WAHYU
KEPADA YOHANES (Bagian 34)
“AKU TAHU segala pekerjaanmu.” AKU TAHU kesusahanmu dan kemiskinanmu.” “AKU
TAHU di mana engkau diam.” AKU TAHU
segala pekerjaanmu.” ….AKU TAHU segala pekerjaanmu.” “AKU TAHU segala
pekerjaanmu”. (Wahyu 2:2,9,13,19; 3:1,8,15).
RENCANA ALLAH BAGI KITA
Allah punya maksud khusus bagi Yohanes dan bagi tujuh jemaat. Dengan jelas Tuhan menjabarkan rancangan-Nya
bagi mereka dalam bahasa Yunani sehari-hari.
Bagaimana kita menemukan rencana Allah bagi kita?. Ada beberapa saran praktis yang ditawarkan :
1.
Tunduk
kepada rencana Allah dalam hidup Anda. Artinya disini adalah berniat untuk
menurutinya. Mau melakukan kehendak
Allah. “Barangsiapa mau melakukan
kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku
berkata-kata dari diri-Ku sendiri” (Yoh.7:17) .
Carilah rencana Tuhan lewat doa dan belajar, dan saat rencana-Nya itu
makin jelas bagi Anda, segeralah praktikkan.
2.
Ketahui
sebanyak mungkin tentang masa kecil Anda.
Tanyalah kerabat yang lebih tua dan para sahabat tentang minat dan
kepribadian Anda saat Anda masih kecil.
3.
Manfaatkan
tes-tes dan inventarisasi. Dewasa ini,
kita punya banyak sumber daya yang bisa menolong kita untuk memahami
temperamen, karunia rohani, tendensi otak ,serta kepribadian.
4.
Minta
umpan balik mengenai kehidupan Anda saat ini.
5.
Eksperimen. Tanyakan pada diri Anda tiga pertanyaan saat
Anda bereksperimen :
a. Apakah aku menyukai ini?
b. Apakah saya ahli dalam bidang itu?
c. Apakah orang-orang (terutama sesama
orang Kristen beranggapan bahwa saya ahli dalam bidang itu?.
Apabila semua jawaban untuk ketiga pertanyaan ini
adalah ya, maka Anda mungkin telah memahami sebagian rencana Allah bagi hidup
Anda.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
hal. 42.
WAHYU
KEPADA YOHANES (Bagian 35)
“Tuliskanlah kepada malaikat JEMAAT DI
EFESUS: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan
kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu”. (Wahyu 2:1)
IGNATIUS
MEMUJI PERSATUAN DI EFESUS
“Sangatlah masuk akal bila menyebut Efesus sebagai jemaat pertama kepada
siapa malaikat menyampaikan pekabarannya.
Karena, bila seseorang bepergian dari Patmos ke Asia Kecil, Efesus
adalah kota pertama bakal di jumpai.
Selain paling menonjol di antara semua, secara politis kota itu juga
lebih berkuasa dibandingkan Pergamus dan lebih disukai daripada Smirna berkenaan
dengan penyembahan kepada kaisar. Simbol-simbol
agama sipil memenuhi kota. Kaisar
Agustus (27 SM – 14 M) telah mengizinkan Efesus mendirikan kuil penghormatan
kepadanya, meskipun dia sendiri tidak begitu peduli pada pemujaan kaisar. Domitianus (81 – 96 M) menyatakan kota itu
sebagai pusat pemujaan kaisar di Asia.
Selain itu, kota ini terkenal karena pemujaan terhadap Artemis (Kis.19:23-40), praktik-praktik sihir
(ayat 13-19), serta komunitas Yahudi yang besar (ayat 8,9). Semua elemen ini membuat Kitab Wahyu jadi
relevan bagi jemaat di Efesus. Tidak
lama setelah Kitab Wahyu, jemaat menerima surat lain, kali ini dari Ignatius,
kepala jemaat Antiokhia di Siria.
Sepuluh serdadi Romawi menangkap dan mengawal Ignatius serta membawanya
melalui Asia Kecil ke Roma, di mana dia kemudian martir di arena. Sepanjang perjalanan para serdadu mengizinkannya
bertemu dengan orang-orang Kristen
lain. Satu perjumpaan tak terlupakan
adalah sambutan hangat di Smirna oleh Policarpus, pemimpin gereja setempat di
sana. Sementara Ignatius berada di
Smirna, empat perwakilan juga datang dari Efesus untuk memberinya
semangat. Di antaranya kepala jemaat
Efesus, Onesimus (yang kemungkinan besar mantan budak yang melarikan diri,
dalam surat Pauls kepada Filemon).
Ignatius menanggapi kunjungan mereka dengan mengirimkan surat kepada
jemaat di Efesus. Belakangan dia juga
mengirimkan surat-surat ke Filadelfia dan Smirna. Di dalam suratnya kepada jemaat Efesus,
Ignatius berterima kasih atas kebaikan hati mereka, memuji persatuan mereka,
serta memperingatkan mereka agar tunduk kepada kepala jemaat mereka serta tidak
membiarkan terjadinya perpecahan dalam jemaat.
Seperti halnya Yohanes di dalam ketiga Suratnya, Ignatius menganggap
DOCETISME (teori yang menolak kemanusiaan Yesus) sebagai ancaman terbesar yang
dihadapi gereja pada saat itu.
Ignatius juga mengirimkan surat kepada orang-orang Kristen di Roma,
meminta mereka agar tidak memintakan ampun baginya kepada kaisar. Tampaknya dia tidak sabar lagi untuk mati
sebagai martir, agar bisa lebih cepat bersama-sama Kristus. Malah, dia menyatakan, jika binatang-binatang
buas itu tidak lapar, dia yang akan mendesak mereka!. Walaupun semangat kemartirannya mungkin kita
rasa aneh, kasihnya kepada Yesus akan menjadi teladan besar bagi jemaat yang
tidak memiliki kasih. Biarlah kita juga
setia kepada Allah, berapa pun harga yang harus dibayar.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
hal. 43.
Ay 1: “Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus:
Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya
dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu”.
1) ‘Efesus’.
a) Ini adalah kota yang besar
pada jaman itu, dan bahkan merupakan kota terbesar dari propinsi Asia.
·
William Barclay: “ Pergamus adalah ibukota resmi dari
propinsi Asia, tetapi Efesus adalah kota yang jauh lebih besar”. - hal 58.
·
Steve Gregg (hal 64) mengatakan bahwa
kota Efesus mempunyai penduduk kira-kira 250.000 orang. Bandingkan dengan kota
Niniwe yang sekalipun penduduknya hanya 120.000 orang sudah disebut sebagai
kota yang besar (Yunus 4:11).
Catatan: tetapi
kebanyakan penafsir menganggap bahwa 120.000 orang di Niniwe itu hanyalah
bayi-bayinya saja (sampai usia 3-4 tahun), karena dikatakan mereka tidak bisa
membedakan tangan kanan dari tangan kirinya. Dengan demikian penduduk Niniwe
diperkirakan sebanyak 600.000 orang.
b) Gereja Efesus didirikan dan
dilayani oleh tokoh-tokoh yang hebat-hebat.
Gereja di sini didirikan oleh Paulus (H. L. Ellison, ‘Daily Bible
Commentary’, hal 457), yang bersama-sama dengan Priskila dan Akwila singgah
di sana dalam perjalanan misionarisnya yang ke 2, pada sekitar tahun 52 M
(Kis 18:19). Paulus lalu meninggalkan Efesus, sedangkan Priskila dan
Akwila tetap di Efesus (Kis 18:20-21). Karena itu ada yang beranggapan
bahwa pendiri gereja Efesus bukan Paulus tetapi Priskila dan Akwila (Ladd, hal
37). Lalu dalam perjalanan misionarisnya yang ketiga, Paulus singgah ke Efesus
lagi dan melayani gereja ini selama kira-kira 3 tahun (bdk.
Kis 19:1-8,10,22 Kis 20:31).
Beasley-Murray: “ Dari
surat-surat Paulus dan Kitab Kisah Para Rasul jelas bahwa sang rasul mempunyai
pelayanan yang paling menyolok dari karir misionarisnya di kota ini”. - hal 73.
Selain Paulus, Timotius juga pernah melayani di sana. Ini didapatkan
dari tradisi (cerita turun temurun dari mulut ke mulut), tetapi juga dari 1Tim
1:3-dst.
Rasul Yohanes juga pernah tinggal dan melayani di Efesus. Ini tidak
diceritakan dalam Kitab Suci, tetapi hanya dinyatakan oleh tradisi.
Homer Hailey: “ Tradisi
mengatakan bahwa setelah kematian Paulus kota itu menjadi rumah Yohanes untuk
waktu yang lama” - hal 120.
Leon Morris (Tyndale): “ tradisi mengatakan bahwa Yohanes tinggal di sana pada
masa tuanya) - hal 59.
Robert H. Mounce (hal 86) bahkan mengatakan bahwa di antara para tokoh
yang pernah melayani kota Efesus ini, rasul Yohanes adalah yang paling dekat
dengan kota itu.
Apa
perlunya kita tahu bahwa gereja Efesus ini didirikan dan dilayani oleh
tokoh-tokoh yang hebat-hebat itu? Perlunya adalah supaya kita waspada. Kalau
gereja Efesus yang didirikan dan dilayani oleh tokoh-tokoh yang luar biasa itu
saja bisa kehilangan kasih yang semula, dan bahkan akhirnya dihancurkan oleh
Kristus, lebih-lebih gereja kita! Karena itu, tidak peduli siapa tokoh yang
mendirikan dan melayani gereja saudara, jangan lengah dalam menjaga kasih
saudara supaya saudara tidak kehilangan kasih yang semula! Kalau saudara tidak
mau menjaganya dengan sungguh-sungguh, jangan heran kalau gereja saudara
dihancurkan oleh Kristus!
2) ‘Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang
itu di tangan kananNya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu’.
a) Ini adalah sebagian dari
penggambaran tentang Kristus dalam Wahyu pasal 1 (yaitu ay 13 dan
ay 20). Perlu diketahui bahwa kepada setiap gereja diberikan sebagian
penggambaran tentang diri Kristus.
·
untuk gereja Efesus (2:1 diambil dari
1:13,20).
·
untuk gereja Smirna (2:8b diambil dari
1:17b-18a).
·
untuk gereja Pergamus (2:12b diambil dari
1:16a).
·
untuk gereja Tiatira (2:18b diambil dari
1:14b-15a).
·
untuk gereja Sardis (3:1b diambil dari
1:16a,20a).
·
untuk gereja Filadelfia (3:7b diambil dari
1:18b).
·
untuk gereja Laodikia (3:14b diambil dari
1:5a).
b) ‘Inilah
firman dari Dia’.
Ini menunjukkan bahwa rasul Yohanes hanyalah alat Yesus untuk berbicara
kepada gereja Efesus ini. Firmannya datang dari Yesus, bukan dari Yohanes.
Sebetulnya ini juga berlaku pada waktu seorang hamba Tuhan memberitakan Firman
Tuhan, tetapi ada perbedaannya. Dalam kasus rasul Yohanes menulis Kitab Wahyu
ini, ada pengilhaman sehingga tulisannya infallible dan inerrant
(= tidak ada kesalahan), sedangkan dalam kasus seorang hamba Tuhan berkhotbah,
pengilhaman itu tidak ada, sehingga selalu ada kemungkinan salah.
c) ‘yang
memegang ketujuh bintang itu di tangan kananNya’.
·
John Stott: “ Pernyataan ini lebih kuat di sini dari pada pernyataan
dalam pasal satu. Ia bukan hanya ‘mempunyai’ bintang-bintang itu; Ia
‘memegang’nya. Ia tidak hanya berdiri di tengah-tengah kaki dian; Ia ‘berjalan
di antara’ mereka. Ia adalah penilik / pengawas ilahi dari gereja-gereja” - hal 23.
Catatan: Wah 1:16
menggunakan kata bahasa Yunani ECHON (= having / mempunyai), tetapi
Wah 2:1 ini menggunakan kata bahasa Yunani KRATON (= holding /
memegang).
·
Adanya rasul-rasul palsu di Efesus
(ay 2) menyebabkan Yohanes menggambarkan Kristus sebagai ‘memegang ketujuh bintang itu di tangan
kananNya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu’ (ay 1). Hendriksen menganggap bahwa
bintang menunjuk pada pendeta gereja. Jadi menghadapi serangan rasul-rasul
palsu, yang jelas menyerang pendeta, pelayanannya dan gereja, maka Yohanes
memberikan suatu penghiburan bahwa pendeta ada dalam tangan Kristus, dan
Kristus hadir dalam gereja.
d) ‘dan
berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu’.
·
William Barclay: “ Pernyataan
ini memberitahu kita tentang aktivitas Kristus yang tak kenal lelah di
tengah-tengah gereja-gerejaNya. Ia tidak dibatasi oleh salah satu dari mereka; dimanapun
manusia bertemu untuk berbakti dalam namaNya, Kristus ada di sana”. - hal 62.
Perhatikan
adanya kata-kata ‘in his name’ (= dalam namaNya). Ini jelas tidak
mencakup kebaktian / pertemuan / persekutuan yang dilakukan oleh gereja yang
sesat. Karena itu kalau saudara berbakti di gereja yang sesat, yang tidak
dihadiri oleh Kristus sendiri, maka dalam pandangan Tuhan saudara belum
berbakti.
·
Robert H. Mounce menghubungkan bagian ini
dengan janji Tuhan kepada bangsa Israel dalam Im 26:12 yang berbunyi: “Tetapi Aku akan hadir di
tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umatKu”. Tetapi kata ‘hadir’ dalam Kitab
Suci Indonesia ini salah terjemahan, dan seharusnya adalah ‘berjalan’.
NIV: ‘I will walk among you and be your God, and you will be
my people’ (= Aku akan berjalan di antara kamu dan menjadi Allahmu,
dan kamu akan menjadi umatKu).
KJV, RSV, dan NASB juga menggunakan ‘walk’ (= berjalan).
WAHYU
KEPADA YOHANES (Bagian 36)
“AKU
TAHU SEGALA PEKERJAANMU: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu….Namun demikian
AKU MENCELA ENGKAU, KARENA ENGKAU TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA”
(Wahyu 2:2-4).
SEIMBANGKAN UNTUK MEMILIKI
DOKTRIN KUAT DAN KASIH YANG BESAR.
“Inilah analisis Yesus terhadap jemaat di Efesus. Ada beberapa hal positif yang
dikatakan-Nya. Jemaat ini bersemangat
dan tahu bekerja (ayat 2), juga sabar dan bertahan tanpa lelah (ayat 2,3). Jemaat itu tahu membedakan serta memiliki
doktrin yang kuat (ayat 2 dan 6).
Tertarik hanya pada kebenaran, jemaat ini tidak ingin ada kepalsuan di
antara orang-orang percaya. Tetapi ada
satu masalah kecil, jemaat ini telah meninggalkan kasihnya yang semula (ayat
4).
Kehidupan Kristiani mengandung banyak paradox, dan bisa jadi sulit untuk dipertahankan. Di satu pihak, kita dipanggil agar setia,
bersemangat, tahu membedakan, serta memiliki doktrin yang kuat. Di lain pihak, Allah memanggil kita agar memiliki kasih yang besar. Menyeimbangkan karakteristik-karakteristik
itu bisa menimbulkan ketegangan yang menyulitkan. Hasrat untuk memiliki doktrin yang kokoh
dan bertindak tegas seringkali mengarah pada lenyapnya kasih, yang merupakan
cirri seorang murid Kristus. “Dengan
demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau
kamu saling mengasihi”.(Yoh.13:35).
Karena kita menghadapi berbagai permasalahan yang kita gumuli saat ini
maka KITA MEMBUTUHKAN KEHADIRAN ROH KUDUS SEPANJANG WAKTU JIKA KITA INGIN
MENJAGA KESEIMBANGAN KITA. 1.
Dosa-dosa
yang memadamkan cinta/kasih mula-mula:
“Adalah menjadi tugas kita untuk mengetahui kegagalan-kegagalan dan
dosa-dosa kita yang khusus, yang telah menyebabkan kegelapan dan kelemahan
rohani, serta memadamkan cinta kita yang mula-mula. Keduniawiankah itu?. Cinta diri? Suka akan harga diri?. Upaya untuk menjadi yang pertama?. Ataukah dosa hawa-nafsu yang begitu
giat?. Adakah itu dosa pengikut
Nikolaus, mengubah rahmat Allah menjadi nafsu birahi?.
Ataukah itu penyalahgunaan terang yang besar dan kesempatan-kesempatan
menyombongkan akan kearifan dan pengetahuan rohani sementara kehidupan dan
tabiatnya tidak sesuai serta tak bermoral?
—E.G. White, Review and
Herald, 7 Juni 1887. 2.
Catatan:
Kaum NIKOLAUS –Mengajarkan bahwa
perilaku tubuh tidak mempengaruhi kesucian jiwa; karena itu tidak memberi beban
pada keselamatan kita (that deeds of the flesh do not affect the purity of the
soul and have no bearing on salvation.) Dalam Wahyu 2:14,15 menyamakan
dosa-dosa Bileam dengan kaum Nikolaus.
Apakah dosa-dosa Bileam?.
Dosa-dosanya adalah tamak, munafik, musyrik, dan tidak bermoral. (Lihat
Bil.22-24; 25:1,2; 31:8,16; 2 Petr.2:15; Yudas 11).
Nikolaus merupakan sekte heretic yang jadi wabah di jemaat Efesus dan
Pergamus. Pendirinya : Nicolas dari Antiokia
(Kis.6:5 – salah seorang dari ke tujuh diakon).
Ay 2: “Aku
tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa
engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah
mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak
demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta”.
1) ‘Aku
tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu’.
a) ‘Aku
tahu’.
Homer Hailey: “ ‘Aku tahu’ ... ‘pekerjaanmu’ (Efesus, Tiatira,
Sardis, Filadelfia, Laodikia), ‘kesusahanmu’ (Smirna), ‘dimana engkau diam /
tinggal’ (Pergamus). Variasi ini disebabkan oleh perbedaan keadaan. Ia yang ada
di tengah-tengah mereka mengetahui segala sesuatu tentang setiap gereja dan
setiap orang yang membentuk gereja itu; tidak ada apapun yang tersembunyi dari
mataNya, ‘tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia dengan
siapa kita harus berurusan’ (Ibr 4:13). Apakah itu adalah pekerjaan, kesusahan,
atau keadaan sekitar yang sangat berat yang menguji iman dari para orang
kudusNya, Ia tahu!”. - hal 117-118.
Penerapan:
Apakah dalam penderitaan / problem yang banyak, berat, dan
berlarut-larut, saudara lalu beranggapan bahwa Tuhan tidak mengetahui hal itu?
H. L. Ellison (Daily Bible Commentary): “ Sebaik-baiknya pengetahuan / pengenalan kita tentang
diri kita sendiri, itu tetap disesatkan oleh kesenangan diri sendiri,
ketidaktahuan dan prasangka. Kita melihat sebagian dan kita mengetahui /
mengenal sebagian. Pengetahuan Kristus adalah lengkap, obyektif dan membangun”. - hal 457.
b) ‘segala
pekerjaanmu’.
·
Kata ‘pekerjaan’ di sini sekalipun juga
mencakup pelayanan mereka, tetapi tidak hanya menunjuk pada pelayanan mereka,
melainkan menunjuk pada seluruh aspek kehidupan mereka.
·
kalau saudara adalah orang yang hidup
benar tetapi selalu disalah-mengerti oleh orang lain, dan dianggap jahat, maka
inilah hiburan bagi saudara: Kristus tahu segala pekerjaan / kehidupan saudara!
Manusia bisa salah mengerti, tetapi Kristus tidak! Sebaliknya, kalau saudara
hidup jahat tetapi saudara pandai bersikap munafik dan bersandiwara sehingga
banyak orang menganggap bahwa saudara adalah orang baik, maka ingat bahwa
Kristus tahu segala pekerjaan / kehidupan saudara!
c) ‘jerih
payahmu’.
Leon Morris (Tyndale): “KOPOS signifies labour to the point of
weariness” (=
KOPOS menunjukkan pekerjaan sampai lelah) - hal 59.
William Barclay: “ Kristus yang telah bangkit memuji ‘jerih payah’
mereka. Kata yang dipakai adalah KOPOS dan itu adalah kata favorit dalam
Perjanjian Baru. Trifena, Trifosa dan Persis semua ‘bekerja keras’ dalam Tuhan
(Ro 16:12). Satu hal yang diklaim oleh Paulus adalah bahwa ia bekerja
lebih keras dari semua (1Kor 15:10). Ia takut orang Galatia akan tergelincir ke
belakang, dan ‘jerih payah / susah payah’nya menjadi sia-sia (Gal 4:11). Dalam
setiap kasus - dan ada banyak yang lain - kata yang dipakai adalah KOPOS atau
kata kerja KOPIAN. Karakter khusus dari kata-kata ini adalah bahwa mereka
menggambarkan jenis jerih payah yang menggunakan segala sesuatu dari pikiran
dan otot. Jalan Kristen bukanlah untuk orang yang takut untuk berkeringat.
Seorang Kristen harus berjerih payah untuk Kristus, dan bahkan jika jerih payah
secara fisik tidak mungkin dilakukan, ia masih bisa berjerih payah dalam doa] - hal 62.
Pulpit Commentary: “ ini
menunjukkan kesenangan Ilahi terhadap kwalitas maupun kwantitas dari pekerjaan
mereka. Itu adalah berat, sepenuh hati, sungguh-sungguh. Banyak orang yang
bekerja untuk Tuhan melakukannya seakan-akan hanya dengan satu tangan, atau
bahkan dengan satu jari”. - hal 77.
Penerapan:
Apakah saudara betul-betul berjerih payah / bekerja keras untuk Kristus?
Atau hanya bekerja secara santai? Atau bahkan tidak pernah bekerja sama sekali?
Ingat bahwa Kristus tahu semua itu! Apakah pada akhir jaman saudara ingin
mendengar kata-kata Kristus seperti yang ada dalam Mat 25:26 - ‘Hai kamu hamba yang jahat dan malas ...’? Bandingkan juga dengan Luk 19:22.
d) ‘ketekunanmu’.
Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HUPOMONE, yang telah saya
jelaskan dalam pembahasan Wah 1:9.
John Stott (hal 24) mengatakan bahwa gereja Efesus ini mendapatkan
oposisi lokal, karena Efesus merupakan:
·
tempat pertemuan dari banyak agama.
·
salah satu pusat penyembahan kaisar di
propinsi itu.
·
pusat penyembahan kepada Dewi Diana /
Artemis (Kis 19:23-40).
Ini menyebabkan gereja / orang kristen Efesus dibenci oleh banyak orang
di sana, dan bahkan diboikot sehingga kehilangan langganan dalam bisnis, dan
bahkan mendapatkan problem dalam berbelanja. Bahkan mungkin ada penganiayaan
secara fisik terhadap orang kristen di Efesus. Tetapi menghadapi semua itu
mereka tetap bertekun!
e) Adam Clarke memperhatikan
bahwa ay 2-3 merupakan pujian dan ay 4 merupakan kecaman, dan lalu
mengatakan bahwa hal-hal yang baik selalu disebut lebih dulu, dan ini
menunjukkan bahwa Allah lebih senang memperhatikan yang baik dari pada yang
jahat dalam diri seseorang / sebuah gereja.
Penerapan:
Bagaimana dengan saudara? Apakah saudara lebih senang / bersukacita pada
waktu mendapatkan hal-hal yang baik dalam diri seorang kristen dari pada
mendapatkan hal-hal yang jahat / jelek? Ada banyak orang kristen yang merasa
senang / bersukacita kalau mendengar ada hal-hal yang jelek tentang seorang
kristen lain. Ini aneh, tetapi nyata! Mungkin ini menyenangkan, karena dengan
demikian mereka merasa dirinya lebih baik dari orang itu. Jangan menjadi orang
seperti itu! Itu jelas lebih mirip setan dari pada Allah!
2) ‘Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap
orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya
rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka
pendusta’.
a) Dalam Kitab Suci ada banyak
peringatan untuk waspada terhadap nabi-nabi palsu.
·
Dalam Mat 7:15 Tuhan Yesus
memperingatkan: “Waspadalah
terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba,
tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas”.
· 1Tes 5:21 - “Ujilah
segala sesuatu dan peganglah yang baik”.
· 1Yoh 4:1 - “Saudara-saudaraku
yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu,
apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah
muncul dan pergi ke seluruh dunia”.
Dan khusus untuk gereja Efesus, pada waktu Paulus meninggalkan mereka,
ia sudah memperingatkan akan munculnya nabi-nabi palsu, dan ia menyuruh tua-tua
Efesus untuk berjaga-jaga terhadap mereka.
Kis 20:28-31a - “Karena
itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang
ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang
diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala
yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan
kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang,
yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar
dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah ...”.
Ini jelas
mengharuskan tua-tua / majelis ‘menjaga mimbar’ dengan mengawasi setiap
pemberitaan Firman Tuhan dalam gereja. Tetapi sekalipun mereka mengawasi
pemberitaan Firman Tuhan dalam gereja, mereka tidak akan bisa tahu sesat atau
tidaknya suatu ajaran kalau mereka tidak belajar Firman Tuhan dengan rajin dan
tekun. Karena itu kalau saudara adalah tua-tua / majelis, ingatlah bahwa
‘belajar Firman Tuhan’ dan ‘menjaga mimbar’ adalah 2 tugas saudara yang harus
selalu saudara lakukan!
Dan tua-tua Efesus mentaati perintah Paulus, sehingga mereka berhasil
membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu yang masuk ke Efesus.
b) ‘engkau
tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat’.
·
Terjemahan.
KJV: ‘thou canst not bear them which are evil’ (= engkau tidak
dapat tahan terhadap mereka / memikul mereka yang jahat).
NASB: ‘you cannot endure evil men’ (= engkau tidak dapat tahan
terhadap orang jahat).
NIV: ‘you cannot tolerate wicked men’ (= engkau tidak dapat
menoleransi orang jahat).
Kata bahasa Yunani yang dipakai adalah BASTASAI (yang berasal dari kata
dasar BASTAZO), yang berarti ‘to bear’ (= bertahan / memikul). A. T.
Robertson mengatakan bahwa ini menunjukkan bahwa orang-orang jahat itu
merupakan suatu beban bagi gereja Efesus.
·
Yang disebut sebagai ‘orang jahat’ di sini bukan seadanya orang jahat tetapi rasul-rasul palsu / para
pengajar sesat itu. Jadi orang kristen bukannya harus menjauhi seadanya orang
jahat, karena jika demikian siapa yang memberitakan Injil kepada mereka?
Juga
perlu diperhatikan bahwa para pengajar sesat ini disebut sebagai orang jahat.
Mengapa? Karena ada banyak orang kristen, yang sekalipun tahu bahwa
pendeta-pendeta tertentu mengajar-kan ajaran sesat, tetapi tetap bersimpati
kepada mereka dengan alasan bahwa hidup mereka saleh, dan bahkan membanggakan
kesalehan nabi-nabi palsu itu! Ini adalah omong kosong terbesar! Bahwa mereka
menyesatkan orang, itu sudah jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang jahat.
Kalaupun dalam hal-hal lain mereka kelihatannya saleh, itu pasti hanya karena
mereka pandai bersandiwara!
·
Perhatikan bahwa gereja Efesus di sini
dipuji karena ketidak-sabarannya terhadap orang-orang jahat / rasul-rasul palsu
itu!
Pujian
rasul Yohanes terhadap ketidak-sabaran gereja Efesus dalam menghadapi
rasul-rasul palsu, cocok / sejalan dengan celaan rasul Paulus terhadap
kesabaran orang Korintus dalam menghadapi pengajar sesat.
2Kor 11:4
- “Sebab kamu sabar saja, jika ada seseorang datang memberitakan Yesus yang
lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang
lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah
kamu terima”.
·
Apa maksudnya mereka tidak dapat sabar /
tidak tahan / tidak menoleransi orang jahat?
Barnes’ Notes: “ Yaitu
mereka tidak mempunyai simpati dengan doktrin atau praktek mereka; mereka
sepenuhnya menentang orang-orang itu. Mereka tidak menyetujui / memberi muka
kepada orang-orang itu, tetapi dengan segala cara menunjukkan bahwa mereka
tidak mempunyai persekutuan dengan orang-orang jahat itu”. - hal 1552.
Bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:
*
Tit 3:10 - “Seorang bidat yang sudah satu dua kali
kaunasihati, hendaklah engkau jauhi”.
Jadi jelas bahwa dalam menghadapi seorang pengajar sesat, kita mempunyai
kewajiban untuk menegur / menasehati dia. Tetapi kalau teguran / nasehat itu
tidak dihiraukan, maka kita harus menjauhi / mengucilkan dia!
*
2Yoh 10-11 - “Jikalau seseorang datang kepadamu dan ia
tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan
janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya,
ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.
·
Perhatikan beberapa komentar lain di bawah
ini tentang sikap tidak sabar dari gereja Efesus terhadap orang-orang jahat /
rasul-rasul palsu itu.
*
Homer Hailey: “ Sikap terhadap orang-orang jahat ini patut dipuji;
jika mereka tidak mau diubah, biarlah mereka dipindahkan) - hal 121.
*
Homer Hailey: “ Dalam jaman dimana kita membanggakan diri kita sendiri
karena toleransi dan kompromi, sikap ini kelihatannya fanatik dan tidak
bertoleransi. Fanatik, tidak; tidak bertoleransi, ya, tetapi ini adalah sikap
tidak bertoleransi yang dipuji oleh Tuhan) - hal 121.
*
Pulpit Commentary: “Ketidak-toleransian mereka
yang kudus. Ada ketidak-toleransian, dan ada terlalu banyak ketidak-toleransian
seperti itu, yang merupakan buah dari kesombongan, dari kesombongan rohani,
dari pikiran sempit yang hina, dari ketidaktahuan / kebodohan yang hebat, dan
dari kefanatikan yang buta. Mereka dalam siapa hal ini ditemukan, mungkin adalah
musuh-musuh terbesar / terutama dari gereja Allah, sekalipun mereka dengan
lantang membanggakan bahwa mereka termasuk orang pilihan. Ketidak-toleransian
seperti itu tidak pernah kudus. Tetapi, di sisi lain, ada toleransi yang
sekedar merupakan sikap menyerah / mengalah terhadap kejahatan, karena kita
tidak mempunyai semangat yang cukup untuk Allah dan kebenaran untuk menahan
kejahatan itu. Orang-orang seperti itu membanggakan pikiran luas mereka, ...
Tentang orang seperti itu tidak akan pernah bisa dikatakan, seperti di sini
dikatakan tentang gereja Efesus: ‘Engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang
jahat’) - hal 77.
*
Pulpit Commentary: “Celakalah
gereja yang secara sadar menoleransi para penipu di tengah-tengah mereka! yang
membiarkan mereka tetap tinggal di antara orang-orang benar, sekalipun mereka
itu palsu!”. - hal 78.
*
William R. Newell: “Mengijinkan
orang yang diketahui sebagai orang jahat ada dalam persekutuan atau bahkan
dalam jabatan, adalah sesuatu yang umum saat ini, tetapi itu adalah
pengkhianatan terhadap Kristus”. - hal 37.
·
Apakah saudara berhubungan dengan seorang
nabi palsu, atau mempunyai seorang teman nabi palsu? Kalau ya, renungkanlah
apakah sikap saudara selama ini terhadap dia sesuai dengan ajaran Kitab Suci
yang baru saya uraikan di atas?
c) ‘bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut
dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah
mendapati mereka pendusta’.
·
‘menyebut dirinya rasul’.
Barnes’ Notes: “ Tidak bisa dianggap bahwa mereka mengklaim sebagai
salah satu dari rasul yang dipilih oleh sang Juruselamat, karena itu akan
terlalu menggelikan; dan satu-satunya penyelesaian kelihatannya adalah: atau
(1) bahwa mereka dipanggil kepada jabatan itu setelah sang Juruselamat naik ke
surga, sama seperti Paulus; atau (2) bahwa mereka mengklaim kehormatan yang
merupakan hak dari sebutan atau jabatan ini berdasarkan pemilihan kepada
jabatan itu; atau (3) bahwa mereka mengklaim sebagai pengganti dari rasul-rasul,
dan memiliki dan meneruskan / membawa otoritas mereka”.- hal 1553.
Catatan:
*
yang no 2 dalam kutipan di atas, misalnya
seperti Matias (Kis 1:23-26); sedangkan yang no 3 seperti dalam Gereja Roma
Katolik.
*
ada kemungkinan lain lagi, yaitu bahwa
mereka dikatakan menyebut dirinya rasul palsu, hanya berarti bahwa mereka
mengaku sebagai hamba Tuhan / pendeta, tetapi sebetulnya adalah pengajar sesat.
Penerapan:
Jaman sekarang ada banyak sekali orang yang mengaku diri / menyebut diri
sebagai pendeta. Tetapi tidak semua mereka adalah pendeta di hadapan Tuhan.
Karena itu saudara harus menguji mereka, dari ajaran ataupun kehidupan mereka.
·
‘pendusta’.
Ini mungkin menunjukkan bahwa para rasul palsu itu melakukan penyesatan
secara sadar dan sengaja. Jadi mereka tahu bahwa ajaran mereka itu salah /
sesat, tetapi mereka tetap mengajarkannya, mungkin untuk bisa mendapatkan
keuntungan dari semua itu. Memang jelas bahwa dalam dunia ini ada penyesat yang
melakukan penyesatan secara tidak sadar / tidak sengaja (bdk.
Yoh 16:2 Ro 10:2). Jadi mereka betul-betul mengira bahwa apa yang
mereka ajarkan itu memang benar. Tetapi jelas juga ada penyesat yang
melakukannya secara sadar dan sengaja! Yang kedua ini jelas hukumannya akan
lebih berat (bdk. Luk 12:47-48).
d) Bahwa gereja Efesus bisa
membongkar penyesatan / kepalsuan rasul-rasul palsu itu, menunjukkan bahwa
gereja Efesus kuat dalam doktrin.
Herman Hoeksema: “the
church of Ephesus was strong in doctrine” (= gereja Efesus kuat dalam
doktrin) - hal 51.
Mengapa
bisa disimpulkan demikian? Karena penyesatan oleh nabi palsu boleh dikatakan
selalu terjadi dalam persoalan doktrin.
Memang ada penyesatan dalam persoalan kehidupan praktis, seperti dalam
kasus pengikut Nikolaus dalam Wah 2:6, atau dalam kasus sekte ‘Children
of God’, tetapi inipun biasanya dilandasi oleh pengertian doktrinal yang
salah. Bandingkan ini dengan 1Kor 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya
hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan
dan minum, sebab besok kita mati’”.
Dari ayat ini jelas bahwa kehidupan praktis yang salah disebabkan oleh
pengertian doktrinal yang salah.
Semua ini menyebabkan sebuah gereja harus kuat dalam doktrin!
Penerapan:
· Kalau saudara
adalah hamba Tuhan, maulah mengajar hal-hal doktrinal kepada jemaat saudara.
Ingat bahwa perbedaan kristen dengan agama-agama lain atau dengan sekte-sekte
sesat dalam gereja, selalu terletak dalam persoalan doktrinal. Dalam persoalan
kehidupan praktis, kristen yang benar atau sekte-sekte sesat maupun agama-agama
lain, hampir sama ajarannya. Karena itu kalau saudara tidak mau mengajar
doktrin, maka bagi jemaat saudara tidak terlalu jadi soal apakah mereka menjadi
orang kristen atau beragama lain.
· Kalau saudara
adalah jemaat, maka maulah menerima ajaran yang bersifat doktrinal. Banyak
hamba Tuhan yang sebetulnya mau mengajarkan doktrin, tetapi lalu berhenti
karena jemaatnya tidak menyenangi doktrin! Memang sikap hamba Tuhan yang
seperti ini merupakan sikap yang salah, karena sama seperti orang tua harus
memberi makanan yang diperlukan oleh anaknya atau penting bagi
anaknya dan bukannya makanan yang disenangi oleh anaknya, demikian juga
hamba Tuhan seharusnya memberikan apa yang diperlukan oleh jemaat atau penting
bagi jemaat, bukan apa yang disenangi oleh jemaat! Tetapi kalau saudara sebagai
jemaat mau mendengar ajaran doktrinal, maka itu akan lebih memotivasi para
hamba Tuhan untuk mengajarkan ajaran doktrinal.
Herman Hoeksema: “ gereja Efesus setia dalam disiplin. Ini biasanya
berhubungan dengan kesehatan doktrinal. ... Disiplin Kristen merupakan reaksi
gereja terhadap setiap bentuk kejahatan, baik dalam doktrin maupun kehidupan,
melalui pemberitaan Firman Allah dan melalui teguran pribadi dan akhirnya
melalui pengucilan”. - hal 53.
Ay 3: “Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena
namaKu; dan engkau tidak mengenal lelah”.
1) ‘engkau tetap sabar dan menderita oleh karena namaKu’.
Terjemahan Kitab Suci Indonesia ini agak kacau.
KJV: ‘And hast borne, and hast patience, and for my name's sake hast
laboured’ (= Dan telah bertahan, dan mempunyai kesabaran, dan telah bekerja
demi namaKu).
RSV: ‘I know you are enduring patiently and bearing up for my name's
sake’ (= Aku tahu engkau bertahan dengan sabar dan bertahan demi namaKu).
NIV: ‘You have persevered and have endured hardships for my name’
(= Engkau telah bertekun dan telah menahan penderitaan demi namaKu).
NASB/Lit: ‘and you have perseverance and have endured
for My name's sake’ (= dan engkau mempunyai ketekunan dan telah
bertahan demi namaKu). Ini terjemahan yang paling tepat.
Catatan:
·
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘perseverance’
(= ketekunan) adalah HUPOMONE.
·
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘have
endured’ (= telah bertahan) adalah EBASTASAS, yang sama dengan kata
BASTASAI dalam ay 2 di atas, berasal dari kata dasar BASTAZO, yang berarti
‘to bear’ (= bertahan / memikul).
Ada beberapa hal yang bisa dibahas dari bagian ini:
a) Ada saat untuk sabar /
bertahan dan ada saat untuk tidak sabar / tidak bertahan (Pengkhotbah 3:1-8).
Kalau tadi dalam ay 2 ada pujian karena ketidaksabaran / sikap
tidak tahan terhadap rasul-rasul palsu, maka sekarang dalam ay 3 ada
pujian karena kesabaran / sikap bertahan terhadap penderitaan yang mereka alami
demi Tuhan. Kesabaran / sikap bertahan di sini sengaja dikontraskan dengan
ketidaksabaran / sikap tidak tahan dalam ay 2 di atas.
John Stott: “Ada kontras yang disengaja dalam pernyataan bahwa
sekalipun mereka mereka sabar dalam ujian dan kesusahan demi nama Kristus (ay 3),
mereka tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat ini (ay 2)”. - hal 26.
Jadi ada hal-hal terhadap mana kita tidak boleh sabar, tetapi juga ada
hal-hal terhadap mana kita harus sabar, yaitu pada waktu mengalami penderitaan
/ penganiayaan demi Kristus!
b) Apa artinya sabar di sini?
Sabar di sini berarti bahwa mereka tidak menjadi kecewa, marah,
bersungut-sungut, lari dari Tuhan, dsb.
2) ‘dan
engkau tidak mengenal lelah’.
KJV: ‘hast not fainted’ (= tidak menjadi lemah / tak
bersemangat).
RSV/NIV/NASB: ‘have not grown weary’ (= tidak menjadi lelah /
bosan).
Dalam mengikut / melayani Tuhan selalu ada banyak serangan setan /
penderitaan. Ada 2 kemungkinan dalam menghadapi semua itu:
a) Kita sabar dan terus bertekun dalam ikut / melayani Tuhan.
b) Kita menjadi lelah, bosan, kehilangan semangat.
Yang mana yang cocok dengan hidup saudara?
Homer Hailey: “Suatu ciri dari manusia adalah kecenderungan untuk
menjadi lemah / takut / tak bersemangat di bawah pekerjaan berat dan
tekanan-tekanan dari luar. Betapa seringnya dalam masa tuanya laki-laki dan
perempuan, yang dulunya rajin dalam melayani Tuhan, berhenti dari pekerjaan
Tuhan dengan alasan: ‘Aku telah membawa beban pada masa mudaku; sekarang aku
menyerahkan pekerjaan itu kepada mereka yang muda dan kuat’. Tetapi apakah ada
saat dimana kita boleh merasa bosan / lelah, berhenti dan membiarkan orang lain
memikul bagian yang terberat dari pertempuran dan membawa beban yang seharusnya
adalah milikku? Tidak, tidak pernah!”. - hal 121-122.
Ay 4: “Namun
demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang
semula”.
1) ‘Namun
demikian Aku mencela engkau’.
a) Tadi ada pujian, sekarang ada kritikan.
Tuhan bersikap fair; memuji apa yang baik dan mengkritik apa yang jelek.
Kita seringkali melakukan hanya salah satu saja, baik terhadap anak, pegawai,
jemaat, anak sekolah minggu, dsb. Atau sering juga kita tidak melakukan
kedua-duanya.
b) KJV: ‘Nevertheless I
have somewhat against thee’ (= Bagaimanapun Aku mempunyai sesuatu
yang kecil / sedikit terhadap engkau).
Ini salah, karena kata ‘somewhat’ (= sedikit) ini sebetulnya
tidak ada. Terjemahan yang salah ini mengecilkan kesalahan gereja Efesus dalam
persoalan meninggalkan kasih yang semula ini, padahal itu sama sekali bukan
sesuatu dosa yang remeh! Karena itu, kalau saudara sedang meninggalkan kasih
yang semula / pertama, jangan meremehkan keadaan itu!
2) ‘karena
engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula’.
a) Dicela sekalipun ‘baik’.
Sekalipun ada banyak hal-hal yang sangat baik dalam diri gereja Efesus
ini, seperti sikap orthodox, menjaga kemurnian doktrin, bekerja keras, tidak menjadi
lelah / bosan, membenci kejahatan dsb, tetapi mereka tetap dicela karena
meninggalkan kasih yang semula / pertama. Karena itu jelaslah bahwa:
·
Kemurnian doktrinal tidak bisa
menggantikan kasih.
George Eldon Ladd: “Doctrinal purity and loyalty can never
be a substitute for love” (=
Kemurnian dan kesetiaan doktrinal tidak pernah bisa menjadi pengganti kasih) - hal 39.
Adalah sesuatu yang baik kalau saudara adalah orang yang sangat
memperhatikan dan menjaga doktrin, tetapi pada saat yang sama saudara juga
harus memperhatikan dan menjaga kasih saudara kepada Tuhan.
·
Kebencian terhadap dosa / kejahatan tidak
bisa menggantikan kasih kepada Kristus.
John Stott: “to hate error and evil is not the same as
to love Jesus Christ” (=
membenci kesalahan dan kejahatan tidaklah sama dengan mengasihi Yesus Kristus) - hal 29.
Orang yang mengasihi Kristus pasti membenci kejahatan, tetapi orang yang
membenci kejahatan belum tentu mengasihi Kristus. Sebagai contoh, ada banyak
orang yang mengutuk perkosaan massal tanggal 14 Mei 1998, padahal mereka sama
sekali bukan orang kristen, dan karenanya tentu tidak mengasihi Kristus.
·
pelayanan yang bagaimanapun giatnya tidak
bisa menggantikan kasih.
Pulpit Commentary: “ Sebelum
Ia mengembalikan Petrus yang tidak setia / murtad dari kerasulannya, tiga kali
Ia menanyakan pertanyaan: ‘Apakah engkau mengasihi Aku?’, seakan-akan Tuhan
mengajar dia dan semua kita bahwa kasih kepadaNya adalah satu persyaratan yang
harus ada dalam semua pelayanan yang menyenangkanNya”. - hal 79.
b) Bandingkan celaan di sini
dengan Yer 2:1-8! (khususnya perhatikan Yer 2:2b,5)!
Yer 2:2b - “Aku
teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu
engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di
negeri yang tiada tetaburannya”.
NIV: ‘I remember the devotion of your youth, how as a bride
you loved me and followed me through the desert, through a land not
sown’ (= Aku mengingat kesetiaan / penyerahan / pembaktian masa
mudamu, bagaimana sebagai mempelai engkau mengasihi Aku dan mengikuti
Aku melalui padang gurun, melalui tanah / negeri yang tidak ditaburi).
Yer 2:5 - “Beginilah
firman TUHAN: Apakah kecurangan yang didapati nenek moyangmu padaKu,
sehingga mereka menjauh dari padaKu, mengikuti dewa kesia-siaan, sampai mereka
menjadi sia-sia?”.
Penerapan:
Kalau saudara sedang meninggalkan kasih yang semula, tanyakan pertanyaan
yang sama terhadap diri saudara sendiri: apakah kecurangan / kesalahan yang aku
dapati pada Allah, sehingga aku meninggalkan kasihku yang semula kepadaNya?
c) Kasih kepada siapa yang dimaksudkan di sini?
·
Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk
kepada kasih kepada sesama manusia.
Beasley-Murray: “the love which had abated was primarily
love for fellow men” (=
Kasih yang telah berkurang terutama adalah kasih kepada sesama manusia) - hal 75.
·
Leon Morris (hal 60) mengatakan bahwa
tidak jelas apa yang dimaksud dengan ‘kasih’ di sini. Ada yang mengartikan
bahwa ini adalah ‘kasih kepada Kristus’, ada yang mengatakan bahwa ini adalah
‘kasih kepada sesama saudara seiman’, dan ada juga yang mengatakan bahwa ini
adalah ‘kasih kepada seluruh umat manusia’. Leon Morris lalu mengatakan bahwa
mungkin kasih di sini mencakup ketiga-tiganya.
·
Tetapi saya berpendapat bahwa penekanan
utama di sini adalah kasih kepada Allah / Kristus.
Barnes’ Notes: “The love here referred to is evidently
love to the Saviour” (=
Kasih yang dimaksudkan di sini jelas adalah kasih kepada sang Juruselamat) - hal 1553.
Pulpit Commentary: “Christ is very jealous of our love” (= Kristus sangat cemburu akan cinta
kita) - hal 69.
·
Tetapi perlu juga diingat bahwa kasih
kepada Allah dan kasih kepada sesama sangat berhubungan. Kalau kasih kepada
Allah berkurang, maka pasti kasih kepada sesama juga demikian.
Robert H. Mounce (NICNT): “A cooling of personal love for God
inevitably results in the loss of harmonious relationship within the body of
believers” (=
Kasih pribadi yang mendingin kepada Allah secara tak terhindarkan menghasilkan
hilangnya hubungan yang harmonis di dalam tubuh orang-orang percaya) - hal 88.
Penerapan:
Untuk memperbaiki hubungan / persekutuan dalam keluarga ataupun gereja,
maka setiap individu harus memperbaiki kasihnya kepada Tuhan. Ini juga berlaku
sebaliknya. Untuk memperbaiki kasih kepada Tuhan kita harus memperbaiki
hubungan dengan sesama.
d) Siapa yang dikatakan
meninggalkan kasih yang semula / pertama ini? Ada 2 pandangan tg hal ini:
1. Kata-kata ini ditujukan
kepada mereka sebagai gereja, bukan sebagai individu.
Herman Hoeksema (hal 58-59) mengatakan bahwa yang kehilangan kasih yang
semula bukanlah jemaat / individu yang tadinya mempunyai kasih yang
semula, tetapi gereja Efesus. Jadi gereja ini bertumbuh dalam hal
jumlah, dan orang-orang yang baru ini tidak mempunyai kasih yang semula seperti
jemaat yang lama. Ia berpandangan demikian karena ia berkata bahwa orang
kristen sejati tidak bisa kehilangan keselamatan. Tetapi saya berpendapat bahwa
‘kehilangan kasih yang semula’ tidaklah sama dengan ‘kehilangan keselamatan’ / ‘jatuh dari kasih karunia’!
William Hendriksen mempunyai pemikiran yang sejalan dengan Hoeksema. Ia
berkata bahwa rasul Yohanes menulis Kitab Wahyu ini lebih dari 40 tahun setelah
gereja Efesus didirikan. Jadi generasi pertama sudah mati, dan lalu muncul
generasi kedua, yang tidak mempunyai kasih yang semula.
Pandangan Hoeksema dan Hendriksen ini memang memungkinkan. Apalagi kalau
dilihat dari Yer 2:1-8, yang pada ay 2nya berbicara tentang
‘cintamu’, padahal yang dimaksud adalah ‘cinta nenek moyangmu’. Jadi bagian ini
meninjau Israel sebagai suatu bangsa, yang dahulu mengasihi Tuhan tetapi
sekarang tidak. Karena itu adalah mungkin bahwa dalam kasus gereja Efesus juga
diartikan seperti itu.
Kalau ini benar, maka ini menjadi peringatan bagi setiap gereja yang
benar, untuk berjaga-jaga bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga
untuk generasi penerus. Apa yang harus dilakukan untuk ini?
· perhatikan anak-anak sekolah minggu supaya
mempunyai guru-guru sekolah minggu yang baik dan injili. Guru-guru Sekolah
Minggu sendiri harus menjaga kerohanian mereka dan pengajaran mereka, karena
secara manusia boleh dikatakan bahwa nasib dari generasi penerus ada di tangan
mereka! Renungkan Mat 18:6 - “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini
yang percaya kepadaKu, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan
pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut”.
·
perhatikan kerohanian pemuda remaja di
gereja.
·
jaga agar Majelis gereja yang dipilih
selalu adalah orang-orang yang rohani, alkitabiah dan injili. Jangan memilih
orang yang kaya tetapi yang rohaninya brengsek!
·
hati-hati dalam memilih hamba Tuhan.
·
jaga supaya dalam gereja selalu terdapat
Pemberitaan Injil. Dengan demikian orang-orang yang baru bisa mendengar Injil
dan bertobat.
2. Kata-kata ini ditujukan
kepada mereka sebagai individu. Jadi jemaat Efesus itu sendiri yang
meninggalkan kasih yang semula.
Kebanyakan penafsir membahas bagian ini dari sudut pandang ke 2 ini.
Saya sendiri, sekalipun menganggap pandangan pertama di atas tetap mempunyai
kemungkinan untuk benar, lebih condong pada pandangan ke 2 ini, karena:
·
dari surat-surat kepada gereja-gereja yang
lain terlihat bahwa Tuhan memperhatikan individu, dan bukannya hanya gereja
secara keseluruhan. Jadi kalau yang salah hanya sebagian, maka Tuhan juga
menegur yang sebagian itu (bdk. 2:14,15,24 3:4).
·
Ay 5 menyuruh mereka untuk:
*
mengingat betapa dalamnya mereka telah
jatuh.
*
bertobat.
*
melakukan lagi apa yang semula mereka
lakukan.
Semua ini rasanya menunjukkan bahwa yang meninggalkan kasih yang semula
/ pertama itu adalah diri mereka sendiri, bukan generasi sebelum mereka.
e) ‘Meninggalkan
kasih yang semula / pertama’.
1. Pada waktu Paulus menulis
surat Efesus, gereja Efesus masih berkobar-kobar dalam kasihnya kepada Allah.
Ini ditunjukkan secara implicit oleh Ef 6:24, dan ini juga
diwujudkan dengan kasih kepada sesama orang kudus - Ef 1:15 (ingat bahwa
kasih kepada sesama berhubungan erat dengan kasih kepada Tuhan). Tetapi
sekarang gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang semula / pertama itu.
Perhatikan bahwa mereka tidak dikatakan ‘kehilangan’ (pasif) tetapi ‘meninggalkan’ (aktif) kasih yang semula / pertama itu.
Karena itu Allah menyuruh mereka kembali kepada kasih yang pertama itu.
2. Kalau sejak lahir seorang kristen tidak pernah
mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, maka ini bukan ‘meninggalkan kasih
yang semula’, tetapi ‘suam-suam kuku’ (Wah 3:14-15) dimana Kristus
masih ada di luar hidupnya (bdk. Wah 3:20). Dengan kata lain, orang ini
tidak pernah menjadi kristen yang sejati.
Tetapi
semua orang kristen sejati pasti pernah mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh,
karena:
· Ro 5:5b mengatakan “kasih
Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada kita”.
Catatan: tentang ‘kasih Allah’ dalam Ro 5:5 ini ada yang
menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih Allah kepada kita’, tetapi ada juga
yang menafsirkan bahwa itu adalah ‘kasih kita kepada Allah’.
· kasih adalah ‘buah
Roh Kudus’ (Gal 5:22).
Penerapan:
Untuk
bisa tahu apakah saudara termasuk orang kristen sejati yang meninggalkan kasih
yang semula, atau orang suam-suam kuku yang adalah orang kristen KTP,
telusurilah jalan hidup saudara selama ini. Kalau tidak pernah ada saat dimana
saudara berkobar-kobar dalam cinta saudara kepada Tuhan, maka saudara adalah
orang suam-suam kuku. Bertobatlah dan terimalah Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat saudara, sebelum terlambat!
3.
Kasih yang semula / pertama itu mudah memudar.
Thomas
Manton: “That of all graces, love needeth keeping. Why? Because of
all graces it is most decaying. Mat. 24:12 Rev. 2:4” (= Bahwa dari
semua kasih karunia, kasih membutuhkan pemeliharaan. Mengapa? Karena dari semua
kasih karunia itu adalah yang paling mudah berkurang / hilang. Mat 24:12
Wah 2:4) - ‘Jude’, hal 344.
Tetapi
supaya saudara tidak secara salah dan terlalu cepat menganggap bahwa kasih
saudara kepada Allah sudah memudar, perhatikan kutipan di bawah ini.
Barnes’
Notes: “ Individu-individu Kristen sering kehilangan banyak dari kasih
pertama mereka. Memang benar bahwa seringkali kelihatannya terjadi hal ini,
padahal sebetulnya tidak. Tidak sedikit dari semangat / kobaran api /
kehangatan emosi dari petobat-petobat muda yang seringkali tidak lebih dari
kegembiraan dari perasaan binatang, yang tentu saja akan segera lenyap, sekalipun
kasih sejati mereka mungkin tidak berkurang, atau mungkin bertambah kuat secara
konstan. Pada saat seorang anak pulang ke rumah setelah pergi cukup lama, dan
bertemu dengan orang tua dan saudara-saudaranya, di sana ada suatu pijaran /
sinar, suatu perasaan yang hangat, suatu sukacita emosi, yang tidak bisa
diharapkan berlangsung senantiasa, dan yang mungkin tidak akan pernah bisa
dihidupkan kembali, sekalipun ia mungkin terus bertumbuh dalam kasih yang
sejati kepada teman-temannya dan rumahnya”. - hal 1553.
4. Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya / hilangnya
kasih yang semula.
a.
Dosa.
Thomas
Manton: “Some times it falleth out through freeness in sinning.
Neglect is like not blowing up the coals; sinning is like pouring on waters, a
very quenching of the Spirit, 1Thes. 5:19” (= Kadang-kadang itu terjadi
karena kebebasan dalam berbuat dosa. Kelalaian adalah seperti tidak mengipasi
arang; berbuat dosa adalah seperti menyiramnya dengan air, tindakan yang
memadamkan Roh, 1Tes 5:19) - ‘Jude’, hal 345.
Contoh
dosa:
· cinta uang / dunia.
Mat 6:24
- “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian,
ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia
kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat
mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”.
Yak 4:4
- “Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan
dengan dunia adalah permusuh-an dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi
sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah”.
1Yoh 2:15
- “Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau
orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu”.
2Tim 3:4b
- “lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah”. Ini salah
terjemahan.
NIV/NASB:
‘lovers of pleasure rather than lovers of God’ (= pecinta kesenangan dan
bukannya pecinta Allah).
· pelayanan / pekerjaan
/ kesibukan yang begitu ditekankan sehingga menyebabkan tak ada waktu untuk
sendirian dengan Tuhan (doa dan belajar Firman Tuhan).
Steve Gregg: “Like Martha, a church may become so
engrossed in religious work that it neglects the ‘one thing needed’
(Luke 10:42)” [=
Seperti Marta, sebuah gereja bisa menjadi begitu asyik dalam pekerjaan agamawi
sehingga mengabaikan ‘satu hal yang diperlukan’ (Luk 10:42)] - hal 65.
Catatan: ‘bagian yang
terbaik’ dalam Luk 10:42 diterjemahkan ‘one thing is needful’ (=
satu hal yang diperlukan) oleh RSV.
Kata-kata Steve Gregg ini memang sangat mungkin. Orang yang terlalu
bersemangat dalam pelayanan, sampai tidak ada waktu untuk belajar Firman dan
berdoa, akan kehilangan kasih yang semula. Dan hal yang menyedihkan adalah
bahwa ada banyak (bahkan mungkin kebanyakan!) hamba Tuhan yang seperti ini!
· allah lain, yaitu
hal-hal yang dicintai / diutamakan lebih dari Tuhan.
· occultisme, seperti:
tenaga dalam, hipnotisme, yoga, dsb.
b. Penderitaan yang hebat, banyak, dan berlarut-larut,
khususnya kalau kita tidak menghadapinya dengan benar.
c. Banyaknya kejahatan di sekitar kita.
Mat 24:12
- “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang
akan menjadi dingin”.
d. Peperangan mereka melawan kesesatan / nabi palsu.
Ramsey mengatakan bahwa celaan tentang hilangnya kasih yang semula ini
(ay 4) diletakkan setelah pujian tentang semangat mereka membongkar
kepalsuan dari rasul-rasul palsu (ay 2), tetapi diletakkan sebelum pujian
tentang kebencian mereka terhadap tindakan para pengikut Nikolaus (ay 6),
dan ini menunjukkan bahwa hilangnya kasih yang semula ini berhubungan dengan
semangat mereka dalam membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu.
James B. Ramsey: “ Celaan
/ kecaman ini diberikan dalam hubungan yang erat dengan pujian terhadap
semangat mereka dalam menyingkapkan rasul-rasul palsu ini, dan diberikan
sebelum pujian kedua ini disebutkan, menunjukkan adanya hubungan yang nyata
antara semangat menentang guru-guru palsu ini dengan penurunan kasih mereka.
Disana ada hubungan seperti itu, dan itu tidak pernah boleh dilupakan. Pada
waktu seseorang dipanggil untuk berjuang dengan sungguh-sungguh untuk iman,
pada waktu kesabaran diuji oleh kesalahan yang berani dan gigih, dan pada waktu
akhirnya pernyataan palsu dari guru-guru palsu itu tersingkap, proses itu
cenderung / mudah melukai dan memahitkan roh, dan berhasil mengembangkan
kesombongan rohani; sehingga kasih kudus kepada Yesus dan umatNya tanpa
terasa kehilangan gairah / semangat pertamanya yang dipancarkan oleh kasih itu
pada pandangan pertama dari iman terhadap salib dan kutuk yang dipadamkan”. - hal 131.
Catatan: Ramsey
menganggap bahwa pujian pertama berhubungan dengan semangat mereka dalam
membongkar kepalsuan rasul-rasul palsu itu, dan ay 3 berhubungan dengan
pujian pertama tersebut, karena penderitaan dalam ay 3 itu disebabkan hal
itu. Pujian kedua berkenaan dengan kebencian terhadap pengikut Nikolaus
(ay 6). Jadi kecaman tentang hilangnya kasih semula terletak setelah
pujian pertama, tetapi sebelum pujian kedua, dan karena itu ia lalu
menyimpulkan bahwa kecaman itu berhubungan dengan pujian pertama itu.
Kata-kata Ramsey di atas sesuai dengan kata-kata Mounce yang berikut
ini.
Robert H. Mounce (NICNT): “Every virtue carries within itself the
seeds of its own destruction” (= Setiap sifat baik / kebajikan membawa dalam
dirinya sendiri benih kehancuran dirinya sendiri) - hal 88.
Memang orang yang kuat dalam doktrin dan berani / tegas biasanya rawan
dalam persoalan kasih! Sebaliknya orang yang penuh kasih, sabar, biasanya
kompromistis / kurang tegas, atau munafik / suka berdusta, pengecut, dsb.
Penerapan:
Karena itu kalau saudara menjumpai apapun yang baik dalam diri saudara,
maka renungkanlah hal buruk apa yang ter-cakup dalam hal baik tersebut, dan
berusahalah untuk memper-tahankan hal baiknya dan membuang hal buruknya.
5. Ciri / akibat berkurangnya / hilangnya kasih yang semula.
Thomas
Manton: “ Dimana kita mengasihi disana akan ada perenungan tentang obyek
yang dikasihi, disana akan ada keakraban dan keintiman dalam pembicaraan. Tidak
ada satu haripun akan berlalu dimana kasih tidak menemukan pesan / berita dan
alasan / kesempatan untuk berbicara dengan Allah, untuk meminta pertolonganNya
atau nasehatNya. Tetapi sekarang, ketika seseorang bisa melewati beberapa hari
dan minggu tanpa pernah mengunjungi Allah, keanehan seperti itu menunjukkan
kasih yang sedikit / kecil. Juga, pada saat ada ketidakpedulian dalam
memuliakan Allah, tidak ada perencanaan dan usaha / penyusunan tentang
bagai-mana kita bisa menjadi paling berguna untuk Dia, pada saat kita tidak
berkabung atas dosa seperti yang biasa kita lakukan, tidak peka terhadap
pelanggaran, tidak mempunyai hati yang hancur, tidak begitu hati-hati untuk
menghindari semua kesempatan untuk menyakiti hati / menyalahi Allah, tidak
begitu berjaga-jaga dan bersemangat seperti kita biasanya, tidak bangkit untuk
melawan pencobaan dan pikiran daging, kasih itu berkurang / melemah. Jelas
bahwa ketika rasa kewajiban pada Kristus itu hangat dalam hati kita, dosa tidak
lolos dengan begitu bebas; kasih tidak akan mengijinkannya hidup dan bertindak
dalam hati, Titus 2:11-12, Kej 39:9. Tetapi sekarang, karena semua ini sudah
luntur, hati tidak dijaga, lidah tidak dikekang, kata-kata kosong bahkan busuk
dan kotor / tak senonoh; kemarahan dan iri hati merajalela dalam jiwa, semua menuju
pada kekacauan dalam hati yang diabaikan; lebih jauh lagi, bahkan kebaktian
dilakukan dengan asal-asalan / tak sungguh-sungguh dan dalam cara yang ceroboh
dan bodoh; dosa diakui tanpa penyesalan dan perasaan bersalah kepada Allah; doa
untuk berkat rohani tanpa keinginan untuk mendapatkan; kemarahan mengutuk tanpa
takut bahaya; doa syafaat untuk orang lain tanpa simpati atau kasih
persaudaraan; syukur diberikan tanpa menghargai kebaikan / manfaat atau kasih
kepada Allah dalam mengingat mereka; perundingan tentang hal-hal kudus tidak
pernah dilakukan atau sangat sedikit dan ceroboh; pembacaan (Kitab Suci / Firman Tuhan) tanpa keinginan mendapatkan
keuntungan / manfaat; menyanyi tanpa kesenangan atau nyanyian di hati. Semua
ini hanyalah laporan / catatan suatu hati yang menurun dalam kasih kepada Allah. - ‘Jude’, hal
345-346.
Renungkanlah
kata-kata Manton di atas ini kata demi kata, dan ban-dingkanlah dengan hidup
saudara. Dari situ saudara bisa mengetahui apakah saudara sudah kehilangan
kasih yang semula atau tidak.
Thomas
Manton: “ Dalam penyendirian kita yang serius kita harus mempunyai
pemikiran-pemikiran seperti ini: Saya biasanya menghabiskan beberapa waktu
setiap hari dengan Allah; saya ingat bahwa dulu adalah suatu kesenangan bagi
saya untuk berpikir tentang Dia; sekarang aku tidak mempunyai hati untuk berdoa
dan bermeditasi, tidak ada kesukaan dalam bersekutu dengan Dia; dulu adalah
sukacita dari jiwaku untuk berada dalam Perjamuan Kudus, datangnya hari Sa-bat
kusambut dengan baik; tetapi sekarang alangkah membosankannya hal itu! Ada saat
dimana aku mempunyai pengalaman yang manis, dan kasih karunia Roh Allah lebih
hidup dalam diriku, tetapi sekarang semua mati dan tidak manjur; ada saat
dimana pemikiran sia-sia adalah suatu beban bagiku, tetapi sekarang aku bisa
mengabaikan tindakan-tindakan berdosa; ada saat dimana penghamburan waktu biasa
merupa-kan kesedihan bagi jiwaku, sekarang aku bisa menghamburkan Sabat secara
tak berguna dan tidak merisaukannya, dsb. Begitulah engkau harus memikirkan /
merenungkan keadaanmu”. - ‘Jude’, hal 346-347.
Pulpit Commentary: “with all their discernment of evil, and
zeal against it, they lacked reality. Their light still burned, but in a
dull, lifeless way; their service had become mechanical” (= dengan pandangan mereka yang tajam
terhadap kejahatan, dan semangat menentangnya, mereka kekurangan realitas /
kenyataan. Lampu mereka tetap menyala, tetapi secara pudar dan tak
bersemangat; pelayanan mereka telah menjadi pelayanan mekanis) - hal 58.
John Stott: “Without this love, the Church’s work is
lifeless” (=
Tanpa kasih ini, pekerjaan Gereja tidak bersemangat) - hal 28.
John Stott: “ Adalah kewajiban dari manusia untuk menyembah /
berbakti kepada Allah, dari makhluk ciptaan untuk menyembah / berbakti kepada
Penciptanya. Jika penyembahan / kebaktian dari Gereja tidak merupakan kebaktian
di bibir saja, maka itu harus keluar dari hati yang mengasihi Allah. ... Saya
memperkirakan bahwa kebaktian gereja Efesus hampir mati. Nyanyian telah menjadi
membosankan / tidak menarik dan tak bersemangat, dan doa-doa hampir tidak lebih
baik dari mantera-mantera orang kafir. Di sana ada upacara tetapi tidak ada roh
/ semangat. Di sana tidak ada kehidupan / semangat karena di sana tidak ada
kasih. Apa yang benar tentang kebaktian umum orang-orang kristen Efesus pasti juga
benar tentang Saat Teduh pribadi mereka. Hanya kasih yang bisa menyelamatkan
doa dan pembacaan Kitab Suci secara pribadi terhadap penurunan menjadi suatu kerutinan
yang bersifat mekanis. - hal 30.
Pulpit Commentary: “The outward forms may be perfect, zeal
may be maintained, patience unwearied, orthodoxy untarnished; but if love - the
soul’s secret energy - be impaired, time only is needed to bring the Church to
utter decay” (=
Hal-hal luar / lahiriah mungkin sempurna, semangat mungkin dipertahankan, kesabaran
tidak pernah lelah, keorthodoxan tidak bercacat; tetapi kalau kasih - kekuatan
rahasia dari jiwa - berkurang / rusak, hanya waktu yang dibutuhkan untuk
membawa gereja pada kebusukan total) - hal 92.
Memang
saya percaya bahwa orang yang meninggalkan kasih yang semula mula-mula bisa
kelihatan tetap baik. Mungkin ia tetap melayani, tetap bersaat teduh, tetap
memberi persembahan, dsb. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan, maka keadaan akan
makin lama makin memburuk, sehingga dari luarpun hal itu akan kelihatan.
John Stott: “jerih payah menjadi pekerjaan yang membosankan jika
itu bukanlah pekerjaan kasih. Yakub bisa bekerja 7 tahun untuk mendapatkan
tangan Rahel hanya karena ia mengasihinya, dan 7 tahun itu ‘baginya terlihat
seperti hanya beberapa hari karena kasihnya kepadanya’ (Kej 29:20).
Bertahan terhadap penderitaan bisa menjadi berat dan pahit jika itu tidak
dilunakkan dan dimaniskan oleh kasih. ‘Mengertakkan gigi dan mengepalkan
kepalan dengan ke-tidak-acuhan Stoa’ berbeda dengan ‘tersenyum menghadapi
kesengsaraan dengan kasih Kristen’) - hal 28.
Catatan: golongan
Stoic / Stoa adalah golongan yang disebutkan dalam Kis 17:18. Ini adalah
golongan yang percaya pada takdir, tetapi mereka percaya bahwa takdir itu
bahkan ada di atas Allah.
6. Apa yang harus dilakukan supaya kasih yang semula
tidak berkurang / hilang?
· terus bertumbuh secara
rohani; jangan pernah puas dengan apa yang saudara capai secara rohani, baik
dalam pengertian Firman Tuhan, keteguhan iman, pengudusan dsb.
Thomas Manton: “Bertambahlah dan bertumbuhlah dalam kasih,
1Tes 4:10. Tidak ada yang lebih menimbulkan kebusukan / penurunan kasih
dari pada kepuasan dengan apa yang telah kita terima; setiap hari engkau harus
makin kurang mengasihi dosa, diri sendiri, dunia, tetapi mengasihi Kristus
makin lama makin banyak”. - ‘Jude’, hal 346.
1Tes 4:10
- “Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah
Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih
bersungguh-sungguh lagi melakukannya”.
· kalau terjadi
penurunan kasih, tanganilah secepat mungkin.
Thomas
Manton: “Amatilah penurunan pertama, karena ini adalah
penyebab dari semua yang lain. Kejahatan sebaiknya dihentikan pada permulaan;
jika pada waktu pertama-tama kita mulai bertumbuh menjadi ceroboh kita sudah
memperhatikan, maka itu tidak akan pernah menjadi seperti ini. ... adalah lebih
mudah menghancurkan sebuah telur dari pada membunuh ularnya) - ‘Jude’,
hal 346. 3.
DAFTAR
PUSTAKA:
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”,
Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.hal 44
2.
Leo R. Van Dolson, “Kemenangan
Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia
Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.37
3.
Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu
kepada Yohanes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar