Selasa, 25 Desember 2018

Wahyu Kepada Yohanes (Bagian 49-54)


                           Related image 
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 49-54)

TANTANGAN-TANTANGAN KECIL- BESAR  MENUMBUHKAN   IMAN.
   “Dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau TIDAK MENYANGKAL IMANMU KEPADAKU,…yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu”. (Wahyu 2:13).
   “Umat percaya di Pergamus bukan hanya mempertahankan kepercayaan dan keyakinan mereka kepada Tuhan pada masa-masa senang, tetapi juga menolak menyangkal iman saat di bawah tekanan penyaniayaan.  Kita memperkembang iman kita kepada Allah dan ajaran-ajaran-Nya dengan menerapkan firman-Nya dalam hidup sehari-hari.  Saat kita menyaksikan tangan Tuhan bekerja dalam hidup sehari-hari, iman kita pun bertumbuh.  Saat iman kita melewati ujian-ujian kecil, iman itu semakin kuat sehingga dapat bertahan melewati tantangan-tantangan yang jauh lebih serius yang menghadang.  Iman juga dapat bertumbuh melalui langkah-langkah kecil.  
   Dalam perkara-perkara kecillah iman kita belajar untuk bertumbuh.  Dan di dalam tantangan-tantangan besarlah iman kita diuji”. 1)

  ‘engkau tidak menyangkal imanmu kepadaKu’.
    ‘imanmu kepadaKu’.
NIV: ‘your faith in me’ (= imanmu kepadaKu).
KJV/RSV/NASB/Lit: ‘my faith’ (= imanKu).
John Stott: “Commentators are agreed that, grammatically speaking, ‘my faith’ means ‘your faith in me’” (= Para penafsir setuju bahwa berbicara secara gramatika, ‘imanku’ berarti ‘imanmu kepadaKu’) - hal 56.
b)   ‘tidak menyangkal’.
Kata ‘menyangkal’ ada dalam aorist tense (= past tense / bentuk lampau), dan karena itu rupanya kata-kata ‘tidak menyangkal’ menunjuk pada satu kejadian tertentu di masa lampau, dimana jemaat dihadapkan pada pemaksaan untuk menyangkal Yesus. Rupanya pada peristiwa itu juga Antipas mengalami kematian syahid. Tetapi jemaat Pergamus tetap tidak mau menyangkal Kristus.
Pulpit Commentary: “Here is one of the million proofs that man’s moral character is not necessarily formed by external circumstances, however antagonistic those circumstances may be” (= Di sini ada satu dari jutaan bukti bahwa karakter moral manusia tidak harus dibentuk oleh keadaan luar, betapapun bermusuhannya keadaan itu) - hal 101-102.   2)
REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 59.
2.   Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.

                       WAHYU KEPADA YOHANES (50)
   “Dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman ANTIPAS, SAKSIKU, YANG SETIA KEPADAKU, yang dibunuh dihadapan kamu, di mana Iblis diam” (Wahyu 2:13).

MATI MARTIR DEMI IMAN

   “Kitab Wahyu melaporkan tentang vonis hukuman mati bagi seorang Kristen bernama ANTIPAS.  Makna namanya menarik: “Menentang setiap orang”.
   Ini sangat pas dengan tuduhan orang-orang bukan Yahudi terhadap orang-orang Kristen bahwa” mereka adalah “pembenci manusia”.  Warga kerajaan Romawi menerapkannya pada orang-orang Kristen karena menolak berpartisipasi dalam berbagai aspek keagamaan sipil yang diharapkan dari seorang warganegara Romawi yang baik.  Yang terburuk, banyak menganggap orang-orang Kristen itu kaum antisosial dan pembawa sial bagi komunitas.
   Walaupun Kitab Suci tak menyebutkan rinciannya, jelasnya Antipas mati martir demi imannya. “Dan engkau tidak menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam” (Wahyu 2:13). 

   Ada kemungkinan bahwa orang-orang Kristen mula-mula melihat “pedang Kristus yang tajam dan bermata dua “ (ayat 12,16) dibandingkan dengan kuasa gubernur atas “pedang”, yaitu hukuman mati. Jika demikian, gubernur
Roma mungkin menghukum mati Antipas karena dia seorang Kristen.
   Prosedur dalam kasus Antipas ini diuraikan Gubernur Pliny kurang lebih 15 tahun kemudian di dalam suratnya kepada Kaisar Trajan: “Aku menanyakan terdakwa apakah mereka orang-orang Kristen.  Jika mereka mengaku, aku bertanya kedua dan ketiga kalinya, dengan mengancam hukuman mati. 
   Kepada mereka yang bersikeras, aku memerintahkan hukuman mati, karena aku tidak ragu sama sekali, bahwa apapun yang mereka akui, mereka pantas di hukum mati karena sikap keras kepala mereka…Aku membebaskan mereka yang mengaku bukan atau tidak pernah menjadi Kristen, dan yang di hadapanku memohon kepada dewa-dewa dan mempersembahkan anggur dan dupa dihadapan patung (Trajan)- mu dan terutama yang mengutuk Kristus, yang kudengar tidak bakalan dilakukan seorang Kristen sejati.
   Trajan menanggapi bahwa pihak berwenang tidak seharusnya memburu orang-orang Kristen atau mencobai mereka dengan tuduhan tak berdasar.
   Namun demikian, jika secara terbuka dihadapkan kepada gubernur, para pejabat harus menangani mereka seperti yang di uraikan Pliny.  Mungkin seorang tetangga yang memusuhi, entah Yahudi atau bukan Yahudi, mendakwa Antipas dihadapan gubernur.”   1)

PUJIAN KEPADA JEMAAT PERGAMUS:
“TIDAK MENYANGKAL IMAN”—Melukiskan pengalaman para pahlawan iman yang tetap setia.
a.    Pergamus terkenal dengan penyembahan dewa matahari Babilonia dan kaisar masih hidup.
b.   Dengan bertobatnya kaisar Konstantin (323) maka kepausan timbul menjadi pimpinan agama dan politik di Eropa Barat
1.   Artinya Setan bertempat tinggal di tengah-tengah gereja Kristen.
2.   Kepausan adalah perpaduan kekafiran da kekristenan, yang masanya disebut “The Age of Popularity”.

“ANTIPAS, saksiku, juga tidak menyangkal iman”.
a.    ANTI artinya menentang, dan PAS artinya PAPA (PAUS)
b.   Jadi ANTIPAS –Melukiskan para martir yang korban karena menentang penyembahan terhadap kaisar (Paus). “      2)


‘juga tidak pada zaman Antipas, saksiKu, yang setia kepadaKu, yang dibunuh di hadapan kamu’.
a)   ‘Antipas’.
Ada yang menganggap bahwa nama ‘Antipas’ ini adalah nama asli seseorang; tetapi ada juga yang menganggap bahwa sama seperti nama-nama lain dalam Kitab Wahyu, ini hanya bersifat simbolis, yang menunjuk kepada segolongan orang yang ‘anti Paus’.
Catatan: lihat di depan tentang penafsiran simbolis dari ke tujuh gereja (hal 1-2, point no 1,c dari buku ini).
Matthew Poole: “Our being able from no history to give an account of this martyr, hath inclined some to think this epistle wholly prophetical, and that Antipas signifieth not any particular person, but all those who opposed the pope, as if it were Antipapa” (= Ketidakmampuan kita memberikan catatan / cerita dari sejarah tentang martir ini, telah mencondongkan beberapa orang untuk berpikir bahwa surat ini sepenuhnya bersifat nubuat, dan bahwa Antipas tidak berarti seseorang yang tertentu, tetapi semua mereka yang menentang Paus, seakan-akan kata itu adalah Antipapa) - hal 954-955.
Steve Gregg: Some who take this approach have suggested that Antipas does not refer to an individual, but to a class of men opposed (‘anti’) to the popes (‘papas’), which men were martyred in great numbers in Rome and Constantinople” [= Sebagian dari orang-orang yang mengambil arti ini mengusulkan bahwa Antipas tidak menunjuk kepada seorang individu, tetapi kepada segolongan orang yang menentang (‘anti’) Paus (‘papas’), yaitu orang-orang yang mati syahid dalam jumlah besar di Roma dan Constantinople] - hal 70.
Saya berpendapat bahwa Antipas adalah nama orang.
b)   Ada yang menterjemahkan kata-kata ‘saksiKu yang setia’ dengan ‘martirKu yang setia’.
William Barclay: “The Risen Christ calls Antipas my faithful MARTUS. We have translated that ‘martyr’; but MARTUS is the normal Greek word for ‘witness’. In the early church to be a martyr and to be a witness were one and the same thing. ‘Witness’ meant so often ‘martyrdom’” (= Kristus yang bangkit menyebut Antipas ‘MARTUS-Ku yang setia’. Kita telah menterjemahkannya ‘martir’, tetapi MARTUS adalah kata Yunani yang normal untuk ‘saksi’. Dalam gereja mula-mula menjadi ‘martir’ dan menjadi ‘saksi’ adalah hal yang satu dan sama) - hal 92.
Catatan: A. T. Robertson mengatakan (hal 305) bahwa arti ‘martir’ adalah arti modern yang baru muncul pada abad ke 3.
c)   Kematian Antipas.
Adam Clarke: Ada suatu karya yang masih ada yang disebut ‘Perbuatan / Kisah Antipas’, yang membuatnya sebagai uskup dari Pergamus, dan menyatakan bahwa ia dibunuh dengan dimasukkan ke dalam sapi dari kuningan yang dibakar. Tetapi cerita ini menentang dirinya sendiri, karena orang Romawi, dibawah pemerintahan siapa Pergamus saat itu, tidak pernah membunuh seseorang dengan cara ini. Diduga bahwa ia dibunuh oleh suatu gerombolan, yang memilih cara ini untuk mempertahankan kehormatan dari dewa mereka Aesculapius, dalam pertentangan dengan tuntutan dari Tuhan Yesus kita - hal 978.
d)   Tak diingat dalam sejarah, tetapi diingat oleh Kristus.
Pulpit Commentary: “Of Antipas we know nothing more than is named here. No historic roll, save this, refers to him. But Christ never forgets. To be remembered by him is fame enough” (= Tentang Antipas kita tidak mengetahui apapun lebih dari yang disebutkan di sini. Tidak ada catatan sejarah, kecuali ini, yang menunjuk kepadanya. Tetapi Kristus tidak pernah lupa. Diingat oleh Dia adalah cukup masyhur / populer) - hal 73.
Mungkin kalau ini terjadi pada jaman sekarang, orang kristen sendiri bahkan akan mengecam Antipas sebagai orang kristen yang extrim. Tetapi Yesus justru memuji Antipas dengan sebutan ‘saksiKu yang setia’. Perlu diingat bahwa istilah ‘saksiKu yang setia’ yang diberikan kepada Antipas, merupakan istilah yang sama dengan yang ditujukan kepada Kristus sendiri dalam Wah 1:5. Jadi ini merupakan suatu pujian yang sangat tinggi.
e)   A. T. Robertson mengatakan (hal 305) bahwa kematian syahid Antipas ini disusul oleh beberapa orang lain di Pergamum, yaitu Agathonice, Attalus, Carpus, dan Polybus. Seringkali orang digoda setan dengan berpikir: ‘Dari pada mati secara sia-sia, lebih baik menyangkal Yesus / berkompromi’. Tetapi dari cerita tentang Antipas ini terlihat bahwa kematian syahid tidaklah sia-sia. Pertama, kesetiaan sampai mati itu menyenangkan Allah, dan kedua, itu memotivasi orang kristen lain untuk juga berani mati demi Kristus.
Tetapi sebaliknya kalau kita menyangkal Kristus, berkompromi dengan dunia, dsb, kita menghancurkan motivasi orang kristen lain untuk menderita dan mati demi Kristus!. “      3)
REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 60.
2.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal.14.
3.   Pdt. Budi Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.

                  WAHYU KEPADA YOHANES (51)
“Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang MENGANUT AJARAN BILEAM, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.  Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada AJARAN PENGIKUT NIKOLAUS” (Wahyu 2:14,15).

BERKOMPROMI –MENEMPATKAN DIRI KITA DALAM BAHAYA BESAR.

   “Jelas bahwa ada sebagian orang di jemaat Pergamus yang menganut ajaran yang sama dengan ajaran Bileam.  Seperti Bileam, mereka berusaha menyesatkan orang-orang dengan ide-ide mereka.  Ayat di atas juga menyinggung tentang ajaran para pengikut Nikolaus.  Akar kata untuk Nikolaus (nikolaos) berarti “dia yang menaklukkan orang-orang” sementara kata Bahasa Ibrani untuk Bileam berarti “dia yang menelan orang-orang.”  
   Kedua istilah ini, meskipun dalam bahasa berbeda, pada intinya bermakna sama.  Ketika raja Moab melihat bangsa Israel datang, dia pun sadar bahwa Allah bangsa Israel terlalu berkuasa untuk ditaklukkan balatentaranya.  Jadi raja Moab, BALAK, mendapat ide brilian.  Dia  mencari nabi Allah dari Israel yang bersedia mengutuki bangsa Israel sendiri.   Setelah mendengar tentang BILEAM, Balak mengutus seorang wakil kepadanya: “Raja Moab menawarkan sejumlah besar uang jika engkau mau datang dan mengutuki bangsa Israel”.
   Sebagai tipe orang serakah, sang nabi setuju menerima tawaran walaupun Yahwe mungkin tidak senang.  Dalam perjalanannya ke Moab, Bileam terlibat percakapan dengan seekor keledai.  Dengan mengabaikan petunjuk Ilahi bahwa dia berada di jalan yang salah, dia melanjutkan perjalanannya untuk mengutuki Israel.  Namun bukannya kutuk, malahan berkat yang keluar dari mulutnya.  Raja yang membayarnya pun sangat marah (lihat Bil.22-24).  Bileam tidak dapat mengutuki bangsa Israel, sehingga tidak mendapat uang.  Lalu dia mendapat ide brilian.  “Kita bisa saja mencari cara untuk menyesatkan bangsa Israel,” sarannya, “ALLAH AKAN MENINGGALKAN MEREKA, DAN MEREKA AKAN KALAH DALAM PEPERANGAN.”  Sebagai bagian dari rencana jahatnya, Bileam memanfaatkan daya tarik pesta pora kafir serta AMORALITAS SEKSUAL agar sebagian bangsa Israel berdosa melalui  makanan yang dipersembahkan kepada berhala dan amoralitas seksual. 
 
   Akibatnya, Allah menarik perlindungan-Nya dari bangsa Israel, dan wabah hebat menghancurkan banyak dari mereka (lihat Bilangan 25 dan 31:16)
   Kisah tentang Bileam mengilustrasikan ketergantungan kita pada PERLINDUNGAN ALLAH.  Dosa-dosa yang kelihatannya tidak berbahaya menimbulkan efek yang membawa kehancuran jika itu berhasil memisahkan kita dari Tuhan.  Jemaat di Pergamus merasa dibenarkan di dalam komprominya, namun demikian, menempatkan diri dalam bahaya besar”.  1).

   “Oleh karena masa yang dilambangkan oleh Pergamus adalah masa perkembangan Kepausan (313-538 Masehi), tampaknya terbukti bahwa tahta Setan itu merujuk kepada pusat perbaktian papal Rome.

   “Hampir-hampir tidak terasa cara-cara kekafirn menemukan jalannya ke dalam jemaat Kristen.  Roh Kompromi dan penyesuaian ditahan untuk sejenak oleh penganiayaan-penganiayaan berat yang diderita jemaat di bawah kekafiran.  Tetapi begitu penganiayaan itu berhenti, dan Kekristenan memasuki pekarangan dan istana-istana raja-raja, ia menyingkirkan kesederhanaan Kristus dan rasul-rasul-Nya yang bersahaja itu bagi kebesaran dan kemegahan imam-imam serta penguasa-penguasa kafir; dan di tempat dari tuntutan-tuntutan Allah ia menggantikan teori-teori serta tradisi-tradisi manusia.  Perubahan secara nama saja dari Konstantin di penggalan awal dari abad ke empat menyebabkan kegembiraan yang besar; dan dunia, berjubahkan suatu bentuk kebenaran, melangkah ke dalam gereja”.
          E. G. White, The Great Controversy, hal.49,50.             2)

CELAAN ATAU KEBERATAN KEPADA JEMAAT PERGAMUS:
1.   Di antaramu ada orang yang menganut ajaran Bileam yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.
a.    Ajaran Bileam yang mendorong agar orang Israel memakan makanan yang dipersembahkan kepada berhala dan mempengaruhi mereka untuk berzinah dengan anak-anak perempuan Moab—Melukiskan perpaduan kekafiran dengan agama yang benar.
i.     Legalisasi agama melalui pertobatan Konstantin (313) dan peraturan toleransinya membuat kekafiran dan kekristenan campur aduk.
ii. Akibatnya gereja muncul sebagai lembaga rohani politik yang sudah
    kehilangan kerohaniannya.”     3)
“Ada pula yang berpegang kepada ajaran Nikolaus.”
   “Kaum Nikolaus mempraktekkan dosa-dosa Bileam.  Wahyu 2:14,15 menyamakan dosa-dosa Bileam dengan kaum Nikolaus itu.   Apakah dosa-dosa Bileam?.  Dosa-dosanya adalah tamak, munafik, musyrik, dan tidak bermoral “(Lihat Bil.22-24; 25:1; 31:8, 16; 2 Pet.2:15; Yudas 11).   4)

   Inti ajaran Nikolaus: the deeds of the flesh do not affect the purity of the soul and have no bearing on salvation.  Nikolaus adalah sekte Heretic yang jadi wabah di jemaat Efesus dan Pergamus.  Pendirinya ialah Nicolas dari Antiokia (Kisah 6:5)—salah seorang dari ke tujuh diakon. (Garis miring ditambahkan penulis).

REFERENSI:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal.61.
2.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.41,42.
3.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal. 15
4.   Leo R. Van Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ), Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru, April-Juni 1989 hal.37.

                              
                                WAHYU KEPADA YOHANES (52)

   “….ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak UNTUK MENYESATKAN ORANG ISRAEL, SUPAYA MEREKA MAKAN PERSEMBAHAN BERHALA DAN BERBUAT ZINAH” (Wahyu 2:14).

                  DOSA-DOSA KECIL MEMBAWA KEPADA KEHANCURAN

   “Memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala kelihatannya masalah sepele yang tidak perlu diributkan. Dan orang-orang muda seringkali bertanya, “Apa salahnya dengan ‘seks yang tidak membahayakan’ ?”.   Tindakan yang dilakukan Bileam dan Balak untuk menyesatkan bangsa Israel mungkin kelihatannya tidak terlalu salah bagi sebagian bangsa Israel.  Tetapi saat godaan mengarah pada dosa, kita sering mendapati bahwa konsekwensinya jauh melebihi kesenangan yang mungkin diberikannya.  Hasil akhir dari Baal-Peor, suatu peristiwa dalam Perjanjian Lama yang berkaitan dengan ayat di atas, adalah tewasnya 24 000 orang bangsa Israel.  
   Daya tarik dosa dalam hidup kita sama kuatnya seperti daya gravitasi.  Godaan menarik kita secara konstan dan pasti ke dalam daya tariknya.  Menyerah pada dosa dapat menghancurkan kita.   Firman Allah menjelaskan bahwa dosa-dosa kecil pun dapat membawa kepada kehancuran dan pada akhirnya kematian”.  
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 62.

                            WAHYU KEPADA YOHANES (53)

   “….supaya mereka makan persembahan berhala dan BERBUAT ZINAH. Demikian juga ada padamu orang-orang yang bepegang kepada ajaran pengikut Nikolaus”. (Wahyu 2:14,15).

MEMILIH APA YANG DIKATAKAN FIRMAN ALLAH, SEKALIPUN KITA TAK MENGERTI.

   “Kata untuk perzinaan dalam bahwa Yunani sangat erat kaitannya dengan kata untuk pelacuran.  Orang-orang Kristen sering merasa ngeri kepada mereka yang menghargai diri mereka sebegitu rendahnya sehingga rela menukar tubuh mereka secara seksual demi sejumlah kecil uang.  Namun demikian, orang-orang Kristen yang sama kadang berpikir bahwa seks di antara “orang-orang dewasa yang suka sama suka” tidak seharusnya menjadi bahan perdebatan.  Alkitab mengajarkan kita untuk meyimpan seksualitas kita bagi orang yang akan sangat menghargai kita sehingga bersedia mengabdikan hidup mereka bagi kita.   “Tapi bukankah kemurnian seksual hingga pernikahan suatu gagasan yang ketinggalan zaman?” seorang anggota jemaat bertanya kepada pendetanya. “Memang benar, adalah bodoh jika kita main-main dengan adanya penyakit-penyakit di luar sana, tapi kami saling mencintai dan berencana untuk menikah suatu hari nanti.  Apakah alasan mengapa kami harus menunggu?”
 
   Jawab sang pendeta, “Akan saya beri TIGA ALASAN.  Yang PERTAMA, jika Anda sedang mempersiapkan diri untuk pernikahan, Anda perlu membangun relasi yang akan bertahan seumur hidup.  Untuk dapat mencapai itu, Anda butuh ‘infrastruktur’ relasional yang kokoh, dan itu berarti meluangkan banyak waktu untuk saling mengenal satu sama lain secara mental, emosional, dan spiritual.  Begitu sepasang muda- mudi terlibat secara fisik, mereka mulai menelantarkan aspek-aspek lain pada relasi mereka, padahal itulah yang benar-benar penting saat Anda berencana untuk hidup bersama-sama.
   “KEDUA, seks sebelum menikah memperlemah daya tahan Anda terhadap perselingkuhan dalam perkawinan.  Otak cenderung mencari jalan yang tidak banyak hambatannya.  Begitu Anda telah terbiasa meniti jalur tertentu untuk sementara waktu, akan lebih mudah menempuh jalur itu lagi di masa depan.
   Pernikahan ‘COBA-COBA’ adalah salah satu cara pasti untuk memastikan bahwa pernikahan itu tidak akan bertahan.
   KETIGA, sekalipun Anda tidak melakukan perselingkuhan nantinya, berhubungan seks dengan pasangan Anda sebelum menikah akan mengarah pada masalah kepercayaan.  Tidak peduli seberapa setianya Anda, pasangan Anda akan berpikir, Ya, ia melakukannya denganku sebelum kami menikah, jadi apa yang mencegahnya untuk melakukannya dengan orang lain yang bukan pasangannya?.  Jangan mempersulit pernikahan Anda dengan ketidakpercayaan seperti itu.  “Wow”, kata si anggota jemaat. “Sungguh Alkitab sedemikian praktis.”
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal. 63.

                              
                            WAHYU KEPADA YOHANES (54)

   “Sebab itu BERTOBATLAH!... Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari MANNA YANG TERSEMBUNYI; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya BATU PUTIH, YANG DI ATASNYA TERTULIS NAMA BARU…” (Wahyu 2:16,17.

                    MENGUNDANG ROH PERTOBATAN KE DALAM HATI.

   “Jemaat di Pergamus sedang hanyut ke dalam kompromi, walaupun tidak secara sengaja.  Orang-orang tidak bangun di pagi hari dan memutuskan untuk meninggalkan hubungan mereka dengan Allah atau benar-benar menjadi sekular.  Saat orang Kristen menjadi sekular, itu dikarenakan mereka membiarkan diri mereka secara berangsur-angsur terhanyut ke dalamnya.   Mungkin mereka tidak berdoa, atau bergumul dalam doa pribadi, seperti seharusnya.  Mungkin mereka tidak membaca Alkitab dan buku-buku rohani lain seperti yang biasa mereka lakukan.  Kemunduran menuju pada sekularisme terjadi secara berangsur-angsur.   Permasalahan dengan kompromi adalah bahwa orang-orang tergelincir ke dalamnya tanpa menyadari apa yang sedang terjadi.
   Kompromi cenderung menjadi populer—itu membuat semua orang senang dan tidak  menyinggung siapa pun.  Tapi tidak bagi Allah.  Mungkin saja harus mengecualikan pernyataan terakhir ini.  Tindakan mendamaikan dan kompromi tidaklah sama.  Yang pertama disebut itu baik.  Di lain pihak, hasil dari kompromi, secara spiritual tidaklah sehat.
   Apakah solusi Yesus untuk masalah kompromi ini?.  Dia tidak membiarkan kita dalam keragu-raguan.  BERTOBATLAH!.  Bentuk kata bahasa Yunani untuk kata kompromi mengandung pengertian bahwa PERTOBATAN adalah sesuatu yang mesti mereka mulai.
   Jemaat Pergamus jelas-jelas beranggapan bahwa mereka tidak perlu bertobat, namun Yesus bersikeras bahwa bentuk toleransi yang tidak benar memerlukan pertobatan.  Jika kepemimpinan gereja tidak mau mengkonfrontasi orang-orang yang sedang menghancurkan jemaat, maka Yesus akan datang dan “memerangi” mereka dengan pedang yang ada di mulut-Nya.
   Solusi untuk roh berkompromi, yang pertama dan terutama, adalah putusan yang tegas.  BERTOBAT berarti melakukan satu perbaikan total dalam kehidupan Anda, memperbarui disiplin-disiplin rohani.   Itu berarti berhenti terbawa arus dan melakukan apa yang dirasa baik dan sudah sewajarnya terjadi.  PERTOBATAN menuntut agar Anda serius dengan apa yang Anda lakukan secara rohani dengan cara teratur untuk berdoa dan belajar.
   Dan luangkan waktu dalam kehidupan Anda untuk hal-hal yang Allah ingin agar Anda lakukan, seperti membagikan iman Anda.  Tidak peduli apa yang pernah Anda lakukan atau di mana Anda pernah berada, tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki keadaan.      1)

   “Nasihat kepada Jemaat Pergamus: Bertobatlah –Melukiskan amaran atas bahaya kerohanian yang mengancam.
    Pahala atau Janji : Kepadanya akan kuberikan manna tersembunyi dan batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya.
a.    Manna melambangkan kehidupan rohani di dalam Kristus sekarang dan pada zaman kekekalan kelak.
b.   Batu putih melukiskan upacara penganugerahan hadiah atau pahala khusus dan penghormatan kepada umat tebusan.
c.    Nama Baru melukiskan tabiat baru yang sesuai dengan tabiat Allah dan melambangkan nama khusus dari Tuhan.
·         Tidak diketahui oleh siapapun –Menggambarkan pengalaman kelahiran rohani atau pembaruan tabiat yang hanya diketahui oleh orang bersangkutan.”.            2).

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007 hal.64
2.   DR. U. Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung, 1988 hal.16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar