Jumat, 15 April 2016

Khotbah Di Atas Bukit.

KHOTBAH DI ATAS BUKIT (Mts 5-7)
Fokus : Mts.5:43-48
Pendahuluan:
    Dalam pelajaran ini kita akan membahas beberapa ajaran utama Yesus (major teaching)—yaitu Khotbah di atas bukit. Itu dipuji sebagai “Intisari Kekristenan.” Dikenal sebagai “Magna Charta kerajaan Kekristenan”. (Magna Charta: “Perjanjian besar”—Piagam yang dikeluarkan di Inggeris 15 Juni 1215 yang membatasi monarki Inggeris dari kekuasaan absolut Raja John yang menuju kepada pembuatan hukum konstitusional.) Disebut sebagai “manifesto seorang raja”. Yesus memulai khotbah-Nya dengan memberikan daftar ucapan bahagia. Kata Yunani: Makarios yang diterjemahkan dengan: “diberkati, bahagia”. Ucapan bahagia adalah ucapan Kristus, tidak hanya untuk orang2 percaya, tetapi juga kepada seluruh keluarga manusia. Berkat2 mengalir dari bibir Yesus bagaikan tercurah. Khotbah tersebut tidak menyatakan bagaimana kita diselamatkan. Penekanan khotbah tersebut terletak pada bagaimana cara seseorang harus hidup—penuh berkat, bertanggungjawab dan mengasihi. Khotbah di atas bukit adalah khotbah yang paling hebat yang pernah dikhotbahkan. Kata-kata-Nya telah sangat memengaruhi dan perkataan-Nya telah mengubah kehidupan selama berabad-abad dan bahkan sampai ke zaman kita ini. Namun, kita seharusnya tidak hanya mendengar khotbah ini, kita juga harus menerapkannya. Dan juga kita akan mempelajari apa yang Yesus katakan dalam Matius 13 mengenai menerapkan firman-Nya dalam kehidupan kita dimana Yesus telah menetapkan sejumlah perumpamaan (tentang seorang penabur). Khotbah di atas bukit membuat Kasih sebagai prinsip dasar Kerajaan Allah. Sebagaimana Allah adalah kasih (1 Yoh.4:7,8), dan karena kasihlah yang mengirim Anak (Yoh.3:16) untuk menebus umat manusia, semua pria dan wanita dipanggil untuk mengasihi yang tidak dapat dikasihi—Tulis Matius 5:44: Dimana ada kasih yang radikal seperti itu, disana berkuasa kerajaan Allah.
I. PEKABARAN UTAMA KHOTBAH DI ATAS BUKIT.
A. 1. Apakah yang menjadi pondasi Kebahagiaan didalam kehidupan ke kristenan?. --Khotbah itu dimulai dengan kebahagiaan orang Kristen:
*Datang kepada Juruselamat.
*Mengalami pengampunan-Nya dan penebusan dari dosa.
*Masuk dalam sebuah pengalaman baru dari perbuatan yang mengecewakan kepada anugerah yang menyelamatkan.
*Dari kerajaan kegelapan dan dosa kepada kerajaan terang dan kebenaran. Dari kutuk kematian kepada kebahagiaan kehidupan.   Kehidupan yang baru ini mengharuskan sebuah tabiat yang baru yang sepenuhnya bersekutu dengan tuntutan kerajaan tersebut. Seperti untaian Rasul Paulus akan 9 buah roh dalam Gal.5:22,23 Yesus menggambarkan profil tersebut dalam 8 prinsip yang menandakan tingkah laku ke kristenan, setiap prinsip di ikuti dengan sebuah berkat kebahagiaan.
   Delapan ucapan bahagia ini bukanlah sebuah buffet dimana orang-orang kristen dapat memilih apa saja yang mereka paling inginkan, tetapi merupakan kualitas yang harus ditemukan. Matius 5:3-10 (8 Ucapan bahagia) : Artinya seorang Kristen adalah: miskin dalam roh dan murni dalam hati, berduka, lemah lembut dan berkemurahan, haus akan kebenaran, juga pembawa damai, dan dianiaya.
    Yesus menggambarkan penduduk kerajaan-Nya yang ideal sebagai pemilik 8 hal prinsip tersebut.   Jadi orang2 Kristen tidak memiliki opsi untuk memilih satu prinsip dan mengabaikan yang lainnya—semua sifat anugerah haruslah berada dalam hidup seorang Kristen sebagai sebuah pertunjukan tertinggi akan kasih yang benar dan anugerah penyelamatan Kristus.
    Ketika itu terjadi, berkat kebahagiaan mengikuti.
    Umat percaya menerima kerajaan Allah dan mewarisi bumi; mereka dihibur dan dicukupkan; mereka mendapatkan kemurahan, dan mereka akan melihat Allah; mereka benar-benar adalah anak Allah.
