Pel.SS 2,Trw.IV,2020.
Ayat hafalan:
“Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu,
dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu”.(Amsal 1:8).
Sdr2ku,...Ayat ini memberikan perintah kepada seorang anak untuk patuh pada didikan (Ibr: Musar-teguran, hukuman yang tepat). “Hai anakku”...Ayat ini bukan sedang bicara kepada anak kandung Salomo. Pada tradisi saat itu, hal ini berbicara lebih kepada hubungan antara guru dan murid. “Dengarkanlah”—Ibr: Shama: taati, didikan ayahmu.
Salah satu tujuan Amsal ialah agar kaum muda
memperoleh hikmat/kebijaksanaan--melakukan knowledge/pengetahuan kita dengan
baik dalam kehidupan.(=aplikasi dari pengetahuan kita), khususnya pengetahuan
Firman Tuhan.
Penjabarannya ialah: Kita harus menaruh
ketaatan kita kepada didikan orang tua (berupa teguran,
disiplin,koreksi,hukuman).
Tujuan Ayah dan Ibu—Untuk kebaikan anaknya
dan kebaikan orang lain secara tidak langsung.
PENDIDIKAN mengambil tempat dalam kebanyakan
keluarga, khususnya pada tahun-tahun permulaan.
Apakah yang Alkitab katakan tentang pendidikan dalam keluarga, dan apa
prinsip2 yang dapat kita ambil darisitu untuk diri kita?.
EG White, Alfa dan Omega, Jld.5,hlm.59 “Sejak zaman purbakala orang-orang yang setia di kalangan orang Israel selamanya memberikan perhatian yang besar kepada pendidikan orang-orang muda. Tuhan telah menyuruh supaya semenjak masa bayi anak-anak diberi pelajaran tentang kebaikan-Nya dan kebesaran-Nya, teristimewa sebagaimana yang dinyatakan dalam hukum-Nya, dan yang ditunjukkan dalam sejarah Israel.
Nyanyian, doa dan pelajaran dari Alkitab
harus disesuaikan dengan pikiran yang sedang berkembang. Ibu dan Bapa harus
mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa hukum Allah adalah kenyataan
tabiat-Nya, dan bahwa sementara mereka menerima asas-asas hukum itu ke dalam
hati, peta Allah pun terteralah pada pikiran dan jiwa. Sebagian besar dari
pengajaran itu dilakukan secara lisan; tetapi anak muda belajar juga membaca
tulisan-tulisan Ibrani, dan gulungan-gulungan surat Alkitab Perjanjian Lama terbuka
untuk mereka pelajari”.
Setiap pendidik yang profesional akan memberitahukan kepada Anda bahwa pendidikan paling awal dan mungkin paling penting, terjadi dalam keluarga pada tahun-tahun paling awal/tahun yang mula-mula.
Coba bayangkan seperti apakah keluarga
pertama itu.
“Sistem pendidikan yang didirikan di Eden berpusat pada keluarga. Adam adalah "anak Allah" (Lukas 3:38), dan dari Bapa merekalah anak-anak Yang Maha Tinggi itu menerima pengajaran. Sekolah mereka, dalam arti yang sebenarnya, adalah sebuah sekolah keluarga.” — Ellen G. White, Education * 33.1.
Pendidikan Kristen adalah sebuah komitmen untuk mendidik keluarga-keluarga dalam doktrin, peribadatan, ajaran, persekutuan, penginjilan dan pelayanan.
Mereka telah belajar tentang arti dan
pentingnya persembahan sebagai bagian dari pendidikan keluarga yang berhubungan
dengan rencana keselamatan. Kita temukan
dalam kisah ini bahwa Habel seorang yang menurut sedangkan Kain adalah
sebaliknya. Dari kisah ini kita dapat simpulkan bahwa sebuah pendidikan yang
baik tidak selamanya menghasilkan hasil yang baik.
Untuk mendapatkan gambaran tentang
pendidikan yang ideal, mari kita lihat teladan Yesus sendiri. Baca Lukas 1:
26-38 dan Lukas 1: 46-55 yang menceritakan tentang kunjungan Maria dari
malaikat Gabriel dan, kemudian, kunjungan Maria dengan Elisabet dan kehamilan
ajaib dari keduanya.
Para ahli, umumnya setuju bahwa Maria masih
remaja ketika hal itu terjadi padanya. Itu adalah harapan dan impian setiap
wanita Yahudi bahwa dia mungkin menjadi ibu dari Mesias yang akan datang.
Hampir setiap gadis pada masa itu menikah pada saat dia berusia 20 tahun. Dari
Lukas 1:26, 46 dan Matius 1:18 bahwa baik Maria maupun Yusuf keduanya adalah
orang Yahudi yang sangat setia, yang berusaha hidup dalam penurutan pada
hukum-hukum dan Firman Allah.
Ketika
Tuhan datang kepada mereka serta memberitahukan kepada mereka tentang apa yang
akan terjadi pada mereka, mereka dengan setia melakukan semua yang telah
disampaikan kepada mereka.
Coba bayangkan adegan/pemandangan ketika
malaekat Gabriel menampakkan diri kepada Maria untuk pertama kalinya. Sebagai
seorang remaja, Maria tidak diragukan lagi tinggal bersama orang tuanya. Apa
yang dia katakan kepada orang tuanya tentang apa yang terjadi padanya? Dan apa
yang dia katakan kepada Yusuf.?
Tampaknya Yusuf berusaha semaksimal mungkin
untuk memperlakukan Maria sebaik mungkin.
Apakah Yusuf percaya pada Maria ketika dia
pertama kali memberi tahu dia apa yang telah terjadi?
Ellen G.White, Alfa dan Omega, jld.6,hlm.60.
“Yesus tidak
memperoleh pendidikan di sekolah rumah sembahyang (in the synagogue schools),
Ibu-Nyalah guru-Nya manusia yang pertama. Dari bibir ibu-Nya dan surat gulungan
para Nabi, Ia mempelajari hal-hal semawi/surgawi. Justru sabda yang difirmankan-Nya sendiri
dulu kepada Musa untuk bangsa Israel, kini diajarkan kepada-Nya di pangkuan ibu-Nya. Ketika Ia meningkat dari masa kanak-kanak ke
masa muda, Ia tidak berusaha belajar di sekolah para Rabi. Ia tidak memerlukan
pendidikan yang diperoleh dari sumber semacam itu; sebab guru-Nya ialah Allah”.
“Dia mempertahankan penurutan anak yang
sempurna; tetapi kehidupannya yang tak bernoda membangkitkan kecemburuan dari
saudara-saudaranya. Masa kecil dan masa mudanya sama sekali tidak mulus dan
menyenangkan. Saudara-saudaranya tidak percaya kepadanya, dan kesal karena dia
tidak bertindak seperti yang mereka lakukan, dan menjadi salah satu dari mereka
dalam praktik kejahatan. Dalam kehidupan rumah tangga dia ceria, tapi tidak
pernah riuh. Dia selalu mempertahankan sikap seorang pelajar. Dia sangat
menyukai alam, dan Allah adalah gurunya.
Menurut Anda, bagaimana sebenarnya Allah
mengajar Yesus? Seberapa banyak Yesus memberi tahu orang tua manusianya tentang
komunikasi-Nya dengan Bapa-Nya yang sejati?
Bandingkan kisah Samuel dan Eli. (1 Samuel
3: 1-18) Coba bayangkan bagaimana perasaan Samuel tentang kunjungan(visit) itu?
Jadi, bagaimana Allah berkomunikasi dengan Yesus?
Bagaimanapun itu terjadi, pasti ada hubungan
yang sangat dekat antara Maria dan putranya Yesus. Seringkali, ketika orang
muda beranjak remaja(teenagers), mereka ingin memberontak terhadap bimbingan
orang tua. Tidak ada petunjuk tentang hal itu dalam kisah Yesus.
Tetapi,
untuk mendidik anak dengan baik dan benar, orang tua atau guru harus dekat
dengan anak itu dan menjadi pendamping dan komunikator.
Ellen G.White, Seri Membina Keluarga, jld.3,hlm.196.
“Guru sejati(yang benar) dapat membagikan
kepada muridnya karunia yang sangat berguna sebagai karunia pergaulannya.
Adalah benar bagi laki-laki dan perempuan,
dan lebih-lebih lagi bagi orang muda dan anak-anak, bahwa hanya bilamana kita
berhubungan melalui simpati, kita bisa mengerti mereka; dan kita perlu mengerti
untuk memperoleh manfaat yang paling efektif”.
Seberapa banyak dari apa yang orang tuanya ajarkan kepadanya yang dipertahankan dan diadopsi oleh anak ke dalam hidupnya, sangat bergantung pada bagaimana perasaannya terhadap orang tuanya.
Pikirkan beberapa petunjuk yang kita peroleh dari Kitab Suci tentang bagaimana membangun hubungan keluarga yang kuat, pada kenyataannya, segala jenis hubungan. Baca Mazmur 37: 7-9; Amsal 10: 31-32; 27:17; Efesus 4:15; 1 Yohanes 3:18; Titus 3: 1-2; dan Yakobus 4:11.
Dalam beberapa ayat ini, orang tua
diberitahu untuk bersabar, tidak khawatir, tidak marah, tetapi percaya kepada
Tuhan.
Orang yang saleh tahu apa yang baik untuk
dikatakan. Kebenaran yang harus
diucapkan harus diucapkan dalam semangat kasih. Kasih itu seharusnya tidak hanya
berupa kata-kata dan ucapan, tetapi didemonstrasikan dalam kehidupan.
Orang tua dan anak-anak harus belajar untuk
tunduk kepada penguasa dan otoritas, tidak berbicara jahat kepada siapa pun,
tetapi menjadi damai dan ramah, selalu bersikap lembut terhadap orang lain. Mereka
tidak boleh mengkritik satu sama lain, apalagi suaminya mengkritik istri atau
sebaliknya.
Baca: Ef.6:4 “..bapa-bapa, janganlah
bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam
ajaran dan nasihat Tuhan”. Amsal 31:10
“Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?. Ia lebih berharga dari pada
permata”.
Apakah kita sebagai orang tua Kristen
terus-menerus berusaha mengembangkan buah Roh: Kasih, sukacita/kegembiraan,
damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah
lembutan/kerendahan hati, dan penguasaan/pengendalian diri? (Lihat Galatia 5:
22-23).
(Para ayah
haruslah mencari upaya untuk memperlihatkan buah Roh).
Ayah dan ibu perlu mempelajari banyak hal,
idealnya sebelum menjadi orang tua. Lihat Efesus 5: 22-26; 1 Korintus 11: 3; 2
Korintus 6:14; Roma 13: 13-14; 2 Petrus 1: 5-7; dan Filipi 4: 8.
Orang tua diinstruksikan untuk tunduk satu
sama lain
karena
penghormatan mereka kepada Kristus. Sementara istri didorong untuk tunduk
kepada suaminya, suami harus mencintai istrinya seperti Kristus mencintai
gereja. Jika suami dan istri melakukannya, betapa perubahan yang akan terjadi
dalam keluarga Kristen. Kaum muda Kristen harus menghindari menikah dengan
mereka yang bukan Kristen. Pesta, mabuk, amoralitas, ketidaksenonohan,
perkelahian, dan kecemburuan tidak pantas untuk orang Kristen.
Baca 2 Petrus 1:5-7 “..sungguh-sungguh
berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan---penguasaan diri,--ketekunan---kesalehan—kasih akan saudara2—kasih
akan semua orang”.
Filipi 4:8 ..”semua yg.benar,yang mulia,yang
adil, yang suci,yang manis,sedap didengar, yang disebut kebajikan dan patut
dipuji, pikirkanlah semuanya itu”.
Dalam Ulangan 6, Musa memberikan instruksi
yang sangat jelas kepada anak-anak Israel dan khususnya kepada orang tua.
Mereka harus mengajar anak-anak mereka dalam hampir apa pun yang mereka
lakukan. Setiap aktivitas harus menjadi sebuah kesempatan pendidikan.
Ulangan 6: 4-9:”Dengarlah, hai orang
Israel(Israel, remember this!) : Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu...dst...
Seringkali dalam masyarakat kita saat ini, para
ayah jauh dari rumah mencoba mencari nafkah. Jadi:
“Guru pertama sang anak adalah ibu. Selama masa yang sangat rentan atau mudah terpengaruh dan perkembangan yang paling cepat, pendidikannya terutama terletak di tangan ibu.” E.G. White, Seri Membina Keluarga,jld.3,hlm.257.
Di Kemudian hari dalam kehidupan mereka, anak-anak
menghabiskan banyak waktu di sekolah, dan guru menjadi teladan tambahan bagi
anak-anak.
“Kerjasama ini harus dimulai oleh ayah dan ibu sendiri di dalam kehidupan rumah tangga. Dalam mendidik anak-anak mereka, mereka memiliki tanggungjawab bersama, dan haruslah menjadi usaha mereka yang tetap untuk bertindak bersama-sama.
Hendaklah mereka menyerahkan diri mereka
kepada Allah, mencari pertolongan daripada-Nya untuk menunjang mereka satu sama
lain...Para orang tua yang memberikan pendidikan ini bukanlah orang-orang yang
nanti akan melancarkan kritik kepada guru. Mereka merasa bahwa baik kepentingan
anak-anak mereka maupun keadilan di sekolah menuntut hal
tersebut,sedapat-dapatnya, mereka menunjang dan menghormati orang yang membagi
tanggung jawab mereka”. Ellen G. White, Seri Membina Keluarga, jld.3,hlm.265,266. Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar