Kamis, 01 November 2018

Wahyu Kepada Yohanes (Bagian 14-15).

Related image

                             WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 14)

“AKU ADALAH ALFA DAN OMEGA, ‘FIRMAN TUHAN ALLAH, ‘YANG ADA DAN YANG SUDAH ADA DAN YANG AKAN DATANG, YANG MAHAKUASA”(Wahyu 1:8)
         
            Kesetiaan tidak selalu menerima hadiah langsung.

Ayat 8: ALLAH BAPA DAN KRISTUS DILUKISKAN SEBAGAI ALFA DAN OMEGA.
1.   Aku Alfa dan Omega – Yang awal dan akhir, yang pertama dan terakhir (ayat 4) adalah Bapa.
2.   Yang awal dan akhir (ayat 11-18) adalah Kristus.
3.   Alfa dan Omega dikenakan kepada Bapa dan Anak karena keduanya mempunyai sifat hidup yang tidak berkesudahan.
4.   Yang mahakuasa- Yang menjadi pemerintah atas seluruh alam semesta.

   Mengapa Allah disebut “Alfa dan Omega” (Wahyu 1:8).
   Kata Alfa dan Omega adalah nama huruf pertama dan terahir dari alphabet Yunani (Baca Why 21:6; 22:13).  Susunan kata-kata itu menunjukkan kesempurnaan, kelengkapan, dan sama artinya dengan ‘permulaan dan akhir, pertama dan terakhir’.(Baca The SDA Bible Commentary, jilid 7, hlm.734). 
   Digunakan untuk referensi kepada Kristus beberapa kali dalam buku, gelar itu menekankan kesempurnaan dan kelengkapan dari pekabaran nubuat Wahyu.  Hal ini memperoleh dukungan lebih lanjut dalam amaran yang sungguh-sungguh pada penutupan buku itu (baca Why 22:18,29).

   Dalam ayat kita, Tuhan adalah Alfa dan Omega(awal dan akhir dalam alfabet Yunani).  Dia adalah Yang Ada, Yang sudah Ada, dan Yang akan Datang (yang memegang kendali masa lampau, masa kini, da masa depan), Yang Mahakuasa.  Allah adalah Tuhan atas sejarah.  Situasi apapun yang kita hadapi tidak akan sanggup mengejutkan-Nya.  Segala yang menimpa kita adalah bagian dari rencana yang lebih besar.  Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu ketidak beruntungan kepada seorang umat Tuhan yang setia.
  
   Penghakiman Tuhan atas bangsa-bangsa yang jahat dan sistemnya termuat dalam seluruh Kitab Wahyu.  Namun umat-Nya ditemukan di dalam bangsa-bangsa dan sistem yang sama.   Mereka mengalami “efek samping” penghakiman Ilahi.  Dikarenakan sistem manusia sifatnya bercampur- aduk, maka umat Allah yang setia tidak boleh mengharapkan keamanan sempurna dalam hidup ini.  Kesetiaan tidak selalu menerima hadiah langsung.  Namun Tuhan Allah tetap memegang kendali, bahkan saat keadaan tampaknya benar-benar tidak terkendali.  Mari kita tetap sabar untuk menantikan keadilan daripada-Nya.

DAFTAR PUSTAKA:

1.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
2.   The SDA Bible Commentary, Jilid 7, U.S.A: Review and Herald Publishing Association, Revised, 1980.
3.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989.
4.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.


                         WAHYU KEPADA YOHANES –(Bagian 15)

“Aku, Yohanes, SAUDARA DAN SEKUTUMU DALAM KESUSAHAN, DALAM KERAJAAN DAN DALAM KETEKUNAN MENANTIKAN YESUS,…”(Wahyu 1:9)

                 Melayani orang lain yang sedang menderita.

 Yohanes menderita karena imannya:
  
   Pada dekade terakhir dari abad pertama Masehi, Yohanes murid Yesus yang dikasihi menggembalakan jemaat-jemaat di Asia Kecil dengan kantor pusat di Efesus.  Kemudian ia ditangkap, dibawa ke Roma, diadili oleh Kaisar Domitian, dan dimasukkan ke dalam kuali berisi minyak yang mendidih.  Dia dikeluarkan tanpa cedera dan diasingkan di penjara pulau Patmos.
   Kira-kita 100 tahun kemudian, Tertullian, seorang pastor di Kartago menuliskan: “Lagi pula, karena engkau dekat ke Italia, engkau mempunyai Roma, dari mana kami juga memperoleh wewenang langsung(dari hal rasul-rasul itu)… di mana Rasul Yohanes pertama-tama dicelupkan, tanpa cedera, kedalam minyak yang mendidih, dan dari sana dikirimkan ke pulau pengasingannya.”—Tertullian, “On Tescription Against Heretics.” XXXVI; Ante-Nicene Fathers, III, 260.(Bandingkan dengan Kisah Para Rasul, hlm.449,450.)

   Yohanes ikut menanggung penderitaan Kristus.

   Yesus meramalkan penderitaan Yohanes(Baca Markus 10:38,39).  Yohanes tidak akan menuliskan kepada jemaat-jemaat di Asia kata-kata: “saudara dan sekutumu dalam kesusahan”(Why 1:9) sekiranya ia tidak mengalami penderitaan sama seperti mereka sendiri.  Adalah kesetiaan dan panjang sabarnya di tengah-tengah penganiayaan yang membuat dia layak untuk menulis kata-kata nubuatan.
   Satu pertanyaan yag harus anda tanyakan.  Apakah iman saya kepada Yesus, kasih saya akan injil, dan kerinduan saya akan kerajaan Allah cukup kuat untuk menahan penganiayaan hebat yang dialami Yohanes dan teman-temannya seiman pada zaman mereka?.

   “Saudara dan sekutu dalam kesusahan”—Yohanes bukan sendirian dalam
                   pengalaman penderitaannya.
   “Dalam kerajaan”—Memasuki kerajaan anugerah itu harus melalui kesu-
                   sahan.
   “Dalam ketekunan menantikan Yesus” –Melatih diri dengan pengendalian     diri:  a. Dalam Kristus kita memperoleh kekuatan menahan penganiayaan.
        b. Kesabaran diperoleh melalui hubungan dengan Kristus.

   Saudaraku,
   Sangat mudah berkomentar tentang penderitaan orang lain ketika Anda dan saya belum pernah mengalami apa yang telah mereka alami.  Hanya mereka yang benar-benar menderita tahu bagaimana menghibur penderitaan.  Yohanes tahu apa yang mereka telah lalui dari pengalamannya sendiri.  Mereka yang mengalami penderitaan atau penganiayaan sering bersatu dengan sesama yang menderita melalui cara-cara tertentu melampaui semua hambatan.  Ras, budaya, dan perbedaan kelompok agama hanya masalah kecil ketika mengalami perlawanan dari orang-orang pembenci Injil.
   Mengetahui bahwa orang lain dapat merasakan yang telah kita alami, memiliki kekuatan penyembuhan bagi diri kita sendiri.  Dan melalui apa yang telah kita alami, kita belajar bagaimana melayani orang lain yang sedang menderita.
   Kita perlu berdoa agar Allah membantu kita untuk menerima kesukaran-kesukaran yang terjadi dalam kehidupan kita dan meminta agar kita dijauhkan dari teologi kesuksesan dan kemakmuran.
    Kalaupun kita mengalami penderitaan dan luka dalam kehidupan ini, kiranya itu memiliki kekuatan peyembuhan untuk kehidupan orang lain.
                                     
DAFTAR PUSTAKA:

1.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989.
2.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
3.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.




  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar