Penerjemahan Alkitab
Bibliografi |
|
|
I. Pendahuluan
Menurut
catatan resmi Perserikatan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible
Societies), pada tahun 1800 hanya ada 68 bahasa di dunia yang memiliki
terjemahan Alkitab, Perjanjian Baru atau salah satu buku dari Alkitab. Akan
tetapi, pada akhir tahun 1992, telah tersedia terjemahan Alkitab dalam 2018
bahasa di dunia. Dengan perincian: 333 bahasa memiliki terjemahan Alkitab, 769
bahasa memiliki terjemahan Perjanjian Baru, dan 916 bahasa memiliki terjemahan
salah satu buku dari Alkitab. (Termasuk di dalamnya terjemahan Alkitab dalam
134 bahasa di Indonesia, yang terdiri atas 17 Alkitab, 27 Perjanjian Baru dan
90 bagian Alkitab.) Ini berarti Alkitab merupakan satu-satunya buku yang paling
banyak diterjemahkan di jagad ini.
Pada saat
ini, 110 Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia yang tergabung dalam United
Bible Societies, berpartipasi aktif dalam usaha penerjemahan Alkitab ke dalam
624 bahasa di dunia, termasuk di dalamnya 426 bahasa yang sebelumnya tidak
pernah memiliki terjemahan Alkitab maupun bagiannya.
Bila
Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia termasuk Lembaga Alkitab Indonesia
begitu giat dalam usaha penerjemahan Alkitab, pastilah timbul
pertanyaan-pertanyaan, misalnya bagaimanakah perkembangan metoda penerjemahan
Alkitab, apakah tujuan penerjemahan Alkitab, dan bagaimanakah pengorganisasian
penerjemahan Alkitab? Tulisan ini berusaha memberi jawaban ringkas atas
pertanyaan-pertanyaan di atas.
II. Perkembangan Metoda Penerjemahan
Alkitab
Dilihat
dari segi bahasa sasaran dan fungsi terjemahan Alkitab, secara garis besarnya
ada empat periode perkembangan metode penerjemahan Alkitab:
Tahun 200
s.M. - 400 M. Yang paling berperan dalam penerjemahan Alkitab pada periode ini
adalah kaum Yahudi.
Kitab Torah
yaitu kelima kitab pertama (Kejadian, keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) yang
juga disebut Pentateukh, merupakan bagian Alkitab Ibrani yang pertama-tama
diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa pengantar pada zaman
Helenisme.
Konon
terjemahan yang dikenal dengan sebutan Septuaginta (LXX) ini dikerjakan atas
perintah Raja Ptolomaios II Philadelphos di Aleksandria, Mesir pada abad ke-3
s.M.
Penerjemahan
ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan praktis bangsa Israel yang tinggal di
perantauan. Mula-mula bahasa Ibrani adalah satu-satunya bahasa ibu dan bahasa
pengantar bangsa Israel, kemudian dibawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Asyur
bahasa Aram menggeser kedudukan bahasa Ibrani. Pada zaman Yesus bahasa Aram
masih dipakai, tetapi dengan menonjolnya pengaruh Helenisme, bahasa Yunani menggeser
bahasa lain dan telah menjadi bahasa umum (lingua franca) bagi penduduk sekitar
Laut Tengah pada masa itu.
Setelah
penerjemahan Kitab Torah, menyusul terjemahan bagian-bagian Alkitab yang lain
sehingga lengkaplah seluruhnya (yaitu "Perjanjian Lama' bagi orang
Kristen) ditambah dengan kitab-kitab Deuterokanonika. Terjemahan Septuaginta
inilah yang dipakai oleh Gereja mula-mula, tetapi justru karenanya tidak lagi
dipakai oleh orang-orang Yahudi. Selain itu ada juga terjemahan yang lebih
bebas ke dalam bahasa Aram yang dikenal dengan sebutan Targum.
Menurut
legenda, ke-72 orang penerjemah Septuginta secara terpisah diilhami oleh Allah
sehingga setiap penerjemah menerjemahkan teks yang sama dengan kata-kata yang
sama, seakan-akan mereka didikte secara bersama-sama.
Selanjutnya
pada abd ke-2 M, tersedia terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin dan bahasa
Siria (sekarang Suria). Pada abad ke-3 tersedia terjemahan bahasa Koptik
(sekarang Mesir). Terjemahan bahasa Etiopi (sekarang Etiopia), bahasa Gotik
(sekarang Jerman) dan bahasa Georgia (sekarang Kaukasus) tersedia pada abad
ke-4.
Tahun 400
M.-1500 M. Periode ini ditandai oleh kegiatan penerjemahan Alkitab oleh umat
Kristiani (Katolik), dalam bahasa Yunani dan khususnya bahasa Latin. Sekitar
tahun 400, disiapkan terjemahan Alkitab Latin yang disebut Vulgata (artinya
"untuk semua orang"). Terjemahan itu dikerjakan berdasarkan teks asli
Alkitab. Penerjemahnya adalah Jerome (Hieronymus) seorang imam dan ahli bahasa,
yang ditugaskan oleh Paus Damasus I untuk mengerjakan terjemahan itu. Alkitab
Vulgata menjadi Alkitab resmi lebih dari 1000 tahun, dan masih dipergunakan
sampai sekarang.
Ada orang
yang menganggap terjemahan Alkitab sama seperti terjemahan teks umum lainnya,
meskipun yang diterjemahkan adalah Kitab Suci. Tetapi ada yang menganggap Roh
Kudus dapat bekerja melalui manusia dan Gereja dalam penerjemahan Alkitab.
Suatu terjemahan dikatakan diilhami Allah karena orang ingin menekankan hasil
terjemahan sebagai terjemahan yang terbaik, dan untuk menghindari terjemahan
lainnya. Ini merupakan pengalaman Agustinus dan Jerome.
Agustinus
mempertahankan terjemahan Septuaginta sebagai terjemahan yang diilhami Allah,
karena pada waktu itu Jerome berusaha menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam
bahasa Latin berdasarkan naskah bahasa Ibraninya, dan bukan berdasarkan
terjemahan Septuaginta.
Kasus
Jerome mengajukan satu pertanyaan apakah terjemahan harus berdasarkan teks
terjemahan yang lebih lama yang sudah disetujui oleh Gereja atau berdasarkan
naskah dalam bahasa aslinya (Ibrani, Aram dan Yunani). Untuk jangka waktu yang
cukup lama yaitu sampai dengan era Reformasi, teks Vulgata yang diterjemahkan
oleh Jerome, dipakai sebagi teks dasar terjemahan.
Kemudian
pada abad ke-5, 6 dan 7 berturut-turut tersedia terjemahan Alkitab dalam bahasa
Armenia, bahasa Nubia (sekarang Sudan), dan bahasa Arab. Pada abad ke-8,
disediakan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris kuno (Anglo-Saxon) oleh
Caedmon dan Bede. Sedang pada abad ke-9 disediakan terjemahan-terjemahan dalam
bahasa Jerman, Slav dan Frank. Terjemahan dalam bahasa Perancis disiapkan pada
abad ke-12 dan terjemahan-terjemahan dalam bahasa Spanyol, Italia, Belanda,
Polandia dan Islandia disiapkan pada abad ke-13. Pada abad ke-14 tersedia
terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris, bahasa Persia (Iran), bahasa Ceko
dan bahasa Denmark.
Pada tahun
1384 John Wycliffe selesai menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin Vulgata ke
dalam bahasa Inggris. Inilah terjemahan Alkitab yang pertama dalam bahasa
Inggris sehari-hari pada waktu itu. Karena keberaniannya dan prakarsanya yang
tidak lazim pada zaman itu, ia kecam sebagai orang sesat.
Tahun 1500
M. - 1960 M. sejak tahun 1500 sampai dengan tahun 1960, umat Protestanlah yang
paling giat dalam usaha penerjemahan Alkitab, khususnya terjemahan ke dalam
bahasa-bahasa di Eropa.
Pada akhir
abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, Johannes Reuchlin (untuk Perjanjian Lama)
dan Desiderius Erasmus (untuk Perjanjian Baru) menghidupkan kembali usaha
penerjemahan Alkitab berdasarkan naskah dalam bahasa aslinya. Mereka menganggap
terjemahan Alkitab harus berdasarkan eksegesis, dan penerjemahan sedapat mungkin
menentukan arti dari terjemahan. Penerjemah harus menerjemahkan artinya
meskipun sudah tersedia terjemahan formal, tafsiran yang dapat diterima, dan
terjemahan yang berdasarkan pandangan teologis dan lain sebagainya.
William
Tyndale yang mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari teks Yunani pada tahun
1526 dan sebagian Perjanjian Lama dari teks Ibrani, dipenjarakan dan dibakar
hidup-hidup karena usahanya ini.
Pada abad
ke-16, tokoh-tokoh reformator gereja juga menyadari bahwa Alkitab hanya dapat
dipahami jika diterjemahkan ke dalam bahasa pembaca/pendengarnya. Maka Martin
Luther menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman sehari-hari bagi penutur
bahasa Jerman.
Sementara
itu dengan diciptakannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada
pertengahan abad ke-15, produksi pencetakan buku mulai meningkat seiring dengan
peningkatan kegiatan penerjemahan. Dan kemajuan teknik cetak kemungkinan
penerbitan Alkitab dalam ukuran kecil, Alkitab pertama dalam edisi kecil adalah
Geneva Bible (1560).
Alkitab
bahasa Inggris yang pertama dicetak adalah Coverdale Bible (1535)
yang diterjemahkan oleh Miles Coverdale berdasarkan Vulgata, Luther Bible dan
Tyndale Bible. Terjemahan ini dipersembahkan kepada raja Inggris dan menjadi
terjemahan resmi. Selanjutnya pada tahun 1611 diedarkan
satu Alkitab edisi ekumenis dalam bahasa Inggris yang dikenal sebagai King
James Version (Authorized Version) yang penerjemahannya dilakukan
oleh 50 orang atas perintah Raja James dari Inggris. King James Bible hingga
sekarang telah direvisi untuk kelima kalinya.
Sementara
itu untuk keperluan umat Katolik Roma yang mengungsi dari Inggris, disiapkanlah
Douai-Rheims Bible (1609). Penerjemahannya dilakukan oleh William Allen dan
Gregory Martin dari Alkitab Vulgata ke dalam bahasa Inggris. Terjemahan ini
direvisi beberapa kali oleh Challoner antara tahun 1749-1722.
Pada periode inilah dimulai gerakan Lembaga Alkitab.
Awal abad ke-19 ditandai dengan berdirinya Lembaga Alkitab pertama di dunia
yaitu Lembaga Alkitab Inggris (The Bible Society of Britain and Foreign Parts,
sekarang the British and Foreign Bible Society) pada tahun 1804. Pendirian
Lembaga Alkitab Inggris disusul dengan Pendirian Lembaga Alkitab Belanda (Het
Nederlandsch Bijbelgenootschap (The American Bible Society) pada tahun 1816,
dan lembaga-lembaga Alkitab lainnya. Untuk menggalang persatuan dan kesatuan
yang lebih baik, sekaligus untuk koordinasi dana, daya, dan sumber daya
manusia, Lembaga-lembaga Alkitab di seluruh dunia pada tahun 1946 bergabung
dalam wadah Perserikatan Lembaga-lembaga Alkitab Sedunia (United Bible
Societies).
Pada
periode ini disiapkan terjemahan-terjemahan ke dalam bahasa Melayu/Indonesia,
antara lain Matius oleh A.C. Ruyl (1629), Perjanjian Baru oleh D. Brouwerius
(1668), Alkitab oleh M. Leijdecker (1733), Perjanjian baru oleh J. Emde (1835),
dan Alkitab oleh H.C. Klinkert (1879).
Patut
dicatat bahwa pada era misionaris modern, banyak terjemahan Alkitab berdasarkan
teks terjemahan yang ada, bukan berdasarkan naskah dalam bahasa aslinya, karena
penerjemah tidak memahami bahasa asli, karena penerjemah tiadak memahami bahasa
asli Alkitab. Mereka menerjemahkan Alkitab sedekat mungkin dengan bahasa
aslinya dengan bantuan buku-buku tafsiran dan bahan-bahan lainnya.
Jadi, pada
hakikatnya selama tiga periode itu metode penerjemahan Alkitab yang dominan
adalah metoda penerjemahan harfiah (kata-demi-kata) yang lebih mementingkan
pengalihan bentuk bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.
Tahun 1960
- sekarang. Periode ini merupakan masa kerja sama antara umat Yahudi, Katolik
dan Protestan dalam usaha penerjemahan Alkitab. Ditandai oleh perubahan metode
penerjemahan Alkitab yang lebih mengarah pada penekanan komunikasi makna teks
dari bahasa asli ke dalam bahasa sasaran yang umum dan wajar, dan tidak lagi
terikat pada bentuk bahasa aslinya. Hal ini dibenarkan oleh Prof. Harry
Orlinsky dari Hebrew Union College-Jewish Institute of Religion, New York.
Metode penerjemahan Alkitab yang paling menonjol pada periode ini adalah metoda
Dinamis atau Fungsional yang dipopulerkan oleh Dr. Eugene Nida. Bahkan Prof.
Donald Carson dari Trinity Evangelical Divinity School, Deerfield, Illinois,
menilai bahwa metode Dinamis atau Fungsional telah menjadi teladan yang
terkemuka dalam bidang penerjemahan Alkitab. Dan yang menonjol peranannya alam
usaha penerjemahan Alkitab pada periode ini adalah penutur asli bahasa sasaran,
yaitu penutur bahasa ibu menjadi penerjemah utama di seluruh dunia. Dan usaha
penerjemahan Alkitab ke dalam bebagai bahasa nasional dan bahasa daerah di
seluruh dunia telah menjadi kerangka acuan untuk mengembangkan teologi setempat
yang kontekstual seperti yang dikembangkan oleh Samuel Escobar, Kosuke Koyama,
dan lain-lannya.
Di
Indonesia juga terdapat terjemahan ekumenis seperti Alkitab Terjemahan Baru
(1974), Alkitab Kabar Baik dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (1985), dan
Alkitab dalam berbagai bahasa daerah di Nusantara yang dikerjakan oleh Lembaga
Alkitab Indonesia dalam kerja sama dengan Lembaga Biblika Indonesia/Konferensi
Wali gereja Indonesia.
LEMBAGA ALKITAB INDONESIA.
Mengapa Alkitab Harus Diterjemahkan?
Salah satu keunikan Alkitab kita ialah
penerjemahannya. Alkitab atau bagian-bagiannya sudah diterjemahkan ke dalam
1808 bahasa. Saat ini, Perserikatan lembag-lembaga Alkitab Sedunia (UBS) sedang
menerjemahkan Alkitab ke dalam 544 bahasa di dunia. Demikian data yang dikutip
Berita LAI dari World Translation Report-nya UBS.
Mengapa harus ada Penerjemahan Alkitab? Bukankah
tugas gereja akan lebih mudah jika jemaat membaca karya asli Penulis Alkitab?
Bukankah Penerjemahan ini mengundang perdebatan dengan golongan/agama lain yang
menganggap Penerjemahan menjadikan Alkitab bukan firman Allah yang ‘murni’
lagi? Bagimana kita menghadapi ‘serangan-serangan’ yang meragukan keabsahan
Alkitab?
Ada dua hal yang mendasari pentingnya Penerjemahan
Alkitab. Yang pertama, teladan Tuhan Yesus pada mulanya, Yesus adalah Firman,
yang bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah sendiri (Yoh. 1 : 1-3). Firman
itu telah menjadi manusia dan tinggal di antara manusia Firman itu datang dan
menyatakan diri dalam bahasa dan budaya manusia yang dikunjungi dan dilayanNya.
Firman itu dalam Tubuh manusia Yesus berkomunikasi dalam bahasa manusia, hidup
dalam alam natural manusia dan bertindak seperti manusia. Tuhan Yesus
menghargai bahasa dan budaya manusia dimana Dia hidup. Ajaran-ajaran yang
diberitakanNya pun disampaikan dalam bentuk bahasa manusia agar dimengerti
manusia yang menjadi obyek pemberitaan kasihNya.
Hal kedua adalah Peristiwa Pentakosta (Kisah 2 :
1-12). Kejadian ini menggambarkan berita keselamatan Allah yang disampaikan
kepada semua manusia sesuai dengan bahasa yang mereka pakai. Kemampuan ini
diilhami oleh Roh Kudus sendiri. Bagimanakah kita dapat mengerti firman Tuhan
jika ditulis dalam bahasa yang tidak kita mengerti? Syukur kepada Allah, yang
menciptakan bahasa-bahasa dan memampukan manusia mengerti bahasa orang
lain. Allah kita tidak dibatasi oleh keterbatasan bahasa kita. Allah kita, yang
berkuasa menciptakan bahasa, juga akan mengawasi setiap pekerjaan Penerjemahan
fimanNya ke dalam bahasa lain (Mengenal Alkitab Anda, LAI).
Penerjemahan Dari Masa Ke Masa
Ke-66 buku dari Alkitab dikumpulkan secara bertahap
selama kurun waktu 1500 tahun. Penulisannya dilakukan oleh orang-orang yang
berbeda (kurang-lebih 35 Penulis), dalam bahasa yang berbeda (Ibrani, Yunani,
dan Aram), serta tempat yang berbeda juga (Mesopotamia, Babilonia, Mesir,
Palestina, dan Yunani).
Buku-buku yang tergabung dalam Perjanjian lama
sebenarnya adalah ‘Alkitab’-nya umat Yahudi yang ditulis dalam Bahasa Ibrani
(kecuali sebagian buku Daniel dan sebagian buku Ezra ditulis dalam Bahasa
Aram). Penulisannya baru dimulai sebelas abad sebelum Masehi.
Penyebaran bangsa Israel keseluruh dunia, termasuk
Mesir, membuat bangsa yang dirantau ini tidak lagi mengenai bahasa nenek
moyangnya (bahasa Ibrani). Maka Pada abad ketiga sebelum Masehi dimulai
Penerjemahan Alkitab yang pertama (hanya Perjanjian lama) dari Bahasa Ibrani ke
Bahasa Yunani.
Penerjemahan ini dilakukan oleh 70 sarjana Alkitab.
Karena itu terjemahannya dinamakan Septuaginta. Yang sering
ditulis LXX. Inilah yang digunakan umat Kristen mula-mula sebagai Alkitab
mereka.
Septuaginta terdiri,
atas 39 buku yang sekarang dikenal dengan Perjanjian Lama ditambah tujuh buku
yang disebut Deuterokanonika (Apokripa) yang terdiri atas: Kitab Barukh, Tobit,
I dan II Makabe, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Tambahan Ester, dan
Tambahan Daniel. Setelah Reformasi, Gereja Protestan menolak buku-buku
Apokripa. Sebaliknya Gereja Roma Katolik memasukkan Apokripa dalam Kitab
Sucinya.
Bagian yang disebut Perjanjian Baru ditulis dalam
jangka waktu sekitar 50 tahun untuk menjawab Pertanyaan orang Kristen baru
mengenai Kristus dan ajaraNya serta menentang ajaran yang salah. Bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Yunani Koine (Bahasa Yunani sehari-hari yang bukan
Bahasa Sastra). Injil, Kisah, Surat, dan Wahyu, yang tergabung dalam Perjanjian
Baru, selesai dibukukan pada tahun 180 Masehi.
Penerjemahan Alkitab dilanjutkan pada abad II Masehi
kedalam Bahasa latin dan Siria. Satu abad kemudian giliran bangsa Mesir.
Terjemahan kedalam bahasa Etiopia, Gotik (Jerman Timur), dan Georgia (Kaukasus)
dilakukan Pada abad ke-4.
Sekitar 400 tahun setelah itu disiapkan terjemahan
Alkitab Latin yang disebut Vulgata (artinya untuk semua orang). Terjemahannya
dilakukan berdasardan ajarankan teks asli Alkitab oleh Jerome (Sancti
Hieronymi), seorang imam dan ahli bahasa. Alkitab Vulgata menjadi Alkitab resmi
selama lebih dari seribu tahun dan masih dipergunakan hingga sekarang.
Di tahun 1384 John Wycliffe selesai menerjemahkan
Alkitab dari Bahasa Iatin Vulgata ke dalam Bahasa Inggris. Karena keberanian
dan Prakarsanya yang tidak lazim pada masa itu, ia kecam sebagai orang sesat.
Hal yang sama terjadi pada William Tyndale yang dibakar hidup-hidup karena
berusaha menerjemahkan Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama.
Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pertengahan abad
ke-15, meningkatkan produksi buku, termasuk Alkitab. Di Inggris, Alkitab
pertama yang dicetak adalah Coverdale Bible. Inilah Alkitab terjemahan resmi di
Inggris saat itu. Selanjutnya pada abad ke-16 diedarkan Alkitab King
James Version. Penerjemahan Alkitab ini dilakukanoleh 50 orang atas
perintah Raja James dari Inggris. King James Bible saat ini telah lima kali
direvisi.
Mengapa Alkitab perlu Direvisi?
Ada beberapa hal yang mendorong lembag-lembaga
Alkitab di dunia melakukan revisi dan penerjemahan Alkitab.
Pertama, perubahan bahasa yang tampak selama selang
lima tahun. Arti kata, istilah, ungkapan dan pernakaian kata cenderung berubah.
Seringkali, pengertian satu kata puluhan tahun yang lalu berbeda dengan tahun
ini. Beberapa kata bahkan sudah tidak umum dipakai dan khalayak tidak mengerti
lagi artinya. Lebih gawat kalau artinya berubah sarna sekali. Misalnya kata
menghambat (I Kor. 14 : 1). Dulu artinya mengejar. Sekarang artinya
menghalangi/merintangi. Apakah makna kalimat, “Maka hambatlah olehmu
kasih itu . . .” pada generasi sekarang?
Penemuan naskah kuno Alkitab dan benda-benda
purbakala banyak menolong memperjelas isi Alkitab. Semakin kuno naskah yang
ditemukan, semakin dekat pula naskah itu dengan waktu penulisan aslinya;
berarti mutu naskah itu lebih baik. Kekayaan hasil penyelidikan ilmiah
dan penemuan ini belum tersedia saat terjemahan dahulu dikerjakan.. Contohnya,
tahun 1947 ditemukan gulungan naskah kuno Alkitab di Qumran dan Wadi Murabbaat,
dekat Iaut Mati. Naskah Laut Mati ini adalah naskah Alkitab paling kuno yang
pernah ditemukan hingga sekarang.
Ketiga, metode penerjemahan yang baru. Ini berkaitan
dengan penemuan dalam bidang Ilmu Bahasa (Linguistik) yang memberikan cara baru
dalam penerjemahan.
Dalam metode penerjemahan yang lain, penekanan
diberikan pada pengalihan bentuk bahasa, yaitu dari naskah asli kepada bahasa
penerima. Metode ini disebut Metode Terjemahan harfiah. Tetapi perbedaan bentuk
bahasa yang satu dengan bahasa yang lain membuat cara ini tidak membawa hasil
yang maksimal. Perbedaan itu nampak karena bahasa adalah cermin kebudayaan.
Makin berbeda kebudayaannya, berbeda pula bahasanya dalam perbendaharaan kata,
susunan kata, dan kalimat, tata bahasa, dan sebagainya.
Dari Ilmu Bahasa kita belajar bahwa pesan atau
berita adalah suatu unit yang terdiri dari unsur bentuk dan unsur arti. Susunan
huruf atau kata yang tanpa arti belumlah disebut pesan atau berita. Bila yang
diterjemahkan hanya bentuk bahasa saja, artinya dapat saja menyimpang dari
maksud aslinya (penulisnya) (maksud penulisnya). Kalimat berikut adalah contoh
terjemahan harfiah yang mengaburkan arti sebenarnya yang dimaksudkan dalam
konteks bahasa asli, kebudayaan, dan sejarah penulis Alkitab: ‘Jika busur itu
ada diawan, . .” (Kej. 9 : 16). Arti ‘busur’
‘busur’ yang umum ditangkap pembaca adalah busur
untuk memanah. Padahal arti yang dimaksudkan dalam teks Ibrani adalah pelangi /
bianglala’.
Hambatan yang dijumpai dalam cara penerjemahan yang
lama bukan saja dengan kata-kata dan ungkapan. Tetapi istilah,susunan kalimat,
tata bahasa, peribahasa, serta gaya bahasa dalam teks asli bila diterjemahkan
langsung secara harafiah dapat kehilangan arti aslinya; bahkan tidak jarang,
menyimpangkan pembaca biasa dari makna yang sebenarnya dimaksudkan dalam teks
Alkitab.
Sebaliknya, dalam metode penerjemahan baru,
yang ditekankan adalah pengalihan arti bahasa yang dimaksud dalam naskah asli
ke dalam bahasa penerima yang umum dan wajar, yang disesuaikan dengan
pengertian sidang pembacanya. Dengan demikian, arti yang dimengerti oleh
pembaca mula-mula, yang hidup pada masa dulu, dapat sedekat mungkin dimengerti
oleh pembaca terjemahan yang hidup kini dan disini, yang berbeda bahasa dan
kebudayaannya. Karena itu, metode ini disebut metode penerjemahan dinamika.
Memakai Terjemahan yang Tepat untuk Menyampaikan
Berita yang Benar
[Catatan : ** Angka merah dalam artikel
adalah Catatan Kaki yang dapat ditemukan pada akhir artikel] PENDAHULUAN Apakah saudara percaya bahwa Ayub menegur
isterinya dengan sebutan "perempuan gila"? Apakah saudara yakin
kalau Ayub membalas ketiga teman yang sudah menyusahkan hatinya dengan
menyebut mereka (maaf untuk pemakaian kata yang "sopan" ini)
"penghibur sialan kamu semua?" Saya percaya dan yakin kata-kata ini
akan diucapkan oleh seorang jagoan dalam cerita komik. Tetapi saya tidak
percaya dan tidak yakin kalau Ayub, seorang yang saleh, jujur dan takut akan
Allah (Ayb. 1:1), akan mengucapkan
kata-kata "sopan" seperti demikian. Ternyata "ungkapan sopan" tersebut ada
dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia Terjemahan Baru milik
saudara dan saya. Dalam artikel yang singkat ini saya mengajak saudara untuk
memperhatikan beberapa bagian Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
yang perlu kita teliti terjemahannya sebelum kita sampaikan beritanya. Sebagai hamba Tuhan kita dipanggil untuk
menyampaikan berita yang benar. Untuk menyampaikan berita yang benar, hamba
Tuhan perlu memakai terjemahan Alkitab yang tepat. Orang-orang Kristen di
Indonesia mempunyai Alkitab LAI Terjemahan baru (LAI TB 1974) yang merupakan
LAI Terjemahan Lama (LAI TL 1965) yang diperbaharui, dan Alkitab dalam Bahasa
Indonesia sehari-hari (BIS 1995). Sebelum menyampaikan firman Tuhan, hamba
Tuhan perlu melakukan pekerjaan rumah dengan membandingkan lebih dahulu
beberapa terjemahan LAI di atas. Alangkah baiknya jika perbandingan versi LAI
ini dibandingkan juga dengan beberapa versi bahasa Inggris, umpamanya New
International Version (NIV) dan New King James Version (NKJV). Disamping itu,
untuk memastikan arti dari beberapa terjemahan di atas, maka hamba Tuhan
perlu melihat langsung dari Teks Masoret (TM) untuk Perjanjian Lama dan
Alkitab Yunani untuk Perjanjian Baru. Jadi, memilih terjemahan yang tepat
bukan sebuah pekerjaan yang mudah dan untuk menyampaikan berita yang benar
seorang hamba Tuhan harus berani membayar harganya. Dalam halaman berikut, saya
mencoba membandingkan beberapa ayat dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
yang perlu kita analisa terjemahannya. Saya memakai LAI TL **1, LAI TB
dan BIS sebagai teks utama, NIV dan NKJV sebagai teks pembanding, TM dan
Alkitab Yunani sebagai teks penuntun. BEBERAPA AYAT PL YANG PERLU DIKOREKSI
TERJEMAHANNYA A. ADA
"BAJINGAN" (IBR. 'ASAPSUP) DI ANTARA ORANG-ORANG ISRAEL YANG KELUAR
DARI MESIR) ? Mari kita perhatikan catatan Bilangan 11:4 dalam
beberapa versi di bawah ini:
Ketika bangsa Israel mengembara di padang
belantara, 'asapsup yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus. Kata
yang dipakai di Bilangan 11:4 hanya
dipakai satu kali dalam PL, jadi kata ini merupakan sebuah "hapax
legomenon"**2. Bagaimana menerjemahkan kata Ibrani 'asapsup ini? Dari
konteks Bilangan 11:4,
kata 'asapsup mengacu kepada sekelompok orang yang ada di antara bangsa
Israel. Kelompok orang yang bagaimana mereka ini? Untuk mengerti arti dari
kata Ibrani ini, mari kita membandingkan referensi paralel dari Keluaran 12:38 di mana
kelompok orang-orang ini (Ibr. 'ereb**3 rab) disebut sebagai:
Dari Keluaran 12:38 kita
mengetahui bahwa di antara orang Israel yang keluar dari Mesir, ada
sekelompok orang asing yang bergabung dengan dengan bangsa Israel. Keluaran 12:38 tidak
memberitahu kita bagaimana mentalitas kelompok ini, apakah mereka orang
baik-baik atau kelompok preman atau bajingan. Kata benda Ibrani 'ereb hanya
berarti "mixture, mixed company, heterogenous body" yang bukan
bangsa Israel. LAI TL memberikan pengertian yang berlebihan untuk kata 'ereb,
karena istilah "tentara besar" tidak tercakup dalam kata 'ereb. Dalam Bilangan 11:4 dicatat
bahwa kelompok orang asing ini merasa tidak puas dengan makanan manna yang
mereka makan tiap hari. Keluhan mereka menyebabkan orang Israel ikut mengeluh
dengan manna yang dianggap membosankan. Kata "bajingan" yang
dipakai di LAI TB adalah sebuah kata bernada keras yang mungkin diambil dari
kata "sapsup" yang digunakan di Pentateukh orang Samaria**4. Karena
Pentateukh orang Samaria menghilangkan 'alep dari kata 'asapsup, maka
penggunaan kata 'asapsup di Teks Masoret sepatutnya dipertahankan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa istilah
"bajingan" yang dipakai oleh LAI TB untuk menerjemahkan 'asapsup
adalah tidak tepat. "Bangsa kekacauan" yang digunakan oleh LAI TL
juga kurang cocok. istilah 'asapsup hanya mengacu kepada sekelompok orang
asing. Jadi, menurut Bilangan 11:4 dan
ditambah dukungan dari Keluaran 12:38, tidak ada
bajingan di antara orang Israel. Yang ada adalah sekelompok orang asing yang
ikut keluar dari Mesir bersama orang Israel. B. ORANG
GIBEON: LICIK ATAU BIJAKSANA? Orang Gibeon mengetahui bahwa orang Israel di
bawah pimpinan Yosua sudah menaklukkan Yerikho dan Ai. Mereka menyadari bahwa
mereka tidak dapat melawan orang Israel. Yosua 9:4 mencatat bagaimana
tindakan mereka untuk menghadapi orang Israel.
LAI TL dan LAI TB menerjemahkan kata Ibrani
be'orma (preposisi be- dan kata benda 'orma) dengan konotasi positif
"akal." Tetapi BIS ("mengelabui"), NIV ("they
resorted to a ruse") dan NKJV ("they worked craftily") memberikan
konotasi negatif. Istilah Ibrani "be'orma" yang dipakai
dalam Yosua 9:4 juga dipakai
pada Keluaran 21:14 :
Dalam Keluaran 21:14, LAI TB
("dengan tipu daya") dan konotasi negatif yaitu be'orma. Terjemahan
LAI TL ("dengan sengaja"), BIS ("dengan sengaja") dan NIV
("deliberately") menjelaskan motif membunuh seseorang yang negatif,
yaitu be'orma juga. BDB, TWOT dan NIDOTTE**5 menjelaskan kata
benda Ibrani 'orma dengan dua macam arti. Arti pertama mempunyai konotasi
positif, yaitu "akal" atau "kebijaksanaan." Penggunaan
kata 'orma di kitab Amsal 1:4 berkonotasi
positif. Arti kedua berkonotasi negatif, yaitu "tipu muslihat" atau
"kelicikan." Pemakaian kata 'orma di Keluaran 21:14 dan Yosua 9:4 berkonotasi negatif. Dari penjelasan BDB, TWOT dan NIDOTTE di atas,
maka 'orma di Yosua 9:4 seharusnya
diterjemahkan dengan konotasi negatif. Konteks dekat ayat tersebut juga
mendukung pengertian demikian. Kesimpulannya orang Gibeon memakai "tipu
daya" untuk mengatasi orang Israel. Jadi, penggunaan kata
"akal" di Yosua 9:4 LAI
TL dan LAI TB seharusnya diterjemahkan dengan kata "tipu daya"
untuk mengatasi orang Israel. Jadi, penggunaan kata "akal" di Yosua 9:4 LAI TL dan LAI TB
seharusnya diterjemahkan dengan kata "tipu daya" sebagaimana LAI TB
menerjemahkan kata Ibrani 'orma di Keluaran 21:14. Judul
perikop Yosua 9 dan LAI TB juga
seharusnya "Tipu Daya Orang Gibeon," bukan "Akal Orang Gibeon." C. RUT
SAMPAI DI LADANG BOAS: KEBETULAN ATAU PENGATURAN TUHAN ? Kehidupan Rut setelah ia dan Naomi sampai di
Betlehem dikisahkan dalam Rut 2:3 sebagai
berikut :
Yang menjadi fokus perhatian kita pada ayat ini
ialah frasa Ibrani "wayyiqer miqreah"**6 yang diterjemahkan
menjadi "kebetulan" (LAI TB dan BIS) atau "untung" (LAI
TL). Frasa Ibrani miqreh dipakai oleh pengarang kitab Samuel untuk menyatakan
kepercayaan para imam dan petenung Filistin. Mereka percaya kepada hal-hal
yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, dua induk lembu yang baru melahirkan
dan mau menarik kereta baru berisi tabut ke arah Bet-Semes dianggap sebuah
peristiwa kebetulan (1 Sam. 6:9 "...kebetulan
saja hal itu terjadi kepada kita" [LAI TB]). Frasa Ibrani "wayyiqer miqreah"
melukiskan apa yang terjadi pada diri Rut saat itu, ia berada di ladang milik
Boas**7. Meskipun menurut perkiraan manusia, Rut datang ke ladang Boas
kelihatannya seperti sebuah kebetulan, namun sebenarnya langkah Rut dipimpin
oleh pengaturan Tuhan. Tuhan campur tangan sepenuhnya atas rencana masa depan
Rut. Michael Grisanti mengemukakan arti kata miqreh dalam Rut
2:3 dengan tepat, "In fact, the expression constitutes hyperbolic
understatement to stress divine, rather than human involvement."**8 Kesimpulannya Rut datang ke ladang Boas bukan
terjadi secara kebetulan melainkan pengaturan Tuhan sehingga kelak ia menjadi
nenek moyang Juru Selamat melalui pernikahannya dengan Boas. Terjemahan yang
tepat untuk Rut 2:3 ialah: "Dan
terjadilah padanya (ternyata) ia berada di tanah milik Boas...." Mari kita melihat satu ayat lagi dari kitab Rut di
mana kata "kebetulan" dipakai di LAI TB. "Boas telah pergi ke
pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus yang disebutkan
Boas itu" (Rut 4:1). LAI TL mengganti pemakaian kata
"kebetulan" dengan "maka sesungguhnya": "Arakian,
maka Boazpun pergilah ke pintu gerbang, lalu duduklah di sana, maka
sesungguhnya penebus yang telah dikatakan Boaz itupun lalu dari sana."
Dalam Rut 4:1 kata
"kebetulan" dari LAI TB adalah terjemahan dari partikel Ibrani
"hinneh"**9," lalu diikuti oleh subjek (Ibr. Hago'el:
"penebus") dan kata kerja partisip (Ibr. 'ober. "lewat").
partikel Ibrani "hinneh" biasa dipakai untuk menekankan pentingnya
sebuah peristiwa yang terjadi (akan terjadi), setelah kata "hinneh"
dipakai. Penulis kitab Rut menekankan pentingnya penebus yang lewat di pintu
gerbang di mana Boas duduk. Lewatnya penebus di pintu gerbang menurut penulis
kitab Rut bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi merupakan campur tangan
atau pengaturan Tuhan. Sintaks "hinneh" + subjek + kata kerja
partisip seperti pada Rut 4:1 dipakai
juga di Kejadian 24:15 dan
diterjemahkan oleh LAI TB dengan tepat: "Sebelum ia (hamba Abraham)
selesai berkata, maka (Ibr. "hinneh") datanglah Ribka...."
(dalam bahasa Ibrani: hinneh + Ribka + datanglah). LAI TL memberikan
terjemahan TM secara harfiah dengan baik,".....bahwa sesungguhnya keluar
Ribkah...." NIV tidak menerjemahkan pemakaian "hinneh"
di Kejadian 24:15 "Before
he had finished praying, Rebekah came out...," NKJV menerjemahkan
"hinneh" dengan kata behold:**10: "... before he had finished
speaking, that behold, Rebekah...came out..." Sebagaimana lewatnya Ribka di depan hamba Abraham
bukan suatu kebetulan (Kej. 24:15),
demikian juga lewatnya penebus di pintu gerbang kota Betlehem bukan kebetulan
(Rut 4:1). Kesimpulannya, kata
"kebetulan" di Rut 4:1 LAI TB
sebaiknya diganti dengan "maka/maka sesungguhnya/bahwa
sesungguhnya," sehingga kalimatnya akan berbunyi: "Boas telah pergi
ke pintu gerbang dan duduk disana. Maka lewatlah penebus yang disebutkan Boas
itu." D. HAMAN
DAN ANAK-ANAKNYA: DISULA ATAU DIGANTUNG ? Akar kata "sula" (LAI TB) merupakan
sebuah Leitwort dalam kitab Ester dan dipakai sembilan kali dalam kitab ini
(Est. 2:23; 5:14; 6:4; 7:9,10; 8:7; 9:13,14,25). Terjemahan kata
"sula" berasal dari kata Ibrani "tlh". Kata ini pertama
kali dipakai sebagai hukuman terhadap para pengkhianat yang diketahui oleh
Mordekhai (2:23). Kemudian dalam peristiwa lain yakni ketika istri Haman
mengusulkan agar Mordekhai disulakan (5:14 LAI TB). Ironisnya, justru Haman
dan anak-anaknyalah yang disula di atas tiang yang dibuatnya (7:10; 9:25 LAI
TB). Orang yang disula ialah seseorang yang dihukum
mati pada tongkat yang runcing atau tajam ujungnya.**11 Hukuman
"sula" hanya dicatat satu kali dalam Alkitab, yaitu terhadap orang
yang melanggar perintah raja Darius, "Selanjutnya telah dikeluarkan
perintah olehku, supaya setiap orang yang melanggar keputusan ini, akan
dicabut sebatang tiang dari rumahnya, untuk menyulakannya**12 pada ujung
tiang itu...." (Ezr. 6:11). Pertanyaan kita ialah, apakah benar terjemahan
kata "sula" untuk kata Ibrani "tlh"? Akar kata
"tlh" dalam bahasa Ibrani berarti "menggantung (to
hang)." Baik NIDOTTE maupun BDB menerjemahkan "tlh" dengan
kata "menggantung"**13. Di luar kitab Ester, kata kerja ini juga
dipakai untuk menggantung benda. Umpamanya, orang-orang Israel yang hidup di
pembuangan di Babilon menggantung kecapi-kecapi mereka di pohon- pohon
gandarusa (Mzm. 137:2); penduduk Tirus
menggantung perisai- perisai mereka di tembok-tembok kota mereka (Yeh. 27:10, 11). Kesimpulannya, LAI TL dan BIS**14 memberikan
terjemahan yang tepat untuk kata "tlh" dalam kitab Ester, yaitu
"menggantung." Jadi LAI TB sepatutnya juga menerjemahkan seluruh
kata "tlh" di kitab Ester dengan kata "menggantung." Raja
Ahasyweros mengeluarkan undang-undang di Susan untuk menggantung Haman dan
anak-anaknja (Est.9:14, 25).
Haman dan anak-anaknya bukan disula, tetapi digantung. E. APAKAH
AYUB SEORANG YANG SUKA BICARA KOTOR ? Mari kita melihat dua peristiwa dalam kehidupan
Ayub untuk menjawab pertanyaan di atas: a.
Teguran Ayub kepada isterinya
sebagai 'ahat hannebalot di Ayub 2:10 diterjemahkan:
Frasa Ibrani 'ahat hanebalot terdiri dari
"ahat" (bentuk feminin konstruk untuk nominal satu) dan
"hannebalot" (definitif article dan kata sifat feminin plural dari
"nabal"). Frasa Ibrani ini sebenarnya mudah untuk diterjemahkan.
Terjemahan harfiahnya seperti NKJV "one of the foolish women" atau
"seorang dari wanita-wanita bodoh/bebal." Kata sifat Ibrani "nabal" (dalam bentuk
maskulin tunggal) dipakai di Perjanjian Lama sebanyak 15 kali, sedangkan
"hanebalot" (dalam bentuk feminin plural) hanya dipakai satu kali
yaitu di Ayub 2:10. BDB menerjemahkan
"nabal" dengan pengertian "bodoh atau dungu"**15, yaitu
orang yang bodoh bukan secara intelek tetapi secara moral dan etika. Kata Ibrani "nabal" dipakai pertama kali
di Ulangan 32:6 "Demikianlah
engkau mengadakan pembalasan terhadap Tuhan, hai bangsa yang bebal..."
(LAI TB). Di kitab Mazmur, kata "nabal" dipakai misalnya
di: Mazmur 14:1 "Orang bebal berkata dalam hatinya: 'Tidak ada
Allah'" (LAI TB); 39:9 "Lepaskanlah aku dari segala pelanggaranku,
jangan jadikan aku celaan orang bebal" (LAI TB); 74:22 "Bangunlah,
ya Allah, lakukanlah perjuangan-Mu! Ingatlah akan cela kepada-Mu dari pihak
orang bebal sepanjang hari" (LAI TB). Agaknya penerjemah LAI TB untuk
kitab Mazmur berbeda dengan penerjemah LAI TB untuk kitab Ayub, sedangkan
kata "nabal" di kitab Ayub diterjemahkan dengan kata
"gila" oleh penerjemah LAI TB. Terjemahan LAI TL lebih menyimpang
lagi dari LAI TB. Kesimpulannya, terjemahan yang baik untuk Ayub 2:10 ialah "Engkau
berbicara seperti perempuan bebal," atau seperti terjemahan BIS,
"Engkau seperti perempuan dungu." b. Jawab
Ayub kepada Elifas, Bildad dan Zofar - ketiga temannya yang menuduh Ayub
sudah berdosa kepada Tuhan - sebagai penghibur 'amal (Ayb. 16:2). Perhatikanlah perbandingan terjemahan 'amal di
bawah ini:
Jawaban Ayub kepada ketiga temannya menurut LAI
TL, BIS, NIV dan NKJV tidak sekeras atau sekotor LAI TB. Apakah yang dimaksud
dengan kata Ibrani "'amal" di Ayub 16:2? NIDOTTE menjelaskan
"'amal" sebagai "trouble, misery, adversity,"**16 dan
menurut BDB "'amal" berarti "trouble, labour, toil."**17 TWOT**18 memberikan
16 macam arti untuk "'amal" di mana pada dasarnya "'amal"
berhubungan dengan "unpleasant factors of work and toil." Kata
benda ini dipakai 53 kali di PL, kebanyakan di kitab Pengkhotbah (22 kali),
Mazmur (13 kali) dan Ayub (8 kali). Perbandingan terjemahan kedelapan kata
"'amal" di kitab Ayub menurut LAI TB ialah:
Beberapa contoh terjemahan dari kata
"amal" di kitab Mazmur menurut LAI TB ialah:
Dalam kitab Pengkhotbah, "'amal" di LAI
TB diterjemahkan dengan "usaha atau jerih payah," contoh: "Aku
membenci segala usaha yang kulakukan ..." (2:18); "... aku mulai
putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan..." (2:20); "...tak
diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam
tangannya," (5:14). Dari beberapa contoh terjemahan "'amal"
yang ada di kitab Ayub, Mazmur dan Pengkhotbah, ternyata LAI TB menerjemahkan
"'amal" dengan pengertian "kesusahan,"
"kesukaran," "usaha," "jerih payah." Arti ini
sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh NIDOTTE dan BDB. Tidak ada satu
pun pengertian yang berkonotasi kasar atau kotor dalam kata
"'amal". Kesimpulannya, memang Ayub menegur ketiga temannya
yang telah menuduh dia sebagai orang berdosa, tetapi Ayub bukan menegur dengan
kata-kata yang kotor atau kasar. Kita perlu mengingat sekali lagi bahwa Ayub
tidak membiarkan mulutnya berbuat dosa dengan mengucapkan sumpah serapah (Ayb. 2:10; 31:30). Teguran
Ayub kepada ketiga temannya ialah: "Penghibur yang menyusahkan kamu
semua." F. SAPAN
ITU PELANDUK, KELINCI ATAU MARMOT ? Amsal 30:24-28 mencatat
tentang empat binatang kecil**19 di bumi yang sangat bijaksana**20.
Salah satu dari keempat binatang kecil yang sangat bijaksana itu ialah sapan
(Ams. 30:26). Perhatikan perbedaan
terjemahan sapan dalam versi bahasa Indonesia dan Inggris di bawah ini:
Hewan sapan hanya dipakai empat kali di PL, yaitu
di Imamat 11:5; Ulangan 14:7; Mazmur 104:18 dan Amsal 30:26. Mari kita
memperhatikan perbandingan terjemahan LAI TL, LAI TB, BIS, NIV dan NKJV untuk
hewan sapan di keempat bagian Alkitab tersebut:
Istilah sapan dalam bahasa Ibrani mengacu kepada
"coney/rock badger/hyrax"**23. Terjemahan kata Ibrani sapan di
keempat bagian Alkitab di atas jelas tidak tepat untuk pelanduk. Pelanduk
termasuk jenis rusa yang tidak termasuk hewan kecil sebagaimana disebut
di Amsal 30:24. Kelinci boleh
termasuk hewan kecil, tidak berkuku belah, tetapi kelinci bertelinga panjang.
Pengertian sapan di NIV dan NKJV, "coney, rock badger, hyrax"
mengacu kepada hewan kecil seukuran kelinci tetapi bertelinga pendek dan
tidak berkuku belah. Binatang sapan memang tidak ada di Indonesia,
tetapi "marmot" cukup menjelaskan istilah sapan. Gambar yang
dicantumkan dalam BIS halaman 156 untuk menjelaskan sapan di Imamat 11:5 sudah tepat,
yaitu "marmot." Sayangnya BIS menerjemahkan sapan di Imamat
11:5; Mazmur 105:18 dan Amsal 30:26 dengan "pelanduk."
Terjemahan "pelanduk" dari BIS di Imamat 11:5 tidak cocok
dengan gambar yang ada. Kesimpulannya, sapan pada Imamat 11:5;
Ulangan 14:7; Mazmur 104:18 dan Amsal 30:26 dapat diterjemahkan dengan
"marmot." G. APAKAH
ADA SEBUTAN NAMA TUHAN DALAM KITAB KIDUNG AGUNG ? Kidung Agung 8:6b merupakan
ayat yang tepat untuk menjawab pertanyaan ini. Mari kita perhatikan
perbandingan beberapa terjemahan dari ayat ini di mana kecemburuan
dilambangkan seperti "salhebtya":
BEBERAPA AYAT PB YANG PERLU DIKOREKSI
TERJEMAHANNYA C.ZAKHEUS
MEMANJAT POHON ARA ATAU POHON ARA HUTAN ? Versi-versi Alkitab untuk Lukas 19:4 memberikan jawab
yang berbeda:
LAI TL dan LAI TB memberitahukan jenis pohon yang
dipanjat oleh Zakheus yaitu pohon ara. BIS tidak memberitahukan jenis pohon
yang dipanjat oleh Zakheus, BIS hanya menyebut Zakheus memanjat sebatang
pohon. Yang menarik perhatian kita ialah meskipun BIS tidak menyebut jenis
pohon yang dipanjat oleh Zakheus dalam ayat 4, tetapi BIS (h. 153) memberikan
gambar setangkai pohon ara yang berbuah tetapi tanpa penjelasan untuk gambar
yang dipakai tersebut. PENUTUP si bahasa Inggris, NIV dan NKJV mencatat Zakheus
memanjat sycamore tree (pohon ara hutan). Sebelum kita mengambil kesimpulan tentang pohon
ara yang dipanjat Zakeus, mari kita lebih dahulu memeriksa catatan Lukas
tentang jenis pohon ara dalam Injilnya. Lukas membedakan dua macam pohon ara:
i.
Pohon ara (fig tree; Yunani:
suke; Latin: Ficus carica; Ibrani: te'ena). Jenis ponon ara ini yang dikutuk
oleh Yesus (Luk 13:6,7; lih. juga 21:29).
ii.
Pohon ara hutan (sycamore tree;
Yunani: sukomorea; Latin: Ficus sycomorus; Ibrani: siqma) Jenis pohon ara yang dicatat di Lukas 19:4 ialah sukomorea
atau pohon ara hutan. Dalam Perjanjian Baru sebutan pohon ara hutan hanya
disebut satu kali, yaitu di Lukas 19:4. Di Perjanjian Lama,
pohon ara hutan dicatat sebanyak tujuh kali**26. Perbedaan istilah pohon ara
dengan pohon ara hutan dapat kita ketahui dengan membandingkan Amos 4:9 dengan 7:14. LAI TB di
kedua bagian kitab Amos ini dengan jelas membedakan pohon ara dengan pohon
ara hutan:
iii.
Amos 4:9 "... pohon-pohon
ara (Ibr. te'enim [jamak]; NIV: fig tree) dan pohon-pohon zaitunmu dimakan
habis oleh belalang..." BIS memberikan terjemahan yang serupa dengan LAI
TB: "pohon-pohon ara dan pohon-pohon zaitunmu telah habis dimakan
belalang."
iv.
Amos 7:14 mencatat bahwa Amos
adalah pemungut buah ara hutan (Ibr. siqma; NIV: sycamore-fig tree). Di Amos 7:14 BIS hanya mencatat:
"...aku pemetik buah ara." Apa sebenarnya perbedaan antara pohon ara (fig
tree) dengan pohon ara hutan (sycamore tree)? Pohon ara adalah pohon yang
rimbun dan tingginya lebih kurang 5 meter. Di Perjanjian Lama, pohon ara
(Ibr. te'ena) dicatat sebanyak 37 kali. Dalam Alkitab pohon ini disebut untuk
pertama kalinya dalam Kejadian 3 ketika
Adam dan Hawa makan buah pengetahuan baik dan jahat, "maka terbukalah
mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka
menyemat daun pohon ara dan membuat cawat" (Kej. 3:7). Di dalam Perjanjian Baru,
Tuhan Yesus melihat Natanael yang berteduh di bawah pohon ara dan berkata
kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, aku telah melihat engkau
di bawah pohon ara" (Yoh. 1:48). Pohon ara hutan juga rimbun, tetapi lebih tinggi
dari pohon ara. Pohon ara hutan dapat mencapai ketinggian sampai lebih kurang
10 meter. Jadi, pohon ara hutan hampir dua kali lebih tinggi dari pohon ara
biasa. Kelebihan pohon ara hutan dari pohon ara ialah kayu pohon ara hutan
lebih keras dari pohon ara sehingga dapat dipakai untuk membuat perabot
rumah. Sedangkan kelebihan pohon ara dari pohon ara hutan ialah buahnya lebih
manis dari pada pohon ara hutan. Yang selalu kita ingat adalah kalau Alkitab
memberikan istilah yang spesifik tentang sesuatu hal, jangan kita berikan
arti yang general. Sebaliknya, kalau Alkitab memakai istilah general jangan
kita berikan arti yang spesifik. Kesimpulannya, sebagaimana TM, NIV dan NKJV
membedakan antara fig tree dan sycamore tree, maka kita juga harus membedakan
antara pohon ara dengan pohon ara hutan. Zakheus memanjat pohon ara hutan,
bukan pohon ara biasa. Ia harus bersusah payah memanjat pohon ara hutan untuk
melihat Yesus. Pertobatannya tidak mudah. Ia berani bayar harga. D.MARKUS:
KEMENAKAN ATAU SAUDARA SEPUPU BARNABAS ? LAI TL, LAI TB dan BIS memberikan catatan berbeda
tentang hubungan keluarga antara Markus dengan Barnabas (Kol. 4:10).
Dari perbandingan di atas ternyata LAI TB berdiri
sendiri dengan memberikan data bahwa Markus adalah kemenakan Barnabas. Data
dari LAI TL, BIS, NIV dan NKJV sama, yaitu Markus adalah saudara sepupu
Barnabas. Kalau kita menyampaikan firman dari Kolose 4:10 hanya bersandar
pada LAI TB, maka kita akan memberitakan bahwa Markus adalah kemenakan
Barnabas. Manakah yang lebih tepat, kemenakan atau sepupu Barnabaskah Markus
itu sebenarnya? Untuk mengetahui jawabnya, mari kita melakukan pekerjaan
rumah dengan melihat kata Yunani 'anepsios yang dipakai di Kolose 4:10. Menurut
Arndt-Gingrich dan Rienecker, kata Yunani 'anepsios berari cousin (sepupu)
bukan nephew (kemenakan)**27. Contoh hubungan saudara sepupu lain di Alkitab
ialah antara Mordekhai dengan Ester, hanya saja Mordekhai mengangkat Ester
sebagai anak (Est. 2:15). Jadi, Markus adalah
sepupu dan bukan kemenakan Barnabas. LAI TL meskipun "lebih tua"
dari LAI TB, tetapi memberi terjemahan lebih tepat. Memang perbedaan
terjemahan kemenakan dengan sepupu tidak mempengaruhi doktrin keselamatan,
tetapi alangkah baiknya bila hamba Tuhan memakai terjemahan yang tepat
sehingga berita yang disampaikan juga benar. PENUTUP Tidak ada terjemahan Alkitab yang sempurna, karena
penerjemah Alkitab adalah manusia yang tidak sempurna. Oleh karena itu,
sebelum menyampaikan berita, bandingkanlah dahulu beberapa macam terjemahan.
Dengan cara demikian kita akan melihat kekurangan dan kelebihan terjemahan
tertentu. Waktu kita mempelajari teks PL, mari kita juga memakai Alkitab
bahasa Ibrani. Waktu kita mempelajari teks PB, mari kita memakai juga Alkitab
bahasa Yunani. Semoga kerja keras yang dilakukan melalui perbandingan
terjemahan-terjemahan Alkitab akan menghasilkan terjemahan yang tepat
sehingga berita yang kita sampaikan adalah berita yang benar. Footnote **1. LAI TL yang saya pakai adalah LAI TL
dengan ejaan baru. **2. BDB 63. Sebenarnya ada dua macam hapax
legomenon, yaitu hapax legomenon absolut dan hapax legomenon non absolut.
Kata Ibrani 'asapsup adalah hapax legomenon non-absolut. Untuk mengetahui
perbedaan hapax legomenon absolut dan hapax legomenon non-absolut, lih.
Cornelius Kuswanto, "Absolute Hapax legomenon in the Book Song of Song
and Their Translations into the Indonesian Language" (Th. D. diss.,
South East Asia Graduate School of Theology, 1999) 35. **3. Di dalam Nehemia 13:1-3 dicatat
adanya kelompok dari keturunan orang Amon dan orang Moab yang hidup diantara
orang Israel yang kembali dari pembuangan. Karena nenek moyang mereka
dilarang untuk bersekutu dengan orang Israel, maka kelompok gabungan
orang-orang asing ini (Ibr.'ereb) harus dipisahkan dari komunita Israel. **4. Louis Grabiel Zelson, " A Study of
Hapax Legomenon in the Hebrew Pentateuch" (Ph. D. diss., University of
Wisconsin, 1924)119. **5. BDB 791; TWOT II.697; NIDOTTE 3.541. **6. Untuk penjelasan yang baik dari dua kata
Ibrani ini, lih. Robert L. Hubbard, Jr., The Book of Ruth (Grand Rapids:
Eerdmands, 1988)140- 141. **7. Melalui kontak e-mail (21 Juli 2000)
dengan T. Muraoka, saya memperoleh pandangan beliau tentang terjemahan Rut 2:3 "... What was
allocated to her hapened to be the plot of land belonging to Boaz. **8. "qrh" dalam NIDOTTE 3.984. **9. Untuk pejelasan lebih lengkap tentang
hinneh, lih. T.O. Lambdin, Introduction to Biblical Hebrew (London: Darton,
Longman & Todd, 1973) 169-170. **10. Paul Jouon, A Grammar of Biblical Hebrew
1.105 d. **11. Lih. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Edisi kedua; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Jakarta: Balai Pustaka,
1996)971. **12. Bagian Alkitab Ezra ini dicatat dalam
bahasa Aramaik dengan kata zeqap yang merupakan hapax legomenon (Holladay
404; BDB 1091). **13. NIDOTTE 4.294-2298; BDB 1067-1068. **14. Terjemahan BIS dalam Ester 9:13, 14 tentang
objek yang digantung kurang tepat. Menurut BIS, yang digantung di tiang
gantungan adalah mayat anak-anak Haman. Seharusnya, yang digantung di tiang
gantungan bukanlah mayat anak-anak Haman, tetapi anak-anak Haman yang masih
hidup. **15. BDB 614. **16. NIDOTTE 436. **17. BDB 765. **18. Untuk penjelasan ke-16 arti dari
"amal, lih. TWOT II. 675. **19. LAI TB menerjemahkan dengan pengertian
superlatif "terkecil," padahal tidak demikian di TM (qetaney
'ares). **20. LAI TB: "sangat cekatan," TM:
hakamim mehukamim: "sangat bijaksana." **21. Pada catatan kaki NIV (The NIV Study
Bible 988) terdapat penjelasan: "That is the hyrax or rock badger." **22. Catatan pinggir di NKJV adalah rock
hyrax. **23. NIDOTTE 2.113; TWOT II.951; BDB
1050-1051. **24. D. W. Thomas, "A Consideration of
Some Unusual Ways of Expressing the Superlative in Hebrew," VT3
(1953)209-227, khususnya 221. **25.Tambahan di catatan kaki NIV Study Bible:
"Or/like the very flame of the LORD." **26. Ketujuh catatan tentang pohon ara hutan
(dalam bahasa Ibrani semuanya dalam bentuk jamak) ialah: (i) 1Raj 10:27 [LAI TB
"pohon ara," BIS "kayu ara biasa"]; (ii) 1Taw 27:28; (iii) 2Taw 1:15 [LAI TB "pohon
ara" BIS "kayu ara biasa"]; (iv) 2Taw 9:27; (v) Mzm
78:47 [LAI TB=BIS "pohon-pohon ara"]; (vi) Yes 9:9 [LAI TB=BIS
"pohon-pohon ara"]; (vii) Am 7:14 [LAI TB "buah ara
hutan"]. **27. A Greek English Lexicon of the New
Testament66; Fritz Rienecker, A Linguistic Key to the Greek New Testament
584. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar