Kamis, 29 November 2018

Wahyu Kepada Yohanes (Bagian 39-41).


Related image
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 39)

“Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA “ (Wahyu 2:4).

KASIH KITA JANGAN SAMPAI MUDAH PUDAR

   “Tidak ada yang lebih dingin dibandingkan gereja yang tidak mengasihi.  Dan kasih yang sejati berarti keharusan melampaui semua formalitas, lebih daripada sekadar memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar, kepada hubungan penuh kasih mesra dengan sesama.
   Orang-orang di sekeliling Anda merindukan sentuhan kasih.  Efesus adalah gereja yang dulu mengasihi dengan cara demikian, tetapi telah meninggalkan kasih itu demi KEMURNIAN DOKTRINAL.  Di dalam antusiasme kita untuk memastikan bahwa “para pengikut Nikolaus” di sekeliling kita tidak menyusup ke dalam gereja, sering kita mengelompokkan mereka yang KESEPIAN dan TERABAIKAN menjadi satu dengan orang-orang itu”.
  
   “Jemaat di Efesus sangat setia pada Yesus, tapi mereka menghadapi masalah.  Jemaat itu telah “meninggalkan kasihnya yang semula” dan dengan kesalahan pertama yang fatal itu sedang mengarah kepada kehancuran.  Tidak seorangpun, selain Yesus, yang menyadarinya.  Efesus sendiri mungkin tidak menyadari kesalahannya, setidaknya sampai Kitab Wahyu disampaikan pada mereka. 
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm.47-48

                  WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 40)

“Sebab itu INGATLAH betapa dalamnya engkau telah jatuh!.  BERTOBATLAH DAN LAKUKANLAH LAGI APA YANG SEMULA ENGKAU LAKUKAN…”(Wahyu 5 a).
  
    KITA MENGASIHI ALLAH KARENA DIA LEBIH DAHULU MENGASIHI KITA.
  
   “Berdasarkan analisis Yesus tentang jemaat di Efesus, nasihat apakah yang Dia tawarkan kepada mereka?.
   Hal pertama : Dia katakan adalah “ingatlah.”  Dalam versi asli bahasa Yunaninya, kata ini dalam bentuk kalimat perintah SAAT INI (Present tense).  Ini berarti agar mereka tidak melupakan hubungan mereka yang sebelumnya dengan Tuhan.  Tetapi jemaat perlu menyadari kehilangan itu, untuk termotivasi oleh kenyataan bahwa mereka telah mengalami kemunduran.
   Hal berikut yang Yesus perintahkan adalah : agar mereka BERTOBAT.  Bentuk kata yang ini berbeda, mencerminkan tindakan SESAAT.  Di sini Dia memerintahkan agar mereka bertindak.  Pertobatan mereka harus menjadi perubahan haluan yang tegas.   Sementara jemaat telah terbiasa mengingat, mereka telah lupa bagaimana caranya bertobat.  Mereka perlu mulai dari awal lagi dan menyelaraskan tindakan dengan maksud tujuan mereka.
    Ketiga, Yesus menasihatkan mereka MELAKUKAN APA YANG PERTAMA-TAMA MEREKA LAKUKAN.  Ini juga sesuatu yang mesti mulai mereka lakukan.  Hidupkan situasi semula yang menyebabkan kasihmu MEREKAH dulu.  Putar kembali dalam ingatanmu saat-saat ketika engkau sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan dalam pembaruan pikiran serta tindakan.  “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula kaulakukan”.
   Para penasihat perkawinan mengatakan bahwa pasangan yang cintanya telah luntur perlu mengulangi kembali hal-hal yang dulu menyatukan mereka pada awalnya.  Hampir semua pasangan menikah pernah jatuh cinta.  Tidak peduli apa yang terjadi pada mereka hari ini, mereka pernah saling tertarik satu sama lain.  Jika itu bisa terjadi dulu, itu bisa terulang lagi saat ini.
   Pasangan yang sedang bertengkar perlu mulai dari awal lagi.  Nikmati kembali kegembiraan yang diperoleh dengan berpegangan tangan, kata-kata ramah, serta perhatian yang lemah lembut.  Ambil waktu luang dari pekerjaan, kurangi tekanan, dan bersikaplah muda kembali.  Pulihkan kembali ikatan yang telah melemah atau putus.  Prinsip yang sama bisa diterapkan pada kehidupan rohani.  Jika kasih Anda kepada Allah telah mulai berkurang, kembalilah pada hal-hal yang dulu mendekatkan Anda dengan-Nya.   Di manakah Anda saat Anda pertama merasakan hadirat-Nya?.  Apa yang Anda lakukan untuk menyambut-Nya?.  Anda tidak perlu mengambil inisiatif untuk memulihkan hubungan dengan Allah.  Injil mengatakan kepada kita bahwa Dia telah melakukannya.  Kita mengasihi Allah karena Dia terlebih dulu mengasihi kita.  Dialah penggagasnya.  Tugas kita adalah merespons apa yang telah Dia perbuat.  Kita mengasihi-Nya karena Dia terlebih dulu mengasihi kita.   1.
  
Sumber:
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 49.
                             
                      WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 41)

  “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan…  AKU AKAN datang kepadamu dan AKU AKAN MENGAMBIL KAKI DIANMU dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat”. (Wahyu 2:5 b).

UMAT TUHAN PERLU BERTOBAT

“Efesus sekarang bernama Kusadasi, Filadelfia bernama Alashehir, dan tak seorang pun orang-orang Kristen disana.  Ketika Yohanes menulis kitabnya, Kekristenan sedang berkembang dengan kokohnya di Asia kecil bagian tengah dan barat.  Kenyataannya, banyak sarjana Alkitab meyakini bahwa jauh lebih banyak orang-orang Kristen di Asia Kecil pada abad mula-mula ini dibandingkan di mana pun juga di dunia.  Namun selama berabad-abad, gereja-gereja mengalami penurunan dalam jumlahnya, hingga Islam akhirnya memunahkan mereka.  Wilayah-wilayah dimana gereja mula-mula pernah sangat kokoh berdiri (mencakup Siria dan Arika Utara) sekarang hampir seluruhnya Islam.  Sebagaimana yang Yesus peringatkan di dalam ayat di atas, KAKI DIAN bisa diambil dari tempatnya.   Namun demikian, bukan Islam yang sebenarnya menghancurkan gereja.  Di Afrika Utara, pertentangan doktrinal dan etnik yang melemahkan Kekristenan.  Orang-orang Kristen di Timur Tengah gagal terlibat dalam budaya setempat, sehingga membukakan pintu pada ajaran Muhammad yang jauh lebih kontekstual.   Selama Abad pertengahan, kepemimpinan gereja Eropa berusaha menghidupkan kembali Kekristenan di Timur Tengah.  Namun mereka salah memahami Injil dan memilih suatu metode (Perang Salib) yang malah membuat keadaan makin buruk.  Gerejalah yang menghancurkan Kekristenan di daerah Timur Tengah bagian timur.  Sejarah seharusnya menjadi peringatan bagi kita.  Di mana Injil dulu pernah berkembang luas, sekarang mengalami penurunan.  Namun demikian, wilayah-wilayah yang hampir-hampir tidak mengenal Injil dua abad yang lalu (Afrika dan Asia) kini berkembang pesat jadi pusat iman.  Anda dan saya tidak boleh memandang remeh rencana Allah.  Jika kita meninggalkan misi kita Tuhan akan membangkitkan orang-orang lain untuk menggenapinya.1

Sumber:
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 50.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar