Jumat, 25 September 2020

Satu Langkah Di Dalam Iman

 








PA SS 13 Trw.III,2020

                                   (A Step In Faith)

Ayat Hafalan:

   “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”.(Filipi 2:5-7).

   Shalom sdr2ku,...Saat ini tibalah kita pada akhir pelajaran SS kita dengan judul: Satu Langkah di dalam Iman (A Step In Faith).

 Apakah saudara2 mengetahui apa yang menjadi penyebabnya mengapa Yesus telah meninggalkan kedudukan-Nya yang mulia di surga dan datang ke dunia ini?.(Dia meninggalkan kemuliaan surga, penyembahan dari para malaikat kepada-Nya, serta persekutuan-Nya dengan Bapa—namun meninggalkan semuanya itu dan datang ke bumi ini?.).

   Inilah makna yang kita temukan dari ayat hafalan dalam pelajaran kita ini dalam Filipi 2:5-7.

   Dan inilah juga salah satu bukti dari dalamnya kasih Allah untuk menebus semua umat manusia (saudara dan saya).

  Mari kita perhatikan sebuah kutipan yang luar biasa ini:

   “Harga penebusan kita itu tidak akan disadari sampai orang-orang tebusan itu kelak berdiri dengan Penebus di hadapan takhta Allah. Pada hari itu kelak ketika segala kemuliaan rumah yang kekal itu memancar ke dalam panca indera kita yang terpesona itu, kita pun akan mengingat bahwa Yesus telah meninggalkan semuanya ini untuk kepentingan kita, bahwa Ia bukan saja meninggalkan istana surga, melainkan mengambil risiko kegagalan dan kematian yang kekal untuk menebus kita.

   Pada masa itu kelak kita pun akan meletakkan semua mahkota kita di kaki-Nya, serta menyanyikan nyanyian, ‘Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!’. Wahyu 5:12.

               Ellen G.White, Alfa dan Omega jld.5 hlm.126,127.

  Pengorbanan yang Yesus buat untuk keselamatan kita tidak ternilai.  Untuk bersatu dengan Yesus dalam menjangkau orang-orang untuk masuk kedalam kerajaan-Nya, ini menuntut pengorbanan.  Dan pelayanan memenangkan jiwa ini bagi kita adalah disebut merupakan LOMPATAN IMAN.  Hal ini membawa kita keluar dari zona nyaman kita.  Tuhan memanggil kita untuk berkorban.  Bila kita mau berkorban maka ada sukacita yang Dia tawarkan bagi kita yang lebih besar dari pengorbanan itu.

        I.            KASIH PENGORBANAN DIRI YESUS.

   Untuk menjadi lebih seperti Yesus, apakah mungkin bagi kita untuk melakukan pengorbanan diri dalam kehidupan kita, seperti yang dilakukan oleh Yesus?.  Jika itu memungkinkan maka pengorbanan apa yang bisa kita lakukan yang akan mempengaruhi dunia ini?.

   Sdr2ku,..Tidak ada kata2 dalam bahasa manusia yang dapat menggambarkan jenis kasih yang dinyatakan oleh Allah saat Dia mengirimkan putra-Nya yang tunggal itu ke dunia ini.

   Mari kita baca dulu Filipi 2:5-11   “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. ay.8.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.ay.9-Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,

ay.10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,

ay.11.dan segala lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!.

   Suatu hari nanti Iblis dan semua para malaikat jahatnya akan sujud dan mengakui bahwa Allah itu adalah benar.  Kapankah hal ini terjadi?. Ini akan terjadi setelah masa millenium (masa 1000 tahun) yaitu pada kedatangan Kristus yang ketiga setelah setiap mata melihat panorama Pertentangan Besar itu.

  Meskipun kita menggunakan istilah Anak bagi Yesus dan istilah Bapa bagi Allah Bapa, Ke Allahan, termasuk Roh Kudus adalah SETARA untuk selama-lamanya dengan Bapa dan Anak.

   Kristus samasekali tidak lebih rendah dari Bapa-Nya.

   Jadi, apakah berbeda jika Allah Bapa yang datang ke dunia ini dan bukan Anak?.  Apa jawabannya terhadap hal ini?.

  E.G. White, Manuscript Release, no.1581:

   “Seandainya Allah Bapa datang ke dunia ini dan tinggal diantara kita, menutupi kemuliaan-Nya dan merendahkan diri-Nya, agar umat manusia dapat memandang-Nya, sejarah kehidupan Kristus yang kita miliki tidak akan berubah tentang sikap-Nya yang merendahkan diri-Nya dengan rahmat-Nya.  Dalam setiap tindakan Yesus, dalam setiap pengajaran-Nya, kita melihat dan mendengar serta mengenali Allah. Secara penglihatan, pendengaran, pada dasarnya, itu adalah suara dan gerakan-gerakan BAPA”.

   Meskipun Kristus mengesampingkan(membungkus) keilahian-Nya dengan kemanusiaan dan tidak pernah menggunakannya atas nama-Nya sendiri selama di bumi ini, Dia adalah tetap Allah sepenuhnya.  Kapan saja, Dia bisa saja menggunakan kuasa Ilahi-Nya.

   “Di dalam Kristus ada kehidupan, asli(original), tidak dipinjamkan, tidak diperoleh/diturunkan.

   “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup”. 1 Yoh.5:12.

   “Keilahian Kristus adalah jaminan orang percaya akan kehidupan kekal”.   E.G. White, The Desire of Ages, hlm.530.3.

  Namun, Yesus telah memilih untuk mengosongkan diri-Nya dari semua sifat2 yang Dia miliki di surga. Dia telah memberikan contoh ke seluruh alam semesta bahwa hukum kasih yang mengendalikan surga dan bersedia turun ke dunia kita dan melakukan pengorbanan terakhir.

   Melalui hidup dan kematian-Nya, Yesus telah memberi kita pilihan: (1) Kita dapat berusaha untuk mengikuti teladan-Nya dan dengan bantuan Roh Kudus menjalani hidup sedekat mungkin dengan kehidupan-Nya; atau (2) Kita akan mati dengan kematian-Nya, kematian akibat keterpisahan dari Allah, satu-satunya Sumber kehidupan.

   Sdr2ku,...Inti dari pemikiran Yesus adalah kasih PENGORBANAN DIRI.  Mengikut Yesus berarti bahwa kita mengasihi sebagaimana Dia mengasihi, melayani sebagaimana Dia melayani, dan menolong sebagaimana Dia menolong.  Apa yang membuat kita tidak mau mengorbankan sesuatu?.    Jawabnya adalah: AMBISI EGOIS kita.  Oleh sebab itu mari kita mohon Roh Kudus-Nya mengosongkan kita dari ambisi egois itu.

   Surga akan menghargai setiap pengorbanan yang kita lakukan di bumi.  Bila kita mau melakukannya, mau melakukan pelayanan maka sukacita pelayanan itu akan melebihi semua pengorbanan yang kita buat, dimana kita boleh hidup bersama Kristus di sepanjang kekekalan dan kita akan temukan bahwa pengorbanan apa pun yang kita buat di sini tampak tidaklah berarti.

II.         PANGGILAN KOMITMEN.

   Dalam Matius 4:18-22 – Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes anak Zebedeus memancing sepanjang malam di laut Galilea.

   Kemudian Yesus memanggil mereka dan mereka semua membuat komitmen radikal untuk mengikut Kristus (Padahal beberapa diantara mereka sudah menikah, tetapi rela meninggalkan segalanya dan membuat pilihan yang tidak pasti untuk mengikut Yesus?).

    Yesus memanggil mereka untuk tujuan yang lebih tinggi daripada menangkap ikan.  Menurut Injil Yohanes, mereka sudah mengetahui tentang sesuatu tentang Yesus selama lebih dari setahun, namun belum membuat komitmen penuh kepada-Nya.

   Mereka mau meninggalkan pekerjaan mereka karena mereka merasakan panggilan untuk tujuan yang lebih tinggi.

   Demikian juga, Kristus memanggil kita untuk membagikan kasih-Nya dan menyaksikan kebenaran-Nya.

 E.G. White, The Desire of Ages,hlm.250.1

   “Yesus memilih nelayan yang tidak terpelajar karena mereka tidak dididik dalam tradisi dan kebiasaan yang salah pada zaman mereka.  Mereka rendah hati serta mudah diajar.  Orang-orang seperti itulah yang Yesus panggil untuk menjadi rekan kerja-Nya.

   Ketika para murid keluar dari pelatihan yang diadakan Juruselamat, mereka tidak lagi bodoh dan tidak berbudaya.

   Mereka telah menjadi seperti Dia dalam pikiran dan karakter”.

 Tidak lama kemudian, Yesus memanggil Matius, seorang pemungut pajak, untuk mengikut Dia (Matius 9:9).

   Para pemungut cukai/pajak adalah orang Yahudi yang, demi uang, telah setuju untuk bekerja bagi Herodes dan Kekaisaran Romawi untuk mengumpulkan pajak dari sesama orang Yahudi.     Mereka termasuk orang yang paling dibenci dan dianggap hina di negeri itu/diseluruh Israel. Ini seharusnya menuntun kita untuk mengajukan dua pertanyaan:

(1) Mengapa Yesus memilih untuk memanggil orang seperti itu untuk mengikuti Dia? dan

(2) Mengapa Matius meninggalkan bisnisnya yang menguntungkan untuk mengikuti Yesus? Apa yang Allah minta agar kita serahkan untuk mengikuti Dia?. Didalam hati Matius ia memiliki kerinduan untuk mengikuti Yesus. Ketika undangan datang, dia sudah siap.

   Jauh di lubuk hati kita ada kerinduan akan sesuatu yang lebih dalam kehidupan ini. Kita juga ingin hidup untuk sesuatu yang berharga, untuk tujuan yang lebih agung dan lebih mulia.  Karena itu, Kristus memanggil kita, seperti Matius, untuk mengikut Dia.

III.      PAULUS: BEJANA PILIHAN ALLAH.

   Pikirkan tentang kisah Saulus / Paulus. Dia dibesarkan sebagai seorang Yahudi yang taat dan seorang Farisi. Dia masih muda, energik, dan berkomitmen. Kemudian, dia memiliki pengalaman dalam perjalanan ke Damaskus.

   Dia sedang dalam perjalanan untuk menangkap dan membunuh orang Kristen. Apa yang berubah? Paulus tidak mengubah hari Sabatnya; dia tidak mengubah pola makannya; dia tidak mengubah keyakinannya pada Kitab Suci. Apa yang dia ubah adalah gambaran tentang Allah! (his picture of God).

   Baca: Kisah 9: 3-6,10-20: ay.15 “Tetapi firman Tuhan kepadanya (Ananias): “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa2 lain serta raja-raja dan orang-orang Israel”.

   Mengapa Yesus memilih seseorang seperti Paulus? Pikirkan tentang orang lain yang Dia pilih untuk bekerja bagi-Nya: (1) Orang yang kesurupan roh jahat, (2) wanita Samaria, (3) Seorang pelacur yang sebelumnya kerasukan setan, (4) pemungut cukai, (5) sekelompok nelayan Galilea, dan (6) ribuan lainnya.

   Bagaimana Yesus memengaruhi kehidupan mereka? Apa yang mereka lakukan tentang itu?

   Paulus tidak pernah berhenti bersaksi tentang kepercayaannya kepada Yesus. Tidak diragukan lagi, dia bersaksi kepada algojo Romawi yang membawanya keluar untuk dipenggal.            

   Di akhir hidupnya, Paulus mendesak Timotius untuk melakukan pekerjaan sebagai seorang penginjil. Dia menulis kepada Timotius dalam 2 Timotius 4:5-8 “Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!. Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya”.

   Paulus begitu meyakinkan dalam menjelaskan kekristenannya sehingga beberapa anggota keluarga Nero menjadi Kristen! (Filipi 4:22).  Pencobaan dan kesusahan yang  Paulus alami dalam hal pemberitaan Injil kita temukan dalam Filipi 4:22. Dan catatan singkat tentang Paulus terdapat dalam 2 Korintus 11:25-30.

IV.       TUNTUTAN KASIH.

   Bagaimana kasih Allah mempengaruhi hidup Anda? Apakah itu memanggil Anda untuk bertindak? 2 Korintus 5:14 (NKJV *) menyatakan, "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami/Karena kasih Kristus memaksa kita." Para komentator/penafsir dan penerjemah Alkitab lainnya berpendapat bahwa kasih Allah "tidak membuat kita punya pilihan."

   Seperti yang kita ketahui, perilaku Petrus di halaman Hanas dan Kayafas saat Yesus diadili sangat memalukan dan menjijikkan. (Yohanes 18: 17,25,27) Namun, Yesus tidak menyerah/kecewa pada Petrus.

   Dia berbalik dan menatap lurus ke arah Petrus saat dia membuat penyangkalan terburuknya; dan Petrus memandang Dia.  Pada waktu pagi hari di Galilea, Yesus menanyakan kepada Petrus pertanyaan ini, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka semua?. Jawab Petrus kepada-Nya, ‘Ya Tuhan, Engkau mengetahui Aku mengasihi Engkau. Kata Yesus kepadanya: Gembalakanlah domba-domba-Ku’(Yoh.21:15).

   Saat Yesus bertanya, dalam bahasa asli: Dia menggunakan kata agape:”Apakah engkau mengasihi (agape) Aku?”.  Kata agape merujuk pada kasih yang mengalir dari hati Allah, berasal dari Allah. Kasih yang tulus dan tidak mementingkan diri.  Saat Petrus memberikan respons kepada Yesus, dia tidak menggunakan kata agape. Dia berkata, “Ya Tuhan; Engkau mengetahui aku mengasihi (phileo) Engkau.  Ini merujuk pada ikatan manusia yang cukup dalam/kasih persaudaraan—mis: Filadelfia.

   Respons Yesus adalah “Gembalakanlah domba2-Ku”. Dengan kata lain, berikanlah hidupmu dalam pelayanan yang penuh pengorbanan. Bekerjalah untuk-Ku. Layanilah orang lain.

   Dalam Yohanes 21:16—Yesus bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada Petrus.  Namun pada kali yang ke tiga dalam ayat 17 -----     

 

   Yesus tidak lagi bertanya pada Petrus, apakah engkau mengasihi Aku dengan kasih Ilahi agape?. Tapi Yesus berkata: “Petrus, Aku tau bahwa kasih yang mengalir daripadamu adalah kasih dari kemanusiaanmu yang lemah.  Engkau telah menyangkal Aku tiga kali, namun Aku telah mengampuni Engkau. Kasih karunia-Ku bagimu. Mulailah di mana engkau dapat mulai. Bekerjalah bagi-Ku, dan kasihmu bagi-Ku akan bertumbuh dan meluas ke dalam kasih Ilahi bagi orang lain.”  Petrus mengecewakan Yesus di saat yang paling kritis dalam kehidupan-Nya, namun itu tidak mendiskualifikasi Petrus dari pelayanan.  Yesus memberikan pengampunan, mengubah Petrus untuk bekerja bagi-Nya. Kasih ilahi itu aktif, bukan pasif. Kasih sejati melibatkan komitmen.  Kasih memaksa kita untuk bertindak.

   Saudara2ku,...seperti Petrus, kasih kita bagi Kristus akan bertumbuh dalam pelayanan kepada orang lain. Semakin kita mengasihi Yesus, semakin kita rindu untuk membagikan kasih itu dengan orang yang ada di sekitar kita.  Semakin kita membagikan kasih-Nya dengan orang-orang di sekitar kita, semakin bertumbuh kasih kita bagi Kristus.

   Saat kita mengambil LANGKAH IMAN dan menjadi aktif terlibat dalam bersaksi, kita akan bertumbuh secara rohani.

 V.          KOMITMEN KASIH”

   Dalam Yohanes 21:18,19  Yesus menyatakan bagaimana Petrus mati.  Yesus memberitahukan kepadanya tentang harga pemuridan.  Yesus ingin agar Petrus tahu dengan jelas apa yang akan dia hadapi jika Dia menerima undangan Yesus untuk “memberi makan domba-domba-Ku”. Dengan ayat ini Kristus menubuatkan bahwa suatu hari Petrus akan mengalami mati syahid. Tangannya akan direntangkan di atas salib. Dalam wahyu ini Yesus menawarkan sukacita terbesar dalam hidup: --melihat jiwa-jiwa dimenangkan untuk kerajaan Allah.  Namun, hak istimewa itu akan datang dengan harga.  Itu akan menuntut pengorbanan tertinggi. Petrus diminta untuk membuat komitmen kasih dengan mata yang terbuka lebar.  Petrus sekarang tahu bahwa tidak ada pengorbanan yang terlalu besar untuk bergabung dengan Yesus dalam misi-Nya kepada dunia.

   Johanes menyadari juga kasih ini. Seringkali, Petrus dan Johanes bekerja bersama.

1 Yohanes 3: 16-18: ay.16 “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. ay.17.Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?. ay.18.Anak2ku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.

   Jadi, apa yang harus dilakukan gereja di abad ke-21 untuk menindaklanjuti semua yang telah kita pelajari pada kuartal ini?

   “Mereka yang adalah penjaga kerohanian gereja harus menemukan cara dan sarana yang dengannya kesempatan dapat diberikan kepada setiap anggota gereja untuk bertindak sebagai bagian dalam pekerjaan Allah. Terlalu sering di masa lalu hal ini belum dilakukan.  Rencana-rencana belum ditetapkan secara jelas dan dilaksanakan sepenuhnya di mana TALENTA semua anggota dapat digunakan dalam pelayanan yang aktif. Hanya sedikit yang menyadari betapa banyak yang terhilang karena hal ini. “Para pemimpin dalam pekerjaan Tuhan, sebagai jenderal yang bijaksana, adalah untuk meletakkan rencana untuk bergerak maju di sepanjang lintasan. Dalam perencanaan mereka, mereka harus memberikan studi khusus untuk pekerjaan yang dapat dilakukan oleh anggota awam untuk sahabat dan tetangga mereka. Pekerjaan Allah di dunia ini tidak akan pernah selesai sampai pria dan wanita yang terdiri dari anggota gereja kita melakukan pekerjaan dan menyatukan upaya mereka dengan para pendeta dan pengurus gereja. “Keselamatan orang berdosa membutuhkan kerja pribadi yang sungguh-sungguh. Kita harus memberi mereka firman kehidupan, bukan untuk menunggu mereka datang kepada kita. Oh, saya bisa mengucapkan kata-kata kepada pria dan wanita yang akan membangkitkan semangat mereka untuk bertindak! Saat-saat sekarang diberikan kepada kita sangatlah sedikit. Kita berdiri di penghujung dunia kekal. Kita tidak punya waktu untuk kalah. Setiap momen adalah emas dan terlalu berharga untuk dicurahkan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Siapa yang akan mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dari pada-Nya menarik kekuatan dan kasih karunia untuk menjadi pekerja-Nya yang setia di ladang misionaris?.  “Di setiap gereja ada TALENTA yang, dengan jenis pekerjaan yang tepat, dapat dikembangkan untuk menjadi bantuan besar dalam pekerjaan ini. Apa yang dibutuhkan sekarang untuk membangun gereja-gereja kita adalah pekerjaan yang baik dari para pekerja yang bijak untuk membedakan dan mengembangkan TALENTA di dalam gereja—TALENTA yang dapat dididik untuk digunakan oleh Guru.

   Harus ada rencana yang terorganisir dengan baik untuk mempekerjakan para pekerja untuk pergi ke semua gereja kita, yang besar dan yang kecil, untuk mengajar anggota bagaimana bekerja untuk membangun gereja dan juga bagi orang-orang yang tidak percaya. Yang dibutuhkan adalah pelatihan, pendidikan.   Mereka yang bekerja dalam mengunjungi gereja hendaknya memberikan petunjuk kepada saudara-saudari kita dalam metode praktis melakukan pekerjaan misionaris.—

   Ellen G.White, Testimonies for the Church,jld.9 hlm.116,117.

 Yesus pergi dari posisi tertinggi di alam semesta ke posisi terendah, mati di kayu salib. Dan Dia melakukan itu untuk kita, untuk menunjukkan kepada kita apa arti kasih ilahi yang sebenarnya.

   Apakah kita siap - seperti yang disarankan dalam pelajaran kita untuk kuartal ini - untuk berdoa setiap pagi, memohon kepada Allah untuk memberi kita kesempatan untuk bersaksi kepada orang lain?

  Kesimpulan:

   Saudara2ku,...

   Saat kita mengambil LANGKAH IMAN dan menjadi aktif terlibat dalam bersaksi, kita akan bertumbuh secara rohani. Sukacita terbesar dalam hidup datang dari membagikan kasih Allah dengan orang lain.  Roh kudus akan menuntun kita untuk bertemu dengan orang-orang dalam hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar