“Sebab itu Aku
berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat
terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni” (Matius 12:31)
Kesaksian
“Tidak ada yang perlu memandang dosa terhadap
Roh Kudus sebagai sesuatu yang misterius dan tidak dapat didefinisikan. Dosa
terhadap Roh Kudus adalah dosa penolakan yang terus menerus dalam menanggapi
undangan untuk bertobat” (Ellen White, SDA Bible Commentary, vol. 5, hlm.
1093).
Bahkan orang-orang yang dipenuhi Roh terkadang
membuat kesalahan. Abraham, Musa, Daud, dan Petrus semuanya memiliki cacat
tabiat dan kegagalan sesaat pada waktu pencobaan. Bahkan Yesus dicobai (Matius
4), namun Ia tidak pernah berdosa. Jadi hanya karena kita berjalan dalam Roh
pada saat ini, tidak berarti kita berada di luar kemungkinan untuk melakukan
kesalahan, dan kesalahan tidak sama dengan mengeraskan hati kita dalam dosa.
Seorang wanita di tahun-tahun berikutnya
telah menjadi tak berperasaan, patah semangat, dan mudah marah. Dia memiliki
sedikit toleransi terhadap orang lain kecuali teman-teman
terdekatnya dari tahun-tahun yang telah berlalu. Ketika tamu-tamu datang ke
gereja, dia sering membuat komentar yang ofensif tentang anak-anak mereka,
pakaian mereka, atau sesuatu yang lain.
Anggota yang baru dibaptis dan anggota lainnya
tersinggung oleh kritiknya yang kasar. Beberapa orang menjadi sangat berkecil
hati sehingga mereka tidak akan kembali ke gereja. Saya tidak tahu apa yang
harus dilakukan sampai pada satu rapat penatua jemaat.
Saya bertanya
kepada para penatua apakah mereka tahu mengapa orang tidak kembali ke gereja.
Beberapa dari antara mereka hanya diam. Akhirnya seorang penatua
berbicara, “Pendeta, kita memiliki
seorang wanita di jemaat kita yang tidak bisa mengendalikan lidahnya.
Dia bergosip dan mengritik hampir semua
orang. Inilah sebabnya mengapa orang tidak akan kembali ke gereja kita.” “Sudah
berapa lama hal ini terjadi?” tanyaku. “Selama bertahuntahun,”
adalah jawaban yang diberikan penatua tadi. “Mengapa tidak
ada yang melakukan sesuatu tentang ini?” Saya melanjutkan. “Beberapa pendeta
telah mencoba, tetapi tidak pernah ada perubahan.” “Ini tidak dapat dibiarkan,”
saya berkata, “jadi inilah yang saya usulkan. Saya akan mengunjungi wanita ini
dan meminta dia untuk mengubah perilakunya dalam waktu dua minggu. Jika dia
tidak mau berubah, maka namanya akan dibawa ke rapat majelis berikutnya
untuk
disiplin. Maukah para penatua mendukung saya tentang hal ini?” Para penatua
dengan suara bulat mendukung rencana itu.
Saya mengatur untuk mengunjungi wanita
tersebut. “Saya tahu kenapa Pendeta ada di sini,” katanya ketika saya duduk di
ruang tamunya. “Oh ya?” jawab saya. “Ya,” lanjutnya, “Pendeta datang ke sini untuk berbicara
tentang cara saya berbicara kepada orang-orang.” “Itu benar sekali,” saya
melanjutkan, “tetapi bagaimana Anda tahu itu?” “Karena dua pendeta lain
datang ke
rumah saya untuk membicarakan hal yang sama.” “Apakah ada gunanya?” Saya bertanya.
“Tidak, tidak.” “Kenapa?” saya bertanya kepadanya. “Karena saya memiliki hak untuk
mengatakan apa yang menurut saya paling baik, dan orang-orang terlalu sensitif.
Mereka terlalu berperasaan.”
Saya membahas perilaku Kristen menggunakan
ayat-ayat seperti Efesus 4:29-31, tetapi wanita itu masih tidak mau berubah.
Dengan doa di hati saya, saya berkata, “Anda memiliki dua minggu untuk mengubah
perilaku Anda, atau dengan terpaksa saya akan membawa nama Anda ke majelis
jemaat untuk disiplin, dan saya mendapat dukungan dari semua penatua dalam
hal ini.”
“Pendeta tidak akan melakukan itu!” serunya. “Oh, ya, saya akan melakukannya kecuali
Anda memutuskan untuk mengubah cara Anda berbicara kepada orang lain.” “Aku
tidak percaya para penatua akan mendukungmu dalam hal ini,” katanya. “Mereka
sudah mendukung saya, dan Anda dapat menanyakan kepada mereka jika Anda mau,
tetapi memang
begitulah yang
sebenarnya,” saya menegaskan kepadanya. Pernyataan ini membuat wanita itu duduk
bersandar dan dengan sungguh-sungguh merenung dalam keheningan.
Dengan lembut saya berkata kepadanya, “Kami
semua mengasihimu dan ingin Anda menjadi bagian dari jemaat kami, tetapi
perilaku ini harus berubah.”
Sabat berikutnya dia tidak datang ke gereja.
Teman-temannya menjauhi saya. Saya tahu mereka semua berjuang dengan situasi
ini. Sabat berikutnya, tepat sebelum dua minggu berlalu, dia datang ke gereja.
Saya berjalan untuk menyambutnya. Wajahnya tenang, tetapi dia meraih
tangan saya
dan menggenggamnya dengan kuat. “Pendeta,” katanya, “saya memikirkan semua yang
Pendeta katakan. Saya ingin Pendeta tahu, sekarang saya melihat dengan jelas
bahwa saya telah salah selama ini. Saya harap Pendeta akan memaafkan saya, dan
saya ingin meminta maaf kepada para penatua dan seluruh anggota gereja. Dengan
bantuan Tuhan, saya akan menjadi wanita yang berbeda.” Matanya berkaca-kaca
saat masuk, dan saya senang mengatakan bahwa dia setia pada janjinya.
Orang-orang mulai kembali ke gereja, dan jemaat berkembang pesat.
Ayat-ayat Alkitab untuk diresapi.
Matius
12:31, 32 — Penghujatan adalah dosa dan mengambil tempat Tuhan (Markus 2:7-11;
Yohanes 10:33).
Ibrani 6:
4-6 — Orang yang benar-benar bertobat mampu berpaling kepada Yesus.
Ibrani 4:7 —
Waktu terbaik untuk menaati suara Roh Kudus adalah saat pertama kali Ia
berbicara kepada Anda.
Kisah 7:51 —
Jangan menentang bimbingan dan peringatan Roh Kudus.
Lukas 13:34
— Berikan hidupmu kepada Yesus sebelum semuanya terlambat, seperti untuk
Yerusalem yang dikasihi-Nya.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionpk.club ^_$
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^