WAHYU
KEPADA YOHANES (Bagian 19)
“Lalu
aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku
TUJUH KAKI DIAN DARI EMAS” (Wahyu 1:12).
Gereja-gereja di atas dunia ini
“tampaklah
kepadaku TUJUH KAKI DIAN DARI EMAS”:
-Melukiskan yang tujuh jemaat itu
sangat tinggi nilainya (ayat 20).
Tujuh kaki dian emas mengingatkan kandil bercabang tujuh dalam tempat
kudus Kaabah. Lambang itu berbeda
sedikit dalam Wahyu karena Kristus tidak dapat digambarkan berjalan-jalan di
tengah-tengah satu kandil dengan tujuh cabang.
Tetapi perbandingan Zakharia fasal 4 dan Wahyu 4 menyatakan bahwa
artinya adalah sama. Kaki dian itu melambangkan UMAT ALLAH atau gereja-gereja diatas dunia ini
(churches on earth), minyak (pedang dalam Wahyu 1:16) melambangkan ROH
KUDUS, yang mengalir dari hati Kristus ke dalam hati umat-Nya. (Baca Zakharia 4:6; Ef.6:17). Terang kasih dan kebenaran-Nya menerangi
dunia lewat umat-Nya. (Baca Yohanes 8:12; Mat.5:14.) “Umat Allah harus menjadi saluran untuk
pertahanan pengaruh tertinggi dalam alam semesta”. E.G. White, Testimonies, jilid 6, hlm.11.
“Bilangan Tujuh” dalam Wahyu:
1:4 –
7 gereja dan 7 roh.
1:12-
7 kandil(kaki dian)
1:16-
7 bintang.
5:1-
7 meterai
5:6-
7 tanduk dan 7 mata.
8:2-
7 malaikat dengan 7 sangkakala.
10:3-
7 guruh
12:3-
7 kepala dengan 7 mahkota.
15:1-
7 malaikat dengan 7 malapetaka terakhir.
17:9-
7 gunung.
17:10-7 raja.
Dalam dunia Romawi kuno, kaki dian(menorah) bercabang tujuh adalah
simbol paling umum untuk Yudaisme, sama seperti ikan dan salib belakangan
menjadi lambang iman Kristiani. Dengan
cara yang mengejutkan, Kitab Wahyu mengadopsi lambang Yudaisme ini untuk
mewakili jemaat-jemaat di Asia Kecil.
Jadi, Yohanes paham betul bahwa iman Kristiani sejati merupakan warisan
sejarah Israel, sekalipun tidak mengakui orang-orang Kristen (Wahyu 2:9;
3:9). Itulah orang-orang yang putus
hubungan dengan warisan budaya Yahudi mereka, bukannya para pengikut sejati
dari Yeshua Sang Mesias.
Jika begitu, sudahkah gereja menggantikan Israel?. Sulit
membayangkan orang-orang Kristen abad pertama mengambil posisi mereka. Mereka memperkenalkan Mesias Yahudi, yang
menggenapi janji-janji bagi Israel.
Mereka mempertobatkan orang-orang kafir kepada satu-satunya Allah Israel
yang benar. Walaupun tidak menuntut agar
orang-orang bukan Yahudi di sunat, orang-orang Kristen Yahudi seperti Paulus
menerima mereka sebagai peserta baru dalam iman Yahudi mereka kepada
Yesus. Orang-orang percaya bukan Yahudi
adalah anak-anak Abraham secara rohani (Gal.3:28), mengenakan sunat
rohani(Rm.2:28, 29) dan dicangkokkan kepada pohon Israel sementara
cabang-cabang asli yang tidak percaya dipatahkan (Rm.11:17). Didalam Kitab Wahyu gambaran kaki dian
menekankan keyahudian iman Kristen serta keterkaitan erat antara iman dengan
warisan budaya Israel.
Kiranya kita lebih banyak lagi belajar tentang akar warisan sejarah
rohani dan menghargainya seperti halnya Paulus dan Yohanes.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan
Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia
Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989.
2.
The SDA Bible Commentary, Jilid 7,
U.S.A: Review and Herald Publishing Association, Revised, 1980.
3.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
WAHYU
KEPADA YOHANES (Bagian 20)
“Dan
setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku TUJUH KAKI DIAN DARI EMAS, DAN
DITENGAH-TENGAH KAKI DIAN ITU ADA SEORANG SERUPA ANAK MANUSIA….” (Wahyu
1:12,13).
Gereja itu berharga dipemandangan
Allah.
JAMINAN KEHADIRAN DAN PERLINDUNGAN
SERTA PEMELIHARAAN ATAS JEMAAT-JEMAAT DAN PARA PEMIMPINNYA (ayat 12-18):
1.
Tampak tujuh kaki dian emas –
Melukiskan yang tujuh jemaat itu sangat tinggi nilainya (ayat 20).
2.
Di tengah-tengahnya ada seorang serupa
Anak Manusia –Jaminan kontinuitas kehadiran Yesus di tengah-tengah jemaat-Nya:
--Anak
manusia –Kemanusiaan Yesus terus dimilikinya selama-lamanya ( 5 SDA Bible
Commentary, hlm.917-919)
Yohanes melihat Yesus di antara tujuh kaki
dian, melambangkan tujuh jemaat di Asia Kecil (Why.1:20). Pengliharan ini menyoroti Yesus sedang
berjalan di antara tujuh kaki dian, melayani
gereja-gereja. Latar belakang ide
ini adalah janji Perjanjian Lama: “Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan
Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan
menjadi umat-Ku”(Im.26:12). Satu hal
terbaik berkenaan dengan perjanjian adalah Allah tak sewenang-wenang. Ia menundukkan diri-Nya kepada
perjanjian. “Sebab itu haruslah
kauketahui, bahwa Tuhan, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang
perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan
berpegang pada perintah-Nya” (Ul.7:9).
Allah tidak seperti dewa-dewa orang kafir kuno yang tidak bisa
dipercaya. Allah Ibrani menghampiri
umat-Nya dengan cara konsisten, menaati peraturan-Nya sendiri. Inilah sumber keamanan dan stabilitas luar
biasa besar bagi kehidupan rohani kita.
Kita tahu apa yang bisa kita harapkan dari-Nya.
Tentu kita mendambakan kestabilan rohani
yang Allah telah janjikan dalam perjanjian-Nya dengan kita.
Ay 12: “Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang
berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki
dian dari emas”.
1)
Arti dari ‘kaki dian’.
Ay 20c
memberikan arti dari ketujuh kaki dian itu karena ay 20c itu berbunyi:
‘ketujuh kaki dian itu ialah ketujuh jemaat’. KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan
‘jemaat’ dengan ‘churches’ (= gereja-gereja).
2)
Penyimbolan sebagai ‘kaki dian’.
a) Gereja disimbolkan dengan kaki dian, dan ini
menunjukkan misi yang benar dari gereja. Kaki dian berfungsi sebagai tempat
dari lampu / api / lilin yang memberikan terang bagi kegelapan. Cahaya / terang
menunjuk pada Injil.
James B.
Ramsey: “It beautifully and forcibly expresses the true mission of
the visible church. A candlestick, or lampstand as this was, like those in the
tabernacle and temple, is for the purpose of holding up light in the darkness.
The church is God’s appointed light-bearer in this dark world. ... Her great,
and indeed her only business, is to hold fast this truth and hold it forth,
until its light penetrates into the darkest corners of the earth” (= Ini
secara indah dan kuat menyatakan misi yang benar dari gereja yang kelihatan.
Kandil, atau kaki dian seperti ini, seperti yang ada di Kemah Suci dan Bait
Allah, berfungsi untuk memegang / mengangkat terang dalam kegelapan. Gereja
adalah pembawa terang yang ditetapkan / diangkat oleh Allah dalam dunia yang
gelap ini. ... Urusannya yang besar, dan bahkan satu-satunya urusannya, adalah
memegang erat-erat kebenaran ini dan membicarakannya, sampai terangnya menembus
ke sudut-sudut tergelap dari dunia) - hal 79.
Penerapan:
Kalau
kita tidak memberitakan Injil, maka kita tidak melaksanakan misi yang Tuhan
berikan kepada kita sebagai gereja. Karena itu gereja harus banyak memberitakan
Injil, baik oleh pendeta / penginjil melalui mimbar di dalam gereja, maupun
oleh jemaat secara pribadi di luar gereja.
b) Penyimbolan gereja sebagai
‘kaki dian emas’ berhubungan dengan Mat 5:14 - ‘Kamu adalah terang dunia’.
Dengan demikian yang dimaksud dengan ‘terang’ bukan hanya Injil / Firman
Tuhan, tetapi juga perbuatan baik kita yang memuliakan Allah. Bandingkan dengan
Mat 5:16 - “Hendaklah
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang
baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”.
Penerapan:
Tidak
cukup bagi kita untuk hanya memberitakan Injil, kita juga harus berusaha hidup
baik / benar untuk bisa bersinar bagi Kristus!
3)
Kaki dian itu terbuat dari emas. Apa artinya?
Adam Clarke: “they are here represented as golden, to
show how precious they were in the sight of God” (= mereka di sini digambarkan sebagai
emas untuk menunjukkan betapa berharganya mereka dalam pandangan Allah) - hal 973.
James B.
Ramsey: “Like the candlestick in the tabernacle, these are
‘golden’. While this may represent the required purity of the church, it
certainly does represent its actual preciousness” (= Seperti kandil dalam
Kemah Suci, mereka terbuat dari emas. Sementara ini bisa menggambarkan
kemurnian yang diinginkan dari gereja, itu pasti juga menggambarkan berharganya
gereja) - hal 89.
Perhatikan bahwa ke 7 gereja dalam Wah 2-3 punya banyak cacat cela,
bahkan ada satu yang hanya dikecam tetapi sama sekali tidak dipuji, yaitu
gereja di Laodikia (tetapi awas, ini tetap bukan gereja sesat!). Tetapi tetap
semua gereja itu dilambangkan dengan ‘kaki dian emas’, yang menunjukkan
bahwa mereka berharga di mata Tuhan.
James B.
Ramsey: “Imperfect, therefore, as the visible church is, and
always has been; marred, as was the church of Sardis and of Laodicea, by the
corruptions that still dwell in the hearts of her members, and by false
professors, she is still, in the eyes of our Redeemer, infinitely more precious
than all the kingdoms of the world and the glory of them. Even the churches of
Sardis and Laodicea have a golden candlestick as their symbol, as well as the
pure and uncensured churches of Smyrna and Philadelphia. ... Beware, then, that
you do not under-estimate this ‘golden’ instrumentality and representative of
God’s kingdom. Ever remember that the government, the ordinances, the offices, the
discipline, and the spiritual enterprises of this church are divinely
appointed; they are heavenly means of a heavenly power for heavenly ends. To
neglect or turn away from the privileges of this church is to reject God and
His Son. If you have any love to the King Himself, and to His invisible
spiritual kingdom, you cannot but love and cherish this visible kingdom which
He has ordained to represent it and to be the channel of its blessings to a
perishing world” (= Karena itu, sekalipun gereja yang kelihatan ini tidak
sempurna, dan dari dulu selalu demikian; dirusak / dikotori, seperti gereja
Sardis dan Laodikia, oleh kejahatan yang tetap tinggal dalam hati
anggota-anggotanya, dan oleh profesor-profesor palsu, ia tetap, di mata Penebus
kita, jauh lebih berharga dari semua kerajaan dunia dan kemuliaannya. Bahkan
gereja Sardis dan Laodikia mempunyai kaki dian emas sebagai simbol mereka, sama
seperti gereja Smirna dan Filadelfia yang murni dan tak bercela. ... Karena
itu, hati-hatilah supaya engkau tidak menganggap rendah alat dan wakil kerajaan
Allah dari ‘emas’ ini. Ingatlah selalu bahwa pemerintahan, peraturan, jabatan,
disiplin, dan usaha / proyek rohani dari gereja ini ditetapkan oleh Allah;
mereka adalah cara surgawi dari kuasa surgawi untuk tujuan surgawi. Mengabaikan
atau berbalik dari hak-hak gereja ini berarti menolak Allah dan AnakNya. Jika
engkau mempunyai kasih terhadap sang Raja sendiri, dan terhadap kerajaanNya
yang bersifat rohani dan tak terlihat, engkau pasti mengasihi dan menghargai
kerajaan yang terlihat ini, yang telah Ia tentukan untuk mewakilinya dan untuk
menjadi saluran berkatnya bagi dunia yang sedang menuju kebinasaan) - hal
91-92.
Penerapan:
Berapa berharganya gereja kita ini di mata saudara? Ini bisa terlihat
dari beban saudara untuk kemajuan gereja. Ini terlihat dari berapa banyak dan
sungguh-sungguhnya saudara berdoa untuk gereja. Ini terlihat dari mau atau
tidaknya saudara melayani Tuhan dalam gereja. Ini terlihat dari maunya saudara
menghadiri aktivitas gereja. Ini terlihat juga dari persembahan saudara untuk
Tuhan melalui gereja. Karena itu renungkan hal-hal itu, dan pikirkan apakah
hidup saudara menunjukkan bahwa gereja ini berharga di mata saudara? Jangan
karena gereja mempunyai cacat cela, lalu saudara mengabaikan gereja atau bersikap
masa bodoh terhadap gereja. Ingat bahwa gereja Sardis, dan bahkan gereja
Laodikia, tetap dilambangkan dengan kaki dian emas!
Herman
Hoeksema menambahkan lagi satu arti dari ‘emas’, yaitu bahwa emas itu bersifat ‘incorruptible’
/ ‘imperishable’ (= tak bisa rusak / binasa). Tetapi bagaimana ini bisa
diharmoniskan dengan fakta bahwa gereja lokal itu bisa menjadi rusak / sesat?
Karena itu saya tidak setuju dengan arti ini.
4) Kaki dian emas ini mirip dengan yang ada dalam Kemah Suci
/ Bait Allah.
a) Dari
Kel 25:31-39 Kel 37:17-24 1Raja 7:49 terlihat bahwa dalam
Kemah Suci maupun Bait Allah juga ada tujuh kaki dian emas, yang disebut
‘kandil’ (NIV/NASB/RSV: ‘lampstand’ ; KJV: ‘candlestick’).
Adam Clarke: “This reference to the temple seems to
intimate that the temple of Jerusalem was a type of the whole Christian Church” (= Hubungan dengan Bait Allah
kelihatannya menunjukkan bahwa Bait Allah di Yerusalem merupakan suatu TYPE
dari seluruh Gereja Kristen) - hal 973.
b) Hoeksema (hal 40) berpendapat
bahwa ada 2 perbedaan antara kandil dalam Kemah Suci / Bait Allah dengan 7 kaki
dian emas yang dilihat oleh rasul Yohanes ini. Perbedaannya adalah:
1. Kandil dalam Kemah Suci / Bait Allah itu,
ketujuh lampunya membentuk suatu garis lurus, sedangkan 7 kaki dian emas dalam
kitab Wahyu ini membentuk lingkaran. Ini terlihat dari ay 13 dimana
dikatakan bahwa Anak Manusia itu ada di tengah-tengah kaki dian itu, dan juga
dari Wah 2:1 dimana dikatakan bahwa Yesus ‘berjalan di antara ke tujuh
kaki dian emas itu’.
2. Kandil dalam Kemah Suci / Bait Allah itu
merupakan satu kesatuan, sedangkan 7 kaki dian emas dalam Kitab Wahyu ini
merupakan 7 buah lampu yang terpisah.
Memang dalam Perjanjian Lama gereja dipersatukan oleh kesatuan fisik,
yaitu bangsa Israel. Tetapi dalam Perjanjian Baru, kesatuan gereja hanyalah
secara rohani.
William Hendriksen: “In the Tabernacle there was one lampstand
with seven lamps; here in Revelation we have seven lampstands. The reason for
the difference is that during the old dispensation there was a visible unity,
the Jewish church-state, whereas the churches of the new dispensation find
their spiritual unity in Christ” (= Dalam Kemah Suci ada satu kandil dengan 7 lampu;
di sini dalam Kitab Wahyu kita mempunyai 7 kandil. Alasan perbedaan itu adalah
bahwa selama Perjanjian Lama terdapat suatu kesatuan yang kelihatan, yaitu
gereja-negara Yahudi, sedangkan gereja-gereja dalam Perjanjian Baru mendapatkan
kesatuan rohani mereka dalam Kristus) - hal 58.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu:
Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
2.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
3.
Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu
kepada Yohanes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar