Kumpulan Artikel Rohani, Rumah Tangga, Kesehatan,Khotbah dan lain-lain. Kiranya blog ini boleh menjadi berkat bagi pengunjung. Anda bisa kunjungi kami di : marryhot.blogspot.com. God Bless Us!.
Kamis, 29 November 2018
Bagaimana Menangani Keraguan (How To Handle Doubt).
Pendahuluan:
Nast kita terdapat dalam Habakuk 2:4 (Yesaya 41:10).
Pembahasan kita didasarkan pada: Habakuk 1:1-2:4.
Saudaraku,
Saat ini mari kita pelajari pembicaraan antara Habakuk dengan Allah. Buku Habakuk-ditulis sebelum Nebukadnezar datang meruntuhkan Yerusalem tahun 586 SM. Nubuatan Habakuk kira-kira tahun 630 SM, yakni sebelum bangsa Kasdim (Babilon) muncul dibawah raja Nabopolasar (tahun 625 SM).
Body:
I. PERTANYAAN HABAKUK YANG PERTAMA:
Habakuk 1:1-4 --ayat 2: "Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar,...dst..(baca). Disini Allah tidak bertindak (in active). Habakuk mengajukan pertanyaan kepada orang yang tepat,..yaitu Allah sendiri. Mengapa Allah tidak melakukan sesuatu terhadap kejahatan yang meluas di negeri Yehuda?.
Karena Habakuk percaya pada keadilan dan kebijaksanaan Allah, maka ia tidak mengerti mengapa kelihatannya Allah itu tidak menentang kejahatan. Ada 2 kejahatan yang terjadi yang menekan perasaan Habakuk (dalam ayat 2-4):
1. Kekerasan (Violence), Perselisihan(Strife) dan Pertikaian (
Contention).
2. Kurangnya keadilan.(Lack of Justice).
II.JAWABAN ALLAH YANG PERTAMA;
Ia hampir siap bertindak (Hab.1:5-11). Allah bukannya tidak menentang kejahatan, malah hati-Nya susah. Di negeri Yehuda tidak ada penghakiman, dimana pemberontakan merajalela sehingga Allah terpaksa mengutus orang-orang Babylon yang mempunyai undang-undang sendiri.(Habakuk 1:4,7). untuk menentang Yehuda.
III. PERTANYAAN HABAKUK YANG KEDUA:
-Tindakan Allah (Hab.1:12-2:1).
Ayat 12,13 --Habakuk mengajukan pertanyaan : "MENGAPA" lagi.
Memang bangsa Yehuda jahat, namun moral dan peribadatan mereka masih lebih baik daripada orang-orang Babylon.
*KUASA ???
*Kedudukan tinggi diperoleh karena mementingkan diri dan kekejaman ambisi.
*Sering orang yang baik menderita karena tindakan orang yang kejam dan selfish.
Dalam Habakuk 1:12 dikatakan: "Tidak akan mati kami".
"Habakuk meletakkan kekhawatirannya pada tangan Allah yang berkasihan itu".
E.G. White, Prophet & King, p.386.
*Menyatakan imannya bahwa Allah akan melindungi umat-Nya setelah serangan Babylon.
*Dalam Habakuk 2:1 -ia bersiap-siap untuk terima jawaban Allah.
*Iman Habakuk dalam Hab.1:12 dan Hab.2:1 adalah merupakan jawaban untuk menghadapi/menangani keraguan.
1. Habakuk 1:12 - Tindakan Allah pada masa lampau memberikan pengharapan pada saat-saat kita berada di dalam kebimbangan (Keraguan). Baca Mazmur 34:9 "Kecaplah...
2. Habakuk 2:1--Kita ada memiliki menara jaga rohani yakni: DOA, Menyelidiki Alkitab dengan sungguh-sungguh dan bermeditasi.
"Penyebab kebimbangan dan ketidak percayaan ialah: Kegemaran berbuat dosa (the love of sin). Orang-orang yang angkuh dan gemar berbuat dosa itu tidak sudi menerima pengajaran-pengajaran dan peraturan-peraturan Firman Allah. Dan orang-orang yang tidak rela mematuhi tuntutan-tuntutan Allah inilah yang meragukan wewenang Allah".
E.G. White, Kebahagiaan Sejati, hlm.108.
IV. JAWABAN ALLAH YANG KE DUA:
-Habakuk 2:2-5 --Haraplah pada-Ku.
Dalam ayat 2, 3 --Serangan Babylon itu pasti akan terjadi. Pada saat yang Allah "telah tetapkan" Babylon akan menyerang.
Sementara itu Habakuk wajiblah menuliskan nubuatan tersebut dan menjelaskannya kepada semua orang. Ingat tahun 1844 terjadi kekecewaan yang besar (The Great Dissappointment).
Habakuk 2:4 "Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya".("his soul which is lifted up akan binasa"). " Orang yang benar"--one's relation to God, who lives by a simple faith will be saved". Iman (bhs.Ibrani) artinya = Kesetiaan. Ini untuk menyatakan hubungan dengan Allah.
Berharap pada Allah berarti: Jaminan bahwa Allah akan memimpin, melindungi, serta memberkati mereka yang melakukan kehendak-Nya.
Habakuk mendukung ide yang mengatakan:
"Seorang yang percaya dan berharap pada Tuhan akan selamat, tetapi orang yang angkuh karena menyombongkan diri dan bertahan didalam dosa akan binasa".
SDA Bible Commentary, Jilid 4, hlm.1053.
KONKLUSI:
Saudaraku,..Kekristenan itu mulai karena hubungan pribadi. Kekristenan artinya berharap pada Allah baik pada saat-saat kita berada dalam kegelapan maupun dalam terang.
Allah mengatakan kepada Habakuk bahwa jawaban segala pertanyaan kebimbangan, keraguan itu ialah: MEMPERCAYAI ALLAH ITU DENGAN SEPENUH HATI.
Amin.
Wahyu Kepada Yohanes (Bagian 39-41).
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 39)
“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau
TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA “ (Wahyu 2:4).
KASIH KITA
JANGAN SAMPAI MUDAH PUDAR
“Tidak ada yang lebih dingin dibandingkan
gereja yang tidak mengasihi. Dan kasih
yang sejati berarti keharusan melampaui semua formalitas, lebih daripada
sekadar memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar, kepada hubungan penuh kasih
mesra dengan sesama.
Orang-orang di sekeliling Anda merindukan
sentuhan kasih. Efesus adalah gereja yang
dulu mengasihi dengan cara demikian, tetapi telah meninggalkan kasih itu demi
KEMURNIAN DOKTRINAL. Di dalam antusiasme
kita untuk memastikan bahwa “para pengikut Nikolaus” di sekeliling kita tidak
menyusup ke dalam gereja, sering kita mengelompokkan mereka yang KESEPIAN dan
TERABAIKAN menjadi satu dengan orang-orang itu”.
“Jemaat di Efesus sangat setia pada Yesus,
tapi mereka menghadapi masalah. Jemaat
itu telah “meninggalkan kasihnya yang semula” dan dengan kesalahan pertama yang
fatal itu sedang mengarah kepada kehancuran.
Tidak seorangpun, selain Yesus, yang menyadarinya. Efesus sendiri mungkin tidak menyadari
kesalahannya, setidaknya sampai Kitab Wahyu disampaikan pada mereka.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia
Publishing House, 2007 hlm.47-48
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 40)
“Sebab itu
INGATLAH betapa dalamnya engkau telah jatuh!.
BERTOBATLAH DAN LAKUKANLAH LAGI APA YANG SEMULA ENGKAU LAKUKAN…”(Wahyu 5
a).
KITA MENGASIHI ALLAH KARENA DIA LEBIH
DAHULU MENGASIHI KITA.
“Berdasarkan analisis Yesus tentang jemaat di Efesus, nasihat apakah
yang Dia tawarkan kepada mereka?.
Hal pertama : Dia katakan adalah
“ingatlah.” Dalam versi asli bahasa
Yunaninya, kata ini dalam bentuk kalimat perintah SAAT INI (Present
tense). Ini berarti agar mereka tidak
melupakan hubungan mereka yang sebelumnya dengan Tuhan. Tetapi jemaat perlu menyadari kehilangan itu,
untuk termotivasi oleh kenyataan bahwa mereka telah mengalami kemunduran.
Hal berikut yang Yesus perintahkan adalah :
agar mereka BERTOBAT. Bentuk kata yang
ini berbeda, mencerminkan tindakan SESAAT.
Di sini Dia memerintahkan agar mereka bertindak. Pertobatan mereka harus menjadi perubahan
haluan yang tegas. Sementara jemaat
telah terbiasa mengingat, mereka telah lupa bagaimana caranya bertobat. Mereka perlu mulai dari awal lagi dan
menyelaraskan tindakan dengan maksud tujuan mereka.
Ketiga, Yesus menasihatkan mereka MELAKUKAN
APA YANG PERTAMA-TAMA MEREKA LAKUKAN.
Ini juga sesuatu yang mesti mulai mereka lakukan. Hidupkan situasi semula yang menyebabkan
kasihmu MEREKAH dulu. Putar kembali
dalam ingatanmu saat-saat ketika engkau sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan
dalam pembaruan pikiran serta tindakan.
“Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula kaulakukan”.
Para penasihat perkawinan mengatakan bahwa
pasangan yang cintanya telah luntur perlu mengulangi kembali hal-hal yang dulu
menyatukan mereka pada awalnya. Hampir
semua pasangan menikah pernah jatuh cinta.
Tidak peduli apa yang terjadi pada mereka hari ini, mereka pernah saling
tertarik satu sama lain. Jika itu bisa
terjadi dulu, itu bisa terulang lagi saat ini.
Pasangan yang sedang bertengkar perlu mulai
dari awal lagi. Nikmati kembali
kegembiraan yang diperoleh dengan berpegangan tangan, kata-kata ramah, serta
perhatian yang lemah lembut. Ambil waktu
luang dari pekerjaan, kurangi tekanan, dan bersikaplah muda kembali. Pulihkan kembali ikatan yang telah melemah
atau putus. Prinsip yang sama bisa
diterapkan pada kehidupan rohani. Jika
kasih Anda kepada Allah telah mulai berkurang, kembalilah pada hal-hal yang
dulu mendekatkan Anda dengan-Nya. Di
manakah Anda saat Anda pertama merasakan hadirat-Nya?. Apa yang Anda lakukan untuk
menyambut-Nya?. Anda tidak perlu
mengambil inisiatif untuk memulihkan hubungan dengan Allah. Injil mengatakan kepada kita bahwa Dia telah
melakukannya. Kita mengasihi Allah
karena Dia terlebih dulu mengasihi kita.
Dialah penggagasnya. Tugas kita
adalah merespons apa yang telah Dia perbuat.
Kita mengasihi-Nya karena Dia terlebih dulu mengasihi kita. 1.
Sumber:
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung:
Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 49.
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 41)
“Bertobatlah
dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan… AKU AKAN datang kepadamu dan AKU AKAN
MENGAMBIL KAKI DIANMU dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat”. (Wahyu
2:5 b).
UMAT TUHAN
PERLU BERTOBAT
“Efesus
sekarang bernama Kusadasi, Filadelfia bernama Alashehir, dan tak seorang pun
orang-orang Kristen disana. Ketika
Yohanes menulis kitabnya, Kekristenan sedang berkembang dengan kokohnya di Asia
kecil bagian tengah dan barat.
Kenyataannya, banyak sarjana Alkitab meyakini bahwa jauh lebih banyak
orang-orang Kristen di Asia Kecil pada abad mula-mula ini dibandingkan di mana
pun juga di dunia. Namun selama
berabad-abad, gereja-gereja mengalami penurunan dalam jumlahnya, hingga Islam
akhirnya memunahkan mereka.
Wilayah-wilayah dimana gereja mula-mula pernah sangat kokoh berdiri
(mencakup Siria dan Arika Utara) sekarang hampir seluruhnya Islam. Sebagaimana yang Yesus peringatkan di dalam
ayat di atas, KAKI DIAN bisa diambil dari tempatnya. Namun demikian, bukan Islam yang sebenarnya
menghancurkan gereja. Di Afrika Utara,
pertentangan doktrinal dan etnik yang melemahkan Kekristenan. Orang-orang Kristen di Timur Tengah gagal
terlibat dalam budaya setempat, sehingga membukakan pintu pada ajaran Muhammad
yang jauh lebih kontekstual. Selama
Abad pertengahan, kepemimpinan gereja Eropa berusaha menghidupkan kembali
Kekristenan di Timur Tengah. Namun
mereka salah memahami Injil dan memilih suatu metode (Perang Salib) yang malah
membuat keadaan makin buruk. Gerejalah
yang menghancurkan Kekristenan di daerah Timur Tengah bagian timur. Sejarah seharusnya menjadi peringatan bagi
kita. Di mana Injil dulu pernah
berkembang luas, sekarang mengalami penurunan.
Namun demikian, wilayah-wilayah yang hampir-hampir tidak mengenal Injil
dua abad yang lalu (Afrika dan Asia) kini berkembang pesat jadi pusat
iman. Anda dan saya tidak boleh
memandang remeh rencana Allah. Jika kita
meninggalkan misi kita Tuhan akan membangkitkan orang-orang lain untuk
menggenapinya.1
Sumber:
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung:
Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 50.
Wahyu Kepada Yohanes.(Bagian 38).
WAHYU
KEPADA YOHANES (Bagian 38)
TINDAKAN PALING AMAN
ADALAH MENGASIHI.
“Namun
demikian Aku mencela engkau, karena engkau TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG
SEMULA “ (Wahyu 2:4).
“Jemaat di Efesus tampaknya mengulangi pengalaman bangsa Israel sebelum pembuangan
ke Babel. Mengutip perkataan Yeremia
bagi Yerusalem :”Aku teringat…kepada cintamu pada waktu engkau menjadi
pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun”.(Yer.2:2). Tahun-tahun awal pengalaman bangsa Israel di
padang belantara merupakan masa-masa penuh pengabdian dan kesetiaan. Tapi kemudian semuanya berubah: “Aku telah
membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan… Betapa engkau berubah
menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar !”. (ayat 21). Seandainya Anda harus menekankan pada
kebenaran doktrinal yang teguh atau kasih dalam suatu situasi, manakah yang
Anda pilih? . Saat kita tidak tahu apa
yang mesti dibuat, tindakan paling aman adalah MENGASIHI.
Kitab 1 Korintus 13 mengatakan bahwa kita bisa saja memilili semua
kebenaran doctrinal dan segala macam pekerjaan baik, tetapi jika kita tidak
memiliki kasih, semua itu tidak ada gunanya.
Ellen G. White menyimpulkan, “Dalam pembaruan, sebaiknya kita tidak
berbuat kelewatan dengan melangkah terlalu jauh. Dan seandainya terjadi kesalahan pun,
sebaiknya kita berada tak melupakan sisi
manusiawinya”.
Ellen G White, Testimonies for the church (Mountain View,Calif:Pacific
Press Pub.Assn.,1948) jld.3,hlm.21.
Pada
dasarnya kita cenderung bersikap keras kepada sesama dan mengasihi diri
sendiri. Setiap gereja yang telah
meninggalkan pusat Injil maka akan mulai menyakiti orang-orang sekalipun dia
setia dan mempertahankan doktrin yang benar.
Ketika kita tak yakin bagaimana harus menangani situasi tertentu, lebih
baik kita mengambil risiko salah yaitu menebar kasih dan belas kasihan.” 1.
Ay 4: “Namun demikian Aku
mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula”.
1) ‘Namun
demikian Aku mencela engkau’.
a) Tadi ada
pujian, sekarang ada kritikan.
Tuhan bersikap fair;
memuji apa yang baik dan mengkritik apa yang jelek. Kita seringkali melakukan
hanya salah satu saja, baik terhadap anak, pegawai, jemaat, anak sekolah
minggu, dsb. Atau sering juga kita tidak melakukan kedua-duanya.
b) KJV: ‘Nevertheless
I have somewhat against thee’ (= Bagaimanapun Aku mempunyai sesuatu
yang kecil / sedikit terhadap engkau).
Ini salah, karena kata ‘somewhat’
(= sedikit) ini sebetulnya tidak ada. Terjemahan yang salah ini mengecilkan
kesalahan gereja Efesus dalam persoalan meninggalkan kasih yang semula ini,
padahal itu sama sekali bukan sesuatu dosa yang remeh! Karena itu, kalau
saudara sedang meninggalkan kasih yang semula / pertama, jangan meremehkan
keadaan itu!
2) ‘karena
engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula’.
a) Dicela
sekalipun ‘baik’.
Sekalipun ada banyak
hal-hal yang sangat baik dalam diri gereja Efesus ini, seperti sikap orthodox,
menjaga kemurnian doktrin, bekerja keras, tidak menjadi lelah / bosan, membenci
kejahatan dsb, tetapi mereka tetap dicela karena meninggalkan kasih yang semula
/ pertama. Karena itu jelaslah bahwa:
·
Kemurnian doktrinal tidak bisa menggantikan kasih.
George Eldon Ladd: “Doctrinal
purity and loyalty can never be a substitute for love” (= Kemurnian dan
kesetiaan doktrinal tidak pernah bisa menjadi pengganti kasih) - hal 39.
Adalah sesuatu yang baik
kalau saudara adalah orang yang sangat memperhatikan dan menjaga doktrin,
tetapi pada saat yang sama saudara juga harus memperhatikan dan menjaga kasih
saudara kepada Tuhan.
·
Kebencian terhadap dosa / kejahatan tidak bisa menggantikan kasih kepada
Kristus.
John Stott: “to hate error
and evil is not the same as to love Jesus Christ” (= membenci kesalahan dan
kejahatan tidaklah sama dengan mengasihi Yesus Kristus) - hal 29.
Orang yang mengasihi
Kristus pasti membenci kejahatan, tetapi orang yang membenci kejahatan belum
tentu mengasihi Kristus. Sebagai contoh, ada banyak orang yang mengutuk
perkosaan massal tanggal 14 Mei 1998, padahal mereka sama sekali bukan orang
kristen, dan karenanya tentu tidak mengasihi Kristus.
·
pelayanan yang bagaimanapun giatnya tidak bisa menggantikan kasih.
Pulpit Commentary: “Ere ever he
would restore the recreant Peter to his apostleship, thrice over was the
question asked, ‘Lovest thou me?’ as if the Lord would teach him and all of us
that love to himself is the one indispensable qualification of all acceptable
service” (= Sebelum Ia mengembalikan Petrus yang tidak setia / murtad dari
kerasulannya, tiga kali Ia menanyakan pertanyaan: ‘Apakah engkau mengasihi
Aku?’, seakan-akan Tuhan mengajar dia dan semua kita bahwa kasih kepadaNya
adalah satu persyaratan yang harus ada dalam semua pelayanan yang
menyenangkanNya) - hal 79.
b)
Bandingkan celaan di sini dengan Yer 2:1-8! (khususnya perhatikan Yer
2:2b,5)!
Yer 2:2b - “Aku
teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu
engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di
negeri yang tiada tetaburannya”.
NIV: ‘I remember the
devotion of your youth, how as a bride you loved me and followed me
through the desert, through a land not sown’ (= Aku mengingat kesetiaan
/ penyerahan / pembaktian masa mudamu, bagaimana sebagai mempelai engkau
mengasihi Aku dan mengikuti Aku melalui padang gurun, melalui tanah /
negeri yang tidak ditaburi).
Yer 2:5 - “Beginilah
firman TUHAN: Apakah kecurangan yang didapati nenek moyangmu padaKu,
sehingga mereka menjauh dari padaKu, mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka
menjadi sia-sia?”.
Penerapan:
Kalau saudara sedang
meninggalkan kasih yang semula, tanyakan pertanyaan yang sama terhadap diri
saudara sendiri: apakah kecurangan / kesalahan yang aku dapati pada Allah,
sehingga aku meninggalkan kasihku yang semula kepadaNya?
c) Kasih
kepada siapa yang dimaksudkan di sini?
·
Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada kasih kepada sesama manusia.
Beasley-Murray: “the love which
had abated was primarily love for fellow men” (= Kasih yang telah berkurang
terutama adalah kasih kepada sesama manusia) - hal 75.
·
Leon Morris (hal 60) mengatakan bahwa tidak jelas apa yang dimaksud dengan
‘kasih’ di sini. Ada yang mengartikan bahwa ini adalah ‘kasih kepada Kristus’,
ada yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada sesama saudara seiman’, dan
ada juga yang mengatakan bahwa ini adalah ‘kasih kepada seluruh umat manusia’.
Leon Morris lalu mengatakan bahwa mungkin kasih di sini mencakup
ketiga-tiganya.
·
Tetapi saya berpendapat bahwa penekanan utama di sini adalah kasih kepada Allah
/ Kristus.
Barnes’ Notes: “The love here
referred to is evidently love to the Saviour” (= Kasih yang dimaksudkan di
sini jelas adalah kasih kepada sang Juruselamat) - hal 1553.
Pulpit Commentary: “Christ is very
jealous of our love” (= Kristus sangat cemburu akan cinta kita) - hal
69.
·
Tetapi perlu juga diingat bahwa kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama
sangat berhubungan. Kalau kasih kepada Allah berkurang, maka pasti kasih kepada
sesama juga demikian.
Robert H. Mounce (NICNT): “A cooling of
personal love for God inevitably results in the loss of harmonious relationship
within the body of believers” (= Kasih pribadi yang mendingin kepada Allah
secara tak terhindarkan menghasilkan hilangnya hubungan yang harmonis di dalam
tubuh orang-orang percaya) - hal 88.
Penerapan:
Untuk memperbaiki
hubungan / persekutuan dalam keluarga ataupun gereja, maka setiap individu
harus memperbaiki kasihnya kepada Tuhan. Ini juga berlaku sebaliknya. Untuk
memperbaiki kasih kepada Tuhan kita harus memperbaiki hubungan dengan sesama.
d) Siapa
yang dikatakan meninggalkan kasih yang semula / pertama ini? Ada 2 pandangan tg
hal ini:
1. Kata-kata
ini ditujukan kepada mereka sebagai gereja, bukan sebagai individu.
Herman Hoeksema (hal
58-59) mengatakan bahwa yang kehilangan kasih yang semula bukanlah jemaat /
individu yang tadinya mempunyai kasih yang semula, tetapi gereja
Efesus. Jadi gereja ini bertumbuh dalam hal jumlah, dan orang-orang yang baru
ini tidak mempunyai kasih yang semula seperti jemaat yang lama. Ia berpandangan
demikian karena ia berkata bahwa orang kristen sejati tidak bisa kehilangan
keselamatan. Tetapi saya berpendapat bahwa ‘kehilangan kasih yang semula’
tidaklah sama dengan ‘kehilangan keselamatan’ / ‘jatuh dari kasih
karunia’!
William Hendriksen
mempunyai pemikiran yang sejalan dengan Hoeksema. Ia berkata bahwa rasul
Yohanes menulis Kitab Wahyu ini lebih dari 40 tahun setelah gereja Efesus
didirikan. Jadi generasi pertama sudah mati, dan lalu muncul generasi kedua,
yang tidak mempunyai kasih yang semula.
Pandangan Hoeksema dan
Hendriksen ini memang memungkinkan. Apalagi kalau dilihat dari Yer 2:1-8,
yang pada ay 2nya berbicara tentang ‘cintamu’, padahal yang dimaksud
adalah ‘cinta nenek moyangmu’. Jadi bagian ini meninjau Israel sebagai suatu
bangsa, yang dahulu mengasihi Tuhan tetapi sekarang tidak. Karena itu adalah
mungkin bahwa dalam kasus gereja Efesus juga diartikan seperti itu.
Kalau ini benar, maka
ini menjadi peringatan bagi setiap gereja yang benar, untuk berjaga-jaga bukan
hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk generasi penerus. Apa yang
harus dilakukan untuk ini?
· perhatikan anak-anak
sekolah minggu supaya mempunyai guru-guru sekolah minggu yang baik dan injili. Guru-guru
Sekolah Minggu sendiri harus menjaga kerohanian mereka dan pengajaran mereka,
karena secara manusia boleh dikatakan bahwa nasib dari generasi penerus ada di
tangan mereka! Renungkan Mat 18:6 - “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari
anak-anak kecil ini yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
·
perhatikan kerohanian pemuda remaja di gereja.
·
jaga agar Majelis gereja yang dipilih selalu adalah orang-orang yang rohani,
alkitabiah dan injili. Jangan memilih orang yang kaya tetapi yang rohaninya
brengsek!
·
hati-hati dalam memilih hamba Tuhan.
·
jaga supaya dalam gereja selalu terdapat Pemberitaan Injil. Dengan demikian orang-orang
yang baru bisa mendengar Injil dan bertobat.
2. Kata-kata
ini ditujukan kepada mereka sebagai individu. Jadi jemaat Efesus itu sendiri
yang meninggalkan kasih yang semula.
Kebanyakan penafsir
membahas bagian ini dari sudut pandang ke 2 ini. Saya sendiri, sekalipun
menganggap pandangan pertama di atas tetap mempunyai kemungkinan untuk benar,
lebih condong pada pandangan ke 2 ini, karena:
·
dari surat-surat kepada gereja-gereja yang lain terlihat bahwa Tuhan
memperhatikan individu, dan bukannya hanya gereja secara keseluruhan. Jadi
kalau yang salah hanya sebagian, maka Tuhan juga menegur yang sebagian itu
(bdk. 2:14,15,24 3:4).
·
Ay 5 menyuruh mereka untuk:
*
mengingat betapa dalamnya mereka telah jatuh.
*
bertobat.
*
melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan.
Semua ini rasanya
menunjukkan bahwa yang meninggalkan kasih yang semula / pertama itu adalah diri
mereka sendiri, bukan generasi sebelum mereka.
e) ‘Meninggalkan
kasih yang semula / pertama’.
1. Pada
waktu Paulus menulis surat Efesus, gereja Efesus masih berkobar-kobar dalam
kasihnya kepada Allah. Ini ditunjukkan secara implicit oleh
Ef 6:24, dan ini juga diwujudkan dengan kasih kepada sesama orang kudus -
Ef 1:15 (ingat bahwa kasih kepada sesama berhubungan erat dengan kasih
kepada Tuhan). Tetapi sekarang gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang
semula / pertama itu. Perhatikan bahwa mereka tidak dikatakan ‘kehilangan’
(pasif) tetapi ‘meninggalkan’ (aktif) kasih yang semula / pertama itu.
Karena itu Allah menyuruh mereka kembali kepada kasih yang pertama itu.
2. Kalau sejak lahir seorang kristen
tidak pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, maka ini bukan ‘meninggalkan
kasih yang semula’, tetapi ‘suam-suam kuku’ (Wah 3:14-15) dimana
Kristus masih ada di luar hidupnya (bdk. Wah 3:20). Dengan kata lain,
orang ini tidak pernah menjadi kristen yang sejati.
Tetapi semua orang kristen sejati pasti pernah
mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, karena:
· Ro
5:5b mengatakan “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh
Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Catatan: tentang ‘kasih Allah’ dalam Ro 5:5
ini ada yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih Allah kepada kita’,
tetapi ada juga yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih kita kepada Allah’.
·
kasih adalah ‘buah Roh Kudus’ (Gal 5:22).
Penerapan:
Untuk bisa tahu apakah saudara termasuk orang
kristen sejati yang meninggalkan kasih yang semula, atau orang suam-suam kuku
yang adalah orang kristen KTP, telusurilah jalan hidup saudara selama ini.
Kalau tidak pernah ada saat dimana saudara berkobar-kobar dalam cinta saudara
kepada Tuhan, maka saudara adalah orang suam-suam kuku. Bertobatlah dan
terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, sebelum terlambat!
3. Kasih yang semula / pertama itu
mudah memudar.
Thomas Manton: “That of all graces, love needeth
keeping. Why? Because of all graces it is most decaying. Mat. 24:12 Rev.
2:4” (= Bahwa dari semua kasih karunia, kasih membutuhkan pemeliharaan.
Mengapa? Karena dari semua kasih karunia itu adalah yang paling mudah berkurang
/ hilang. Mat 24:12 Wah 2:4) - ‘Jude’, hal 344.
Tetapi supaya saudara tidak secara salah dan
terlalu cepat menganggap bahwa kasih saudara kepada Allah sudah memudar,
perhatikan kutipan di bawah ini.
Barnes’ Notes: “ Individu-individu Kristen sering kehilangan
banyak dari kasih pertama mereka. Memang benar bahwa seringkali kelihatannya
terjadi hal ini, padahal sebetulnya tidak. Tidak sedikit dari semangat /
kobaran api / kehangatan emosi dari petobat-petobat muda yang seringkali tidak
lebih dari kegembiraan dari perasaan binatang, yang tentu saja akan segera
lenyap, sekalipun kasih sejati mereka mungkin tidak berkurang, atau mungkin
bertambah kuat secara konstan. Pada saat seorang anak pulang ke rumah setelah
pergi cukup lama, dan bertemu dengan orang tua dan saudara-saudaranya, di sana
ada suatu pijaran / sinar, suatu perasaan yang hangat, suatu sukacita emosi,
yang tidak bisa diharapkan berlangsung senantiasa, dan yang mungkin tidak akan
pernah bisa dihidupkan kembali, sekalipun ia mungkin terus bertumbuh dalam
kasih yang sejati kepada teman-temannya dan rumahnya”. - hal 1553.
4. Hal-hal yang menyebabkan
berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
a. Dosa.
Thomas Manton: “Some times it falleth out through
freeness in sinning. Neglect is like not blowing up the coals; sinning is like
pouring on waters, a very quenching of the Spirit, 1Thes. 5:19” (=
Kadang-kadang itu terjadi karena kebebasan dalam berbuat dosa. Kelalaian adalah
seperti tidak mengipasi arang; berbuat dosa adalah seperti menyiramnya dengan
air, tindakan yang memadamkan Roh, 1Tes 5:19) - ‘Jude’, hal 345.
Contoh dosa:
·
cinta uang / dunia.
Mat 6:24 - “Tak seorangpun dapat mengabdi
kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan
mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak
mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada
Mamon”.
Yak 4:4 - “Hai kamu, orang-orang yang
tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah
permusuh-an dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia
menjadikan dirinya musuh Allah”.
1Yoh 2:15 - “Janganlah kamu
mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia,
maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.
2Tim 3:4b - “lebih menuruti hawa nafsu
dari pada menuruti Allah”. Ini salah terjemahan.
NIV/NASB: ‘lovers of pleasure rather than
lovers of God’ (= pecinta kesenangan dan bukannya pecinta Allah).
·
pelayanan / pekerjaan / kesibukan yang begitu ditekankan sehingga menyebabkan
tak ada waktu untuk sendirian dengan Tuhan (doa dan belajar Firman Tuhan).
Steve Gregg: “Like Martha, a
church may become so engrossed in religious work that it neglects the ‘one
thing needed’ (Luke 10:42)” [= Seperti Marta, sebuah gereja bisa
menjadi begitu asyik dalam pekerjaan agamawi sehingga mengabaikan ‘satu hal
yang diperlukan’ (Luk 10:42)] - hal 65.
Catatan: ‘bagian yang terbaik’
dalam Luk 10:42 diterjemahkan ‘one thing is needful’ (= satu hal
yang diperlukan) oleh RSV.
Kata-kata Steve Gregg
ini memang sangat mungkin. Orang yang terlalu bersemangat dalam pelayanan,
sampai tidak ada waktu untuk belajar Firman dan berdoa, akan kehilangan kasih
yang semula. Dan hal yang menyedihkan adalah bahwa ada banyak (bahkan mungkin
kebanyakan!) hamba Tuhan yang seperti ini!
·
allah lain, yaitu hal-hal yang dicintai / diutamakan lebih dari Tuhan.
·
occultisme, seperti: tenaga dalam, hipnotisme, yoga, dsb.
b. Penderitaan yang hebat, banyak,
dan berlarut-larut, khususnya kalau kita tidak menghadapinya dengan benar.
c. Banyaknya kejahatan di sekitar
kita.
Mat 24:12 - “Dan karena makin
bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”.
d.
Peperangan mereka melawan kesesatan / nabi palsu.
Ramsey mengatakan bahwa
celaan tentang hilangnya kasih yang semula ini (ay 4) diletakkan setelah
pujian tentang semangat mereka membongkar kepalsuan dari rasul-rasul palsu
(ay 2), tetapi diletakkan sebelum pujian tentang kebencian mereka terhadap
tindakan para pengikut Nikolaus (ay 6), dan ini menunjukkan bahwa
hilangnya kasih yang semula ini berhubungan dengan semangat mereka dalam
membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu.
James B. Ramsey: “Celaan /
kecaman ini diberikan dalam hubungan yang erat dengan pujian terhadap semangat
mereka dalam menyingkapkan rasul-rasul palsu ini, dan diberikan sebelum pujian
kedua ini disebutkan, menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara semangat
menentang guru-guru palsu ini dengan penurunan kasih mereka. Disana ada
hubungan seperti itu, dan itu tidak pernah boleh dilupakan. Pada waktu
seseorang dipanggil untuk berjuang dengan sungguh-sungguh untuk iman, pada
waktu kesabaran diuji oleh kesalahan yang berani dan gigih, dan pada waktu
akhirnya pernyataan palsu dari guru-guru palsu itu tersingkap, proses itu
cenderung / mudah melukai dan memahitkan roh, dan berhasil mengembangkan
kesombongan rohani; sehingga kasih kudus kepada Yesus dan umatNya tanpa
terasa kehilangan gairah / semangat pertamanya yang dipancarkan oleh kasih itu
pada pandangan pertama dari iman terhadap salib dan kutuk yang dipadamkan”. - hal 131.
Catatan: Ramsey menganggap
bahwa pujian pertama berhubungan dengan semangat mereka dalam membongkar
kepalsuan rasul-rasul palsu itu, dan ay 3 berhubungan dengan pujian
pertama tersebut, karena penderitaan dalam ay 3 itu disebabkan hal itu.
Pujian kedua berkenaan dengan kebencian terhadap pengikut Nikolaus (ay 6).
Jadi kecaman tentang hilangnya kasih semula terletak setelah pujian pertama,
tetapi sebelum pujian kedua, dan karena itu ia lalu menyimpulkan bahwa kecaman
itu berhubungan dengan pujian pertama itu.
Kata-kata Ramsey di atas
sesuai dengan kata-kata Mounce yang berikut ini.
Robert H. Mounce (NICNT): “Every virtue
carries within itself the seeds of its own destruction” (= Setiap sifat
baik / kebajikan membawa dalam dirinya sendiri benih kehancuran dirinya
sendiri) - hal 88.
Memang orang yang kuat
dalam doktrin dan berani / tegas biasanya rawan dalam persoalan kasih!
Sebaliknya orang yang penuh kasih, sabar, biasanya kompromistis / kurang tegas,
atau munafik / suka berdusta, pengecut, dsb.
Penerapan:
Karena itu kalau saudara
menjumpai apapun yang baik dalam diri saudara, maka renungkanlah hal buruk apa
yang ter-cakup dalam hal baik tersebut, dan berusahalah untuk memper-tahankan
hal baiknya dan membuang hal buruknya.
5. Ciri /
akibat berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
Thomas Manton: “Dimana kita mengasihi disana akan
ada perenungan tentang obyek yang dikasihi, disana akan ada keakraban dan
keintiman dalam pembicaraan. Tidak ada satu haripun akan berlalu dimana kasih
tidak menemukan pesan / berita dan alasan / kesempatan untuk berbicara dengan
Allah, untuk meminta pertolonganNya atau nasehatNya. Tetapi sekarang, ketika
seseorang bisa melewati beberapa hari dan minggu tanpa pernah mengunjungi
Allah, keanehan seperti itu menunjukkan kasih yang sedikit / kecil. Juga, pada
saat ada ketidakpedulian dalam memuliakan Allah, tidak ada perencanaan dan
usaha / penyusunan tentang bagai-mana kita bisa menjadi paling berguna untuk
Dia, pada saat kita tidak berkabung atas dosa seperti yang biasa kita lakukan,
tidak peka terhadap pelanggaran, tidak mempunyai hati yang hancur, tidak begitu
hati-hati untuk menghindari semua kesempatan untuk menyakiti hati / menyalahi
Allah, tidak begitu berjaga-jaga dan bersemangat seperti kita biasanya, tidak
bangkit untuk melawan pencobaan dan pikiran daging, kasih itu berkurang /
melemah. Jelas bahwa ketika rasa kewajiban pada Kristus itu hangat dalam hati
kita, dosa tidak lolos dengan begitu bebas; kasih tidak akan mengijinkannya
hidup dan bertindak dalam hati, Titus 2:11-12, Kej 39:9. Tetapi sekarang,
karena semua ini sudah luntur, hati tidak dijaga, lidah tidak dikekang,
kata-kata kosong bahkan busuk dan kotor / tak senonoh; kemarahan dan iri hati
merajalela dalam jiwa, semua menuju pada kekacauan dalam hati yang diabaikan;
lebih jauh lagi, bahkan kebaktian dilakukan dengan asal-asalan / tak
sungguh-sungguh dan dalam cara yang ceroboh dan bodoh; dosa diakui tanpa
penyesalan dan perasaan bersalah kepada Allah; doa untuk berkat rohani tanpa
keinginan untuk mendapatkan; kemarahan mengutuk tanpa takut bahaya; doa syafaat
untuk orang lain tanpa simpati atau kasih persaudaraan; syukur diberikan tanpa
menghargai kebaikan / manfaat atau kasih kepada Allah dalam mengingat mereka;
perundingan tentang hal-hal kudus tidak pernah dilakukan atau sangat sedikit
dan ceroboh; pembacaan (Kitab Suci / Firman Tuhan) tanpa keinginan
mendapatkan keuntungan / manfaat; menyanyi tanpa kesenangan atau nyanyian di
hati. Semua ini hanyalah laporan / catatan suatu hati yang menurun dalam kasih
kepada Allah”. - ‘Jude’, hal 345-346.
Renungkanlah kata-kata Manton di atas ini kata
demi kata, dan ban-dingkanlah dengan hidup saudara. Dari situ saudara bisa
mengetahui apakah saudara sudah kehilangan kasih yang semula atau tidak.
Thomas Manton: “Dalam penyendirian kita yang serius
kita harus mempunyai pemikiran-pemikiran seperti ini: Saya biasanya
menghabiskan beberapa waktu setiap hari dengan Allah; saya ingat bahwa dulu
adalah suatu kesenangan bagi saya untuk berpikir tentang Dia; sekarang aku tidak
mempunyai hati untuk berdoa dan bermeditasi, tidak ada kesukaan dalam bersekutu
dengan Dia; dulu adalah sukacita dari jiwaku untuk berada dalam Perjamuan
Kudus, datangnya hari Sa-bat kusambut dengan baik; tetapi sekarang alangkah
membosankannya hal itu! Ada saat dimana aku mempunyai pengalaman yang manis,
dan kasih karunia Roh Allah lebih hidup dalam diriku, tetapi sekarang semua
mati dan tidak manjur; ada saat dimana pemikiran sia-sia adalah suatu beban
bagiku, tetapi sekarang aku bisa mengabaikan tindakan-tindakan berdosa; ada
saat dimana penghamburan waktu biasa merupa-kan kesedihan bagi jiwaku, sekarang
aku bisa menghamburkan Sabat secara tak berguna dan tidak merisaukannya, dsb.
Begitulah engkau harus memikirkan / merenungkan keadaanmu”. - ‘Jude’, hal 346-347.
Pulpit Commentary: “with all their
discernment of evil, and zeal against it, they lacked reality. Their light
still burned, but in a dull, lifeless way; their service had become mechanical”
(= dengan pandangan mereka yang tajam terhadap kejahatan, dan semangat
menentangnya, mereka kekurangan realitas / kenyataan. Lampu mereka tetap
menyala, tetapi secara pudar dan tak bersemangat; pelayanan mereka telah
menjadi pelayanan mekanis) - hal 58.
John Stott: “Without this
love, the Church’s work is lifeless” (= Tanpa kasih ini, pekerjaan Gereja
tidak bersemangat) - hal 28.
John Stott: “Adalah
kewajiban dari manusia untuk menyembah / berbakti kepada Allah, dari makhluk
ciptaan untuk menyembah / berbakti kepada Penciptanya. Jika penyembahan /
kebaktian dari Gereja tidak merupakan kebaktian di bibir saja, maka itu harus
keluar dari hati yang mengasihi Allah. ... Saya memperkirakan bahwa kebaktian
gereja Efesus hampir mati. Nyanyian telah menjadi membosankan / tidak menarik
dan tak bersemangat, dan doa-doa hampir tidak lebih baik dari mantera-mantera
orang kafir. Di sana ada upacara tetapi tidak ada roh / semangat. Di sana tidak
ada kehidupan / semangat karena di sana tidak ada kasih. Apa yang benar tentang
kebaktian umum orang-orang kristen Efesus pasti juga benar tentang Saat Teduh
pribadi mereka. Hanya kasih yang bisa menyelamatkan doa dan pembacaan Kitab
Suci secara pribadi terhadap penurunan menjadi suatu kerutinan yang bersifat
mekanis”. - hal 30.
Pulpit Commentary: “Hal-hal
luar / lahiriah mungkin sempurna, semangat mungkin dipertahankan, kesabaran
tidak pernah lelah, keorthodoxan tidak bercacat; tetapi kalau kasih - kekuatan
rahasia dari jiwa - berkurang / rusak, hanya waktu yang dibutuhkan untuk membawa
gereja pada kebusukan total”. - hal 92.
Memang saya percaya bahwa orang yang
meninggalkan kasih yang semula mula-mula bisa kelihatan tetap baik. Mungkin ia
tetap melayani, tetap bersaat teduh, tetap memberi persembahan, dsb. Tetapi
kalau keadaan ini dibiarkan, maka keadaan akan makin lama makin memburuk,
sehingga dari luarpun hal itu akan kelihatan.
John Stott: “jerih payah
menjadi pekerjaan yang membosankan jika itu bukanlah pekerjaan kasih. Yakub
bisa bekerja 7 tahun untuk mendapatkan tangan Rahel hanya karena ia
mengasihinya, dan 7 tahun itu ‘baginya terlihat seperti hanya beberapa hari
karena kasihnya kepadanya’ (Kej 29:20). Bertahan terhadap penderitaan bisa
menjadi berat dan pahit jika itu tidak dilunakkan dan dimaniskan oleh kasih.
‘Mengertakkan gigi dan mengepalkan kepalan dengan ke-tidak-acuhan Stoa’ berbeda
dengan ‘tersenyum menghadapi kesengsaraan dengan kasih Kristen’. - hal 28.
Catatan: golongan Stoic / Stoa
adalah golongan yang disebutkan dalam Kis 17:18. Ini adalah golongan yang
percaya pada takdir, tetapi mereka percaya bahwa takdir itu bahkan ada di atas
Allah.
6. Apa yang harus dilakukan supaya
kasih yang semula tidak berkurang / hilang?
·
terus bertumbuh secara rohani; jangan pernah puas dengan apa yang saudara capai
secara rohani, baik dalam pengertian Firman Tuhan, keteguhan iman, pengudusan
dsb.
Thomas Manton: “Bertambahlah dan bertumbuhlah dalam
kasih, 1Tes 4:10. Tidak ada yang lebih menimbulkan kebusukan / penurunan
kasih dari pada kepuasan dengan apa yang telah kita terima; setiap hari engkau
harus makin kurang mengasihi dosa, diri sendiri, dunia, tetapi mengasihi Kristus
makin lama makin banyak”. - ‘Jude’, hal 346.
1Tes 4:10 - “Hal itu kamu lakukan juga
terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati
kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya”.
·
kalau terjadi penurunan kasih, tanganilah secepat mungkin.
Thomas Manton: “ Amatilah penurunan pertama, karena
ini adalah penyebab dari semua yang lain. Kejahatan sebaiknya dihentikan pada
permulaan; jika pada waktu pertama-tama kita mulai bertumbuh menjadi ceroboh
kita sudah memperhatikan, maka itu tidak akan pernah menjadi seperti ini. ...
adalah lebih mudah menghancurkan sebuah telur dari pada membunuh ularnya”. - ‘Jude’, hal 346. 2.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007. hal. 46
2.
Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada
Yohanes.
Langganan:
Postingan (Atom)