WAHYU
KEPADA YOHANES –(Bagian 16)
“Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu di
dalam KESUSAHAN,…BERADA DI PULAU YANG BERNAMA PATMOS oleh karena firman
Allah…”(Wahyu 1:9)
Dalam situasi yang menantang,
kita selalu bergantung kepada-Nya.
LATAR BELAKANG YOHANES:
Siapakah
dia? Murid Kristus yang hidup paling akhir.
Di
mana dia? Di Pulau Patmos di lepas pantai Turki dewasa ini.
Mengapa
dia di sana? Dia telah dibuang oleh Kaisar Domitian
(A.D.81-96).
Pada
waktu kapan? Dekade terakhir dari abad pertama Masehi.
Pada
hari apa dia menerima penglihatan itu? Pada hari Sabat (baca
Kisah Para Rasul, hlm.458,459).
“ It is well to remember that the Revelation was given to guide,
comfort, and strengthen the church, not ony in his day, but throughout the
Christian Era, to the very close of time.”(see AA 581,585) ---“Harap di ingat
dengan baik bahwa Kitab Wahyu diberikan untuk menuntun, menghibur, dan
menguatkan gereja bukan hanya pada zaman Yohanes saja melainkan sampai sepanjang
masa Kekristenan sampai kepada akhir zaman”
(Lihat Act of the Apostle, hlm.581, 585.) –The SDA Bible Commentary,
Jld.7 hlm.725.
Walaupun pengikut setia Kristus akan menderita cobaan dan kesukaran, ada
jaminan yang memberanikan yang diberikan dalam:
Wahyu 16:33 “Dalam dunia – kamu menderita penganiayaan, tetapi
kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia”.
Kisah 14:22 “Harus melalui banyak sengsara untuk masuk kerajaan Allah”.
Patmos. “A small island in the Aegean sea about 55 mi. (c.90 km) southwest of
Ephesus. It measures under 10 mi. north
and south by about 6 mi.east and west.
Patmos is rocky and barren. Its
unusually broken coast line contains many inlets. Writing in AD 77 Pliny (Natural History
iv.12.23) reports that the island was used as a penal colony, which fact
explains John's statement about being a "companion in
tribulation." The apostle was on
Patmos as a Roman prisoner”.
(Patmos. “Sebuah pulau kecil di Laut Aegea sekitar 55 mil. (90 km) sebelah
barat daya dari Efesus. Berukuran di bawah 10 mil di utara dan selatan
sekitar 6 mil
di timur dan barat. Patmos berbatu
dan tandus. Garis pantai yang luar biasa kerusakannya mengandung banyak lubang. Pliny dalam tulisannya di tahun 77 Masehi,
melaporkan bahwa
pulau itu digunakan sebagai koloni hukuman, yang sebenarnya menjelaskan
pernyataan Yohanes tentang menjadi "saudara dan sekutumu
didalam kesusahan." Rasul itu di Patmos adalah sebagai tawanan Romawi”.) The SDA Bible Commentary, Jilid 7 hlm.734.
Ketika Yohanes menerima penglihatan di Patmos, ia tidak berada di
lingkungannya yang biasa. Ia jauh dari
rutinitas masa lalunya yang nyaman. Dan perubahan dalam hidupnya termasuk
pengalaman itu, ia namakan “kesusahan”.
Tetapi, sesulit apapun hidupnya, ia tahu bahwa Tuhan telah membawa dia
ke sana. Ketika kehidupan menjadi rutin,
mudah rasanya menganggap kalau kita seolah-olah memegang kendali, rasanya kita
dapat menangani apapun yang datang dalam hidup kita. Kita bisa cepat kehilangan rasa membutuhkan
akan Allah. Terkadang Tuhan menggerakkan
kita menjauh dari putaran kegiatan biasa kita dan menempatkan kita di tempat di
mana kita harus lebih bergantung sepenuhnya pada-Nya. Mendekati zaman akhir, para pengikut Allah
akan menemukan diri mereka ditempatkan dalam situasi baru dan menantang,
sehingga mereka datang bergantung pada-Nya dari sebelumnya.
Marilah kita selalu mengingat Tuhan pada masa makmur maupun pada masa
senang dan kita memohon agar Dia membawa kita kepada suatu pengalaman yang
mempersiapkan kita untuk apapun yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan
Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia
Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989.
2.
DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu:
Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988
3.
The SDA Bible Commentary, Jilid 7,
U.S.A: Review and Herald Publishing Association, Revised, 1980.
4.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
WAHYU
KEPADA YOHANES –(Bagian 17)
“Pada HARI TUHAN aku dikuasai oleh Roh
dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring…”(Wahyu 1:10).
Setiap
hari adalah hadiah dari Tuhan
“Pada hari Tuhan” –Ini adalah Hari
Sabat dan bukan hari Minggu.
·
Hari Sabat adalah hari Sabat Tuhan,
bukan hari Sabat orang Yahudi, karena:
1.
Yesus memasuki rumah ibadat pada hari Sabat (Luk.4:16).
2.
Tidak ada perobahan hari kebaktian sesudah kematian Yesus, sebab:
a. Rasul Paulus berbakti pada hari Sabat
tiga kali berturut-turut (Kisah 17:2).
b. Ia meyakinkan orang Yahudi dan Yunani,
artinya hari Sabat bukan monopoli orang Yahudi (Kisah 18:4).
Pada hari apa Yohanes menerima penglihatannya yang pertama?. Why 1:10.
“Pada
HARI TUHAN…”
Biasa mendengar orang-orang Kristen membicarakan pada hari Minggu adalah
Hari Tuhan dan mendapati mereka menafsirkan pernyataan Yohanes demikian. Tetapi tidak ada referensi dalam Kitab Suci
untuk hari Minggu sebagai Hari Tuhan.
Hari apa yang diakui Tuhan menjadi hari-Nya? Markus 2:28:
“Jadi Anak manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat”.
Yohanes memelihara Sabat di
Patmos:
“Adalah pada hari Sabat Tuhan kemuliaan kelihatan kepada rasul yang
dibuang itu. Hari Sabat dipelihara
dengan sucinya oleh Yohanes di pulau Patmos seperti bilamana ia berkhotbah
kepada orang banyak di kota-kota Yudea.
Ia menuntut sebagai miliknya sendiri janji-janji yang berharga yang
telah diberikan mengenai hari itu.” E.G. White, Kisah Para Rasul hlm.458,459.
Minggu tidak disebut “hari Tuhan”
hingga akhir masa.
Kata sifat Yunani(Gerika): “kepunyaan Tuhan”, “milik Tuhan”,(KURIAKE)
dalam sejarah terakhir gereja Kristen pertama berdiri sendiri dalam literatur
Kristen, tanpa kata “hari”, akhirnya kata ini menjadi istilah yang diterima
untuk hari Minggu, hari kebangkitan Kristus.
Walaupun istilah ini sering muncul dalam Bapa-bapa Gereja dengan arti
hari Minggu, bukti meyakinkan yang pertama dari penggunaan yang demikian tampak
hingga bagian terakhir pada abad kedua dalam Gospel According to Peter
apokripal (9,12…) di mana hari kebangkitan Kristus disebut ‘hari Tuhan’.
Karena dokumen ini dituliskan sedikit-dikitnya tiga perempat abad
sesudah Yohanes menuliskan Wahyu, itu tidak bisa ditunjukkan sebagai bukti
bahwa ucapan ‘hari Tuhan’ pada zaman Yohanes adalah hari Minggu.”
SDA
Bible Commentary, jilid 7. Hlm.735.
Lord’s day (Hari
Tuhan), boleh diartikan sebagai Hari pehukuman, tetapi dalam bahasa Yunani :
Hemera –menunjukkan suatu hari.
Hemera to khurio – The day of the Lord/hari Tuhan, Khurio = Kristus.
Kuriake – in modern Greek: Sunday/hari
minggu, Hemera –day/hari.
Sedikit kebenarannya bahwa ini hari minggu, karena ini adalah hari
kebangkitan (The day of resurrection).
Ada sebuah buku yang disebut dengan: Apocrypha –hidden book(buku
tersembunyi). Dalam buku ini ada satu
buku yang namanya Gospel of Peter (Injil Petrus). Pada buku ini disebutkan bahwa Kebangkitan
Kristus itu adalah Hari Tuhan (Christ’s resurrection is the Lord’s day).
Sebutan/pernyataan tersebut ditulis 75 tahun setelah buku Wahyu ditulis,
maka oleh sebab itu tidak dapat menjadi bukti bahwa hari Tuhan itu adalah hari kebangkitan ( the Lord’s day is the
resurrection day )
Bukti-bukti bahwa Hari Tuhan itu adalah hari Sabat:
Baca: Kejadian 2:3; Keluaran 20:11; Yesaya 58:13; Matius 2:28.
Hari
yang ketujuh adalah Hari Sabtu :
1.
Imamat 23:16 “Sampai kepada keesokan
harinja kemudian daripada sabtu yang
ketudjuh itu, genap lima puluh hari hendaklah kamu mempersembahkan
kepada Tuhan suatu makanan jang baharu”.
Alkitab, Lembaga
Alkitab Indonesia, Jakarta: 1965.
2.
Keluaran 20:8-11. Sabat adalah hari yang ketujuh.
3.
Yang kita pelihara adalah dari
matahari terbenam sampai ke matahari terbenam (mulai hari jumat).
Apa yang Yohanes maksudkan dengan “Hari Tuhan”?. Kapankah nabi ini memperoleh
penglihatannya?. Tidak mudah untuk
dijawab. Setidaknya lima pilihan jawaban
yang masuk akal:
I.
Hari Tuhan itu adalah hari Sabtu. Sabtu adalah hari ketujuh pada kalender
Ibrani, Sabat untuk orang Yahudi.
Alkitab sering merujuk hari Sabat sebagai “Hari Tuhan”. Dalam Yesaya 58, Tuhan sendiri berbicara
tentang hari Sabat sebagai “hari-Ku yang kudus.” Dan Markus 2:27-28, Yesus menyatakan bahwa Dia
adalah “Tuhan atas hari Sabat.” Pilihan
Alkitabiah yang kuat untuk memahami bahwa Yohanes mengacu pada ayat-ayat
sebelumnya untuk mengidentifikasi Sabat sebagai hari di saat penglihatan itu
datang. Karena dia banyak tertarik pada
perintah Sabat dalam pasal 14, maka kita yakin ini merupakan pilihan terbaik.
II.
Pilihan kedua adalah hari Minggu. Tulisan-tulisan Kristen dari abad ke
dua(sekitar 35-40 tahun setelah Kitab Wahyu) jelas menggunakan frasa “Hari
Tuhan” sebagai kiasan untuk hari Minggu.
Gagasan ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa Yesus bangkit dari kematian
pada hari pertama pekan(hari Minggu), sehingga “Hari Tuhan” bisa mengacu pada
hari itu. Tapi tidak punya bukti bahwa
orang Kristen pada abad pertama memelihara hari Minggu.
III.
Kemungkinan ketiga merujuk kepada
Paskah. Yesus bangkit pada hari Minggu,
hari pertama dalam pekan yang bertepatan hari raya Paskah orang Yahudi. Orang-orang Kristen merayakan Paskah setiap
tahunnya kurang lebih sekitar hari raya Paskah orang Yahudi. Jika mungkin itu yang di benak sang nabi
bahwa dia memperoleh penglihatan pada musim semi, sekitar musim Paskah.
IV.
Mungkin yang dipikirkan Yohanes adalah
hari Tuhan menurut versi Perjanjian Lama, dalam frasa yang mengungkapkan campur
tangan Tuhan di akhir sejarah dunia.
Sang pewahyu mungkin mengatakan, “Aku mendapat penglihatan ini dengan
pemikiran tentang zaman akhir.”
V.
Beberapa dokumen kuno menyarankan
“Hari Kaisar” khusus yang sekali setahun dirayakan. Ketika orang-orang berkumpul untuk beribadah,
Yohanes mungkin menegaskan kepada orang Romawi bahwa Allah akan campur tangan
pada saat musuh merasa sepenuhnya memegang kendali. Wahyu menunjukkan sesungguhnya Yesus adalah
Tuhan, bukan kaisar manusia.
Pada tingkat spiritual moral, tidak ada
salahnya untuk mengingatkan diri kita bahwa setiap hari adalah hadiah dari
Tuhan. Setiap hari adalah hari “yang
dijadikan Tuhan” (Mzm.118:24), waktu yang digunakan untuk memuliakan Dia dan
untuk memberkati orang lain. Setiap hari
adalah untuk dinikmati dengan ucapan syukur.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu:
Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
2.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan
Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia
Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989.
3.
Materi kuliah “Revelation”: Institut
Theologia & Keguruan Advent, Bandung 1974.
4.
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia,
Jakarta 1965.
5.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
WAHYU
KEPADA YOHANES –(Bagian 18)
“Katanya:
‘Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkankanlah
kepada ketujuh jemaat ini: KE EFESUS, KE SMIRNA, KE PERGAMUS, KE TIATIRA, KE
SARDIS, KE FILADELFIA, DAN KE LAODIKIA”.(Wahyu 1:11).
TUJUH
JEMAAT
Pesan Tuhan(ayat 11)
1.
Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di
dalam sebuah kitab—Menulis pada scroll penglihatan yang dilihatnya seperti
drama.
2.
Kirimkan kepada ketujuh jemaat—Tujuh
jemaat terdapat di tujuh kota Asia Kecil, yaitu Republik Turki sekarang(bekas
propinsi jajahan Romawi).
3.
Tujuh, melukiskan kesempurnaan,
gambaran jemaat-jemaat sepanjang masa sejak zaman para rasul hingga zaman
kekristenan. “Efesus, Smirna, Pergamus,
Tiatira, Sardis, Filadelfia, dan Laodikia”
Kita
tahu bahwa tujuh jemaat adalah perkumpulan secara harfiah (arti kata yang
sebenarnya) di provinsi Roma belahan Asia: “Perintah dimana jemaat-jemaat
dituliskan di sini dalam fasal 2 dan 3 menunjukkan rangkayan yang di dalamnya
seorang utusan membawa surat dari Patmos akan sampai kepada tujuh kota di
provinsi Asia ini.”
SDA Bible Commentary, jilid 7,
hlm.737.
Nubuatan tujuh jemaat dapat digunakan dengan
tiga cara :
I.
Penerapan lokal : Menganggap pekabaran
itu sebagai ditujukan kepada jemaat-jemaat khusus di Asia Kecil.
II.
Penerapan historis : Mengakui
pekabaran itu sebagai sangat relevan dengan tujuh zaman sejarah gereja. “Nama ketujuh jemaat itu adalah simbol jemaat
dalam jangka waktu yang berbeda-beda dari zaman Kristen. Angka 7 menyatakan kesempurnaan, dan adalah
lambang dari kenyataan bahwa pekabaran meluas sampai kepada akhir zaman,
sedangkan simbol yang digunakan menyatakan keadaan jemaat waktu yang
berbeda-beda dari sejarah dunia ini”.
E.G. White, Kisah Para Rasul,
hlm.461.
III.
Penerapan rohani: Menganggap ketujuh
pekabaran sebagai nasihat rohani untuk jemaat pada setiap zaman. Ellen White menggunakan ketujuh pekabaran itu
untuk kita pada zaman ini. Contohnya,
perhatikan, bagaimana ia menggunakan pekabaran itu untuk Efesus: (Kutip Wahyu
2:4,5). “Saya diperintahkan untuk
mengatakan bahwa kata-kata ini dapat digunakan gereja-gereja Advent dalam
kondisi mereka dewasa ini. Kasih Allah
telah hilang, dan ini berarti ketiadaan kasih untuk satu dengan yang lain. Diri, diri, sekali lagi diri yang dihargai,
dan berjuang untuk keunggulan. Berapa
lama ini berlangsung?”. E.G. White,
Review and Herald, 25 Februari 1902.
EFESUS – ZAMAN RASUL-RASUL
Efesus adalah jemaat rasul-rasul. Efesus melambangkan jemaat Allah pada abad
pertama. Pada zaman ini gereja
berkembang luar biasa cepatnya. Gibbon,
seorang ahli sejarah mengatakan, “Ada 6 juta Kristen pada akhir abad
pertama”. Dan Paulus berkata, “Injil
telah dikabarkan ke seluruh dunia”.
Kolose 1:5,6, 23.
Apakah teguran(nasihat) Yesus kepada jemaat
Efesus? Wahyu 2:4 -- Jawab: Mereka telah meninggalkan kasih mereka
yang mula-mula.
Yesus memuji sikap jemaat zaman Efesus
terhadap guru-guru palsu. Apakah sikap
mereka? Wahyu 2:2---Jawab: “Engkau
telah” mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul tetapi yang sebenarnya tidak
demikian”.
Saudaraku,…Kehilangan kasih adalah suatu
penyakit yang fatal dalam hati kita yang merusak. Jika kita kehilangan kasih berarti kehilangan
segalanya.
SMIRNA
–ZAMAN PENGANIAYAAN
Smirna meliputi zaman gereja dari tahun 100
– 313 T.M., yang merupakan saat penganiayaan dan mati sahid bagi jemaat. Kekaisaran Romawi menganggap Kekristenan
tidak resmi sehingga perlu dimusnahkan.
Hanya Allah yang mengetahui berapa banyak anak-anaknya yang dipenggal
lehernya, dibakar, dilemparkan sebagai makanan singa dan dibunuh dengan pedang.
Kita baca Wahyu 2:10 ….”kamu akan beroleh
kesusahan selama sepuluh hari”---“Sepuluh hari” dalam ayat 10 (menggunakan
prinsip nubuatan bahwa satu hari dalam nubuatan berarti satu tahun waktu
sebenarnya, Yehezkiel 4:6), kemungkinan adalah 10 tahun masa penganiayaan di
bawah penguasa Roma bernama DIOKLETIA
dari tahun 302 M sampai 312 M.
Jemaat ini begitu dekat kepada Yesus sehingga
Dia tidak memberikan teguran tetapi Dia memberikan kata-kata berkat yang bersifat
mendorong. Apakah kata-kata tersebut?.
Wahyu 2:10 ---Jawab: Janganlah takut terhadap apa yang harus engkau
derita!. Hendaklah engkau setia sampai mati dan aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
Apakah yang dijanjikan kepada pemenang di
Smirna? Wahyu 2:11—Jawab: Barangsiapa menang,
ia tidak akan menderita apa-apa oleh
kematian yang kedua.
Pergamus meliputi abad 4, 5 dan sepuluh tahun
pertama abad ke 6. Dalam era ini negara
menyokong agama dan kompromi. Kekristenan
telah berkembang dengan begitu pesat sehingga pemimpin Roma merasa tidak
aman. Di beberapa tempat, penganut
Kristen sudah lebih banyak dari orang kafir.
Kaisar Romawi dibaptis menjadi Kristen, Konstantin—dan seluruh
tentaranya bergabung kepada iman Kristen.
Karena setan tidak dapat membinasakan jemaat
melalui penganiayaan, dia berusaha menghancurkannya dengan kepopuleran,
kompromi dan persekutuan keduniawian.
Kepercayaan dan praktik-praktik kekafiran memasuki gereja, dan karena
pengaruhnya sangat besar, gereja jadi kehilangan kuasa kerohaniannya. Tuhan menempelak kehidupan gereja ini karena
mengizinkan ajaran-ajaran palsu bertumbuh subur.
Bileam, menurut kitab Bilangan, pasal
22-24, adalah seorang nabi Tuhan yang berbalik menjadi penghianat demi
keuntungan duniawi dan untuk menyenangkan hati raja. Dia melambangkan roh zaman Pergamus ketika
umat percaya mencampuradukkan Kekristenan sejati dengan kekafiran demi
menyenangkan hati para penguasa Roma.
TIATIRA –ZAMAN KEMURTADAN
Tiatira meliputi masa 1000 tahun, dari abad
6 sampai abad ke 15—satu periode waktu yang paling lama dari ketujuh jemaat
itu. Periode ini disebut juga zaman
kegelapan. Suatu zaman kemurtadan yang
menakutkan. Tuhan menempelak jemaat ini
karena membuka pintunya bagi seorang wanita jahat yang mencemarkan jemaat
ini. Siapakah wanita itu?. Wahyu 2:20
Jawabnya ialah: Wanita Izebel, yang menyebut
dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan….
IZEBEL adalah istri yang jahat dari raja
Ahab, salah seorang raja Israel di zaman Perjanjian Lama. Dia sangat jahat dan berkuasa, 1 Raja-raja
16;18-20; 2 Raja-raja 9. Dia membenci
dan menganiaya gereja Tuhan serta para nabinya dan berusaha untuk membinasakan
mereka semua. Dia mengangkat 850 imam
dan nabi palsu serta mengesahkan suatu sistem agama yang kafir. Kemudian dia memaksakan pemberlakuannya
melalui dekrit kenegaraan. Di dalam buku
Wahyu, Izebel melambangkan kekafiran yang dimulai pada masa-masa akhir rasul-rasul,
2 Tesalonika 2:3,7, dan berkembang sedemikian rupa sampai di zaman Tiatira
gereja dan dunia terbawa ke dalam ZAMAN KEGELAPAN.
Amaran apakah yang diberikan Allah kepada
Izebel simbolis ini dan kepada para pengikutnya?. Wahyu 2:22,23.—Jawab: Aku akan melemparkan
mereka…ke dalam kesukaran besar”. “Dan anak-anaknya akan Ku matikan”.
Tapi ada “sisa” di Tiatira, yang menentang
kerohanian yang cemar pada saat itu.
Wahyu 2:24---Orang lain yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak
menyelidiki apa yang mereka sebut seluk beluk iblis.
Kelihatannya dalam bagian terakhir dari ayat
19 menunjukkan perkara-perkara yang akhirnya mulai berubah lebih baik. Hal ini menunjuk kepada pelayanan yang luar
biasa dari banyak pemimpin rohani yang besar yang telah diangkat oleh Allah
untuk menyingkapkan kesalahan dan kemurtadan serta membimbing jemaat-Nya
kembali kepada Yesus dan kebenaran Alkitab.
Calvin, Knox, dll. Meskipun
banyak dari mereka yang melayani pada zaman jemaat Sardis, namun sebagian sudah
memulai pekerjaan mereka pada bagian akhir dari masa ini (TIATIRA).
SARDIS
– ZAMAN REFORMASI
Sardis meliputi Kekristenan abad ke 16
sampai permulaan abad ke 18. Satu masa
reformasi yang genting, ketika orang-orang yang dikuasai Roh Allah menggoncang
dunia ini dengan pekabaran-pekabaran mereka.
Alkitab, kitab Allah, kembali disenangi, dan iman Kristen diuji olehnya.
Beberapa dari antara mereka mendirikan
organisasi gereja(denominasi) yang masih eksis hingga sekarang. Tetapi setelah pendiri denominasi itu mati
gantinya berdoa untuk kekuatan selanjutnya, para penganutnya meninggalkan iman
yang telah mereka terima sehingga gereja mundur dengan cepat sekali. Apakah yang dikatakan Yesus akan terjadi
dengan keadaan rohani jemaat ini?. Wahyu
3:2.
Jawab : Kerohaniannya sudah hampir mati.
FILADELFIA
– ZAMAN KEBANGUNAN ROHANI
Filadelfia meliputi masa pertengahan abad ke
18 dan pertengahan abad 19. Zaman ini
adalah pembentukan dan pengembangan misi ke luar negeri. Pada periode ini Lembaga Alkitab Amerika dan
Inggeris dibentuk, dan pemberita injil (misionaris) menjelajahi dunia. Pengkhotbah-pengkhotbah besar seperti Wesley
dan Whitefield membuat kebangunan rohani menyebar secara global. Demikian juga kitab Daniel dan Wahyu telah
dipelajari di berbagai penjuru dunia, membuat kebangunan rohani sangat meluas
sekali sejak Pentakosta. Filadelfia atau
“kasih persaudaraan” memang cocok dengan
periode ini Sementara Yesus melihat
jemaat-Nya pada masa ini, Dia tidak memberikan teguran. Walaupun jemaat ini sebenarnya, mengalami
kesukaran dengan kelompok yang sama
seperti yang dialami jemaat Smirna.
Apakah nama kelompok tersebut?
Wahyu 2:9 ---Jawab : Jemaah iblis.
Laodikia—jantung akan berdenyut lebih cepat
sementara kita mendalami tujuh masa jemaat, sebab Laodikia melambangkan gereja dewasa ini. Amanat kepada jemaat Laodikia merupakan
nasihat dan teguran Yesus secara langsung kepada orang Kristen yang hidup
sekarang. Dia mengerti betul persoalan
kerohanian kita beserta obatnya. Dia
mengetahui apa yang kita perlukan, dan dia menawarkan bantuan-Nya dengan
perasaan kasih.
Apakah yang dikatakan Yesus tentang masalah
kita masa kini?
a.
Wahyu 3:16 Kita suam-suam kukuh, dan
tidak dingin atau panas.
b.
Wahyu 3:17 Dan merasa kerohanian kita
kaya dan tidak kekurangan apa-apa padahal sebenarnya kita adalah melarat, dan
malang, miskin, buta dan telanjang.
Catatan:
Kondisi ini sangat memprihatinkan. Tidak ada lagi yang lebih celaka bagiku
daripada beranggapan bahwa hidupku sesuai dengan kehendak Allah, pada hal, saya
sangat memerlukan pertobatan (ayat 19).
Banyak orang, kelihatannya saleh dan beribadah, tetapi kenyataannya
kelak akan binasa pada penghakiman yang akan datang disebabkan hal yang
sama. Baca Matius 7:21-23. Memang susah jika seseorang berada dalam
keadaan bahaya, tetapi lebih gawat lagi jika dia berada dalam keadaan bahaya
tetapi tidak menyadarinya.
Ada 3 hal yang dinasihatkan Yesus bagi kita,
agar kita dapat melihat diri kita dalam keadaan yang sebenarnya sehingga hidup
kita dapat harmonis dengan Dia. Baca
Wahyu 3:18.
Jawab:
a.
Supaya engkau membeli daripada-Ku emas
yang telah dimurnikan dengan api(logam mulia).
b.
dan juga pakaian putih (jubah)
c.
dan lagi minyak untuk matamu(obat)
Apakah arti emas, pakaian putih dan pelumas
mata?
Emas –tabiat
yang mulia yang dapat berdiri teguh pada saat penganiayaan. Hal itu mencakup juga firman Allah, Mazmur
19:7-10 dan IMAN yang bekerja oleh kasih, Galatia 5:6; Yakobus 2:5; Ayub 23:10.
Pakaian
putih –Pakaian kebenaran Yesus.
Yesaya 61:10; Wahyu 19:8. Ini merupakan
pemberian Yesus dengan percuma. Kita
tidak melakukan apapun untuk memperolehnya.
Kita hanya menerimanya dengan iman.
Zakharia 3:1-5. Dan kita
mempertahankannya dengan iman juga. Roma 1:17.
Pelumas
mata –berarti:
1.
Kejelian/ketajaman pemahaman firman
Allah. Mazmur 119:8; 1 Yohanes 2:20,27.
2.
Roh Suci –menyanggupkan kita melihat
keadaan yang sebenarnya dari membuat pilihan yang benar, Yohanes 14:26; Efesus
1:17-19.
Apakah yang harus kita lakukan agar kita
yakin bahwa emas murni, pakaian putih dan pelumas mata itu dapat jadi milik
kita?. Wahyu 3:20
Jawab: Aku harus membukakan pintu hatiku dan
mengizinkan Yesus masuk ke dalam hidupku.
Tujuh jemaat adalah yang pertama dari
rangkaian tujuh penglihatan dalam Kitab Wahyu.
Yohanes menggambarkan tujuh jemaat, tujuh meterai, tujuh sangkakala, dan
tujuh cawan murka. Suatu adegan
pembukaan mengawali setiap tujuh penglihatan ini. Misalnya, penglihatan tentang Kristus di
antara ke tujuh kaki dian(Why.2:3).
Adegan-adegan pembukaan seperti latar belakang panggung bagi setiap
penglihatan yang terjadi berikutnya.
Sebagai akibatnya, John Bowman (dalam The Interpreter’s Dictionary of
the Bible) mengemukakan tesis bahwa Kitab Wahyu bagaikan pertunjukan Yunani
kuno, dengan tujuh babak dan tujuh adegan dimainkan dengan latar belakag
pendahuluan masing-masing penglihatan.
Dengan demikian, di dalam Kitab Wahyu Allah
memakai bentuk drama untuk menyampaikan pesan mengenai apa yang nyata di alam
semesta ini. Sementara aktor-aktor
seringkali berbicara tentang banyak hal seolah-olah itu nyata, drama bisa
menjadi alat efektif mengungkapkan kebenaran.
Ilustrasi:
Seorang siswa bernama Dan ingin menjadi
seorang aktor terkenal. Setelah Dan terjun dalam pelayanan, dia mengatakan
bahwa menjadi hamba Tuhan itu banyak persamaannya dengan seni teater. Dia mendapati bahwa hamba-hamba Tuhan
memainkan peran berkuasa dan berpengaruh.
Mereka mewakili Tuhan. Para hamba
Tuhan mungkin sesekali memendam pemikiran yang tidak pantas, tetapi mereka
tidak berani mempraktikkannya, jika tidak, mereka akan mempermalukan nama Yesus
di antara orang-orang lemah, kaum muda, dan mereka yang tidak percaya. Mereka harus setia kepada Firman dan tidak
menyeleweng dan main-main.
Peran orang Kristen di dunia sekuler ini
sama menantangnya. Kita harus senantiasa
mencamkan tujuan misi dalam benak kita, namun demikian mudah dijangkau oleh
mereka yang membutuhkan. Siapa yang
cukup sigap untuk menerima tantangan ini.
Tidak seoran pun, tetapi bersama Tuhan segala sesuatu mungkin. Dia memilih seorang pembunuh gagap untuk memimpin
umat-Nya keluar dari tanah Mesir (Musa)
Ia memilih yang termuda dari saudara-saudaranya untuk membunuh
raksasa(Daud). Dia lahir di palungan,
namun demikian mampu mengubah dunia!.
Dia memerintahkan kita melakukan apa yang kelihatannya mustahil. Dan Dia tidak memanggil mereka yang siap,
tetapi mempersiapkan mereka yang dipanggil-Nya.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu:
Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
2.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan
Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia
Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989.
3.
Materi Seminar Wahyu, Bandung:
Indonesia Publishing House, 1993.
4.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar