Jumat, 09 Oktober 2020

KELUARGA



   




Pel.SS 2,Trw.IV,2020.

Ayat hafalan:

   “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu”.(Amsal 1:8).

  Sdr2ku,...Ayat ini memberikan perintah kepada seorang anak untuk patuh pada didikan (Ibr: Musar-teguran, hukuman yang tepat).  “Hai anakku”...Ayat ini bukan sedang bicara kepada anak kandung Salomo. Pada tradisi saat itu, hal ini berbicara lebih kepada hubungan antara guru dan murid. “Dengarkanlah”—Ibr: Shama: taati, didikan ayahmu. 

   Salah satu tujuan Amsal ialah agar kaum muda memperoleh hikmat/kebijaksanaan--melakukan knowledge/pengetahuan kita dengan baik dalam kehidupan.(=aplikasi dari pengetahuan kita), khususnya pengetahuan Firman Tuhan.

   Penjabarannya ialah: Kita harus menaruh ketaatan kita kepada didikan orang tua (berupa teguran, disiplin,koreksi,hukuman).

   Tujuan Ayah dan Ibu—Untuk kebaikan anaknya dan kebaikan orang lain secara tidak langsung.

   PENDIDIKAN mengambil tempat dalam kebanyakan keluarga, khususnya pada tahun-tahun permulaan.  Apakah yang Alkitab katakan tentang pendidikan dalam keluarga, dan apa prinsip2 yang dapat kita ambil darisitu untuk diri kita?.

  EG White, Alfa dan Omega, Jld.5,hlm.59 “Sejak zaman purbakala orang-orang yang setia di kalangan orang Israel selamanya memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan orang-orang muda. Tuhan telah menyuruh supaya semenjak masa bayi anak-anak diberi pelajaran tentang kebaikan-Nya dan kebesaran-Nya, teristimewa sebagaimana yang dinyatakan dalam hukum-Nya, dan yang ditunjukkan dalam sejarah Israel.

   Nyanyian, doa dan pelajaran dari Alkitab harus disesuaikan dengan pikiran yang sedang berkembang. Ibu dan Bapa harus mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa hukum Allah adalah kenyataan tabiat-Nya, dan bahwa sementara mereka menerima asas-asas hukum itu ke dalam hati, peta Allah pun terteralah pada pikiran dan jiwa. Sebagian besar dari pengajaran itu dilakukan secara lisan; tetapi anak muda belajar juga membaca tulisan-tulisan Ibrani, dan gulungan-gulungan surat Alkitab Perjanjian Lama terbuka untuk mereka pelajari”.

 I.MINGGU:  KELUARGA YANG PERTAMA.

 Setiap pendidik yang profesional akan memberitahukan kepada  Anda bahwa pendidikan paling awal dan mungkin paling penting, terjadi dalam keluarga pada tahun-tahun paling awal/tahun yang mula-mula.

   Coba bayangkan seperti apakah keluarga pertama itu.

  “Sistem pendidikan yang didirikan di Eden berpusat pada keluarga. Adam adalah "anak Allah" (Lukas 3:38), dan dari Bapa merekalah anak-anak Yang Maha Tinggi itu menerima pengajaran. Sekolah mereka, dalam arti yang sebenarnya, adalah sebuah sekolah keluarga.” — Ellen G. White, Education * 33.1.

  Pendidikan Kristen adalah sebuah komitmen untuk mendidik keluarga-keluarga dalam doktrin, peribadatan, ajaran, persekutuan, penginjilan dan pelayanan.

 Tinjau kembali apa yang kita ketahui tentang kisah Kain dan Habel. (Baca Kejadian 4:1-9).  Disini ada 2 orang yang membawa persembahan mereka kepada Tuhan, yaitu: Kain dan Habel.

   Mereka telah belajar tentang arti dan pentingnya persembahan sebagai bagian dari pendidikan keluarga yang berhubungan dengan rencana keselamatan.  Kita temukan dalam kisah ini bahwa Habel seorang yang menurut sedangkan Kain adalah sebaliknya. Dari kisah ini kita dapat simpulkan bahwa sebuah pendidikan yang baik tidak selamanya menghasilkan hasil yang baik.

 Kejadian 3:15, yang menyatakan bahwa seorang Juruselamat suatu hari akan lahir. Tidak diragukan lagi, Adam dan Hawa mengira tadinya bahwa putra pertama mereka akan menjadi Juruselamat itu!

 SENIN: MASA KANAK-KANAK.

   Akhirnya, Juruselamat itu lahir dari perawan Maria. Kita tahu sesuatu tentang pendidikan-Nya.

   Untuk mendapatkan gambaran tentang pendidikan yang ideal, mari kita lihat teladan Yesus sendiri. Baca Lukas 1: 26-38 dan Lukas 1: 46-55 yang menceritakan tentang kunjungan Maria dari malaikat Gabriel dan, kemudian, kunjungan Maria dengan Elisabet dan kehamilan ajaib dari keduanya.

   Para ahli, umumnya setuju bahwa Maria masih remaja ketika hal itu terjadi padanya. Itu adalah harapan dan impian setiap wanita Yahudi bahwa dia mungkin menjadi ibu dari Mesias yang akan datang. Hampir setiap gadis pada masa itu menikah pada saat dia berusia 20 tahun. Dari Lukas 1:26, 46 dan Matius 1:18 bahwa baik Maria maupun Yusuf keduanya adalah orang Yahudi yang sangat setia, yang berusaha hidup dalam penurutan pada hukum-hukum dan Firman Allah.

   Ketika Tuhan datang kepada mereka serta memberitahukan kepada mereka tentang apa yang akan terjadi pada mereka, mereka dengan setia melakukan semua yang telah disampaikan kepada mereka.

   Coba bayangkan adegan/pemandangan ketika malaekat Gabriel menampakkan diri kepada Maria untuk pertama kalinya. Sebagai seorang remaja, Maria tidak diragukan lagi tinggal bersama orang tuanya. Apa yang dia katakan kepada orang tuanya tentang apa yang terjadi padanya? Dan apa yang dia katakan kepada Yusuf.?

   Tampaknya Yusuf berusaha semaksimal mungkin untuk memperlakukan Maria sebaik mungkin.

   Apakah Yusuf percaya pada Maria ketika dia pertama kali memberi tahu dia apa yang telah terjadi?

   Apa yang kita ketahui tentang pendidikan Yesus?

  Ellen G.White, Alfa dan Omega, jld.6,hlm.60.

“Yesus tidak memperoleh pendidikan di sekolah rumah sembahyang (in the synagogue schools), Ibu-Nyalah guru-Nya manusia yang pertama. Dari bibir ibu-Nya dan surat gulungan para Nabi, Ia mempelajari hal-hal semawi/surgawi.  Justru sabda yang difirmankan-Nya sendiri dulu kepada Musa untuk bangsa Israel, kini diajarkan kepada-Nya di pangkuan ibu-Nya.  Ketika Ia meningkat dari masa kanak-kanak ke masa muda, Ia tidak berusaha belajar di sekolah para Rabi. Ia tidak memerlukan pendidikan yang diperoleh dari sumber semacam itu; sebab guru-Nya ialah Allah”.

 Ellen G.White,Signs of the Times, 30 Juli 1896.

   “Dia mempertahankan penurutan anak yang sempurna; tetapi kehidupannya yang tak bernoda membangkitkan kecemburuan dari saudara-saudaranya. Masa kecil dan masa mudanya sama sekali tidak mulus dan menyenangkan. Saudara-saudaranya tidak percaya kepadanya, dan kesal karena dia tidak bertindak seperti yang mereka lakukan, dan menjadi salah satu dari mereka dalam praktik kejahatan. Dalam kehidupan rumah tangga dia ceria, tapi tidak pernah riuh. Dia selalu mempertahankan sikap seorang pelajar. Dia sangat menyukai alam, dan Allah adalah gurunya.

 SELASA: KOMUNIKASI.

    Menurut Anda, bagaimana sebenarnya Allah mengajar Yesus? Seberapa banyak Yesus memberi tahu orang tua manusianya tentang komunikasi-Nya dengan Bapa-Nya yang sejati?

   Bandingkan kisah Samuel dan Eli. (1 Samuel 3: 1-18) Coba bayangkan bagaimana perasaan Samuel tentang kunjungan(visit) itu? Jadi, bagaimana Allah berkomunikasi dengan Yesus?

   Bagaimanapun itu terjadi, pasti ada hubungan yang sangat dekat antara Maria dan putranya Yesus. Seringkali, ketika orang muda beranjak remaja(teenagers), mereka ingin memberontak terhadap bimbingan orang tua. Tidak ada petunjuk tentang hal itu dalam kisah Yesus.

   Tetapi, untuk mendidik anak dengan baik dan benar, orang tua atau guru harus dekat dengan anak itu dan menjadi pendamping dan komunikator.  

  Ellen G.White, Seri Membina Keluarga, jld.3,hlm.196.

   “Guru sejati(yang benar) dapat membagikan kepada muridnya karunia yang sangat berguna sebagai karunia pergaulannya.

   Adalah benar bagi laki-laki dan perempuan, dan lebih-lebih lagi bagi orang muda dan anak-anak, bahwa hanya bilamana kita berhubungan melalui simpati, kita bisa mengerti mereka; dan kita perlu mengerti untuk memperoleh manfaat yang paling efektif”.

   Seberapa banyak dari apa yang orang tuanya ajarkan kepadanya yang dipertahankan dan diadopsi oleh anak ke dalam hidupnya, sangat bergantung pada bagaimana perasaannya terhadap orang tuanya.

   Pikirkan beberapa petunjuk yang kita peroleh dari Kitab Suci tentang bagaimana membangun hubungan keluarga yang kuat, pada kenyataannya, segala jenis hubungan. Baca Mazmur 37: 7-9; Amsal 10: 31-32; 27:17; Efesus 4:15; 1 Yohanes 3:18; Titus 3: 1-2; dan Yakobus 4:11.

   Dalam beberapa ayat ini, orang tua diberitahu untuk bersabar, tidak khawatir, tidak marah, tetapi percaya kepada Tuhan.

   Orang yang saleh tahu apa yang baik untuk dikatakan.   Kebenaran yang harus diucapkan harus diucapkan dalam semangat kasih. Kasih itu seharusnya tidak hanya berupa kata-kata dan ucapan, tetapi didemonstrasikan dalam kehidupan.   

   Orang tua dan anak-anak harus belajar untuk tunduk kepada penguasa dan otoritas, tidak berbicara jahat kepada siapa pun, tetapi menjadi damai dan ramah, selalu bersikap lembut terhadap orang lain. Mereka tidak boleh mengkritik satu sama lain, apalagi suaminya mengkritik istri atau sebaliknya.

 RABU: PERANAN ORANG TUA.

   Baca: Ef.6:4 “..bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”.  Amsal 31:10 “Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?. Ia lebih berharga dari pada permata”.

   Apakah kita sebagai orang tua Kristen terus-menerus berusaha mengembangkan buah Roh: Kasih, sukacita/kegembiraan, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan/kerendahan hati, dan penguasaan/pengendalian diri? (Lihat Galatia 5: 22-23).

(Para ayah haruslah mencari upaya untuk memperlihatkan buah Roh).

   Ayah dan ibu perlu mempelajari banyak hal, idealnya sebelum menjadi orang tua. Lihat Efesus 5: 22-26; 1 Korintus 11: 3; 2 Korintus 6:14; Roma 13: 13-14; 2 Petrus 1: 5-7; dan Filipi 4: 8.   

   Orang tua diinstruksikan untuk tunduk satu sama lain

karena penghormatan mereka kepada Kristus. Sementara istri didorong untuk tunduk kepada suaminya, suami harus mencintai istrinya seperti Kristus mencintai gereja. Jika suami dan istri melakukannya, betapa perubahan yang akan terjadi dalam keluarga Kristen. Kaum muda Kristen harus menghindari menikah dengan mereka yang bukan Kristen. Pesta, mabuk, amoralitas, ketidaksenonohan, perkelahian, dan kecemburuan tidak pantas untuk orang Kristen.

   Baca 2 Petrus 1:5-7 “..sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan---penguasaan diri,--ketekunan---kesalehan—kasih akan saudara2—kasih akan semua orang”.

   Filipi 4:8 ..”semua yg.benar,yang mulia,yang adil, yang suci,yang manis,sedap didengar, yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.

 KAMIS: JANGAN KAMU LUPA.

   Dalam Ulangan 6, Musa memberikan instruksi yang sangat jelas kepada anak-anak Israel dan khususnya kepada orang tua. Mereka harus mengajar anak-anak mereka dalam hampir apa pun yang mereka lakukan. Setiap aktivitas harus menjadi sebuah kesempatan pendidikan.

   Ulangan 6: 4-9:”Dengarlah, hai orang Israel(Israel, remember this!) : Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu...dst...

   Seringkali dalam masyarakat kita saat ini, para ayah jauh dari rumah mencoba mencari nafkah. Jadi:

  “Guru pertama sang anak adalah ibu. Selama masa yang sangat rentan atau mudah terpengaruh dan perkembangan yang paling cepat, pendidikannya terutama terletak di tangan ibu.” E.G. White, Seri Membina Keluarga,jld.3,hlm.257.

   “Ke atas para ayah, sama seperti ke atas para ibu diletakkan tanggung jawab mendidik anak pada umur permulaan sama seperti pada umur selanjutnya, dan bagi kedua orang tua tuntutan persiapan yang berhati-hati/cermat dan teliti merupakan suatu hal yang sangat mendesak. Sebelum mereka menjadi ayah dan ibu, laki-laki dan perempuan harus mengetahui hukum perkembangan jasmani/fisik ...; mereka juga harus memahami/mengerti hukum perkembangan mental dan pendidikan moral/akhlak. — Ellen G. White, Education * 276.1.

   Ada sejumlah pengaruh dari setiap orang tua yang mempengaruhi anak bahkan sebelum mereka lahir.

   Di Kemudian hari  dalam kehidupan mereka, anak-anak menghabiskan banyak waktu di sekolah, dan guru menjadi teladan tambahan bagi anak-anak.

  “Kerjasama ini harus dimulai oleh ayah dan ibu sendiri di dalam kehidupan rumah tangga. Dalam mendidik anak-anak mereka, mereka memiliki tanggungjawab bersama, dan haruslah menjadi usaha mereka yang tetap untuk bertindak bersama-sama.

   Hendaklah mereka menyerahkan diri mereka kepada Allah, mencari pertolongan daripada-Nya untuk menunjang mereka satu sama lain...Para orang tua yang memberikan pendidikan ini bukanlah orang-orang yang nanti akan melancarkan kritik kepada guru. Mereka merasa bahwa baik kepentingan anak-anak mereka maupun keadilan di sekolah menuntut hal tersebut,sedapat-dapatnya, mereka menunjang dan menghormati orang yang membagi tanggung jawab mereka”. Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld.3,hlm.265,266.  Tamat.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar