WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 44)
“Aku tahu
KESUSAHANMU dan kemiskinanmu-NAMUN ENGKAU KAYA…” (Wahyu 2:9).
MELIHAT KEKAYAAN SEJATI DI DALAM
KESUKARAN-KESUKARAN HIDUP.
“Bagaimana
seorang Kristen bisa miskin dan kaya pada saat yang bersamaan. Bagaimana kita harus menyambut penderitaan
dan kesukaran sebagai suatu kekayaan (Yak.1:2)?. Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang
Kristen tidak menonjol sama sekali, bahkan tampak sangat payah dibanding
rata-rata orang duniawi. Namun saat
pencobaan dan tekanan-tekanan dalam hidup mulai muncul barulah seorang Kristen
sejati mulai bercahaya.
Saat kita
belajar utuk tetap dekat dengan Allah di dalam pencobaan, Dia merancang kita
kembali supaya kita bisa terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada yang
bisa kita bayangkan. Seandainya
kehidupan kita lebih mudah, kita tidak akan pernah menemukan kepenuhan yang
kita dapatkan dengan terbang menurut kecepatan Allah”. 1)
Ayat 9 -dan
FITNAH MEREKA, YANG MENYEBUT DIRINYA ORANG YAHUDI, TETAPI YANG SEBENARNYA TIDAK
DEMIKIAN: SEBALIKNYA MEREKA ADALAH JEMAAT IBLIS”.
“JEMAAT IBLIS MENENTANG JEMAAT KRISTUS. “Kristus berbicara tentang jemaat atas mana
setan sebagai pemimpin bagi jemaah iblis.
Anggota-anggotanya adalah anak-anak yang tidak menurut. Mereka itu adalah yang memilih untuk berdosa,
yang berusaha melecehkan hukum Allah yang suci.
Adalah pekerjaan setan mencampuradukkan kejahatan dengan kebaikan, dan
menghapuskan perbedaan antara baik dan jahat.
Kristus akan memiliki suatu jemaat yang berupaya untuk memisahkan
kejahatan dari kebaikan, di mana anggota-anggotanya tidak ingin menolerir
perbuatan yang salah, tetapi akan membuang keluar dari hati dan kehidupan”.
SDA Bible
Commentary, jil.7, hal.958.
“Kekristenan dahulu adalah sebuah agama yang tidak sah. Selama periode Smirna, para penguasa Roma
membantu serta bersekongkol dalam penganiayaan terhadap umat Kristen. Mereka menyerang orang-orang Kristen
sepanjang kekuasaan Trojan(98-117), Hadrian (117-138), Pius Antonius(138-161),
Marcus Aurelius (161-180), Septimius Severus (193-211), Decius Trajan(249-251)
dan Valerian (253-260).” 2).
1.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007
hal.53.
2.
Leo R. Van
Dolson, “Kemenangan Sekarang ini-Kemuliaan Masa Mendatang”(Wahyu, Bagian I ),
Bandung: Indonesia Publishing House, Pelajaran Sekolah Sabat Penuntun Guru,
April-Juni 1989 hal.39.
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 45)
“Aku tahu
kesusahanmu dan kemiskinanmu—namun engkau kaya—dan FITNAH MEREKA, YANG MENYEBUT DIRINYA ORANG YAHUDI, TETAPI YANG
SEBENARNYA TIDAK DEMIKIAN: SEBALIKNYA MEREKA ADALAH JEMAAH IBLIS”. (Wahyu 2:9)
ORANG KRISTEN YANG MENGHADAPI FITNAH DAN PENGANIAYAAN.
“Kelihatannya dari ayat ini bahwa hubungan jemaat dengan orang-orang
Yahudi di Smirna sedalam dalam kondisi memprihatinkan. Jemaat menghadapi situasi yang
membahayakan. Pada abad kedua Kekaisaran
Romawi berharap agar setiap orang, kecuali orang-orang Yahudi, agar memuja kaisar. Pihak berwewenang mengecualikan orang-orang
Yahudi dikarenakan kolotnya keyakinan agama mereka. Karena bangsa Romawi biasanya
mengidentifikasikan orang-orang Kristen abad pertama sebagai orang Yahudi,
mereka seringkali luput dari penganiayaan yang tidak perlu.
Di lain
pihak, orang-orang Yahudi sendiri, punya alasan untuk berhati-hati agar tidak
dikaitkan dengan orang-orang Kristen.
Dua puluh lima tahun sebelumnya, kegairahan Yahudi akan hal-hal yang
berhubungan dengan akhir zaman membuat bangsa Romawi menghancurkan Yerusalem
dan Bait Suci, meninggalka ribuan korban meninggal. Jelas bahwa status bangsa Yahudi dalam
kekaisaran mungkin akan ditarik kembali dalam sekejap jika pembicaraan
orang-orang Kristen mengenai Mesias menimbulkan kecurigaan bangsa Romawi
terhadap orang-orang Yahudi.
Di saat
Yohanes menulis Kitab Wahyu, komunitas Yahudi terlibat kesulitan dengan para
pemimpin setempat di Smirna. Ketika
orang-orang Kristen Yahudi berbicara tentang Yesus Sang Mesias serta akhir
zaman, itu hanya membuat keadaan semakin sulit.
Jadi kita harus memahami kata
”hujat” dalam ayat ini dalam pengertian “fitnah”. 1)
“-Fitnah mereka –Melukiskan celaan dan penghinaan yang ditujukan kepada
Tuhan dan umat-Nya.
-Menyebut
diri orang Yahudi – Melukiskan orang-orang yang mengaku melayani Tuhan padahal
sebenarnya melayani setan. Orang Yahudi
juga banyak memfitnah orang-orang Kristen mula-mula (Kisah 13:45; 14:2; 21:27)
hingga mati syahidnya Polycarpus, seorang bishop di Smirna.
-Jemaah
Iblis – Melukiskan rumah-rumah ibadat orang-orang Yahudi telah menjadi pusat
atau tempat bagi para penuduh umat Tuhan”.
2)
Ay 9: “Aku tahu
kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya - dan fitnah mereka, yang
menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian:
sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis”.
1) ‘Aku tahu
kesusahanmu dan kemiskinanmu - namun engkau kaya’.
a)
Dalam KJV ada tambahan ‘works’ (= pekerjaan).
KJV: ‘I know thy works, and tribulation, and poverty’ (=
Aku tahu pekerjaan, dan kesusahan, dan kemiskinanmu).
KJV melakukan hal yang sama dengan Wah 2:13. Tetapi ini salah. Baik
untuk gereja Smirna maupun gereja Pergamus, tidak ada kata-kata ‘thy works’
(= pekerjaanmu). Mungkin penderitaan dan penganiayaan yang mereka alami itu
begitu hebat sehingga tidak memungkinkan mereka bekerja bagi Tuhan / melayani
Tuhan.
Pulpit Commentary: “Surat-surat lain mulai dengan ‘Aku tahu pekerjaanmu’. Surat ini dan yang
berikutnya mulai dengan ‘Aku tahu kesusahanmu’. Adalah mungkin bagi sebuah
Gereja untuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak mungkin melakukan
aktivitas. Ketahanan / ketekunan mungkin merupakan satu-satunya bentuk
pelayanan yang dimungkinkan". - hal 71.
Pulpit
Commentary: “Kristus
menilai Gereja-gerejaNya berdasarkan keberadaan / apa adanya mereka, dan
juga berdasarkan apa yang mereka lakukan. Jika pencobaan mereka begitu
rupa sehingga apa yang bisa mereka lakukan hanyalah memikul / menahannya, dan
menunggu waktu Allah sendiri - baiklah. Jadi, jika pada usia lanjut orang
Kristen mendapati bahwa mereka kehilangan kekuatan mereka untuk melakukan
pelayanan aktif, sekalipun mereka melakukan lebih sedikit, keberadaan
mereka mungkin dianggap lebih. Bukan hanya perlu bagi kita untuk menggerakkan
orang kristen yang malas kepada aktivitas, tetapi juga perlu untuk menunjukkan
kepada orang-orang percaya bahwa mereka bisa menyenangkan, melayani, dan
memuliakan Tuhan mereka melalui keberadaan mereka dan juga melalui
apa yang mereka lakukan. Bisa saja ada banyak aktivitas dengan kehidupan di
dalam yang banyak cacatnya. Tetapi jika ‘keberadaannya’ benar, ‘tindakan’ yang benar
juga pasti akan mengikuti”. - hal 71.
b) ‘kesusahanmu’.
Di sini kembali digunakan kata Yunani THLIPSIS yang telah dibahas dalam
Wah 1:9.
John Stott: “If the first mark of a true and living
church is love, the second is suffering” (= Jika tanda pertama dari gereja yang benar dan
hidup adalah kasih, maka tanda kedua adalah penderitaan) - hal 35.
