WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 14)
“AKU ADALAH ALFA DAN OMEGA, ‘FIRMAN
TUHAN ALLAH, ‘YANG ADA DAN YANG SUDAH ADA DAN YANG AKAN DATANG, YANG
MAHAKUASA”(Wahyu 1:8)
Kesetiaan
tidak selalu menerima hadiah langsung.
Ayat 8: ALLAH BAPA DAN KRISTUS
DILUKISKAN SEBAGAI ALFA DAN OMEGA.
1.
Aku Alfa dan Omega – Yang awal dan
akhir, yang pertama dan terakhir (ayat 4) adalah Bapa.
2.
Yang awal dan akhir (ayat 11-18)
adalah Kristus.
3.
Alfa dan Omega dikenakan kepada Bapa
dan Anak karena keduanya mempunyai sifat hidup yang tidak berkesudahan.
4.
Yang mahakuasa- Yang menjadi
pemerintah atas seluruh alam semesta.
Mengapa Allah disebut “Alfa dan Omega”
(Wahyu 1:8).
Kata Alfa dan Omega adalah nama huruf
pertama dan terahir dari alphabet Yunani (Baca Why 21:6; 22:13). Susunan kata-kata itu menunjukkan
kesempurnaan, kelengkapan, dan sama artinya dengan ‘permulaan dan akhir,
pertama dan terakhir’.(Baca The SDA Bible Commentary, jilid 7, hlm.734).
Digunakan untuk referensi kepada Kristus beberapa
kali dalam buku, gelar itu menekankan kesempurnaan dan kelengkapan dari
pekabaran nubuat Wahyu. Hal ini
memperoleh dukungan lebih lanjut dalam amaran yang sungguh-sungguh pada
penutupan buku itu (baca Why 22:18,29).
Dalam ayat kita, Tuhan adalah Alfa dan
Omega(awal dan akhir dalam alfabet Yunani).
Dia adalah Yang Ada, Yang sudah Ada, dan Yang akan Datang (yang memegang
kendali masa lampau, masa kini, da masa depan), Yang Mahakuasa. Allah adalah Tuhan atas sejarah. Situasi apapun yang kita hadapi tidak akan
sanggup mengejutkan-Nya. Segala yang
menimpa kita adalah bagian dari rencana yang lebih besar. Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu ketidak
beruntungan kepada seorang umat Tuhan yang setia.
Penghakiman Tuhan atas bangsa-bangsa yang jahat
dan sistemnya termuat dalam seluruh Kitab Wahyu. Namun umat-Nya ditemukan di dalam
bangsa-bangsa dan sistem yang sama.
Mereka mengalami “efek samping” penghakiman Ilahi. Dikarenakan sistem manusia sifatnya
bercampur- aduk, maka umat Allah yang setia
tidak boleh mengharapkan keamanan sempurna dalam hidup ini. Kesetiaan tidak selalu menerima hadiah langsung. Namun Tuhan Allah tetap memegang kendali,
bahkan saat keadaan tampaknya benar-benar tidak terkendali. Mari kita tetap sabar untuk menantikan
keadilan daripada-Nya.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu:
Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
2.
The SDA Bible Commentary, Jilid 7,
U.S.A: Review and Herald Publishing Association, Revised, 1980.
3.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan
Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia
Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989.
4.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
WAHYU
KEPADA YOHANES –(Bagian 15)
“Aku, Yohanes, SAUDARA DAN SEKUTUMU
DALAM KESUSAHAN, DALAM KERAJAAN DAN DALAM KETEKUNAN MENANTIKAN YESUS,…”(Wahyu
1:9)
Melayani orang lain
yang sedang menderita.
Yohanes
menderita karena imannya:
Pada dekade terakhir dari abad pertama Masehi, Yohanes murid Yesus yang
dikasihi menggembalakan jemaat-jemaat di Asia Kecil dengan kantor pusat di
Efesus. Kemudian ia ditangkap, dibawa ke
Roma, diadili oleh Kaisar Domitian, dan dimasukkan ke dalam kuali berisi minyak
yang mendidih. Dia dikeluarkan tanpa
cedera dan diasingkan di penjara pulau Patmos.
Kira-kita 100 tahun kemudian, Tertullian, seorang pastor di Kartago
menuliskan: “Lagi pula, karena engkau dekat ke Italia, engkau mempunyai Roma,
dari mana kami juga memperoleh wewenang langsung(dari hal rasul-rasul itu)… di
mana Rasul Yohanes pertama-tama dicelupkan, tanpa cedera, kedalam minyak yang
mendidih, dan dari sana dikirimkan ke pulau pengasingannya.”—Tertullian, “On
Tescription Against Heretics.” XXXVI; Ante-Nicene Fathers, III, 260.(Bandingkan
dengan Kisah Para Rasul, hlm.449,450.)
Yohanes ikut menanggung
penderitaan Kristus.
Yesus meramalkan penderitaan Yohanes(Baca Markus 10:38,39). Yohanes tidak akan menuliskan kepada
jemaat-jemaat di Asia kata-kata: “saudara dan sekutumu dalam kesusahan”(Why
1:9) sekiranya ia tidak mengalami penderitaan sama seperti mereka sendiri. Adalah kesetiaan dan panjang sabarnya di
tengah-tengah penganiayaan yang membuat dia layak untuk menulis kata-kata
nubuatan.
Satu pertanyaan yag harus anda
tanyakan. Apakah iman saya
kepada Yesus, kasih saya akan injil, dan kerinduan saya akan kerajaan Allah
cukup kuat untuk menahan penganiayaan hebat yang dialami Yohanes dan
teman-temannya seiman pada zaman mereka?.
“Saudara dan sekutu dalam
kesusahan”—Yohanes bukan sendirian dalam
pengalaman
penderitaannya.
“Dalam kerajaan”—Memasuki
kerajaan anugerah itu harus melalui kesu-
sahan.
“Dalam ketekunan menantikan Yesus”
–Melatih diri dengan pengendalian
diri: a. Dalam Kristus kita
memperoleh kekuatan menahan penganiayaan.
b. Kesabaran diperoleh melalui hubungan dengan Kristus.
Saudaraku,
Sangat mudah berkomentar tentang penderitaan orang lain ketika Anda dan
saya belum pernah mengalami apa yang telah mereka alami. Hanya mereka yang benar-benar menderita tahu
bagaimana menghibur penderitaan. Yohanes
tahu apa yang mereka telah lalui dari pengalamannya sendiri. Mereka yang mengalami penderitaan atau
penganiayaan sering bersatu dengan sesama yang menderita melalui cara-cara
tertentu melampaui semua hambatan. Ras,
budaya, dan perbedaan kelompok agama hanya masalah kecil ketika mengalami
perlawanan dari orang-orang pembenci Injil.
Mengetahui bahwa orang lain dapat merasakan yang telah kita alami,
memiliki kekuatan penyembuhan bagi diri kita sendiri. Dan melalui apa yang telah kita alami, kita
belajar bagaimana melayani orang lain yang sedang menderita.
Kita perlu berdoa agar Allah membantu kita untuk menerima
kesukaran-kesukaran yang terjadi dalam kehidupan kita dan meminta agar kita
dijauhkan dari teologi kesuksesan dan kemakmuran.
Kalaupun kita mengalami penderitaan dan luka dalam kehidupan ini,
kiranya itu memiliki kekuatan peyembuhan untuk kehidupan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan
Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia
Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989.
2.
DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu:
Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988.
3.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar