Selasa, 02 Juni 2015

Kehidupan Kristen Tidak Selamanya Diatas Padang Rumput Hijau.


Keluaran 17:6 "Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kaupukul gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum." Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.

   Adakalanya jalan yang kita jalani tidak mulus.  Kita harus melatih iman--kepada kuasa Tuhan yang menuntun.  Disini kita perlu mengetahui bahwa ada satu pelajaran dari pengalaman orang Israel yakni ketika mereka berjalan melalui padang gurun.  Mari kita baca dalam Keluaran 17:1 "Kemudian berangkatlah segenap jemaah Israel dari padang gurun Sin, berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, sesuai dengan titah Tuhan, lalu berkemahlah mereka di Rafidim, tetapi disana tidak ada air untuk diminum bangsa itu".

   Mereka selalu mendapat pimpinan dari Tuhan Allah.  Tiang awan di siang hari dan tiang api pada waktu malam hari.  Kemudian mereka telah berkemah di Rafidim.  Tuhan mengetahui bahwa tidak ada air disini, namun Tuhan membawa umat-Nya kesana untuk MENGUJI IMAN MEREKA.  Terbukti mereka sangat miskin rohani.
   Berulang-ulang Allah telah menyatakan diri-Nya kepada umat pilihan-Nya antara lain dengan cara :
1. Membinasakan anak sulung setiap keluarga di Mesir--untuk mewujudkan kelepasan mereka.
2. Memberi makanan manna (Makanan para malaikat) kepada mereka.
   Namun kitika dituntun melalui kesukaran,   apa yang terjadi?
i. Mereka mencetuskan pemberontakan.
ii. Tidak mengandalkan Allah.
iii.Bersungut-sungut kepada Musa.
   "Oleh persungutan dan kurangnya iman mereka, maka mereka tidak menghormati Allah dan telah menempatkan diri mereka pada tempat dimana mereka tidak dapat menghargai kemurahan-Nya".
   Banyak menyangka : Bila jadi umat Tuhan, mereka akan bebas dari segala kekurangan dan kesukaran.  Namun semua orang yang mau memikul salib dan mengikut Kristus akan mendapatkan suatu pengalaman seperti yang di Rafidim".
   "Kehidupan ini tidak selamanya DIATAS PADANG YANG BERUMPUT HIJAU atau aliran air yang tenang.  Kekecewaan menimpa kita, kemelaratan datang, berbagai keadaan terjadi yang membawa kita ke tempat-tempat yang sukar (Sementara kita mengikuti jalan yang sempit itu).  Jika semuanya itu terjadi: Tujuannya adalah untuk menguji kesetiaan atau loyalitas kita kepada-Nya.  Demi kemurahan-Nya bagi kita, Ia tidak selalu menempatkan kita di tempat-tempat yang paling mulus, karena jika Ia lakukan itu, maka kita akan memiliki perasaan diri cukup dan olehnya kita akan melupakan bahwa Tuhanlah penolong kita pada masa-masa yang genting".  Ellen G. White, Letter 24, 1896.  Kemenangan Abadi, hlm.144.

Catatanku, 22 Mei 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar