Jumat, 17 April 2020

KASIH YANG PATUT KITA TELADANI


Devotion 171 : JANGAN MENGHAKIMI MENURUT UKURANMU
Pendahuluan:
  
   Selamat berjumpa saudara2 yang kekasih dalam Tuhan Yesus Kristus.  Puji dan syukur kepada Tuhan yang telah memimpin dan memberkati kita sampai saat ini.
   Mari kita bersama-sama berdoa sebelum kita merenungkan Firman Tuhan pada hari ini. DOA.
  
Body:
  
   Saat ini kita akan mempelajari Firman Tuhan dari Kitab Yohanes 7:53-8:11.
(Tentang Perempuan yang tertangkap basah karena berzinah):
  
    “Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya, tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.  Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
   Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.  Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian.
   Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?.  Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.  Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengarkan perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
   Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya:”Hai perempuan, di manakah mereka?. Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?.” Jawabnya, “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
   Sdr2ku yang dikasihi Tuhan Yesus,
   Setelah hari raya Pondok Daun di Yerusalem selesai, Tuhan Yesus pergi ke Bukit Zaitun dan kembali ke Bait Allah keesokan harinya.  Ketika Yesus berada di Bait Allah, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi berusaha mendapatkan suatu tuduhan yang mendeskreditkan/menjatuhkan nama Yesus dan disini mereka mengira telah dapat menjebak Yesus dengan sebuah dilemma.
   Bila timbul suatu masalah hukum, adalah hal yang wajar/biasa untuk membawanya kepada seorang Rabi untuk dimintakan keputusan.
   Dengan demikian maka para ahli Taurat dan orang-orang Farisi mendatangi Yesus sebagai Rabi dengan membawa seorang perempuan yang tertangkap basah melakukan perzinahan.
   Dalam pemandangan hukum Yahudi, perzinahan adalah sebuah kejahatan yang serius (a serious crime).
   Menurut para Rabi “setiap orang Yahudi lebih baik mati daripada melakukan penyembahan berhala, pembunuhan dan perzinahan.  Perzinahan sesungguhnya adalah salah satu dari 3 macam dosa yang terbesar dan dapat dikenakan hukuman mati.  Wanita ini dapat dikenakan hukuman mati dengan pelemparan batu.
   Didalam dilema inilah mereka berusaha menempatkan Yesus.  Jika Dia mengatakan bahwa wanita itu wajib dilempari batu/di rajam sampai mati, maka hal itu mengakibatkan 2 hal berikut: Pertama, Dia akan kehilangan nama baik-Nya yang telah diperoleh mengenai hal kasih dan belas kasihan, dan dengan demikian tidak mungkin lagi disebut sahabat orang-orang berdosa.  Kedua, Dia akan bertentangan dengan hukum Romawi, karena orang-orang Yahudi tidak berwewenang untuk menjatuhkan atau melaksanakan hukuman mati terhadap siapapun.
   Jikalau Dia mengatakan bahwa wanita itu wajib diampuni, orang dapat langsung mengatakan bahwa Dia mengajar orang untuk melanggar hukum Musa dan bahwa Dia memaafkan bahkan mendorong orang untuk berbuat zinah.  Itulah perangkap yang dipasang oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi agar Yesus jatuh ke dalamnya.
Ellen G.White, Alfa & Omega Jld.6 hlm.72.
“Yesus mengetahui benar untuk maksud apa perkara ini telah dibawa kepada-Nya.  Ia membaca hati, dan mengetahui tabiat dan sejarah hidup setiap orang di hadapan-Nya.  Orang-orang yang seharusnya menjaga keadilan justru mereka sendirilah yang menuntun mangsa mereka ke dalam dosa, supaya mereka dapat memasang jerat bagi Yesus.” 
   Akan tetapi Dia membalik serangan mereka sedemikian rupa sehingga memukul diri mereka sendiri. Kalau demikian, apa yang dilakukan oleh Yesus?.
   Pertama-tama Yesus membungkukkan diri dan menulis dengan jari-Nya di atas tanah.
   Ellen G.White, Alfa & Omega Jld.6 hlm.73:
“Karena tidak sabar lagi melihat Yesus berlambat-lambat dan tampaknya bersikap acuh tak acuh, para penuduh itu pun mendekati-Nya, tetapi ketika mata mereka mengikuti mata Yesus, berubahlah air muka mereka.    Disitulah, tertera di hadapan mereka rahasia-rahasia kesalahan dari kehidupan mereka sendiri.”
   Namun, bagaimanapun juga mereka terus menunggu suatu jawaban dari Yesus. Sekarang sambil berdiri dan menatap tua-tua yang berencana jahat ini, Yesus berkata dalam Yohanes 8:7 “....Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”.
   Kata yang dipakai dalam bahasa Yunani untuk: tidak berdosa (tanpa dosa) disini ialah: Anmartelos, yang tidak hanya berarti “tidak berdosa”, melainkan berarti: tanpa suatu keinginan yang berdosa.  Jadi kata Yesus: “Ya, kamu boleh merajam dia(melemparkan batu) kepada perempuan itu—hanya jikalau kamu sendiri tidak pernah berkehendak hal yang sama seperti itu”.
   There was a silence—and then slowly the accusers drifted away. (Mereka pun semua bungkam dan suasana menjadi sunyi senyap—lalu dengan perlahan-lahan para penuduh itupun pergi.)
   Dengan demikian Yesus ditinggalkan sendirian dengan perempuan itu.
   
Kesimpulan:

Sdr2ku yang dikasihi oleh Yesus Kristus,
   
   Dari peristiwa ini, kita menemukan kasih Yesus yang sejati (Agape) terhadap wanita itu. Dia tidak memandang latar belakang dan keberadaan wanita itu yang dianggap najis oleh para pemuka agama.  Hanya Tuhan Yesus yang layak memberikan hukuman karena Ia adalah seorang yang tidak berdosa/tidak pernah melakukan dosa, tetapi Ia tidak menghukumnya sesuai dengan hukum rajam yang berlaku saat itu, seperti yang ada didalam hukum Taurat (Ul.22:13-24).
    Kasih Yesus kepadanya dapat dilihat dari kata-kata yang Ia ucapkan, “Akupun tidak akan menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi” (Yoh.8:11).
   Yesus tidak menghukum wanita itu. Hal itu berarti bahwa Yesus mengampuni dia.
   Sdr2ku,....Seseorang akan mampu mengampuni kesalahan orang lain ketika ia memiliki kasih Tuhan dalam kehidupannya.
   Pengampunan merupakan bagian dari kasih Tuhan.
   Inilah kasih Tuhan Yesus yang Agung.  Yesus mengampuni wanita yang baru saja ditemui-Nya, seorang wanita, yang dibenci dan terkucilkan oleh karena kehidupan kelamnya, namun Yesus tetap mengasihinya.
   Kasih Yesus merupakan kasih yang tidak memandang rupa (muka). Kasih Yesus sebagai kasih Agape, mengasih tanpa pandang muka.  Kasih seperti inilah yang patut kita teladani dan realisasikan dalam hidup kita sebagai orang percaya.  Dalam hubungan kita dengan sesama, hendaknya kasih yang kita miliki bukan kasih yang membeda-bedakan rupa, status sosial, dan latar belakang kehidupan seseorang. Mari kita berdoa, ....Amen.
  

1 komentar:

  1. Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
    mampir di website ternama I O N Q Q
    paling diminati di Indonesia,
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    ~bandar poker
    ~bandar-Q
    ~domino99
    ~poker
    ~bandar66
    ~sakong
    ~aduQ
    ~capsa susun
    ~perang baccarat (new game)
    segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
    Whatshapp : +85515373217

    BalasHapus