   * APAKAH HIDUP ITU?.(Pertanyaan yang sering ditanyakan manusia sepanjang sejarah). Disini ada pemikiran yang saling bertentangan: Socrates kpd.org2 muda di Atena: “Sebuah kehidupan yang tidak di uji adalah sebuah kehidupan yang tidak berarti”. Rabindranath Tagore(Ahli puisi India) : “Hidup adalah sukacita dan pelayanan. Pelayanan adalah sukacita”.Soren Kierkegaard(Filsuf Denmark): “Hidup bukanlah sebuah masalah yang harus diselesaikan, tetapi sebuah kenyataan yang harus dialami. Pemikiran Shakespeare: “Semua yang berhubungan dengan hidup…adalah sebuah dongeng yang diceritakan oleh seorang idiot, penuh bunyi dan kegeraman, tidak mengartikan apa-apa”. (PGSS Trw II, 2016 hlm.37).
    Tetapi Yesus mendefinisikan hidup dalam istilah2 kerajaan Allah dan menyatakan prinsip2 kerajaan itu dalam Khotbah di atas bukit.
2. Kepada hal apakah kehidupan Kekristenan itu dibandingkan? (Mts.5:3-16)
 Kepada garam dunia dan terang dunia : ay.13-16).
 Yesus mengambil 2 unsur yang paling sederhana dan memerintahkan orang2 Kristen untuk menjadi seperti itu : Garam dan Terang.
   i. GARAM : Mencegah kerusakan. Terang mengusir kegelapan. Baik garam dan terang diberikan dan dibagikan kepada orang lain Mengajarkan kita bahwa kehidupan Kristen tidak memiliki ruangan untuk berpusat pada memegahkan diri sendiri. Kerendahan hati haruslah didahulukan. Garam, apakah sebagai pengawet atau penyedap rasa, secara diam-diam merembes dalam makanan dan demikianlah cara kerjanya. Demikianlah orang Kristen harus merembes dan menembus kehidupan mereka yang ada disekitar mereka dan terlibat dalam kehidupan mereka. Keterlibatan sosial dan kesaksian rohani adalah tugas yang tidak dapat dihindari oleh orang-orang Kristen. Mereka tidak dapat mundur menjadi pertapa atau memilih menjadi pembuat orang bergembira sesaat dalam luapan emosi.
   ii. MENJADI TERANG DUNIA –Yesus memerintahkan orang-orang Kristen menjadi terang duniaMengusir kegelapan moral dan kerohanian; menjadi jelas dan tranparansi dalam tabiat dan pengakuan; tidak pernah menyembunyikan terang kebenaran, bahkan ketika menghadapi tekanan maupun ancaman; menjadi sangat bersinar sehingga mereka yang berada dalam kegelapan akan sungguh-sungguh melihat terang kekal yang adalah Yesus Kristus.
B. Apakah hubungan Yesus dengan Hukum?. Dia adalah si pembuat hukum moral. Yesus tidak ragu meminta para pengikut-Nya untuk sepenuhnya menurut pada hukum : “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya”.(Matius 5:17). Untuk menggenapi disini artinya: “untuk mengisinya”.”untuk mengadakannya”, dan “untuk menunjukkan betapa pentingnya hukum itu”.
Bagaimanakah seharusnya seorang Kristen berhubungan dengan hukum? (Mat.5:17-28). Beberapa orang Kristen memandang Khotbah diatas bukit sebagai : “hukum Kristus” yang baru—yang menggantikan “Hukum Allah”. Sistem legalisme sekarang telah digantikan dengan system kasih karunia(rahmat) dan menyatakan bahwa hukum Yesus berbeda dengan Hukum Allah. Pandangan ini adalah suatu kesalahpahaman akan Khotbah di Atas Bukit.
    Ingat: Kerajaan kasih karunia yang diberitakan Yesus bukanlah kasih karunia tanpa usaha ala kebanyakan Kekristenan Barat. Iman kepada Kristus bukanlah iman yang baru; itu adalah iman yang sama dari kejatuhan dan sesudahnya. Khotbah di Atas bukit bukanlah keselamatan oleh kasih karunia menggantikan keselamatan oleh usaha. Hal itu tetaplah keselamatan oleh kasih karunia. Anak2 Israel diselamatkan oleh kasih karunia di Laut Merah sebelum mereka dituntut untuk menurut di Sinai (Baca Keluaran 20:2). Dalam Khotbah di Atas bukit tidak ada tanda2 bahwa Yesus mau menyingkirkan 10 Perintah Allah atau setiap bagian dari Perjanjian Lama. (Baca Mat.5:17-19; Roma 7:7.)
     Khotbah ini merupakan perkembangan dari 10 Perintah.
     Penggunaan perumpamaan garam dunia dan terang dunia menyatakan bagaimana orang percaya harus menghidupkan kehidupan mereka yang bertanggung jawab untuk mematuhi hukum moral.
C. Prinsip2 apakah yang harus mengatur kehidupan Kristen setiap hari. (Mat.6:14-7:27).
    Delapan Prinsip Khotbah di Atas bukit: Seorang Kristen adalah: miskin dalam roh dan murni dalam hati, berduka, lemah lembut dan berkemurahan, haus akan kebenaran, juga pembawa damai, dan dianiaya.(Mat.5:3-10).
II. Mengalami Kehendak dan Kuasa Kristus.
     A. Bagaimanakah seseorang menjadikan prinsip-prinsip yang di ekspresikan di dalam Ucapan Berbahagia Yesus sebagai bagian dari hidupnya?. Jawab: Karena Allah adalah kasih(1 Yoh.4:8), jelaslah bahwa anak-anak Allah seharusnya merefleksikan kasih itu bukan hanya untuk mereka yang se iman/satu komunitas, tetapi mereka juga yang tidak seiman (tanpa syarat). Khotbah di Atas bukit adalah gambaran luar biasa tentang kehidupan warga kerajaan Allah. Jadi kehidupan kerohanian dan moral orang-orang Kristen haruslah melampaui kalimat larangan:”janganlah engkau” kepada kalimat: “engkau harus menjadi”.
Bagaimanakah proses berbahagia ini memengaruhi kehidupan fisik, mental, sosial dan kerohanian seseorang?.
--Ketika hal itu terjadi maka berkat kebahagiaan pun mengikuti. Kita akan mengalami keterlibatan sosial dan kesaksian rohani.
      B. Bagaimanakah pengajaran Yesus akan hukum itu berbeda dari Apa yang diajarkan oleh orang Farisi?.
          Yesus dalam Mat.5:17 Dia datang bukan untuk menghapuskan hukum tetapi untuk memenuhinya. Untuk menunjukkan betapa pentingnya hukum itu. Dia datang untuk membawa makna yang sebenarnya dari hukum tersebut. Prinsip dasar yang ada di belakang 10 hukum ialah: Prinsip penghormatan bagi Allah, penghormatan dan perhatian yang baik kepada sesama manusia dan kepada diri kita sendiri. Apakah dampaknya terhadap pengertian Anda mengenai hukum, kasih dan anugerah?. Hukum Yesus itu tidak berbeda dengan Hukum Allah sendiri. Khotbah diatas bukit bukanlah keselamatan oleh kasih karunia menggantikan keselamatan oleh usaha. Anak-anak Israel diselamatkan oleh kasih karunia di Laut Merah sebelum mereka dituntut untuk MENURUT di Sinai (Kel.20:2).
III. Sesuaikanlah Kehidupan Anda dengan prinsip2 Khotbah di Atas bukit.
  A. Apakah artinya”sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna?.(Matius 5:48).
 Mencapai tujuan: Mis.seorang anak—ada pertumbuhan. Tujuannya pertumbuhan tercapai.(mature, fully grown). Ini bukan kesempurnaan dalam karakter yang tanpa dosa. Dapat dibaca dalam bentuk kata perintah: “Anda harus menjadi sempurna”. Dalam bentuk Waktu y.a.d (Future tense) : “Anda akan menjadi sempurna”. E.G.White: “Anda harus menjadi sempurna”.
B. Bagaimanakah kita membangun kehidupan kita sesuai dengan prinsip2 yang berikut ini? :   Hal kekuatiran(Jangan khawatir) ; Hal Menghakimi (jangan menghakimi); Hal Pengabulan Doa (mencari dan mengetuk); Jalan yang benar(berjalan di jalan yang sempit/sesak) ; Hal pengajaran yang sesat(menghasilkan buah); Dua macam dasar(membangun diatas batu?) (Mat.6:25-7:27).-- Topik2 dalam Khotbah di Atas Bukit.
*Khotbah di Atas Bukit membuat kasih sebagai prinsip dasar kerajaan Allah. Motif dan keinginan hidup orang Parisi adalah memuaskan dan memenuhi ketentuan dan tuntutan hukum itu. KESIMPULAN:
   Khotbah di Atas Bukit dapat dilihat sebagai konstitusi kerajaan Allah. Di dalamnya kita menemukan prinsip dasar yang memerintah dan juga merupakan sebuah peta perjalanan umat kerajaan tersebut. Untuk menemukan prinsip ini dan hidup sesuai dengan prinsip tersebut adalah suatu tantangan yang menghadang pengikut Yesus.
    Kesan Pendengar : Mat.7:28-29.
             ===========0=============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar