Kamis, 14 Januari 2021

Penerjemahan Alkitab

 



Penerjemahan Alkitab

 

  Bibliografi

<< >>  


Artikel ini diambil dari :
Latuihamallo, P.D. 1994. Persebaran Firman Di Sepanjang Zaman. Lembaga Alkitab Indonesia dan PT BPK Gunung Mulia. Halaman 61-66.  

I. Pendahuluan

   Menurut catatan resmi Perserikatan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies), pada tahun 1800 hanya ada 68 bahasa di dunia yang memiliki terjemahan Alkitab, Perjanjian Baru atau salah satu buku dari Alkitab. Akan tetapi, pada akhir tahun 1992, telah tersedia terjemahan Alkitab dalam 2018 bahasa di dunia. Dengan perincian: 333 bahasa memiliki terjemahan Alkitab, 769 bahasa memiliki terjemahan Perjanjian Baru, dan 916 bahasa memiliki terjemahan salah satu buku dari Alkitab. (Termasuk di dalamnya terjemahan Alkitab dalam 134 bahasa di Indonesia, yang terdiri atas 17 Alkitab, 27 Perjanjian Baru dan 90 bagian Alkitab.) Ini berarti Alkitab merupakan satu-satunya buku yang paling banyak diterjemahkan di jagad ini.

   Pada saat ini, 110 Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia yang tergabung dalam United Bible Societies, berpartipasi aktif dalam usaha penerjemahan Alkitab ke dalam 624 bahasa di dunia, termasuk di dalamnya 426 bahasa yang sebelumnya tidak pernah memiliki terjemahan Alkitab maupun bagiannya.

   Bila Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia termasuk Lembaga Alkitab Indonesia begitu giat dalam usaha penerjemahan Alkitab, pastilah timbul pertanyaan-pertanyaan, misalnya bagaimanakah perkembangan metoda penerjemahan Alkitab, apakah tujuan penerjemahan Alkitab, dan bagaimanakah pengorganisasian penerjemahan Alkitab? Tulisan ini berusaha memberi jawaban ringkas atas pertanyaan-pertanyaan di atas.

 

II. Perkembangan Metoda Penerjemahan Alkitab

   Dilihat dari segi bahasa sasaran dan fungsi terjemahan Alkitab, secara garis besarnya ada empat periode perkembangan metode penerjemahan Alkitab:

   Tahun 200 s.M. - 400 M. Yang paling berperan dalam penerjemahan Alkitab pada periode ini adalah kaum Yahudi.    

   Kitab Torah yaitu kelima kitab pertama (Kejadian, keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) yang juga disebut Pentateukh, merupakan bagian Alkitab Ibrani yang pertama-tama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa pengantar pada zaman Helenisme.

   Konon terjemahan yang dikenal dengan sebutan Septuaginta (LXX) ini dikerjakan atas perintah Raja Ptolomaios II Philadelphos di Aleksandria, Mesir pada abad ke-3 s.M.     

   Penerjemahan ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan praktis bangsa Israel yang tinggal di perantauan. Mula-mula bahasa Ibrani adalah satu-satunya bahasa ibu dan bahasa pengantar bangsa Israel, kemudian dibawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Asyur bahasa Aram menggeser kedudukan bahasa Ibrani. Pada zaman Yesus bahasa Aram masih dipakai, tetapi dengan menonjolnya pengaruh Helenisme, bahasa Yunani menggeser bahasa lain dan telah menjadi bahasa umum (lingua franca) bagi penduduk sekitar Laut Tengah pada masa itu.   

   Setelah penerjemahan Kitab Torah, menyusul terjemahan bagian-bagian Alkitab yang lain sehingga lengkaplah seluruhnya (yaitu "Perjanjian Lama' bagi orang Kristen) ditambah dengan kitab-kitab Deuterokanonika. Terjemahan Septuaginta inilah yang dipakai oleh Gereja mula-mula, tetapi justru karenanya tidak lagi dipakai oleh orang-orang Yahudi. Selain itu ada juga terjemahan yang lebih bebas ke dalam bahasa Aram yang dikenal dengan sebutan Targum.

   Menurut legenda, ke-72 orang penerjemah Septuginta secara terpisah diilhami oleh Allah sehingga setiap penerjemah menerjemahkan teks yang sama dengan kata-kata yang sama, seakan-akan mereka didikte secara bersama-sama.

   Selanjutnya pada abd ke-2 M, tersedia terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin dan bahasa Siria (sekarang Suria). Pada abad ke-3 tersedia terjemahan bahasa Koptik (sekarang Mesir). Terjemahan bahasa Etiopi (sekarang Etiopia), bahasa Gotik (sekarang Jerman) dan bahasa Georgia (sekarang Kaukasus) tersedia pada abad ke-4.

   Tahun 400 M.-1500 M. Periode ini ditandai oleh kegiatan penerjemahan Alkitab oleh umat Kristiani (Katolik), dalam bahasa Yunani dan khususnya bahasa Latin. Sekitar tahun 400, disiapkan terjemahan Alkitab Latin yang disebut Vulgata (artinya "untuk semua orang"). Terjemahan itu dikerjakan berdasarkan teks asli Alkitab. Penerjemahnya adalah Jerome (Hieronymus) seorang imam dan ahli bahasa, yang ditugaskan oleh Paus Damasus I untuk mengerjakan terjemahan itu. Alkitab Vulgata menjadi Alkitab resmi lebih dari 1000 tahun, dan masih dipergunakan sampai sekarang.

   Ada orang yang menganggap terjemahan Alkitab sama seperti terjemahan teks umum lainnya, meskipun yang diterjemahkan adalah Kitab Suci. Tetapi ada yang menganggap Roh Kudus dapat bekerja melalui manusia dan Gereja dalam penerjemahan Alkitab. Suatu terjemahan dikatakan diilhami Allah karena orang ingin menekankan hasil terjemahan sebagai terjemahan yang terbaik, dan untuk menghindari terjemahan lainnya. Ini merupakan pengalaman Agustinus dan Jerome.

   Agustinus mempertahankan terjemahan Septuaginta sebagai terjemahan yang diilhami Allah, karena pada waktu itu Jerome berusaha menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Latin berdasarkan naskah bahasa Ibraninya, dan bukan berdasarkan terjemahan Septuaginta.

   Kasus Jerome mengajukan satu pertanyaan apakah terjemahan harus berdasarkan teks terjemahan yang lebih lama yang sudah disetujui oleh Gereja atau berdasarkan naskah dalam bahasa aslinya (Ibrani, Aram dan Yunani). Untuk jangka waktu yang cukup lama yaitu sampai dengan era Reformasi, teks Vulgata yang diterjemahkan oleh Jerome, dipakai sebagi teks dasar terjemahan.

   Kemudian pada abad ke-5, 6 dan 7 berturut-turut tersedia terjemahan Alkitab dalam bahasa Armenia, bahasa Nubia (sekarang Sudan), dan bahasa Arab. Pada abad ke-8, disediakan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris kuno (Anglo-Saxon) oleh Caedmon dan Bede. Sedang pada abad ke-9 disediakan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Jerman, Slav dan Frank. Terjemahan dalam bahasa Perancis disiapkan pada abad ke-12 dan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Spanyol, Italia, Belanda, Polandia dan Islandia disiapkan pada abad ke-13. Pada abad ke-14 tersedia terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris, bahasa Persia (Iran), bahasa Ceko dan bahasa Denmark.

   Pada tahun 1384 John Wycliffe selesai menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin Vulgata ke dalam bahasa Inggris. Inilah terjemahan Alkitab yang pertama dalam bahasa Inggris sehari-hari pada waktu itu. Karena keberaniannya dan prakarsanya yang tidak lazim pada zaman itu, ia kecam sebagai orang sesat.

   Tahun 1500 M. - 1960 M. sejak tahun 1500 sampai dengan tahun 1960, umat Protestanlah yang paling giat dalam usaha penerjemahan Alkitab, khususnya terjemahan ke dalam bahasa-bahasa di Eropa.

   Pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, Johannes Reuchlin (untuk Perjanjian Lama) dan Desiderius Erasmus (untuk Perjanjian Baru) menghidupkan kembali usaha penerjemahan Alkitab berdasarkan naskah dalam bahasa aslinya. Mereka menganggap terjemahan Alkitab harus berdasarkan eksegesis, dan penerjemahan sedapat mungkin menentukan arti dari terjemahan. Penerjemah harus menerjemahkan artinya meskipun sudah tersedia terjemahan formal, tafsiran yang dapat diterima, dan terjemahan yang berdasarkan pandangan teologis dan lain sebagainya.

   William Tyndale yang mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari teks Yunani pada tahun 1526 dan sebagian Perjanjian Lama dari teks Ibrani, dipenjarakan dan dibakar hidup-hidup karena usahanya ini.

   Pada abad ke-16, tokoh-tokoh reformator gereja juga menyadari bahwa Alkitab hanya dapat dipahami jika diterjemahkan ke dalam bahasa pembaca/pendengarnya. Maka Martin Luther menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman sehari-hari bagi penutur bahasa Jerman.

   Sementara itu dengan diciptakannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada pertengahan abad ke-15, produksi pencetakan buku mulai meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan penerjemahan. Dan kemajuan teknik cetak kemungkinan penerbitan Alkitab dalam ukuran kecil, Alkitab pertama dalam edisi kecil adalah Geneva Bible (1560).

   Alkitab bahasa Inggris yang pertama dicetak adalah Coverdale Bible (1535) yang diterjemahkan oleh Miles Coverdale berdasarkan Vulgata, Luther Bible dan Tyndale Bible. Terjemahan ini dipersembahkan kepada raja Inggris dan menjadi terjemahan resmi. Selanjutnya pada tahun 1611 diedarkan satu Alkitab edisi ekumenis dalam bahasa Inggris yang dikenal sebagai King James Version (Authorized Version) yang penerjemahannya dilakukan oleh 50 orang atas perintah Raja James dari Inggris. King James Bible hingga sekarang telah direvisi untuk kelima kalinya.

   Sementara itu untuk keperluan umat Katolik Roma yang mengungsi dari Inggris, disiapkanlah Douai-Rheims Bible (1609). Penerjemahannya dilakukan oleh William Allen dan Gregory Martin dari Alkitab Vulgata ke dalam bahasa Inggris. Terjemahan ini direvisi beberapa kali oleh Challoner antara tahun 1749-1722.

Pada periode inilah dimulai gerakan Lembaga Alkitab. Awal abad ke-19 ditandai dengan berdirinya Lembaga Alkitab pertama di dunia yaitu Lembaga Alkitab Inggris (The Bible Society of Britain and Foreign Parts, sekarang the British and Foreign Bible Society) pada tahun 1804. Pendirian Lembaga Alkitab Inggris disusul dengan Pendirian Lembaga Alkitab Belanda (Het Nederlandsch Bijbelgenootschap (The American Bible Society) pada tahun 1816, dan lembaga-lembaga Alkitab lainnya. Untuk menggalang persatuan dan kesatuan yang lebih baik, sekaligus untuk koordinasi dana, daya, dan sumber daya manusia, Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia pada tahun 1946 bergabung dalam wadah Perserikatan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible Societies).

   Pada periode ini disiapkan terjemahan-terjemahan ke dalam bahasa Melayu/Indonesia, antara lain Matius oleh A.C. Ruyl (1629), Perjanjian Baru oleh D. Brouwerius (1668), Alkitab oleh M. Leijdecker (1733), Perjanjian baru oleh J. Emde (1835), dan Alkitab oleh H.C. Klinkert (1879).

   Patut dicatat bahwa pada era misionaris modern, banyak terjemahan Alkitab berdasarkan teks terjemahan yang ada, bukan berdasarkan naskah dalam bahasa aslinya, karena penerjemah tidak memahami bahasa asli, karena penerjemah tiadak memahami bahasa asli Alkitab. Mereka menerjemahkan Alkitab sedekat mungkin dengan bahasa aslinya dengan bantuan buku-buku tafsiran dan bahan-bahan lainnya.

   Jadi, pada hakikatnya selama tiga periode itu metode penerjemahan Alkitab yang dominan adalah metoda penerjemahan harfiah (kata-demi-kata) yang lebih mementingkan pengalihan bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

   Tahun 1960 - sekarang. Periode ini merupakan masa kerja sama antara umat Yahudi, Katolik dan Protestan dalam usaha penerjemahan Alkitab. Ditandai oleh perubahan metode penerjemahan Alkitab yang lebih mengarah pada penekanan komunikasi makna teks dari bahasa asli ke dalam bahasa sasaran yang umum dan wajar, dan tidak lagi terikat pada bentuk bahasa aslinya. Hal ini dibenarkan oleh Prof. Harry Orlinsky dari Hebrew Union College-Jewish Institute of Religion, New York. Metode penerjemahan Alkitab yang paling menonjol pada periode ini adalah metoda Dinamis atau Fungsional yang dipopulerkan oleh Dr. Eugene Nida. Bahkan Prof. Donald Carson dari Trinity Evangelical Divinity School, Deerfield, Illinois, menilai bahwa metode Dinamis atau Fungsional telah menjadi teladan yang terkemuka dalam bidang penerjemahan Alkitab. Dan yang menonjol peranannya alam usaha penerjemahan Alkitab pada periode ini adalah penutur asli bahasa sasaran, yaitu penutur bahasa ibu menjadi penerjemah utama di seluruh dunia. Dan usaha penerjemahan Alkitab ke dalam bebagai bahasa nasional dan bahasa daerah di seluruh dunia telah menjadi kerangka acuan untuk mengembangkan teologi setempat yang kontekstual seperti yang dikembangkan oleh Samuel Escobar, Kosuke Koyama, dan lain-lannya.

   Di Indonesia juga terdapat terjemahan ekumenis seperti Alkitab Terjemahan Baru (1974), Alkitab Kabar Baik dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (1985), dan Alkitab dalam berbagai bahasa daerah di Nusantara yang dikerjakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia dalam kerja sama dengan Lembaga Biblika Indonesia/Konferensi Wali gereja Indonesia.

 

LEMBAGA ALKITAB INDONESIA.

Mengapa Alkitab Harus Diterjemahkan?

Salah satu keunikan Alkitab kita ialah penerjemahannya. Alkitab atau bagian-bagiannya sudah diterjemahkan ke dalam 1808 bahasa. Saat ini, Perserikatan lembag-lembaga Alkitab Sedunia (UBS) sedang menerjemahkan Alkitab ke dalam 544 bahasa di dunia. Demikian data yang dikutip Berita LAI dari World Translation Report-nya UBS.

Mengapa harus ada Penerjemahan Alkitab? Bukankah tugas gereja akan lebih mudah jika jemaat membaca karya asli Penulis Alkitab? Bukankah Penerjemahan ini mengundang perdebatan dengan golongan/agama lain yang menganggap Penerjemahan menjadikan Alkitab bukan firman Allah yang ‘murni’ lagi? Bagimana kita menghadapi ‘serangan-serangan’ yang meragukan keabsahan Alkitab?

Ada dua hal yang mendasari pentingnya Penerjemahan Alkitab. Yang pertama, teladan Tuhan Yesus pada mulanya, Yesus adalah Firman, yang bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah sendiri (Yoh. 1 : 1-3). Firman itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara manusia Firman itu datang dan menyatakan diri dalam bahasa dan budaya manusia yang dikunjungi dan dilayanNya. Firman itu dalam Tubuh manusia Yesus berkomunikasi dalam bahasa manusia, hidup dalam alam natural manusia dan bertindak seperti manusia. Tuhan Yesus menghargai bahasa dan budaya manusia dimana Dia hidup.  Ajaran-ajaran yang diberitakanNya pun disampaikan dalam bentuk bahasa manusia agar dimengerti manusia yang menjadi obyek pemberitaan kasihNya.

Hal kedua adalah Peristiwa Pentakosta (Kisah 2 : 1-12). Kejadian ini menggambarkan berita keselamatan Allah yang disampaikan kepada semua manusia sesuai dengan bahasa yang mereka pakai. Kemampuan ini diilhami oleh Roh Kudus sendiri. Bagimanakah kita dapat mengerti firman Tuhan jika ditulis dalam bahasa yang tidak kita mengerti? Syukur kepada Allah, yang menciptakan  bahasa-bahasa dan memampukan manusia mengerti bahasa orang lain. Allah kita tidak dibatasi oleh keterbatasan bahasa kita. Allah kita, yang berkuasa menciptakan bahasa, juga akan mengawasi setiap pekerjaan Penerjemahan fimanNya ke dalam bahasa lain (Mengenal Alkitab Anda, LAI).

Penerjemahan Dari Masa Ke Masa

Ke-66 buku dari Alkitab dikumpulkan secara bertahap selama kurun waktu 1500 tahun. Penulisannya dilakukan oleh orang-orang yang berbeda (kurang-lebih 35 Penulis), dalam bahasa yang berbeda (Ibrani, Yunani, dan Aram), serta tempat yang berbeda juga (Mesopotamia, Babilonia, Mesir, Palestina, dan Yunani).

Buku-buku yang tergabung dalam Perjanjian lama sebenarnya adalah ‘Alkitab’-nya umat Yahudi yang ditulis dalam Bahasa Ibrani (kecuali sebagian buku Daniel dan sebagian buku Ezra ditulis dalam Bahasa Aram). Penulisannya baru dimulai sebelas abad sebelum Masehi.

Penyebaran bangsa Israel keseluruh dunia, termasuk Mesir, membuat bangsa yang dirantau ini tidak lagi mengenai bahasa nenek moyangnya (bahasa Ibrani). Maka Pada abad ketiga sebelum Masehi dimulai Penerjemahan Alkitab yang pertama (hanya Perjanjian lama) dari Bahasa Ibrani ke Bahasa Yunani.

Penerjemahan ini dilakukan oleh 70 sarjana Alkitab. Karena itu terjemahannya dinamakan Septuaginta. Yang sering ditulis LXX. Inilah yang digunakan umat Kristen mula-mula sebagai Alkitab mereka.

Septuaginta terdiri, atas 39 buku yang sekarang dikenal dengan Perjanjian Lama ditambah tujuh buku yang disebut Deuterokanonika (Apokripa) yang terdiri atas: Kitab Barukh, Tobit, I dan II Makabe, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Tambahan Ester, dan Tambahan Daniel. Setelah Reformasi, Gereja Protestan menolak buku-buku  Apokripa. Sebaliknya Gereja Roma Katolik memasukkan Apokripa dalam Kitab Sucinya.

Bagian yang disebut Perjanjian Baru ditulis dalam jangka waktu sekitar 50 tahun untuk menjawab Pertanyaan orang Kristen baru mengenai Kristus dan ajaraNya serta menentang ajaran yang salah. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Yunani Koine (Bahasa Yunani sehari-hari yang bukan Bahasa Sastra). Injil, Kisah, Surat, dan Wahyu, yang tergabung dalam Perjanjian Baru, selesai dibukukan pada tahun 180 Masehi.

Penerjemahan Alkitab dilanjutkan pada abad II Masehi kedalam Bahasa latin dan Siria. Satu abad kemudian giliran bangsa Mesir. Terjemahan kedalam bahasa Etiopia, Gotik (Jerman Timur), dan Georgia (Kaukasus) dilakukan Pada abad ke-4.

Sekitar 400 tahun setelah itu disiapkan terjemahan Alkitab Latin yang disebut Vulgata (artinya untuk semua orang). Terjemahannya dilakukan berdasardan ajarankan teks asli Alkitab oleh Jerome (Sancti Hieronymi), seorang imam dan ahli bahasa. Alkitab Vulgata menjadi Alkitab resmi selama lebih dari seribu tahun dan masih dipergunakan hingga sekarang.

Di tahun 1384 John Wycliffe selesai menerjemahkan Alkitab dari Bahasa Iatin Vulgata ke dalam Bahasa Inggris. Karena keberanian dan Prakarsanya yang tidak lazim pada masa itu, ia kecam sebagai orang sesat. Hal yang sama terjadi pada William Tyndale yang dibakar hidup-hidup karena berusaha menerjemahkan Perjanjian Baru  dan Perjanjian Lama.

Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pertengahan abad ke-15, meningkatkan produksi buku, termasuk Alkitab. Di Inggris, Alkitab pertama yang dicetak adalah Coverdale Bible. Inilah Alkitab terjemahan resmi di Inggris saat itu. Selanjutnya pada abad ke-16 diedarkan Alkitab King James Version. Penerjemahan Alkitab ini dilakukanoleh 50 orang atas perintah Raja James dari Inggris. King James Bible saat ini telah lima kali direvisi.

Mengapa Alkitab perlu Direvisi?

Ada beberapa hal yang mendorong lembag-lembaga Alkitab di dunia melakukan revisi dan penerjemahan Alkitab.

Pertama, perubahan bahasa yang tampak selama selang lima tahun. Arti kata, istilah, ungkapan dan pernakaian kata cenderung berubah. Seringkali, pengertian satu kata puluhan tahun yang lalu berbeda dengan tahun ini. Beberapa kata bahkan sudah tidak umum dipakai dan khalayak tidak mengerti lagi artinya. Lebih gawat kalau artinya berubah sarna sekali. Misalnya kata menghambat (I Kor. 14 : 1). Dulu artinya mengejar. Sekarang artinya menghalangi/merintangi.  Apakah makna kalimat, “Maka hambatlah olehmu kasih itu . . .” pada generasi sekarang?

Penemuan naskah kuno Alkitab dan benda-benda purbakala banyak menolong memperjelas isi Alkitab. Semakin kuno naskah yang ditemukan, semakin dekat pula naskah itu dengan waktu penulisan aslinya; berarti mutu naskah itu lebih baik.  Kekayaan hasil penyelidikan ilmiah dan penemuan ini belum tersedia saat terjemahan dahulu dikerjakan.. Contohnya, tahun 1947 ditemukan gulungan naskah kuno Alkitab di Qumran dan Wadi Murabbaat, dekat Iaut Mati. Naskah Laut Mati ini adalah naskah Alkitab paling kuno yang pernah ditemukan hingga sekarang.

Ketiga, metode penerjemahan yang baru. Ini berkaitan dengan penemuan dalam bidang Ilmu Bahasa (Linguistik) yang memberikan cara baru dalam penerjemahan.

Dalam metode penerjemahan yang lain, penekanan diberikan pada pengalihan bentuk bahasa, yaitu dari naskah asli kepada bahasa penerima. Metode ini disebut Metode Terjemahan harfiah. Tetapi perbedaan bentuk bahasa yang satu dengan bahasa yang lain membuat cara ini tidak membawa hasil yang maksimal. Perbedaan itu nampak karena bahasa adalah cermin kebudayaan. Makin berbeda kebudayaannya, berbeda pula bahasanya dalam perbendaharaan kata, susunan kata, dan kalimat, tata bahasa, dan sebagainya.

Dari Ilmu Bahasa kita belajar bahwa pesan atau berita adalah suatu unit yang terdiri dari unsur bentuk dan unsur arti. Susunan huruf atau kata yang tanpa arti belumlah disebut pesan atau berita. Bila yang diterjemahkan hanya bentuk bahasa saja, artinya dapat saja menyimpang dari maksud aslinya (penulisnya) (maksud penulisnya). Kalimat berikut adalah contoh terjemahan harfiah yang mengaburkan arti sebenarnya yang dimaksudkan dalam konteks bahasa asli, kebudayaan, dan sejarah penulis Alkitab: ‘Jika busur itu ada diawan, . .” (Kej. 9 : 16). Arti ‘busur’

‘busur’ yang umum ditangkap pembaca adalah busur untuk memanah. Padahal arti yang dimaksudkan dalam teks Ibrani adalah pelangi / bianglala’.

Hambatan yang dijumpai dalam cara penerjemahan yang lama bukan saja dengan kata-kata dan ungkapan. Tetapi istilah,susunan kalimat, tata bahasa, peribahasa, serta gaya bahasa dalam teks asli bila diterjemahkan langsung secara harafiah dapat kehilangan arti aslinya; bahkan tidak jarang, menyimpangkan pembaca biasa dari makna yang sebenarnya dimaksudkan dalam teks Alkitab.

Sebaliknya, dalam  metode penerjemahan baru, yang ditekankan adalah pengalihan arti bahasa yang dimaksud dalam naskah asli ke dalam bahasa penerima yang umum dan wajar, yang disesuaikan dengan pengertian sidang pembacanya. Dengan demikian, arti yang dimengerti oleh pembaca mula-mula, yang hidup pada masa dulu, dapat sedekat mungkin dimengerti oleh pembaca terjemahan yang hidup kini dan disini, yang berbeda bahasa dan kebudayaannya. Karena itu, metode ini disebut metode penerjemahan dinamika.

Memakai Terjemahan yang Tepat untuk Menyampaikan Berita yang Benar

 

  Bibliografi

         


Artikel ini diambil dari :
 Jurnal Teologi dan Pelayanan Veritas. Oleh Cornelius Kuswanto

[Catatan : ** Angka merah dalam artikel adalah Catatan Kaki yang dapat ditemukan pada akhir artikel]

PENDAHULUAN

Apakah saudara percaya bahwa Ayub menegur isterinya dengan sebutan "perempuan gila"? Apakah saudara yakin kalau Ayub membalas ketiga teman yang sudah menyusahkan hatinya dengan menyebut mereka (maaf untuk pemakaian kata yang "sopan" ini) "penghibur sialan kamu semua?" Saya percaya dan yakin kata-kata ini akan diucapkan oleh seorang jagoan dalam cerita komik. Tetapi saya tidak percaya dan tidak yakin kalau Ayub, seorang yang saleh, jujur dan takut akan Allah (Ayb. 1:1), akan mengucapkan kata-kata "sopan" seperti demikian.

Ternyata "ungkapan sopan" tersebut ada dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia Terjemahan Baru milik saudara dan saya. Dalam artikel yang singkat ini saya mengajak saudara untuk memperhatikan beberapa bagian Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang perlu kita teliti terjemahannya sebelum kita sampaikan beritanya.

Sebagai hamba Tuhan kita dipanggil untuk menyampaikan berita yang benar. Untuk menyampaikan berita yang benar, hamba Tuhan perlu memakai terjemahan Alkitab yang tepat. Orang-orang Kristen di Indonesia mempunyai Alkitab LAI Terjemahan baru (LAI TB 1974) yang merupakan LAI Terjemahan Lama (LAI TL 1965) yang diperbaharui, dan Alkitab dalam Bahasa Indonesia sehari-hari (BIS 1995). Sebelum menyampaikan firman Tuhan, hamba Tuhan perlu melakukan pekerjaan rumah dengan membandingkan lebih dahulu beberapa terjemahan LAI di atas. Alangkah baiknya jika perbandingan versi LAI ini dibandingkan juga dengan beberapa versi bahasa Inggris, umpamanya New International Version (NIV) dan New King James Version (NKJV). Disamping itu, untuk memastikan arti dari beberapa terjemahan di atas, maka hamba Tuhan perlu melihat langsung dari Teks Masoret (TM) untuk Perjanjian Lama dan Alkitab Yunani untuk Perjanjian Baru. Jadi, memilih terjemahan yang tepat bukan sebuah pekerjaan yang mudah dan untuk menyampaikan berita yang benar seorang hamba Tuhan harus berani membayar harganya. Dalam halaman berikut, saya mencoba membandingkan beberapa ayat dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang perlu kita analisa terjemahannya. Saya memakai LAI TL **1, LAI TB dan BIS sebagai teks utama, NIV dan NKJV sebagai teks pembanding, TM dan Alkitab Yunani sebagai teks penuntun.

BEBERAPA AYAT PL YANG PERLU DIKOREKSI TERJEMAHANNYA

A.  ADA "BAJINGAN" (IBR. 'ASAPSUP) DI ANTARA ORANG-ORANG ISRAEL YANG KELUAR DARI MESIR) ?

Mari kita perhatikan catatan Bilangan 11:4 dalam beberapa versi di bawah ini:

LAI TL

:

"Maka bangsa kacauan, yang di antara mereka itu, beringin- inginlah lalu pulang..."

LAI TB

:

"Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus..."

BIS

:

"Dalam perjalanan orang-orang Israel itu ada juga orang- orang asing yang ikut."

NIV

:

"The rabble with them began to crave other food."

NKJV

:

"Now the mix multitude who were among them yielded to intense raving."

Ketika bangsa Israel mengembara di padang belantara, 'asapsup yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus. Kata yang dipakai di Bilangan 11:4 hanya dipakai satu kali dalam PL, jadi kata ini merupakan sebuah "hapax legomenon"**2. Bagaimana menerjemahkan kata Ibrani 'asapsup ini? Dari konteks Bilangan 11:4, kata 'asapsup mengacu kepada sekelompok orang yang ada di antara bangsa Israel. Kelompok orang yang bagaimana mereka ini? Untuk mengerti arti dari kata Ibrani ini, mari kita membandingkan referensi paralel dari Keluaran 12:38 di mana kelompok orang-orang ini (Ibr. 'ereb**3 rab) disebut sebagai:

(LAI TB)

:

"Banyak orang dari berbagai-bagai bangsa turut dengan mereka"

(LAI TL)

:

"Dan lagi suatu tentara besar dari pada pelbagai bangsa itupun berangkat dengan mereka... "

(BIS)

:

"... Sejumlah besar orang asing juga ikut"

(NIV)

:

"Many other people went up with them... "

(NKJV)

:

"A mixed multitude went up with them also..."

Dari Keluaran 12:38 kita mengetahui bahwa di antara orang Israel yang keluar dari Mesir, ada sekelompok orang asing yang bergabung dengan dengan bangsa Israel. Keluaran 12:38 tidak memberitahu kita bagaimana mentalitas kelompok ini, apakah mereka orang baik-baik atau kelompok preman atau bajingan. Kata benda Ibrani 'ereb hanya berarti "mixture, mixed company, heterogenous body" yang bukan bangsa Israel. LAI TL memberikan pengertian yang berlebihan untuk kata 'ereb, karena istilah "tentara besar" tidak tercakup dalam kata 'ereb.

Dalam Bilangan 11:4 dicatat bahwa kelompok orang asing ini merasa tidak puas dengan makanan manna yang mereka makan tiap hari. Keluhan mereka menyebabkan orang Israel ikut mengeluh dengan manna yang dianggap membosankan. Kata "bajingan" yang dipakai di LAI TB adalah sebuah kata bernada keras yang mungkin diambil dari kata "sapsup" yang digunakan di Pentateukh orang Samaria**4. Karena Pentateukh orang Samaria menghilangkan 'alep dari kata 'asapsup, maka penggunaan kata 'asapsup di Teks Masoret sepatutnya dipertahankan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa istilah "bajingan" yang dipakai oleh LAI TB untuk menerjemahkan 'asapsup adalah tidak tepat. "Bangsa kekacauan" yang digunakan oleh LAI TL juga kurang cocok. istilah 'asapsup hanya mengacu kepada sekelompok orang asing. Jadi, menurut Bilangan 11:4 dan ditambah dukungan dari Keluaran 12:38, tidak ada bajingan di antara orang Israel. Yang ada adalah sekelompok orang asing yang ikut keluar dari Mesir bersama orang Israel.

B.  ORANG GIBEON: LICIK ATAU BIJAKSANA?

Orang Gibeon mengetahui bahwa orang Israel di bawah pimpinan Yosua sudah menaklukkan Yerikho dan Ai. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat melawan orang Israel. Yosua 9:4 mencatat bagaimana tindakan mereka untuk menghadapi orang Israel.

LAI TL

:

"maka dipakainya akal, pura-pura mereka itu utusan..."

LAI TB

:

"maka merekapun bertindak dengan memakai akal: mereka pergi menyediakan bekal..."

BIS

:

"Lalu mereka memutuskan untuk mengelabui Yosua..."

NIV

:

"they resorted to a ruse"

NKJV

:

"they worked craftily..."

LAI TL dan LAI TB menerjemahkan kata Ibrani be'orma (preposisi be- dan kata benda 'orma) dengan konotasi positif "akal." Tetapi BIS ("mengelabui"), NIV ("they resorted to a ruse") dan NKJV ("they worked craftily") memberikan konotasi negatif.

Istilah Ibrani "be'orma" yang dipakai dalam Yosua 9:4 juga dipakai pada Keluaran 21:14 :

(LAI TB)

:

"Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia membunuhnya dengan tipu daya (be'orma)...."

(LAI TL)

:

"Tetapi jikalau barang seorang telah membunuh temannya dengan sengajanya..."

(BIS)

:

"Tetapi jikalau seseorang naik darah dan dengan sengaja membunuh orang lain ..."

(NIV)

:

"kills another man deliberately ..."

(NKJV)

:

"to kill him by treachery..."

Dalam Keluaran 21:14, LAI TB ("dengan tipu daya") dan konotasi negatif yaitu be'orma. Terjemahan LAI TL ("dengan sengaja"), BIS ("dengan sengaja") dan NIV ("deliberately") menjelaskan motif membunuh seseorang yang negatif, yaitu be'orma juga.

BDB, TWOT dan NIDOTTE**5 menjelaskan kata benda Ibrani 'orma dengan dua macam arti. Arti pertama mempunyai konotasi positif, yaitu "akal" atau "kebijaksanaan." Penggunaan kata 'orma di kitab Amsal 1:4 berkonotasi positif. Arti kedua berkonotasi negatif, yaitu "tipu muslihat" atau "kelicikan." Pemakaian kata 'orma di Keluaran 21:14 dan Yosua 9:4 berkonotasi negatif.

Dari penjelasan BDB, TWOT dan NIDOTTE di atas, maka 'orma di Yosua 9:4 seharusnya diterjemahkan dengan konotasi negatif. Konteks dekat ayat tersebut juga mendukung pengertian demikian. Kesimpulannya orang Gibeon memakai "tipu daya" untuk mengatasi orang Israel. Jadi, penggunaan kata "akal" di Yosua 9:4 LAI TL dan LAI TB seharusnya diterjemahkan dengan kata "tipu daya" untuk mengatasi orang Israel. Jadi, penggunaan kata "akal" di Yosua 9:4 LAI TL dan LAI TB seharusnya diterjemahkan dengan kata "tipu daya" sebagaimana LAI TB menerjemahkan kata Ibrani 'orma di Keluaran 21:14. Judul perikop Yosua 9 dan LAI TB juga seharusnya "Tipu Daya Orang Gibeon," bukan "Akal Orang Gibeon."

C.  RUT SAMPAI DI LADANG BOAS: KEBETULAN ATAU PENGATURAN TUHAN ?

Kehidupan Rut setelah ia dan Naomi sampai di Betlehem dikisahkan dalam Rut 2:3 sebagai berikut :

LAI TB

:

"Pergilah ia [Rut], lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas...."


LAI TL memakai kata "untung" bagi kata "kebetulan" yang terdapat di

LAI TB

:

"Maka pergilah ia lalu sampai ke bendang, dipungutnya mayang di belakang orang pemotong, maka dengan untungnya didapatnya akan sepotong bendang milik Boaz...."


BIS mengikuti pemakaian kata "kebetulan" dari

LAI TB

:

"Maka pergilah Rut ke ladang dan memungut gandum mengikuti para penuai. Kebetulan ia pergi ke ladang milik Boas."

 

NIV

:

"As it turned out, she found herself working in a field belonging to Boaz."

NIV tidak memakai "doktrin kebetulan" dalam Rut 2:3.

 

NKJV

:

"And she happened to come to the part of the field be longing to Boaz."

Yang menjadi fokus perhatian kita pada ayat ini ialah frasa Ibrani "wayyiqer miqreah"**6 yang diterjemahkan menjadi "kebetulan" (LAI TB dan BIS) atau "untung" (LAI TL). Frasa Ibrani miqreh dipakai oleh pengarang kitab Samuel untuk menyatakan kepercayaan para imam dan petenung Filistin. Mereka percaya kepada hal-hal yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, dua induk lembu yang baru melahirkan dan mau menarik kereta baru berisi tabut ke arah Bet-Semes dianggap sebuah peristiwa kebetulan (1 Sam. 6:9 "...kebetulan saja hal itu terjadi kepada kita" [LAI TB]).

Frasa Ibrani "wayyiqer miqreah" melukiskan apa yang terjadi pada diri Rut saat itu, ia berada di ladang milik Boas**7. Meskipun menurut perkiraan manusia, Rut datang ke ladang Boas kelihatannya seperti sebuah kebetulan, namun sebenarnya langkah Rut dipimpin oleh pengaturan Tuhan. Tuhan campur tangan sepenuhnya atas rencana masa depan Rut. Michael Grisanti mengemukakan arti kata miqreh dalam Rut 2:3 dengan tepat, "In fact, the expression constitutes hyperbolic understatement to stress divine, rather than human involvement."**8

Kesimpulannya Rut datang ke ladang Boas bukan terjadi secara kebetulan melainkan pengaturan Tuhan sehingga kelak ia menjadi nenek moyang Juru Selamat melalui pernikahannya dengan Boas. Terjemahan yang tepat untuk Rut 2:3 ialah: "Dan terjadilah padanya (ternyata) ia berada di tanah milik Boas...."

Mari kita melihat satu ayat lagi dari kitab Rut di mana kata "kebetulan" dipakai di LAI TB. "Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus yang disebutkan Boas itu" (Rut 4:1). LAI TL mengganti pemakaian kata "kebetulan" dengan "maka sesungguhnya": "Arakian, maka Boazpun pergilah ke pintu gerbang, lalu duduklah di sana, maka sesungguhnya penebus yang telah dikatakan Boaz itupun lalu dari sana." Dalam Rut 4:1 kata "kebetulan" dari LAI TB adalah terjemahan dari partikel Ibrani "hinneh"**9," lalu diikuti oleh subjek (Ibr. Hago'el: "penebus") dan kata kerja partisip (Ibr. 'ober. "lewat"). partikel Ibrani "hinneh" biasa dipakai untuk menekankan pentingnya sebuah peristiwa yang terjadi (akan terjadi), setelah kata "hinneh" dipakai. Penulis kitab Rut menekankan pentingnya penebus yang lewat di pintu gerbang di mana Boas duduk. Lewatnya penebus di pintu gerbang menurut penulis kitab Rut bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan campur tangan atau pengaturan Tuhan.

Sintaks "hinneh" + subjek + kata kerja partisip seperti pada Rut 4:1 dipakai juga di Kejadian 24:15 dan diterjemahkan oleh LAI TB dengan tepat: "Sebelum ia (hamba Abraham) selesai berkata, maka (Ibr. "hinneh") datanglah Ribka...." (dalam bahasa Ibrani: hinneh + Ribka + datanglah). LAI TL memberikan terjemahan TM secara harfiah dengan baik,".....bahwa sesungguhnya keluar Ribkah...." NIV tidak menerjemahkan pemakaian "hinneh" di Kejadian 24:15 "Before he had finished praying, Rebekah came out...," NKJV menerjemahkan "hinneh" dengan kata behold:**10: "... before he had finished speaking, that behold, Rebekah...came out..."

Sebagaimana lewatnya Ribka di depan hamba Abraham bukan suatu kebetulan (Kej. 24:15), demikian juga lewatnya penebus di pintu gerbang kota Betlehem bukan kebetulan (Rut 4:1). Kesimpulannya, kata "kebetulan" di Rut 4:1 LAI TB sebaiknya diganti dengan "maka/maka sesungguhnya/bahwa sesungguhnya," sehingga kalimatnya akan berbunyi: "Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk disana. Maka lewatlah penebus yang disebutkan Boas itu."

D. HAMAN DAN ANAK-ANAKNYA: DISULA ATAU DIGANTUNG ?

Akar kata "sula" (LAI TB) merupakan sebuah Leitwort dalam kitab Ester dan dipakai sembilan kali dalam kitab ini (Est. 2:23; 5:14; 6:4; 7:9,10; 8:7; 9:13,14,25). Terjemahan kata "sula" berasal dari kata Ibrani "tlh". Kata ini pertama kali dipakai sebagai hukuman terhadap para pengkhianat yang diketahui oleh Mordekhai (2:23). Kemudian dalam peristiwa lain yakni ketika istri Haman mengusulkan agar Mordekhai disulakan (5:14 LAI TB). Ironisnya, justru Haman dan anak-anaknyalah yang disula di atas tiang yang dibuatnya (7:10; 9:25 LAI TB).

Orang yang disula ialah seseorang yang dihukum mati pada tongkat yang runcing atau tajam ujungnya.**11 Hukuman "sula" hanya dicatat satu kali dalam Alkitab, yaitu terhadap orang yang melanggar perintah raja Darius, "Selanjutnya telah dikeluarkan perintah olehku, supaya setiap orang yang melanggar keputusan ini, akan dicabut sebatang tiang dari rumahnya, untuk menyulakannya**12 pada ujung tiang itu...." (Ezr. 6:11).

Pertanyaan kita ialah, apakah benar terjemahan kata "sula" untuk kata Ibrani "tlh"? Akar kata "tlh" dalam bahasa Ibrani berarti "menggantung (to hang)." Baik NIDOTTE maupun BDB menerjemahkan "tlh" dengan kata "menggantung"**13. Di luar kitab Ester, kata kerja ini juga dipakai untuk menggantung benda. Umpamanya, orang-orang Israel yang hidup di pembuangan di Babilon menggantung kecapi-kecapi mereka di pohon- pohon gandarusa (Mzm. 137:2); penduduk Tirus menggantung perisai- perisai mereka di tembok-tembok kota mereka (Yeh. 27:10, 11).

Kesimpulannya, LAI TL dan BIS**14 memberikan terjemahan yang tepat untuk kata "tlh" dalam kitab Ester, yaitu "menggantung." Jadi LAI TB sepatutnya juga menerjemahkan seluruh kata "tlh" di kitab Ester dengan kata "menggantung." Raja Ahasyweros mengeluarkan undang-undang di Susan untuk menggantung Haman dan anak-anaknja (Est.9:14, 25). Haman dan anak-anaknya bukan disula, tetapi digantung.

E.  APAKAH AYUB SEORANG YANG SUKA BICARA KOTOR ?

Mari kita melihat dua peristiwa dalam kehidupan Ayub untuk menjawab pertanyaan di atas:

a.   Teguran Ayub kepada isterinya sebagai 'ahat hannebalot di Ayub 2:10 diterjemahkan:

LAI TL

:

"Katamu ini seperti kata perempuan yang sangat gila."

LAI TB

:

"Engkau berbicara seperti perempuan gila."

BIS

:

"Kau bicara seperti orang dungu."

NIV

:

"You are talking like a foolish woman."

NKJV

:

"You speak as one of the foolish women speaks."

Frasa Ibrani 'ahat hanebalot terdiri dari "ahat" (bentuk feminin konstruk untuk nominal satu) dan "hannebalot" (definitif article dan kata sifat feminin plural dari "nabal"). Frasa Ibrani ini sebenarnya mudah untuk diterjemahkan. Terjemahan harfiahnya seperti NKJV "one of the foolish women" atau "seorang dari wanita-wanita bodoh/bebal."

Kata sifat Ibrani "nabal" (dalam bentuk maskulin tunggal) dipakai di Perjanjian Lama sebanyak 15 kali, sedangkan "hanebalot" (dalam bentuk feminin plural) hanya dipakai satu kali yaitu di Ayub 2:10. BDB menerjemahkan "nabal" dengan pengertian "bodoh atau dungu"**15, yaitu orang yang bodoh bukan secara intelek tetapi secara moral dan etika.

Kata Ibrani "nabal" dipakai pertama kali di Ulangan 32:6 "Demikianlah engkau mengadakan pembalasan terhadap Tuhan, hai bangsa yang bebal..." (LAI TB). Di kitab Mazmur, kata "nabal" dipakai misalnya di: Mazmur 14:1 "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada Allah'" (LAI TB); 39:9 "Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku, jangan jadikan aku celaan orang bebal" (LAI TB); 74:22 "Bangunlah, ya Allah, lakukanlah perjuangan-Mu! Ingatlah akan cela kepada-Mu dari pihak orang bebal sepanjang hari" (LAI TB). Agaknya penerjemah LAI TB untuk kitab Mazmur berbeda dengan penerjemah LAI TB untuk kitab Ayub, sedangkan kata "nabal" di kitab Ayub diterjemahkan dengan kata "gila" oleh penerjemah LAI TB. Terjemahan LAI TL lebih menyimpang lagi dari LAI TB.

Kesimpulannya, terjemahan yang baik untuk Ayub 2:10 ialah "Engkau berbicara seperti perempuan bebal," atau seperti terjemahan BIS, "Engkau seperti perempuan dungu."

b.  Jawab Ayub kepada Elifas, Bildad dan Zofar - ketiga temannya yang menuduh Ayub sudah berdosa kepada Tuhan - sebagai penghibur 'amal (Ayb. 16:2).

Perhatikanlah perbandingan terjemahan 'amal di bawah ini:

LAI TL

:

"maka kamu ini penghibur yang tiada tertahan."

LAI TB

:

"Penghibur sialan kamu semua."

BIS

:

"penghiburanmu hanyalah siksaan"

NIV dan NKJV

:

"... miserable comforters are you all..."

Jawaban Ayub kepada ketiga temannya menurut LAI TL, BIS, NIV dan NKJV tidak sekeras atau sekotor LAI TB. Apakah yang dimaksud dengan kata Ibrani "'amal" di Ayub 16:2? NIDOTTE menjelaskan "'amal" sebagai "trouble, misery, adversity,"**16 dan menurut BDB "'amal" berarti "trouble, labour, toil."**17 TWOT**18 memberikan 16 macam arti untuk "'amal" di mana pada dasarnya "'amal" berhubungan dengan "unpleasant factors of work and toil." Kata benda ini dipakai 53 kali di PL, kebanyakan di kitab Pengkhotbah (22 kali), Mazmur (13 kali) dan Ayub (8 kali).

Perbandingan terjemahan kedelapan kata "'amal" di kitab Ayub menurut LAI TB ialah:

3:10

:

"...tidak disembunyikannya kesusahan dari mataku...."

4:8

:

"...orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga..."

5:6

:

"...bukan dari tanah tumbuh kesusahan."

5:7

:

"...melainkan manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya..."

7:3

:

"...malam-malam penuh kesusahan."

11:16

:

"...Bahkan engkau akan melupakan kesusahanmu..."

15:35

:

"Mereka (orang-orang fasik) menghamilkan bencana..."

16:2

:

"...Penghibur sialan kamu semua."

Beberapa contoh terjemahan dari kata "amal" di kitab Mazmur menurut LAI TB ialah:

10:4

:

"... engkaulah yang melihat kesusahan.."

25:18

:

"tiliklah...kesukaranku..."

73:5

:

"... mereka tidak mengalami kesusahan manusia..."

Dalam kitab Pengkhotbah, "'amal" di LAI TB diterjemahkan dengan "usaha atau jerih payah," contoh: "Aku membenci segala usaha yang kulakukan ..." (2:18); "... aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan..." (2:20); "...tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya," (5:14).

Dari beberapa contoh terjemahan "'amal" yang ada di kitab Ayub, Mazmur dan Pengkhotbah, ternyata LAI TB menerjemahkan "'amal" dengan pengertian "kesusahan," "kesukaran," "usaha," "jerih payah." Arti ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh NIDOTTE dan BDB. Tidak ada satu pun pengertian yang berkonotasi kasar atau kotor dalam kata "'amal".

Kesimpulannya, memang Ayub menegur ketiga temannya yang telah menuduh dia sebagai orang berdosa, tetapi Ayub bukan menegur dengan kata-kata yang kotor atau kasar. Kita perlu mengingat sekali lagi bahwa Ayub tidak membiarkan mulutnya berbuat dosa dengan mengucapkan sumpah serapah (Ayb. 2:10; 31:30). Teguran Ayub kepada ketiga temannya ialah: "Penghibur yang menyusahkan kamu semua."

F.  SAPAN ITU PELANDUK, KELINCI ATAU MARMOT ?

Amsal 30:24-28 mencatat tentang empat binatang kecil**19 di bumi yang sangat bijaksana**20. Salah satu dari keempat binatang kecil yang sangat bijaksana itu ialah sapan (Ams. 30:26). Perhatikan perbedaan terjemahan sapan dalam versi bahasa Indonesia dan Inggris di bawah ini:

LAI TL

:

"Kelinci itu suatu bangsa yang lemah, maka diperbuatkannya juga sarangnya dalam batu gunung."

LAI TB

:

"Pelanduk bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu."

BIS

:

"Pelanduk binatang yang lemah, tetapi membuat rumahnya di bukit batu."

NIV

:

"Coneys are creatures of little power, yet they make their home in the crag."

NKJV

:

"The rock badgers are a feeble folk, yet they make their homes in the crags."

Hewan sapan hanya dipakai empat kali di PL, yaitu di Imamat 11:5; Ulangan 14:7; Mazmur 104:18 dan Amsal 30:26. Mari kita memperhatikan perbandingan terjemahan LAI TL, LAI TB, BIS, NIV dan NKJV untuk hewan sapan di keempat bagian Alkitab tersebut:

i.

Imamat 11:15

 

LAI TL

:

Kelinci

 

LAI TB

:

pelanduk

 

BIS

:

pelanduk

 

 

NIV

:

coney**21

 

NKJV

:

rock hyrax

 

ii.

Ulangan 14:7

 

LAI TL

:

kelinci

 

LAI TB

:

marmot

 

BIS

:

marmot

 

 

NIV

:

coney

 

NKJV

:

rock hyrax

 

iii.

Mazmur 104:8

 

LAI TL

:

pelanduk

 

LAI TB

:

pelanduk

 

BIS

:

pelanduk

 

 

NIV

:

coneys

 

NKJV

:

rock badgers**22

 

iv.

Amsal 30:26

 

LAI TL

:

kelinci

 

LAI TB

:

pelanduk

 

BIS

:

pelanduk

 

 

NIV

:

coneys

 

NKJV

:

rockbadgers

Istilah sapan dalam bahasa Ibrani mengacu kepada "coney/rock badger/hyrax"**23. Terjemahan kata Ibrani sapan di keempat bagian Alkitab di atas jelas tidak tepat untuk pelanduk. Pelanduk termasuk jenis rusa yang tidak termasuk hewan kecil sebagaimana disebut di Amsal 30:24. Kelinci boleh termasuk hewan kecil, tidak berkuku belah, tetapi kelinci bertelinga panjang. Pengertian sapan di NIV dan NKJV, "coney, rock badger, hyrax" mengacu kepada hewan kecil seukuran kelinci tetapi bertelinga pendek dan tidak berkuku belah.

Binatang sapan memang tidak ada di Indonesia, tetapi "marmot" cukup menjelaskan istilah sapan. Gambar yang dicantumkan dalam BIS halaman 156 untuk menjelaskan sapan di Imamat 11:5 sudah tepat, yaitu "marmot." Sayangnya BIS menerjemahkan sapan di Imamat 11:5; Mazmur 105:18 dan Amsal 30:26 dengan "pelanduk." Terjemahan "pelanduk" dari BIS di Imamat 11:5 tidak cocok dengan gambar yang ada.

Kesimpulannya, sapan pada Imamat 11:5; Ulangan 14:7; Mazmur 104:18 dan Amsal 30:26 dapat diterjemahkan dengan "marmot."

G. APAKAH ADA SEBUTAN NAMA TUHAN DALAM KITAB KIDUNG AGUNG ?

Kidung Agung 8:6b merupakan ayat yang tepat untuk menjawab pertanyaan ini. Mari kita perhatikan perbandingan beberapa terjemahan dari ayat ini di mana kecemburuan dilambangkan seperti "salhebtya":

LAI TL

:

"....nyalanya seperti nyala api, seperti halilintar Tuhan."

LAI TB

:

"....nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan."

BIS

:

Nyalanya seperti nyala api yang berkobar dengan dahsyat."

NIV

:

"It burns like blazing fire, like a mighty flame."

NKJV

:

Dari perbandingan terjemahan di atas, ternyata terjemahan LAI TL dan LAI TB memasukkan nama Tuhan (LAI TL)/TUHAN (LAI TB), sedangkan terjemahan BIS, NIV dan NKJV tidak memasukkan nama Tuhan. Mengapa dapat terjadi perbedaan seperti demikian? Hal ini disebabkan karena perbedaan dalam menerjemahkan suku kata -ya di akhir kata "salhebetya".

Akhiran -ya dalam bahasa Ibrani dapat diterjemahkan sebagai kependekan dari nama Yahweh, nama dari TUHAN Perjanjian. Misalnya: (i) Azarya berarti: "Tuhan sudah menolong"; (ii) Yesaya berarti: "Tuhan sudah menyelamatkan."

Ternyata LAI TL dan LAI TB menerjemahkan suku kata -ya dari "salhebetya" dengan arti "Tuhan." Tetapi perlu diketahui bahwa akhiran - ya dalam bahasa Ibrani juga dapat diterjemahkan untuk pengertian superlatif**24. Umpamanya, frasa Ibrani "'eres mapelya" dalam Yeremia 2:31 diterjemahkan oleh LAI TL, LAI TB dan BIS dengan pengertian superlatif:

"...Sudahkah Aku menjadi padang gurun bagi Israel atau tanah yang gelap gulita?" (LAI TB)
"...Adakah pernah Aku bagi orang Israel seperti padang tekukur atau seperti tanah yang gelap gulita?" (LAI TL)
"...Pernahkah Aku seperti padang gurun bagimu atau seperti tanah yang gelap gulita?"

NIV juga memberikan pengertian superlatif untuk frasa Ibrani ini:

"Have I been a desert to Israel or land of great darkness?"
Frasa "tanah gelap" sebenarnya sudah cukup menjelaskan bahwa tanah itu gelap. Dengan memakai kata majemuk "gelap gulita" berarti bahwa tanah itu amat gelap.

Dari penjelasan di atas ternyata kita melihat bahwa:

i.Suku kata terakhir -ya tidak selalu harus diterjemahkan untuk kependekan dari nama Tuhan;

ii.Suku kata terakhir -ya dapat diterjemahkan dengan pengertian superlatif. Jadi, kata "salhebetya" di Kidung Agung 8:6 dapat diterjemahkan dengan pengertian superlatif.

Pengertian kedua ini juga mempunyai dukungan dari isi kitab ini. Dalam kitab Kidung Agung tidak ada ajaran tentang doa, persembahan, ibadah, pengakuan dosa atau pertobatan. Pokok utama kitab ini ialah tentang kasih di antara seorang wanita dengan seorang pria.

Kesimpulannya, terjemahan dengan pengertian superlatif untuk kata Ibrani "salhebetya" di Kidung 8:6b ialah: "nyalanya seperti nyala api yang dahsyat." Bandingkan NIV: "It burns like blazing fire, like a mighty flame,"**25 Bandingkan NKJV: "It flames are flames of fire."

"Its flames are flames of fire, a most vehement flame."

BEBERAPA AYAT PB YANG PERLU DIKOREKSI TERJEMAHANNYA

C.ZAKHEUS MEMANJAT POHON ARA ATAU POHON ARA HUTAN ?

Versi-versi Alkitab untuk Lukas 19:4 memberikan jawab yang berbeda:

LAI TL

:

"Maka berlarilah ia dahulu, lalu memanjat sepohon ara hendak melihat Yesus..."

LAI TB

:

"Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat, pohon ara untuk melihat Yesus..."

BIS

:

"Jadi ia berlari mendahului orang-orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus.."

NIV

:

"So he ran ahead and climbed a sycamore fig tree (pohon ara hutan) to see him..."

NKJV

:

"So he ran ahead and climbed up into a sycamore tree (pohon ara hutan) to see Him..."

LAI TL dan LAI TB memberitahukan jenis pohon yang dipanjat oleh Zakheus yaitu pohon ara. BIS tidak memberitahukan jenis pohon yang dipanjat oleh Zakheus, BIS hanya menyebut Zakheus memanjat sebatang pohon. Yang menarik perhatian kita ialah meskipun BIS tidak menyebut jenis pohon yang dipanjat oleh Zakheus dalam ayat 4, tetapi BIS (h. 153) memberikan gambar setangkai pohon ara yang berbuah tetapi tanpa penjelasan untuk gambar yang dipakai tersebut.

PENUTUP

si bahasa Inggris, NIV dan NKJV mencatat Zakheus memanjat sycamore tree (pohon ara hutan).

Sebelum kita mengambil kesimpulan tentang pohon ara yang dipanjat Zakeus, mari kita lebih dahulu memeriksa catatan Lukas tentang jenis pohon ara dalam Injilnya. Lukas membedakan dua macam pohon ara:

                                    i.        Pohon ara (fig tree; Yunani: suke; Latin: Ficus carica; Ibrani: te'ena). Jenis ponon ara ini yang dikutuk oleh Yesus (Luk 13:6,7; lih. juga 21:29).

                                   ii.        Pohon ara hutan (sycamore tree; Yunani: sukomorea; Latin: Ficus sycomorus; Ibrani: siqma)

Jenis pohon ara yang dicatat di Lukas 19:4 ialah sukomorea atau pohon ara hutan. Dalam Perjanjian Baru sebutan pohon ara hutan hanya disebut satu kali, yaitu di Lukas 19:4. Di Perjanjian Lama, pohon ara hutan dicatat sebanyak tujuh kali**26. Perbedaan istilah pohon ara dengan pohon ara hutan dapat kita ketahui dengan membandingkan Amos 4:9 dengan 7:14. LAI TB di kedua bagian kitab Amos ini dengan jelas membedakan pohon ara dengan pohon ara hutan:

                                 iii.        Amos 4:9 "... pohon-pohon ara (Ibr. te'enim [jamak]; NIV: fig tree) dan pohon-pohon zaitunmu dimakan habis oleh belalang..." BIS memberikan terjemahan yang serupa dengan LAI TB: "pohon-pohon ara dan pohon-pohon zaitunmu telah habis dimakan belalang."

                                 iv.        Amos 7:14 mencatat bahwa Amos adalah pemungut buah ara hutan (Ibr. siqma; NIV: sycamore-fig tree). Di Amos 7:14 BIS hanya mencatat: "...aku pemetik buah ara."

Apa sebenarnya perbedaan antara pohon ara (fig tree) dengan pohon ara hutan (sycamore tree)? Pohon ara adalah pohon yang rimbun dan tingginya lebih kurang 5 meter. Di Perjanjian Lama, pohon ara (Ibr. te'ena) dicatat sebanyak 37 kali. Dalam Alkitab pohon ini disebut untuk pertama kalinya dalam Kejadian 3 ketika Adam dan Hawa makan buah pengetahuan baik dan jahat, "maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat" (Kej. 3:7). Di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus melihat Natanael yang berteduh di bawah pohon ara dan berkata kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, aku telah melihat engkau di bawah pohon ara" (Yoh. 1:48).

Pohon ara hutan juga rimbun, tetapi lebih tinggi dari pohon ara. Pohon ara hutan dapat mencapai ketinggian sampai lebih kurang 10 meter. Jadi, pohon ara hutan hampir dua kali lebih tinggi dari pohon ara biasa. Kelebihan pohon ara hutan dari pohon ara ialah kayu pohon ara hutan lebih keras dari pohon ara sehingga dapat dipakai untuk membuat perabot rumah. Sedangkan kelebihan pohon ara dari pohon ara hutan ialah buahnya lebih manis dari pada pohon ara hutan.

Yang selalu kita ingat adalah kalau Alkitab memberikan istilah yang spesifik tentang sesuatu hal, jangan kita berikan arti yang general. Sebaliknya, kalau Alkitab memakai istilah general jangan kita berikan arti yang spesifik. Kesimpulannya, sebagaimana TM, NIV dan NKJV membedakan antara fig tree dan sycamore tree, maka kita juga harus membedakan antara pohon ara dengan pohon ara hutan. Zakheus memanjat pohon ara hutan, bukan pohon ara biasa. Ia harus bersusah payah memanjat pohon ara hutan untuk melihat Yesus. Pertobatannya tidak mudah. Ia berani bayar harga.

D.MARKUS: KEMENAKAN ATAU SAUDARA SEPUPU BARNABAS ?

LAI TL, LAI TB dan BIS memberikan catatan berbeda tentang hubungan keluarga antara Markus dengan Barnabas (Kol. 4:10).

LAI TL

:

"... Markus yang sepupu dengan Barnabas..."

LAI TB

:

"Markus, kemenakan Barnabas..."

BIS

:

"Markus, saudara sepupu Barnabas..."

NIV dan NKJV

:

"...Mark the cousin of Barnabas..."

Dari perbandingan di atas ternyata LAI TB berdiri sendiri dengan memberikan data bahwa Markus adalah kemenakan Barnabas. Data dari LAI TL, BIS, NIV dan NKJV sama, yaitu Markus adalah saudara sepupu Barnabas. Kalau kita menyampaikan firman dari Kolose 4:10 hanya bersandar pada LAI TB, maka kita akan memberitakan bahwa Markus adalah kemenakan Barnabas. Manakah yang lebih tepat, kemenakan atau sepupu Barnabaskah Markus itu sebenarnya? Untuk mengetahui jawabnya, mari kita melakukan pekerjaan rumah dengan melihat kata Yunani 'anepsios yang dipakai di Kolose 4:10. Menurut Arndt-Gingrich dan Rienecker, kata Yunani 'anepsios berari cousin (sepupu) bukan nephew (kemenakan)**27. Contoh hubungan saudara sepupu lain di Alkitab ialah antara Mordekhai dengan Ester, hanya saja Mordekhai mengangkat Ester sebagai anak (Est. 2:15). Jadi, Markus adalah sepupu dan bukan kemenakan Barnabas. LAI TL meskipun "lebih tua" dari LAI TB, tetapi memberi terjemahan lebih tepat. Memang perbedaan terjemahan kemenakan dengan sepupu tidak mempengaruhi doktrin keselamatan, tetapi alangkah baiknya bila hamba Tuhan memakai terjemahan yang tepat sehingga berita yang disampaikan juga benar.

PENUTUP

Tidak ada terjemahan Alkitab yang sempurna, karena penerjemah Alkitab adalah manusia yang tidak sempurna. Oleh karena itu, sebelum menyampaikan berita, bandingkanlah dahulu beberapa macam terjemahan. Dengan cara demikian kita akan melihat kekurangan dan kelebihan terjemahan tertentu. Waktu kita mempelajari teks PL, mari kita juga memakai Alkitab bahasa Ibrani. Waktu kita mempelajari teks PB, mari kita memakai juga Alkitab bahasa Yunani. Semoga kerja keras yang dilakukan melalui perbandingan terjemahan-terjemahan Alkitab akan menghasilkan terjemahan yang tepat sehingga berita yang kita sampaikan adalah berita yang benar.

Footnote

**1. LAI TL yang saya pakai adalah LAI TL dengan ejaan baru.

**2. BDB 63. Sebenarnya ada dua macam hapax legomenon, yaitu hapax legomenon absolut dan hapax legomenon non absolut. Kata Ibrani 'asapsup adalah hapax legomenon non-absolut. Untuk mengetahui perbedaan hapax legomenon absolut dan hapax legomenon non-absolut, lih. Cornelius Kuswanto, "Absolute Hapax legomenon in the Book Song of Song and Their Translations into the Indonesian Language" (Th. D. diss., South East Asia Graduate School of Theology, 1999) 35.

**3. Di dalam Nehemia 13:1-3 dicatat adanya kelompok dari keturunan orang Amon dan orang Moab yang hidup diantara orang Israel yang kembali dari pembuangan. Karena nenek moyang mereka dilarang untuk bersekutu dengan orang Israel, maka kelompok gabungan orang-orang asing ini (Ibr.'ereb) harus dipisahkan dari komunita Israel.

**4. Louis Grabiel Zelson, " A Study of Hapax Legomenon in the Hebrew Pentateuch" (Ph. D. diss., University of Wisconsin, 1924)119.

**5. BDB 791; TWOT II.697; NIDOTTE 3.541.

**6. Untuk penjelasan yang baik dari dua kata Ibrani ini, lih. Robert L. Hubbard, Jr., The Book of Ruth (Grand Rapids: Eerdmands, 1988)140- 141.

**7. Melalui kontak e-mail (21 Juli 2000) dengan T. Muraoka, saya memperoleh pandangan beliau tentang terjemahan Rut 2:3 "... What was allocated to her hapened to be the plot of land belonging to Boaz.

**8. "qrh" dalam NIDOTTE 3.984.

**9. Untuk pejelasan lebih lengkap tentang hinneh, lih. T.O. Lambdin, Introduction to Biblical Hebrew (London: Darton, Longman & Todd, 1973) 169-170.

**10. Paul Jouon, A Grammar of Biblical Hebrew 1.105 d.

**11. Lih. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi kedua; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Jakarta: Balai Pustaka, 1996)971.

**12. Bagian Alkitab Ezra ini dicatat dalam bahasa Aramaik dengan kata zeqap yang merupakan hapax legomenon (Holladay 404; BDB 1091).

**13. NIDOTTE 4.294-2298; BDB 1067-1068.

**14. Terjemahan BIS dalam Ester 9:13, 14 tentang objek yang digantung kurang tepat. Menurut BIS, yang digantung di tiang gantungan adalah mayat anak-anak Haman. Seharusnya, yang digantung di tiang gantungan bukanlah mayat anak-anak Haman, tetapi anak-anak Haman yang masih hidup.

**15. BDB 614.

**16. NIDOTTE 436.

**17. BDB 765.

**18. Untuk penjelasan ke-16 arti dari "amal, lih. TWOT II. 675.

**19. LAI TB menerjemahkan dengan pengertian superlatif "terkecil," padahal tidak demikian di TM (qetaney 'ares).

**20. LAI TB: "sangat cekatan," TM: hakamim mehukamim: "sangat bijaksana."

**21. Pada catatan kaki NIV (The NIV Study Bible 988) terdapat penjelasan: "That is the hyrax or rock badger."

**22. Catatan pinggir di NKJV adalah rock hyrax.

**23. NIDOTTE 2.113; TWOT II.951; BDB 1050-1051.

**24. D. W. Thomas, "A Consideration of Some Unusual Ways of Expressing the Superlative in Hebrew," VT3 (1953)209-227, khususnya 221.

**25.Tambahan di catatan kaki NIV Study Bible: "Or/like the very flame of the LORD."

**26. Ketujuh catatan tentang pohon ara hutan (dalam bahasa Ibrani semuanya dalam bentuk jamak) ialah: (i) 1Raj 10:27 [LAI TB "pohon ara," BIS "kayu ara biasa"]; (ii) 1Taw 27:28; (iii) 2Taw 1:15 [LAI TB "pohon ara" BIS "kayu ara biasa"]; (iv) 2Taw 9:27; (v) Mzm 78:47 [LAI TB=BIS "pohon-pohon ara"]; (vi) Yes 9:9 [LAI TB=BIS "pohon-pohon ara"]; (vii) Am 7:14 [LAI TB "buah ara hutan"].

**27. A Greek English Lexicon of the New Testament66; Fritz Rienecker, A Linguistic Key to the Greek New Testament 584.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar