeksema dan Hendriksen ini memang memungkinkan. Apalagi kalau dilihat dari Yer 2:1-8, yang pada ay 2nya berbicara tentang ‘cintamu’, padahal yang dimaksud adalah ‘cinta nenek moyangmu’. Jadi bagian ini meninjau Israel sebagai suatu bangsa, yang dahulu mengasihi Tuhan tetapi sekarang tidak. Karena itu adalah mungkin bahwa dalam kasus gereja Efesus juga diartikan seperti itu.
Kalau ini benar, maka ini menjadi peringatan bagi setiap gereja yang benar, untuk berjaga-jaga bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi penerus. Apa yang harus dilakukan untuk ini?
·        perhatikan anak-anak sekolah minggu supaya mempunyai guru-guru sekolah minggu yang baik dan injili. Guru-guru Sekolah Minggu sendiri harus menjaga kerohanian mereka dan pengajaran mereka, karena secara manusia boleh dikatakan bahwa nasib dari generasi penerus ada di tangan mereka! Renungkan Mat 18:6 - Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
·        perhatikan kerohanian pemuda remaja di gereja.
·        jaga agar Majelis gereja yang dipilih selalu adalah orang-orang yang rohani, alkitabiah dan injili. Jangan memilih orang yang kaya tetapi yang rohaninya brengsek!
·        hati-hati dalam memilih hamba Tuhan.
·        jaga supaya dalam gereja selalu terdapat Pemberitaan Injil. Dengan demikian orang-orang yang baru bisa mendengar Injil dan bertobat.
2.   Kata-kata ini ditujukan kepada mereka sebagai individu. Jadi jemaat Efesus itu sendiri yang meninggalkan kasih yang semula.
Kebanyakan penafsir membahas bagian ini dari sudut pandang ke 2 ini. Saya sendiri, sekalipun menganggap pandangan pertama di atas tetap mempunyai kemungkinan untuk benar, lebih condong pada pandangan ke 2 ini, karena:
·        dari surat-surat kepada gereja-gereja yang lain terlihat bahwa Tuhan memperhatikan individu, dan bukannya hanya gereja secara keseluruhan. Jadi kalau yang salah hanya sebagian, maka Tuhan juga menegur yang sebagian itu (bdk. 2:14,15,24  3:4).
·        Ay 5 menyuruh mereka untuk:
*        mengingat betapa dalamnya mereka telah jatuh.
*        bertobat.
*        melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan.
Semua ini rasanya menunjukkan bahwa yang meninggalkan kasih yang semula / pertama itu adalah diri mereka sendiri, bukan generasi sebelum mereka.
e)   Meninggalkan kasih yang semula / pertama’.
1.   Pada waktu Paulus menulis surat Efesus, gereja Efesus masih berkobar-kobar dalam kasihnya kepada Allah. Ini ditunjukkan secara implicit oleh Ef 6:24, dan ini juga diwujudkan dengan kasih kepada sesama orang kudus - Ef 1:15 (ingat bahwa kasih kepada sesama berhubungan erat dengan kasih kepada Tuhan). Tetapi sekarang gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang semula / pertama itu. Perhatikan bahwa mereka tidak dikatakan ‘kehilangan’ (pasif) tetapi ‘meninggalkan’ (aktif) kasih yang semula / pertama itu. Karena itu Allah menyuruh mereka kembali kepada kasih yang pertama itu.
2.   Kalau sejak lahir seorang kristen tidak pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, maka ini bukan ‘meninggalkan kasih yang semula’, tetapi ‘suam-suam kuku’ (Wah 3:14-15) dimana Kristus masih ada di luar hidupnya (bdk. Wah 3:20). Dengan kata lain, orang ini tidak pernah menjadi kristen yang sejati.
Tetapi semua orang kristen sejati pasti pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, karena:
·        Ro 5:5b mengatakan “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Catatan: tentang ‘kasih Allah’ dalam Ro 5:5 ini ada yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih Allah kepada kita’, tetapi ada juga yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih kita kepada Allah’.
·        kasih adalah ‘buah Roh Kudus’ (Gal 5:22).
Penerapan:
Untuk bisa tahu apakah saudara termasuk orang kristen sejati yang meninggalkan kasih yang semula, atau orang suam-suam kuku yang adalah orang kristen KTP, telusurilah jalan hidup saudara selama ini. Kalau tidak pernah ada saat dimana saudara berkobar-kobar dalam cinta saudara kepada Tuhan, maka saudara adalah orang suam-suam kuku. Bertobatlah dan terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, sebelum terlambat!
3.   Kasih yang semula / pertama itu mudah memudar.
Thomas Manton: “That of all graces, love needeth keeping. Why? Because of all graces it is most decaying. Mat. 24:12  Rev. 2:4” (= Bahwa dari semua kasih karunia, kasih membutuhkan pemeliharaan. Mengapa? Karena dari semua kasih karunia itu adalah yang paling mudah berkurang / hilang. Mat 24:12  Wah 2:4) - ‘Jude’, hal 344.
Tetapi supaya saudara tidak secara salah dan terlalu cepat menganggap bahwa kasih saudara kepada Allah sudah memudar, perhatikan kutipan di bawah ini.
Barnes’ Notes: Individu-individu Kristen sering kehilangan banyak dari kasih pertama mereka. Memang benar bahwa seringkali kelihatannya terjadi hal ini, padahal sebetulnya tidak. Tidak sedikit dari semangat / kobaran api / kehangatan emosi dari petobat-petobat muda yang seringkali tidak lebih dari kegembiraan dari perasaan binatang, yang tentu saja akan segera lenyap, sekalipun kasih sejati mereka mungkin tidak berkurang, atau mungkin bertambah kuat secara konstan. Pada saat seorang anak pulang ke rumah setelah pergi cukup lama, dan bertemu dengan orang tua dan saudara-saudaranya, di sana ada suatu pijaran / sinar, suatu perasaan yang hangat, suatu sukacita emosi, yang tidak bisa diharapkan berlangsung senantiasa, dan yang mungkin tidak akan pernah bisa dihidupkan kembali, sekalipun ia mungkin terus bertumbuh dalam kasih yang sejati kepada teman-temannya dan rumahnya”. - hal 1553.
4.   Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
a.   Dosa.
Thomas Manton: “Some times it falleth out through freeness in sinning. Neglect is like not blowing up the coals; sinning is like pouring on waters, a very quenching of the Spirit, 1Thes. 5:19” (= Kadang-kadang itu terjadi karena kebebasan dalam berbuat dosa. Kelalaian adalah seperti tidak mengipasi arang; berbuat dosa adalah seperti menyiramnya dengan air, tindakan yang memadamkan Roh, 1Tes 5:19) - ‘Jude’, hal 345.
Contoh dosa:
·        cinta uang / dunia.
Mat 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”.
Yak 4:4 -  “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuh-an dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.
1Yoh 2:15 -  “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
2Tim 3:4b - “lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah”. Ini salah terjemahan.
NIV/NASB: ‘lovers of pleasure rather than lovers of God’ (= pecinta kesenangan dan bukannya pecinta Allah).
·        pelayanan / pekerjaan / kesibukan yang begitu ditekankan sehingga menyebabkan tak ada waktu untuk sendirian dengan Tuhan (doa dan belajar Firman Tuhan).
Steve Gregg: “Like Martha, a church may become so engrossed in religious work that it neglects the ‘one thing needed’ (Luke 10:42)” [= Seperti Marta, sebuah gereja bisa menjadi begitu asyik dalam pekerjaan agamawi sehingga mengabaikan ‘satu hal yang diperlukan’ (Luk 10:42)] - hal 65.
Catatan: ‘bagian yang terbaik’ dalam Luk 10:42 diterjemahkan ‘one thing is needful’ (= satu hal yang diperlukan) oleh RSV.
Kata-kata Steve Gregg ini memang sangat mungkin. Orang yang terlalu bersemangat dalam pelayanan, sampai tidak ada waktu untuk belajar Firman dan berdoa, akan kehilangan kasih yang semula. Dan hal yang menyedihkan adalah bahwa ada banyak (bahkan mungkin kebanyakan!) hamba Tuhan yang seperti ini!
·        allah lain, yaitu hal-hal yang dicintai / diutamakan lebih dari Tuhan.
·        occultisme, seperti: tenaga dalam, hipnotisme, yoga, dsb.
b.   Penderitaan yang hebat, banyak, dan berlarut-larut, khususnya kalau kita tidak menghadapinya dengan benar.
c.   Banyaknya kejahatan di sekitar kita.
Mat 24:12 - “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”.
d.   Peperangan mereka melawan kesesatan / nabi palsu.
Ramsey mengatakan bahwa celaan tentang hilangnya kasih yang semula ini (ay 4) diletakkan setelah pujian tentang semangat mereka membongkar kepalsuan dari rasul-rasul palsu (ay 2), tetapi diletakkan sebelum pujian tentang kebencian mereka terhadap tindakan para pengikut Nikolaus (ay 6), dan ini menunjukkan bahwa hilangnya kasih yang semula ini berhubungan dengan semangat mereka dalam membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu.
James B. Ramsey: Celaan / kecaman ini diberikan dalam hubungan yang erat dengan pujian terhadap semangat mereka dalam menyingkapkan rasul-rasul palsu ini, dan diberikan sebelum pujian kedua ini disebutkan, menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara semangat menentang guru-guru palsu ini dengan penurunan kasih mereka. Disana ada hubungan seperti itu, dan itu tidak pernah boleh dilupakan. Pada waktu seseorang dipanggil untuk berjuang dengan sungguh-sungguh untuk iman, pada waktu kesabaran diuji oleh kesalahan yang berani dan gigih, dan pada waktu akhirnya pernyataan palsu dari guru-guru palsu itu tersingkap, proses itu cenderung / mudah melukai dan memahitkan roh, dan berhasil mengembangkan kesombongan rohani; sehingga kasih kudus kepada Yesus dan umatNya tanpa terasa kehilangan gairah / semangat pertamanya yang dipancarkan oleh kasih itu pada pandangan pertama dari iman terhadap salib dan kutuk yang dipadamkan”. - hal 131.
Catatan: Ramsey menganggap bahwa pujian pertama berhubungan dengan semangat mereka dalam membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu, dan ay 3 berhubungan dengan pujian pertama tersebut, karena penderitaan dalam ay 3 itu disebabkan hal itu. Pujian kedua berkenaan dengan kebencian terhadap pengikut Nikolaus (ay 6). Jadi kecaman tentang hilangnya kasih semula terletak setelah pujian pertama, tetapi sebelum pujian kedua, dan karena itu ia lalu menyimpulkan bahwa kecaman itu berhubungan dengan pujian pertama itu.
Kata-kata Ramsey di atas sesuai dengan kata-kata Mounce yang berikut ini.
Robert H. Mounce (NICNT): “Every virtue carries within itself the seeds of its own destruction” (= Setiap sifat baik / kebajikan membawa dalam dirinya sendiri benih kehancuran dirinya sendiri)  - hal 88.
Memang orang yang kuat dalam doktrin dan berani / tegas biasanya rawan dalam persoalan kasih! Sebaliknya orang yang penuh kasih, sabar, biasanya kompromistis / kurang tegas, atau munafik / suka berdusta, pengecut, dsb.
Penerapan:
Karena itu kalau saudara menjumpai apapun yang baik dalam diri saudara, maka renungkanlah hal buruk apa yang ter-cakup dalam hal baik tersebut, dan berusahalah untuk memper-tahankan hal baiknya dan membuang hal buruknya.
5.   Ciri / akibat berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
Thomas Manton: Dimana kita mengasihi disana akan ada perenungan tentang obyek yang dikasihi, disana akan ada keakraban dan keintiman dalam pembicaraan. Tidak ada satu haripun akan berlalu dimana kasih tidak menemukan pesan / berita dan alasan / kesempatan untuk berbicara dengan Allah, untuk meminta pertolonganNya atau nasehatNya. Tetapi sekarang, ketika seseorang bisa melewati beberapa hari dan minggu tanpa pernah mengunjungi Allah, keanehan seperti itu menunjukkan kasih yang sedikit / kecil. Juga, pada saat ada ketidakpedulian dalam memuliakan Allah, tidak ada perencanaan dan usaha / penyusunan tentang bagai-mana kita bisa menjadi paling berguna untuk Dia, pada saat kita tidak berkabung atas dosa seperti yang biasa kita lakukan, tidak peka terhadap pelanggaran, tidak mempunyai hati yang hancur, tidak begitu hati-hati untuk menghindari semua kesempatan untuk menyakiti hati / menyalahi Allah, tidak begitu berjaga-jaga dan bersemangat seperti kita biasanya, tidak bangkit untuk melawan pencobaan dan pikiran daging, kasih itu berkurang / melemah. Jelas bahwa ketika rasa kewajiban pada Kristus itu hangat dalam hati kita, dosa tidak lolos dengan begitu bebas; kasih tidak akan mengijinkannya hidup dan bertindak dalam hati, Titus 2:11-12, Kej 39:9. Tetapi sekarang, karena semua ini sudah luntur, hati tidak dijaga, lidah tidak dikekang, kata-kata kosong bahkan busuk dan kotor / tak senonoh; kemarahan dan iri hati merajalela dalam jiwa, semua menuju pada kekacauan dalam hati yang diabaikan; lebih jauh lagi, bahkan kebaktian dilakukan dengan asal-asalan / tak sungguh-sungguh dan dalam cara yang ceroboh dan bodoh; dosa diakui tanpa penyesalan dan perasaan bersalah kepada Allah; doa untuk berkat rohani tanpa keinginan untuk mendapatkan; kemarahan mengutuk tanpa takut bahaya; doa syafaat untuk orang lain tanpa simpati atau kasih persaudaraan; syukur diberikan tanpa menghargai kebaikan / manfaat atau kasih kepada Allah dalam mengingat mereka; perundingan tentang hal-hal kudus tidak pernah dilakukan atau sangat sedikit dan ceroboh; pembacaan (Kitab Suci / Firman Tuhan) tanpa keinginan mendapatkan keuntungan / manfaat; menyanyi tanpa kesenangan atau nyanyian di hati. Semua ini hanyalah laporan / catatan suatu hati yang menurun dalam kasih kepada Allah”. - ‘Jude’, hal 345-346.
Renungkanlah kata-kata Manton di atas ini kata demi kata, dan ban-dingkanlah dengan hidup saudara. Dari situ saudara bisa mengetahui apakah saudara sudah kehilangan kasih yang semula atau tidak.
Thomas Manton: Dalam penyendirian kita yang serius kita harus mempunyai pemikiran-pemikiran seperti ini: Saya biasanya menghabiskan beberapa waktu setiap hari dengan Allah; saya ingat bahwa dulu adalah suatu kesenangan bagi saya untuk berpikir tentang Dia; sekarang aku tidak mempunyai hati untuk berdoa dan bermeditasi, tidak ada kesukaan dalam bersekutu dengan Dia; dulu adalah sukacita dari jiwaku untuk berada dalam Perjamuan Kudus, datangnya hari Sa-bat kusambut dengan baik; tetapi sekarang alangkah membosankannya hal itu! Ada saat dimana aku mempunyai pengalaman yang manis, dan kasih karunia Roh Allah lebih hidup dalam diriku, tetapi sekarang semua mati dan tidak manjur; ada saat dimana pemikiran sia-sia adalah suatu beban bagiku, tetapi sekarang aku bisa mengabaikan tindakan-tindakan berdosa; ada saat dimana penghamburan waktu biasa merupa-kan kesedihan bagi jiwaku, sekarang aku bisa menghamburkan Sabat secara tak berguna dan tidak merisaukannya, dsb. Begitulah engkau harus memikirkan / merenungkan keadaanmu”. - ‘Jude’, hal 346-347.
Pulpit Commentary: “with all their discernment of evil, and zeal against it, they lacked reality. Their light still burned, but in a dull, lifeless way; their service had become mechanical (= dengan pandangan mereka yang tajam terhadap kejahatan, dan semangat menentangnya, mereka kekurangan realitas / kenyataan. Lampu mereka tetap menyala, tetapi secara pudar dan tak bersemangat; pelayanan mereka telah menjadi pelayanan mekanis) - hal 58.
John Stott: “Without this love, the Church’s work is lifeless” (= Tanpa kasih ini, pekerjaan Gereja tidak bersemangat) - hal 28.
John Stott: Adalah kewajiban dari manusia untuk menyembah / berbakti kepada Allah, dari makhluk ciptaan untuk menyembah / berbakti kepada Penciptanya. Jika penyembahan / kebaktian dari Gereja tidak merupakan kebaktian di bibir saja, maka itu harus keluar dari hati yang mengasihi Allah. ... Saya memperkirakan bahwa kebaktian gereja Efesus hampir mati. Nyanyian telah menjadi membosankan / tidak menarik dan tak bersemangat, dan doa-doa hampir tidak lebih baik dari mantera-mantera orang kafir. Di sana ada upacara tetapi tidak ada roh / semangat. Di sana tidak ada kehidupan / semangat karena di sana tidak ada kasih. Apa yang benar tentang kebaktian umum orang-orang kristen Efesus pasti juga benar tentang Saat Teduh pribadi mereka. Hanya kasih yang bisa menyelamatkan doa dan pembacaan Kitab Suci secara pribadi terhadap penurunan menjadi suatu kerutinan yang bersifat mekanis”. - hal 30.
Pulpit Commentary: Hal-hal luar / lahiriah mungkin sempurna, semangat mungkin dipertahankan, kesabaran tidak pernah lelah, keorthodoxan tidak bercacat; tetapi kalau kasih - kekuatan rahasia dari jiwa - berkurang / rusak, hanya waktu yang dibutuhkan untuk membawa gereja pada kebusukan total”. - hal 92.
Memang saya percaya bahwa orang yang meninggalkan kasih yang semula mula-mula bisa kelihatan tetap baik. Mungkin ia tetap melayani, tetap bersaat teduh, tetap memberi persembahan, dsb. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan, maka keadaan akan makin lama makin memburuk, sehingga dari luarpun hal itu akan kelihatan.
John Stott: jerih payah menjadi pekerjaan yang membosankan jika itu bukanlah pekerjaan kasih. Yakub bisa bekerja 7 tahun untuk mendapatkan tangan Rahel hanya karena ia mengasihinya, dan 7 tahun itu ‘baginya terlihat seperti hanya beberapa hari karena kasihnya kepadanya’ (Kej 29:20). Bertahan terhadap penderitaan bisa menjadi berat dan pahit jika itu tidak dilunakkan dan dimaniskan oleh kasih. ‘Mengertakkan gigi dan mengepalkan kepalan dengan ke-tidak-acuhan Stoa’ berbeda dengan ‘tersenyum menghadapi kesengsaraan dengan kasih Kristen’. - hal 28.
Catatan: golongan Stoic / Stoa adalah golongan yang disebutkan dalam Kis 17:18. Ini adalah golongan yang percaya pada takdir, tetapi mereka percaya bahwa takdir itu bahkan ada di atas Allah.
6.   Apa yang harus dilakukan supaya kasih yang semula tidak berkurang / hilang?
·        terus bertumbuh secara rohani; jangan pernah puas dengan apa yang saudara capai secara rohani, baik dalam pengertian Firman Tuhan, keteguhan iman, pengudusan dsb.
Thomas Manton: Bertambahlah dan bertumbuhlah dalam kasih, 1Tes 4:10. Tidak ada yang lebih menimbulkan kebusukan / penurunan kasih dari pada kepuasan dengan apa yang telah kita terima; setiap hari engkau harus makin kurang mengasihi dosa, diri sendiri, dunia, tetapi mengasihi Kristus makin lama makin banyak”. - ‘Jude’, hal 346.
1Tes 4:10 - “Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.
·        kalau terjadi penurunan kasih, tanganilah secepat mungkin.
Thomas Manton: Amatilah penurunan pertama, karena ini adalah penyebab dari semua yang lain. Kejahatan sebaiknya dihentikan pada permulaan; jika pada waktu pertama-tama kita mulai bertumbuh menjadi ceroboh kita sudah memperhatikan, maka itu tidak akan pernah menjadi seperti ini. ... adalah lebih mudah menghancurkan sebuah telur dari pada membunuh ularnya”. - ‘Jude’, hal 346.       2.
DAFTAR PUSTAKA:
1.    Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007. hal. 46
2.    Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.