Pendahuluan:
Selamat berjumpa saudara2 yang kekasih dalam
Tuhan Yesus Kristus. Puji dan syukur
kepada Tuhan yang telah memimpin dan memberkati kita sampai saat ini.
Mari kita bersama-sama berdoa sebelum kita
merenungkan Firman Tuhan pada hari ini. DOA.
Body:
Saat ini kita akan mempelajari Firman Tuhan
dari Kitab Yohanes 7:53-8:11.
(Tentang Perempuan
yang tertangkap basah karena berzinah):
“Lalu mereka pulang, masing-masing ke
rumahnya, tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.
Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang
kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
Mereka menempatkan perempuan itu di
tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah
ketika ia sedang berbuat zinah. Musa
dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang
demikian.
Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?. Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia,
supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk
lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus menerus bertanya
kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di
antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu. Lalu Ia membungkuk pula
dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengarkan perkataan itu, pergilah
mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus
seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata
kepadanya:”Hai perempuan, di manakah mereka?. Tidak adakah seorang yang
menghukum engkau?.” Jawabnya, “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Aku pun
tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari
sekarang.”
Sdr2ku
yang dikasihi Tuhan Yesus,
Setelah hari raya Pondok Daun di Yerusalem
selesai, Tuhan Yesus pergi ke Bukit Zaitun dan kembali ke Bait Allah keesokan
harinya. Ketika Yesus berada di Bait
Allah, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi berusaha mendapatkan suatu
tuduhan yang mendeskreditkan/menjatuhkan nama Yesus dan disini mereka mengira
telah dapat menjebak Yesus dengan sebuah dilemma.
Bila timbul suatu masalah hukum, adalah hal
yang wajar/biasa untuk membawanya kepada seorang Rabi untuk dimintakan
keputusan.
Dengan demikian maka para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi mendatangi Yesus sebagai Rabi dengan membawa seorang
perempuan yang tertangkap basah melakukan perzinahan.
Dalam pemandangan hukum Yahudi, perzinahan
adalah sebuah kejahatan yang serius (a serious crime).
Menurut para Rabi “setiap orang Yahudi lebih
baik mati daripada melakukan penyembahan berhala, pembunuhan dan
perzinahan. Perzinahan sesungguhnya
adalah salah satu dari 3 macam dosa yang terbesar dan dapat dikenakan hukuman
mati. Wanita ini dapat dikenakan hukuman
mati dengan pelemparan batu.
Didalam dilema inilah mereka berusaha
menempatkan Yesus. Jika Dia mengatakan
bahwa wanita itu wajib dilempari batu/di rajam sampai mati, maka hal itu
mengakibatkan 2 hal berikut: Pertama, Dia akan kehilangan nama baik-Nya yang
telah diperoleh mengenai hal kasih dan belas kasihan, dan dengan demikian tidak
mungkin lagi disebut sahabat orang-orang berdosa. Kedua, Dia akan bertentangan dengan hukum
Romawi, karena orang-orang Yahudi tidak berwewenang untuk menjatuhkan atau
melaksanakan hukuman mati terhadap siapapun.
Jikalau Dia mengatakan bahwa wanita itu
wajib diampuni, orang dapat langsung mengatakan bahwa Dia mengajar orang untuk
melanggar hukum Musa dan bahwa Dia memaafkan bahkan mendorong orang untuk
berbuat zinah. Itulah perangkap yang
dipasang oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi agar Yesus jatuh ke
dalamnya.
Ellen G.White, Alfa & Omega Jld.6
hlm.72.
“Yesus
mengetahui benar untuk maksud apa perkara ini telah dibawa kepada-Nya. Ia membaca hati, dan mengetahui tabiat dan
sejarah hidup setiap orang di hadapan-Nya.
Orang-orang yang seharusnya menjaga keadilan justru mereka sendirilah
yang menuntun mangsa mereka ke dalam dosa, supaya mereka dapat memasang jerat
bagi Yesus.”
Akan tetapi Dia membalik serangan mereka
sedemikian rupa sehingga memukul diri mereka sendiri. Kalau demikian, apa yang
dilakukan oleh Yesus?.
Pertama-tama Yesus membungkukkan diri dan
menulis dengan jari-Nya di atas tanah.
Ellen
G.White, Alfa & Omega Jld.6 hlm.73:
“Karena tidak
sabar lagi melihat Yesus berlambat-lambat dan tampaknya bersikap acuh tak acuh,
para penuduh itu pun mendekati-Nya, tetapi ketika mata mereka mengikuti mata
Yesus, berubahlah air muka mereka. Disitulah,
tertera di hadapan mereka rahasia-rahasia kesalahan dari kehidupan mereka
sendiri.”
Namun, bagaimanapun juga mereka terus
menunggu suatu jawaban dari Yesus. Sekarang sambil berdiri dan menatap tua-tua
yang berencana jahat ini, Yesus berkata dalam Yohanes 8:7 “....Barangsiapa di
antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu”.
Kata yang dipakai dalam bahasa Yunani untuk:
tidak berdosa (tanpa dosa) disini ialah: Anmartelos,
yang tidak hanya berarti “tidak berdosa”, melainkan berarti: tanpa suatu
keinginan yang berdosa. Jadi kata Yesus:
“Ya, kamu boleh merajam dia(melemparkan batu) kepada perempuan itu—hanya
jikalau kamu sendiri tidak pernah berkehendak hal yang sama seperti itu”.
There was a silence—and then slowly the
accusers drifted away. (Mereka pun semua bungkam dan suasana menjadi sunyi
senyap—lalu dengan perlahan-lahan para penuduh itupun pergi.)
Dengan demikian Yesus ditinggalkan sendirian
dengan perempuan itu.
Kesimpulan:
Sdr2ku yang dikasihi oleh Yesus
Kristus,
Dari peristiwa ini, kita menemukan kasih
Yesus yang sejati (Agape) terhadap wanita itu. Dia tidak memandang latar
belakang dan keberadaan wanita itu yang dianggap najis oleh para pemuka
agama. Hanya Tuhan Yesus yang layak
memberikan hukuman karena Ia adalah seorang yang tidak berdosa/tidak pernah
melakukan dosa, tetapi Ia tidak menghukumnya sesuai dengan hukum rajam yang
berlaku saat itu, seperti yang ada didalam hukum Taurat (Ul.22:13-24).
Kasih Yesus kepadanya dapat dilihat dari
kata-kata yang Ia ucapkan, “Akupun tidak akan menghukum engkau. Pergilah dan
jangan berbuat dosa lagi” (Yoh.8:11).
Yesus tidak menghukum wanita itu. Hal itu
berarti bahwa Yesus mengampuni dia.
Sdr2ku,....Seseorang akan mampu mengampuni
kesalahan orang lain ketika ia memiliki kasih Tuhan dalam kehidupannya.
Pengampunan merupakan bagian dari kasih
Tuhan.
Inilah kasih Tuhan Yesus yang Agung. Yesus mengampuni wanita yang baru saja
ditemui-Nya, seorang wanita, yang dibenci dan terkucilkan oleh karena kehidupan
kelamnya, namun Yesus tetap mengasihinya.
Kasih Yesus merupakan kasih yang tidak
memandang rupa (muka). Kasih Yesus sebagai kasih Agape, mengasih tanpa pandang
muka. Kasih seperti inilah yang patut
kita teladani dan realisasikan dalam hidup kita sebagai orang percaya. Dalam hubungan kita dengan sesama, hendaknya
kasih yang kita miliki bukan kasih yang membeda-bedakan rupa, status sosial,
dan latar belakang kehidupan seseorang. Mari
kita berdoa, ....Amen.
Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
BalasHapusmampir di website ternama I O N Q Q
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217