Selasa, 26 Januari 2021

Batu Ujian Bagi Kekristenan.

 


BATU UJIAN BAGI KEKRISTENAN.

 Pendahuluan:

   Pada suatu saat dalam sebuah komite (meeting), anak2 Allah (dalam hal ini para malaekat), hadir di surga menghadap Tuhan— untuk memperbincangkan masalah2 yang terjadi di alam semesta ini (kita bisa baca dalam Ayub 1:6).

   Tempatnya tidak ditentukan, oleh sebab itu tempatnya tidak dapat diketahui.  Setan sangat marah karena tidak diundang ke komite ini.  Kita tahu bahwa setan telah dikeluarkan dari surga (Wahyu 12:7-9).  Namun, EG White dalam Early Writing, hlm.290 (3 BC.hlm.500)-- menyatakan bahwa: Dia(setan) memiliki akses ke dunia2 lain. Setan mengatakan bahwa dia juga terlibat disini, jadi dia berhak untuk masuk menghadiri.

   Allah yang menjadi Ketua Majelis ini meminta keterangan kepadanya mengenai seorang manusia di dunia.

   Kita boleh baca dalam Ayub 1:8 “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?. Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.”  Oh,..tunggu sebentar, kata setan dengan menggerutu dan berkata dalam Ayub 1:9-11.

   “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?. Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya?. Apa yang dikerjakannya telah Kau berkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.  Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu”.

 Diskusi:

   Setan (Raja kegelapan) ini menganggap bahwa titik kelemahan Ayub terletak pada HARTANYA, sebab dia telah berhasil menjatuhkan jutaan manusia melalui : Penumpukan Harta dan Cara Penggunaannya.

   Jadi setan menganggap, jika harta Ayub habis maka seperti orang lain, banyak yang menghujat Allah.  Tentu dia berpikir Ayub juga akan bereaksi yang sama yaitu akan menghujat Allah.

   Sdr2ku,...Para tetangga Ayub mengenal dia sebagai seorang yang sopan dan para anggota gereja pun mengenalnya sebagai seorang yang takut akan Allah.  Namun, Setan mengetahui bahwa ada SATU UJIAN yang akan membuktikan apa yang Allah telah katakan mengenai dia.(didalam ayat 8 tadi---saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan).

   Jadi setan mengetahui bahwa SIKAP Ayub terhadap hartanya akan menjadi BATU UJIAN terhadap kesetiaannya terhadap Allah.

   Itulah sebabnya, Setan begitu positif berkata: “Eh,..tunggu dulu, Engkau akan lihat, dia akan mengutuk-Mu di depan-Mu.

   Sdr2ku,..Dalam cerita ini, Allah tidak takut untuk memberikan kesempatan kepada Ayub.  Kemudian, Allah berkata kepada Iblis itu dalam Ayub 1:12—“Go ahead--Baiklah,..silahkan...jamahlah segala yang dipunyainya (Touch his possession—v.11).

   Namun, Ayub mempunyai keyakinan yang kokoh/kuat.

   Sorga bergembira, ketika ternyata Ayub dapat membuktikan bahwa kesetiaannya terhadap Allah tidaklah bergantung pada perkara-perkara MATERI. 

  Dimanakah rahasia kemenangan Ayub terdapat?.

   Yakni pada:  Dia tidak menganggap Hartanya itu sebagai miliknya sendiri.  Dia menyadari bahwa semuanya itu adalah kepunyaan Allah.  Istrinya membujuknya supaya menghujat Allah (di dalam Ayub 2:9)...tetapi Ayub menjawab dalam Ayub 1:21 “the Lord gave, and the Lord had taken away; blessed be the name of the Lord” (Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, pujilah Allah).

   Sdr2ku,...Inilah sikap Ayub terhadap HARTANYA. Semuanya itu tidak dapat membuat kesetiaannya kepada Allah menjadi goyah.

   Dia menyadari bahwa dia hanyalah sebagai PENATALAYAN (Pengurus/pengelola harta-harta itu).  Jadi, kita tidak boleh memiliki sikap yang salah terhadap harta.

   Bila seorang manusia menipu Allah dengan tidak mengembalikan/menyerahkan Persepuluhan dan persembahan yang merupakan milik Allah itu, maka dia tidak pernah dipercayakan dengan harta surga yang kekal.

Kesimpulan:

   Kiranya kita mengikuti dengan setia prinsip yang benar dari Penatalayanan.  Sikap kita terhadap harta milik kita dan bagaimana caranya kita MENGATUR PENGGUNAANNYA adalah menjadi Batu Ujian kepada kita sebagai umat-Nya.

   Amsal 3:9,10 “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.” Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar