WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 55)
“Dan
tuliskanlah kepada malaikat JEMAAT DI TIATIRA…Aku tahu, bahwa PEKERJAANMU YANG
TERAKHIR LEBIH BANYAK DARI PADA YANG PERTAMA”(Wahyu 2:18,19).
MENGHORMATI MEREKA YANG TERSISIH DI DUNIA INI
“Tiatira seperti sebuah kota yang diterlantarkan di
antara ketujuh jemaat. Keenam kota
lainnya memiliki arti penting secara ekonomi dan politik. Di dalam daftar kota-kota besar di Asia
Kecil, keenam kota yang lain berada di tempat teratas dalam daftar, sementara
Tiatira biasanya tidak disebut-sebut.
Tetapi Yesus tidak berpandangan seperti kita. Dia melihat NILAI, sementara yang lain
melihat sesuatu yang dibuang.
Orang-orang Kristen paling sederhana seringkali memiliki pengalaman
mendalam bersama dengan Allah. Jika Anda
kadang merasa seperti “orang aneh” di komunitas gereja setempat Anda, Allah
mengatakan kepada Anda, “Selamat datang di Tiatira”. 1)
“Dibawah ini kita perlu ketahui
tentang 4(empat) jemaat yakni : Jemaat Efesus, Smirna, Pergamus dan Tiatira:
Jemaat: Efesus Periode: Abad ke I
Makna Nama: Pertama/disukai.
Gambaran tentang Yesus: Dia yang
mempunyai 7
bintang
pada tangan kanan-Nya. Dia yang berjalan di
tengah-tengah
7 kaki dian.
PUJIAN: Sabar,membenci perbuatan
guru-guru palsu.
Dia
mati atau menyerah.
TEMPLAKAN: Telah meninggalkan kasih
mula-mula.
NASIHAT:Bertobat—lakukan kembali
kebaikan yang
mula-mula.
JANJI UPAH : Makan buah pohon alhayat.
Jemaat SMIRNA Periode: Abad ke2,3 dan awal abad ke 4
(100-313)
Makna nama: Harum; Masa : Penganiayaan,Mati
syahid.
Gambaran tentang Yesus: Pertama dan
terakhir.Dia
yang
tadinya mati tapi sekarang hidup kembali.
Pujian: Kaya dalam iman & Perbuatan
baik walaupun
dalam
kekacauan & kemunafikan.
Templakan: Tidak ada.
Nasihat: Tetap setia sampai mati
Janji upah: Menerima mahkota
kehidupan.Tidak me-
ngalami
kematian kedua.
Jemaat PERGAMUS Periode: Abad ke 4 & 5, penggal pertama abad ke-6.
Tahun 313 – 538.
Makna nama: Ketinggian atau kuasa atau
peningkatan
oleh
pernikahan.
Gambaran tentang Yesus: Dia yang
memiliki pedang
tajam
bermata dua.
Pujian: Berpegang teguh. Tidak
menyangkal iman.
Templakan: Ada penganut ajaran Bileam. Toleransi
terhadap
paham Nikolaus Bileamisme Kompromis
kekafiran
& Amoral.
Nasihat: Bertobat.
Janji Upah: Menerima manna yang
tersimpan Batu
Putih
Nama yang baru.
Jemaat TIATIRA Periode : Abad ke-6 sampai ke-15
(538-1798)
The era of papal supremacy (Zaman ke emasan
dari kepausan kekafiran.
Makna nama: HARUM (Sweet savor of labor/sacrifice-
Bau
bakti harum atau korban pertobatan).
Gambaran tentang Yesus: Putra Allah.
Mata bernyala
nyala,
Kaki tembaga.
Pujian: Untuk kasih,iman,kesabaran
& perbuatan baik
(Pekerjaan
terakhir lebih banyak dari yang pertama.)
Templakan: Toleransi terhadap Izebel,
kekafiran,amoral,
tidak
bertobat.
Nasihat: Pegang teguh apa yang ada
padamu.
Janji Upah: Kuasa atas bangsa-bangsa,
Bintang
Fajar.
“ 2).
“Tiatira adalah sebuah kota tua di Lidia yang
terletak di tepi sungai Lycus…di bagian utara Lidia…Sejarah awalnya tidak
begitu diketahui kecuali bahwa itu adalah sebuah kota suci dari Tirimnos, dewa
matahari bangsa Lidia…Tiatir kuno merupaka sebuah kota kaum pekerja”. 3)
“Tiatira
adalah suatu lambang yang pas dari jemaat Kristen sepajang Abad Pertengahan
(538-1517). Banyak orang Kristen di
berbagai negeri memelihara hubungan mereka dengan Kristus serta kesetiaan
kepada iman yang sungguh-sungguh akan para rasul-Nya. Contohnya, umat Kristen di Inggeris,
Skotlandia, Irlandia yang bertaut pada agama berdasarkan Alkitab. Kaum Waldensia serta para pengikut Wycliffe
dan Huss lebih dekat kepada Kekristenan zaman rasul-rasul dibandingkan
kebanyakan dari orang-orang pada zaman mereka”. 4)
Ay 18: “Dan tuliskanlah
kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mataNya
bagaikan nyala api dan kakiNya bagaikan tembaga”.
1) Kota
Tiatira.
a)
Letak dan ukuran kota Tiatira.
Herman
Hoeksema: “Thyatira was a city in Asia Minor southeast from
Pergamos, on the road to Sardis” (= Tiatira adalah sebuah kota di Asia
Kecil di sebelah tenggara dari Pergamus, pada jalan menuju Sardis) - hal
95-96.
Herman
Hoeksema: “It was not a large city, like Pergamos” (= Itu
bukanlah sebuah kota yang besar, seperti Pergamus) - hal 96.
b)
Kota Tiatira terkenal karena pewarnaan kain.
Herman
Hoeksema: “It was known for the art of dyeing” [= Kota itu
dikenal karena seni pewarnaan (kain)] - hal 96.
Bandingkan
ini dengan Lidia, petobat pertama di kota Filipi (Kis 16:14-15), yang
adalah ‘seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira’. Kain ungu yang ia
jual adalah produksi utama kota Tiatira.
c) Kota Tiatira mempunyai banyak serikat kerja yang
berhubungan dengan penyembahan berhala.
Kota
Tiatira adalah kota perdagangan, dan di kota ini ada banyak serikat kerja. Ada
serikat kerja untuk pekerja wol, ada serikat kerja untuk pekerja kain, ada
serikat kerja untuk pekerja kulit, dsb. Dan setiap serikat kerja ini mempunyai
dewa pelindung / penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu setiap serikat
kerja berhubungan dengan penyembahan terhadap dewa pelindung / penjaga
tersebut. Ini menjadi problem bagi orang kristen di Tiatira.
William
Hendriksen: “The situation, therefore, was somewhat as follows: if you
wish to get ahead in this world, you must belong to a guild; if you belong to a
guild, your very membership implies that you worship its god. You will be
expected to attend the guild-festivals and to eat food part of which is offered
to the tutelary deity and which you receive on your table as a gift from the
god. And then, when the feast ends, and the real - grossly immoral - fun
begins, you must not walk out unless you desire to become the object of
ridicule and persecution!” (= Karena itu, situasinya kira-kira adalah
sebagai berikut: jika engkau ingin maju di dunia ini, engkau harus termasuk
dalam suatu serikat kerja; jika engkau termasuk dalam suatu serikat kerja, maka
keanggotaanmu itu sendiri secara tidak langsung menunjukkan bahwa engkau
menyembah dewa dari serikat kerja itu. Engkau akan diharapkan untuk menghadiri
pesta / perayaan dari serikat kerja itu dan makan makanan yang merupakan bagian
dari apa yang dipersembahkan kepada dewa pelindung, dan yang engkau terima di
mejamu sebagai suatu pemberian dari dewa itu. Dan lalu, pada saat pesta /
perayaan berakhir, dan kesenangan yang sebenarnya, yang sangat tidak bermoral,
dimulai, janganlah engkau meninggalkan tempat itu kecuali engkau ingin menjadi
obyek dari ejekan dan penganiayaan) - hal 71.
Steve
Gregg: “the Christians in Thyatira may have been hard pressed to
support themselves and their families without resorting themselves to some
measure of compromise with idolatry” (= orang-orang Kristen di Tiatira
mungkin telah sangat tertekan untuk menghidupi diri mereka sendiri dengan
keluarga mereka tanpa mengambil jalan kompromi sampai pada tingkat tertentu
dengan penyembahan berhala) - hal 71.
Bdk. 1Kor
10:21-22 - “Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan
roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga
dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan?
Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?”.
Penerapan:
Situasi
di Tiatira mirip dengan situasi di Indonesia, dimana orang kristen sering
diundang untuk ikut slametan, dan kalau tidak pernah mau datang, mungkin sekali
akan dianggap sombong, dan lalu dikucilkan.
2) Surat kepada
gereja / jemaat Tiatira.
a)
Ini adalah surat yang terpanjang dari 7 surat dalam Wah 2-3.
Steve
Gregg, William Barclay, Leon Morris, dan banyak penafsir lain mengatakan bahwa
dari ke 7 kota yang mendapatkan surat dalam Wah 2-3, kota Tiatira adalah
kota yang paling tidak penting, tetapi kota ini mendapatkan surat yang paling
panjang.
Leon
Morris (Tyndale): “The longest of the
seven letters is written to the church in the smallest and least important
town! The values of God are not the values of men” (= Surat yang terpanjang
dari tujuh surat ditulis kepada gereja di kota yang paling kecil dan paling
tidak penting! Nilai / penilaian dari Allah bukanlah nilai / penilaian dari
manusia) - hal 69.
Penerapan:
Dalam
melakukan pelayanan, jangan menganggap gereja besar lebih penting dari gereja
kecil, orang kaya / orang yang mempunyai kedudukan tinggi lebih penting dari
orang miskin / orang yang berkedudukan rendah, dsb.
b) Robert Mounce (NICNT) mengutip kata-kata Hemer yang
mengatakan bahwa surat ini bukan hanya paling panjang tetapi juga paling sukar.
Robert
Mounce (NICNT): “The difficulty in interpreting
the letter grows out of its numerous references to the details of daily life
which have become obscured with the passing of time and the lack of
archaeological evidence which would reveal its past” (= Kesukaran dalam
menafsirkan surat ini timbul dari banyaknya hubungan dengan hal-hal terperinci
dari kehidupan sehari-hari pada saat itu, yang telah menjadi kabur dengan
berlalunya waktu dan kurang / tidak adanya bukti arkheologi yang menyingkapkan
masa lalu tempat itu) - hal 101.
3) Ada 3 hal yang
dinyatakan oleh Yesus tentang diriNya dalam ay 18 ini, yaitu:
a)
Ia adalah ‘Anak Allah’.
Ini
adalah satu-satunya kali dimana gelar ‘Anak Allah’ muncul dalam ke 7 surat,
bahkan dalam seluruh kitab Wahyu.
Barnes’
Notes (hal 1562) mengatakan bahwa kerasnya teguran dalam surat ini menyebabkan
otoritas dari si Pembicara dibuat lebih mengesan-kan dengan memberi gelar ‘Anak
Allah’.
Robert
Mounce (NICNT) mengatakan bahwa karena ay 27 mengutip Maz 2:9, maka mungkin
sekali istilah ‘Anak Allah’ di sini diambil dari Maz 2:7.
b)
‘mataNya bagaikan nyala api’.
Ini
menunjukkan kemahatahuan. Ia tahu akan dosa-dosa mereka.
c)
‘kakiNya bagaikan tembaga’.
Ini
menunjukkan penghakiman / penghukuman. Ia akan menginjak-injak mereka yang
tidak mau bertobat. Gregg mengatakan bahwa kaki ini akan menginjak-injak orang
jahat dalam kilangan anggur dari murka Allah (bdk. 14:19-20 19:15
Yes 63:3-4).
Ay 19: “Aku tahu
segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun
ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada
yang pertama”.
Ayat ini menunjukkan suatu
pujian terhadap hal-hal yang baik dalam gereja Tiatira.
1) Hal-hal yang
baik ialah: kasih, iman, pelayanan dan ketekunan mereka.
a) Hoeksema (hal 99) berkata bahwa ‘kasih’
disebutkan sebagai yang pertama, tetapi itu tidak berarti bahwa kasih merupakan
sumber dari hal-hal yang disebutkan berikutnya. ‘Kasih’ disebutkan sebagai yang
pertama karena itu merupakan yang paling menonjol dalam gereja Tiatira ini.
b) Kata ‘ketekunan’ diterjemahkan dari
kata Yunani HUPOMONE.
Kata
bahasa Yunani HUPOMONE berarti ‘kemampuan bertahan dalam kesukaran, bukan
dengan sikap sekedar bertahan (diam / pasif), tetapi dengan sikap sedemikian
rupa sehingga mampu untuk menjadikan situasi / hal yang tidak menyenangkan itu
menjadi sesuatu yang memuliakan Tuhan’.
2) ‘Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih
banyak dari pada yang pertama’.
Ini
sesuatu yang baik dari gereja Tiatira, yaitu mereka maju dalam pekerjaan /
pelayanan. Jadi, kontras dengan jemaat Efesus yang mundur karena kehilangan
kasih yang semula, maka jemaat Tiatira justru maju.
Adam
Clarke: “They not only retained what they had received at first,
but grew in grace, and in the knowledge and love of Jesus Christ. This is a
rare thing in most Christian Churches: they generally lose the power of
religion, and rest in the forms of worship; and it requires a powerful revival
to bring them to such a state that their last works shall be more than their
first” (= Mereka tidak hanya mempertahankan apa yang telah mereka terima
pada mulanya, tetapi bertumbuh dalam kasih karunia, dan dalam pengenalan dan
kasih Yesus Kristus. Ini merupakan hal yang langka dalam kebanyakan
Gereja-gereja Kristen: mereka biasanya kehilangan kekuatan agama, dan bersandar
pada / berhenti dalam bentuk-bentuk ibadah / ibadah yang bersifat lahiriah; dan
membutuhkan kebangunan rohani yang kuat untuk membawa mereka pada suatu keadaan
dimana pekerjaan terakhir mereka lebih banyak dari pekerjaan mereka pada
mulanya) - hal 981.
Berusahalah
supaya saudara tidak seperti gereja pada umumnya, seperti kata-kata Clarke ini!
John
Stott: “Ephesus was backsliding; Thyatira was moving forward. The
church of Ephesus had abandoned the love it had at first; the church of
Thyatira was exceeding the works it did at first. Which of these two churches
do we resemble more? Alas! that of many Christians the solemn words could be
used: ‘the last state has become worse for them than the first’ (2Pet. 2:20;
cf. Mt. 12:45)” [= Efesus sedang merosot ke belakang; Tiatira sedang
bergerak ke depan. Gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang mereka miliki
pada mulanya; gereja Tiatira sedang melampaui pekerjaan-pekerjaan yang mereka
lakukan pada mulanya. Kita lebih mirip yang mana dari dua gereja ini? Aduh /
celaka! bahwa terhadap banyak orang Kristen bisa digunakan kata-kata yang
khidmat: ‘maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula’
(2Pet 2:20; bdk. Mat 12:45)] - hal 70. 5)
REFERENSI:
1.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House,
2007.hal 65.
2.
Materi
Seminar Wahyu, Bandung: Indonesia Publishing House, 1993.hal.227.
3.
The SDA
Bible Commentary, Jilid 7, U.S.A: Review and Herald Publishing Association,
Revised, 1980. hal.96.
4.
Leo R. Van
Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ),
Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru,
April-Juni 1989 hal.42
5.
Pdt. Budi
Asali M.Div. , Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar