Senin, 04 Mei 2020

KEPATUHAN KEPADA ROH KUDUS.


   Refleksi: “Roh Kudus yang Mengubah” | Renungan Harian Lentera Jiwa
“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni” (Matius 12:31)

Kesaksian
  “Tidak ada yang perlu memandang dosa terhadap Roh Kudus sebagai sesuatu yang misterius dan tidak dapat didefinisikan. Dosa terhadap Roh Kudus adalah dosa penolakan yang terus menerus dalam menanggapi undangan untuk bertobat” (Ellen White, SDA Bible Commentary, vol. 5, hlm. 1093).

   Bahkan orang-orang yang dipenuhi Roh terkadang membuat kesalahan. Abraham, Musa, Daud, dan Petrus semuanya memiliki cacat tabiat dan kegagalan sesaat pada waktu pencobaan. Bahkan Yesus dicobai (Matius 4), namun Ia tidak pernah berdosa. Jadi hanya karena kita berjalan dalam Roh pada saat ini, tidak berarti kita berada di luar kemungkinan untuk melakukan kesalahan, dan kesalahan tidak sama dengan mengeraskan hati kita dalam dosa.
 
   Seorang wanita di tahun-tahun berikutnya telah menjadi tak berperasaan, patah semangat, dan mudah marah. Dia memiliki sedikit toleransi terhadap orang lain kecuali teman-teman terdekatnya dari tahun-tahun yang telah berlalu. Ketika tamu-tamu datang ke gereja, dia sering membuat komentar yang ofensif tentang anak-anak mereka, pakaian mereka, atau sesuatu yang lain.
   Anggota yang baru dibaptis dan anggota lainnya tersinggung oleh kritiknya yang kasar. Beberapa orang menjadi sangat berkecil hati sehingga mereka tidak akan kembali ke gereja. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan sampai pada satu rapat penatua jemaat.
Saya bertanya kepada para penatua apakah mereka tahu mengapa orang tidak kembali ke gereja. Beberapa dari antara mereka hanya diam. Akhirnya seorang penatua berbicara,  “Pendeta, kita memiliki seorang wanita di jemaat kita yang tidak bisa mengendalikan lidahnya.
  
   Dia bergosip dan mengritik hampir semua orang. Inilah sebabnya mengapa orang tidak akan kembali ke gereja kita.” “Sudah berapa lama hal ini terjadi?” tanyaku. “Selama bertahuntahun, adalah jawaban yang diberikan penatua tadi. Mengapa tidak ada yang melakukan sesuatu tentang ini?” Saya melanjutkan. “Beberapa pendeta telah mencoba, tetapi tidak pernah ada perubahan.” “Ini tidak dapat dibiarkan,” saya berkata, “jadi inilah yang saya usulkan. Saya akan mengunjungi wanita ini dan meminta dia untuk mengubah perilakunya dalam waktu dua minggu. Jika dia tidak mau berubah, maka namanya akan dibawa ke rapat majelis berikutnya
untuk disiplin. Maukah para penatua mendukung saya tentang hal ini?” Para penatua dengan suara bulat mendukung rencana itu.
   Saya mengatur untuk mengunjungi wanita tersebut. “Saya tahu kenapa Pendeta ada di sini,” katanya ketika saya duduk di ruang tamunya. “Oh ya?” jawab saya. “Ya,” lanjutnya,  “Pendeta datang ke sini untuk berbicara tentang cara saya berbicara kepada orang-orang.” “Itu benar sekali,” saya melanjutkan, “tetapi bagaimana Anda tahu itu?” “Karena dua pendeta lain
datang ke rumah saya untuk membicarakan hal yang sama.” “Apakah ada gunanya?” Saya bertanya. “Tidak, tidak.” “Kenapa?” saya bertanya kepadanya. “Karena saya memiliki hak untuk mengatakan apa yang menurut saya paling baik, dan orang-orang terlalu sensitif. Mereka terlalu berperasaan.”
   Saya membahas perilaku Kristen menggunakan ayat-ayat seperti Efesus 4:29-31, tetapi wanita itu masih tidak mau berubah. Dengan doa di hati saya, saya berkata, “Anda memiliki dua minggu untuk mengubah perilaku Anda, atau dengan terpaksa saya akan membawa nama Anda ke majelis jemaat untuk disiplin, dan saya mendapat dukungan dari semua penatua dalam
hal ini.” “Pendeta tidak akan melakukan itu!” serunya. “Oh, ya, saya akan melakukannya kecuali Anda memutuskan untuk mengubah cara Anda berbicara kepada orang lain.” “Aku tidak percaya para penatua akan mendukungmu dalam hal ini,” katanya. “Mereka sudah mendukung saya, dan Anda dapat menanyakan kepada mereka jika Anda mau, tetapi memang
begitulah yang sebenarnya,” saya menegaskan kepadanya. Pernyataan ini membuat wanita itu duduk bersandar dan dengan sungguh-sungguh merenung dalam keheningan.
   Dengan lembut saya berkata kepadanya, “Kami semua mengasihimu dan ingin Anda menjadi bagian dari jemaat kami, tetapi perilaku ini harus berubah.”
   Sabat berikutnya dia tidak datang ke gereja. Teman-temannya menjauhi saya. Saya tahu mereka semua berjuang dengan situasi ini. Sabat berikutnya, tepat sebelum dua minggu berlalu, dia datang ke gereja. Saya berjalan untuk menyambutnya. Wajahnya tenang, tetapi dia meraih
tangan saya dan menggenggamnya dengan kuat. “Pendeta,” katanya, “saya memikirkan semua yang Pendeta katakan. Saya ingin Pendeta tahu, sekarang saya melihat dengan jelas bahwa saya telah salah selama ini. Saya harap Pendeta akan memaafkan saya, dan saya ingin meminta maaf kepada para penatua dan seluruh anggota gereja. Dengan bantuan Tuhan, saya akan menjadi wanita yang berbeda.” Matanya berkaca-kaca saat masuk, dan saya senang mengatakan bahwa dia setia pada janjinya. Orang-orang mulai kembali ke gereja, dan jemaat berkembang pesat.

   Ayat-ayat Alkitab untuk diresapi.
 Matius 12:31, 32 — Penghujatan adalah dosa dan mengambil tempat Tuhan (Markus 2:7-11; Yohanes 10:33).
 Ibrani 6: 4-6 — Orang yang benar-benar bertobat mampu berpaling kepada Yesus.
 Ibrani 4:7 — Waktu terbaik untuk menaati suara Roh Kudus adalah saat pertama kali Ia berbicara kepada Anda.
 Kisah 7:51 — Jangan menentang bimbingan dan peringatan Roh Kudus.
 Lukas 13:34 — Berikan hidupmu kepada Yesus sebelum semuanya terlambat, seperti untuk Yerusalem yang dikasihi-Nya.



1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
    ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.club ^_$
    add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^

    BalasHapus