John Stott menunjukkan banyak ayat Kitab Suci yang menunjukkan bahwa
orang kristen / gereja yang benar pasti mengalami banyak penderitaan,
seperti Mat 5:10-12 Luk 6:26
Yoh 15:18,20 Yoh 16:33 2Tim 3:12 Fil 1:29 dsb.
Lalu John Stott berkata:
“Kebenaran yang buruk adalah bahwa kita cenderung untuk
menghindari penderitaan dengan kompromi. Standard moral kita seringkali tak
kelihatan lebih tinggi dari standard duniawi. Kehidupan kita tidak menantang
dan menegur orang-orang yang tidak percaya melalui kejujuran / ketulusan atau
kemurnian atau kasih. Dunia tidak melihat apapun dalam diri kita untuk dibenci.
... Kita jarang berani menegur kejahatan. Kita mengurus urusan kita sendiri
supaya orang lain tidak tersinggung. Kita mengekang lidah kita sendiri supaya
tidak ada orang lain yang merasa malu. ... Rasa takut kepada manusia telah
menjerat kita. Kita menyesuaikan layar kita kepada angin theologia yang kuat.
Kita mengencerkan injil supaya rasanya lebih enak. Kita mencintai pujian
manusia lebih dari pujian Allah. Kita terhindar dari penderitaan melalui
kompromi. ... Seandainya kita menaikkan standard kita dan menghentikan kompromi
kita? Seandainya kita memberitakan berita kita dan memperketat disiplin kita
dengan kasih tetapi tanpa takut? Aku memberitahumu apa akibatnya: Gereja akan
menderita”. - hal 43,44,45.
John Stott (hal 36-37) mengatakan bahwa penderitaan orang Kristen di
Smirna adalah penganiayaan. Sekalipun tidak diceritakan alasan penganiayaan
itu, tetapi Stott mengatakan bahwa alasannya mudah ditebak. Karena adanya kuil
untuk Roma di Smirna, maka penolakan penyembahan terhadap kaisar dsb
menyebabkan orang kristen Smirna dianiaya.
c) ‘Aku
tahu kesusahanmu’.
·
John Stott: “ Ini adalah penghiburan yang besar dan
manis. Salah satu kebutuhan terbesar kita dalam kesukaran adalah seseorang
kepada siapa kita bisa menceritakan / mensharingkannya. Kita ingin
melepaskan beban kita kepada seseorang yang mengerti. Yesus Kristus adalah
penghiburan dunia yang terbesar. ... Betapapun dalamnya kesedihan kita atau
betapapun besarnya penderitaan kita, Ia tahu dan peduli". - hal 47.
·
Beasley-Murray: “Tuhan tahu tentang situasi ini, tetapi Ia
tidak mau ikut campur. Ia tidak membuang kemiskinan mereka, Ia tidak membela
pengikut-pengikutNya menghadapi fitnahan orang-orang Yahudi, juga Ia tidak
menggagalkan rencana busuk Setan yang akan menimbulkan pemenjaraan dan kematian
bagi beberapa orang. Ia hanya menguatkan hati mereka untuk bertahan. Mengapa
tidak lebih dari ini? Penulis Kitab Ayub bergumul dengan problem ini, dan
begitu juga dengan orang-orang kudus Allah sejak saat itu. Yohanes tidak
memberikan jawaban, tetapi seluruh kitabnya ditulis dalam keyakinan bahwa
Gereja Kristus mempunyai pekerjaan menderita dengan Tuhannya, supaya gereja itu
bisa ikut menikmati kemuliaanNya dalam kerajaan yang telah Ia menangkan untuk
umat manusia”. - hal 81.
Catatan: kata-kata ini
khususnya harus direnungkan dan dihayati oleh orang-orang yang menganut
Theologia Kemakmuran atau ajaran yang mengatakan bahwa kalau ikut Kristus semua
problem pasti beres, semua penyakit pasti sembuh dan sebagainya.
d) Miskin tetapi kaya.
· Miskin.
* Arti dari kata
‘miskin’ di sini.
Kata
bahasa Yunani yang dipakai adalah PTOCHEIAN.
William
Barclay: “In Greek there are two words for poverty. ... PENIA
describes the state of the man who has nothing superfluous; PTOCHEIA describes
the state of the man who has nothing at all” (= Dalam bahasa Yunani ada 2
kata untuk kemiskinan. ... PENIA menggambarkan keadaan seseorang yang tidak
mempunyai sesuatu yang berlebihan; PTOCHEIA menggambarkan keadaan seseorang
yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa) - hal 78.
William
Hendriksen: “Extreme poverty is meant. These people were often thrown
out of employment as a result of the very fact of their conversion” (=
Kemiskinan yang hebat yang dimaksudkan. Orang-orang ini sering dikeluarkan dari
pekerjaan sebagai akibat dari pertobatan mereka) - hal 64.
Penerapan:
Kalau
gara-gara ikut Kristus saudara dipecat dari pekerjaan saudara, dan hal itu
terjadi berulang-ulang, apakah saudara tetap mau ikut Kristus?
* Mayoritas orang
kristen dalam Perjanjian Baru (abad I) adalah orang miskin (bdk. Kis 2:45
3:6 4:35 2Kor 8:2).
William
Barclay: “In the New Testament poverty and Christianity are closely
connected” (= Dalam Perjanjian Baru kemiskinan dan kekristenan berhubungan
sangat dekat) - hal 78.
Catatan: bandingkan kata-kata William Barclay ini dengan ajaran dari
Theologia Kemakmuran, yang mengatakan bahwa orang kristen pasti / harus kaya.
Saya berpendapat bahwa ajaran ini merupakan penghinaan terhadap Perjanjian Baru
maupun kekristenan.
* Miskin di
tengah-tengah masyarakat yang kaya.
Sekalipun
miskin di tengah-tengah masyarakat yang miskin juga merupakan hal yang tidak
enak, tetapi itu tidak sejelek kalau kita mengalami kemiskinan di kota yang
kaya seperti Smirna.
Pulpit
Commentary: “In wealthy cities such as Smyrna, ... poverty was not
merely odious but even infamous” (= Dalam kota-kota kaya seperti Smirna, ...
kemiskinan bukan sekedar menjijikkan tetapi bahkan dianggap buruk / memalukan)
- hal 84.
Kalau
orang kaya yang kafir menganggap bahwa miskin adalah hal yang memalukan, itu
bisa dimengerti. Tetapi celakanya, jaman sekarang orang kristen yang menganut Theologia
Kemakmuran juga menganggap bahwa miskin itu memalukan Tuhan. Tetapi apa dasar
Kitab Suci pandangan ini? Dalam bacaan ini kita tidak melihat bahwa Tuhan malu
karena kemiskinan orang kristen di Smirna. Sebaliknya Tuhan memuji gereja
Smirna yang tetap setia kepadaNya dalam kemiskinan dan penderitaan!
* Tuhan menghibur orang
kristen di Smirna dengan mengatakan ‘Aku tahu kemiskinanmu’. Kalau
saudara adalah orang kristen yang miskin, maka pengetahuan Tuhan akan
kemiskinan saudara juga seharusnya menghibur saudara. Tuhan bukannya melupakan
saudara atau keadaan saudara. Sebaliknya Ia tahu akan keadaan saudara, dan Ia
tahu segala kebutuhan saudara (bdk. Mat 6:32b - “Akan tetapi Bapamu yang di
sorga tahu, bahwa kamu membutuhkan semuanya itu”), dan pasti akan
memberikan kebutuhan saudara itu pada waktunya.
· Mengapa orang-orang
kristen di Smirna ini miskin? Ada beberapa kemungkinan:
* karena memang mereka
berasal dari masyarakat kelas bawah.
* karena mereka suka
menolong orang lain (bandingkan dg 2Kor 8:2).
* karena mereka bekerja
dengan jujur / menjalankan bisnis dengan jujur.
John
Stott: “ Tetapi tidak satupun dari faktor-faktor ini yang
bisa menjelaskan mengapa kemiskinan mereka merupakan sebagian dari ‘kesusahan’
mereka. Adalah lebih mungkin bahwa dalam keputusan mereka untuk berjalan lurus
dalam bisnis, mereka meninggalkan cara-cara yang curang dan dengan demikian
kehilangan sebagian dari keuntungan yang mudah, dan keuntungan yang mudah itu
lalu pergi / pindah kepada orang lain yang tidak terlalu cermat seperti mereka.
Atau, tak diragukan lagi bahwa banyak orang Yahudi dan kafir yang tidak mau
berdagang dengan mereka pada waktu mengetahui bahwa mereka adalah orang
Kristen". - hal 38.
* mungkin karena sering
terjadi perusakan terhadap rumah-rumah mereka dan penjarahan terhadap
barang-barang mereka.
William
Barclay: “There was another reason for the poverty of the
Christians. Sometimes they suffered from the spoiling of their goods (Hebrews
10:4). There was times when the heathen mob would suddenly attack the
Christians and wreck their homes” [= Ada alasan lain untuk kemiskinan dari
orang-orang Kristen. Kadang-kadang mereka menderita karena penjarahan terhadap
harta benda / barang-barang mereka (Ibr 10:4). Ada saat-saat dimana gerombolan
orang kafir tiba-tiba menyerang orang-orang Kristen dan merusak / menghancurkan
rumah mereka] - hal 78-79.
Catatan: Ibr 10:4 ini pasti salah cetak; seharusnya adalah
Ibr 10:34 yang berbunyi: “Memang kamu telah turut mengambil bagian
dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu
menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki
harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya”.
John Stott: “Make no mistake: it does not always pay
to be a Christian” (=
Jangan salah: menjadi orang Kristen tidak selalu menguntungkan) - hal 39.
·
Kaya.
Kitab Suci seringkali berbicara tentang kekayaan yang bukan dalam
persoalan uang / materi, misalnya ‘kaya
di hadapan Allah’ (Luk 12:21), ‘kaya dalam iman’ (Yak 2:5), ‘kaya dalam kebajikan’ (1Tim 6:18), ‘mempunyai harta di surga’ (Mat 6:19,20 Mat 19:21).
Bdk. juga 1Kor 1:5 Ef 3:8 2Kor 6:10.
Pulpit
Commentary: “It is all-important that we should learn to see light in
God’s light - to reckon silver and gold as corruptible things, and to regard
faith, love, and the good things through grace as the only durable riches”
(= Adalah sangat penting bahwa kita melihat terang dalam terang Allah -
memperhitungkan perak dan emas sebagai hal-hal yang bisa binasa, dan menganggap
iman, kasih, dan hal-hal baik melalui kasih karunia sebagai satu-satunya
kekayaan yang bertahan) - hal 71.
Renungkan: kekayaan yang
bagaimana yang saudara cari / kejar?
·
Miskin tetapi kaya (bdk. Yak 2:5
2Kor 6:10 2Kor 8:2).
*
Jelas bahwa kemiskinan tetap memungkinkan
orang kristen untuk bisa dekat dengan Tuhan, menyenangkan Tuhan, dan memuliakan
Tuhan! Lebih dari itu, orang kristen Smirna bukan hanya miskin tetapi juga
mengalami banyak penderitaan / kesusahan / penganiayaan. Tetapi mereka toh bisa
menjadi orang-orang yang sangat rohani! Karena itu jangan menjadikan problem
uang ataupun penderitaan sebagai alasan untuk tidak bisa bertumbuh dalam iman!
*
Kemiskinan memang mempersulit orang
kristen dalam belajar Firman Tuhan (tak bisa beli buku, dsb), berbakti kepada
Tuhan (tak ada mobil / uang transportasi), melayani Tuhan (karena harus terus
bekerja), dsb. Karena itu kalau orang kristen bisa tetap setia bagi/ kepada
Tuhan di tengah-tengah kemiskinannya, maka itu merupakan hal yang luar biasa.
Jadi pada waktu orang kristen Smirna menghadapi kemiskinan mereka dengan tetap
setia kepada Tuhan, maka faktor kemiskinan itu memberikan nilai tambah terhadap
kesetiaan mereka, dan sekaligus memperkaya mereka secara rohani. Sebaliknya
orang kaya bisa lebih leluasa dalam belajar Firman Tuhan, berbakti kepada
Tuhan, melayani Tuhan, dsb. Dan karena itu, orang kaya harus malu kalau,
sekalipun mereka tidak mempunyai problem keuangan, mereka tidak bisa mempunyai
rohani sebaik orang yang miskin!
*
Orang kristen Smirna kontras dengan orang
kaya yang bodoh (Luk 12:16-21, khususnya perhatikan ay 21). Dan ini
juga kontras dengan gereja Laodikia, yang dalam Wah 3:17 mendapatkan
kata-kata Yesus yang berbunyi: “Karena
engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak
kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat
(NIV/NASB: wretched / buruk sekali),
dan malang, miskin (Yunani: PTOCHOS), buta dan telanjang”.
Saudara seperti orang kristen Smirna, atau Laodikia / orang kaya yang
bodoh?
Dari perbandingan gereja Smirna dan gereja Laodikia, Herman Hoeksema
berkata:
“ Ini tidak hanya cocok / relevan untuk gereja Smirna, tetapi
juga untuk gereja dalam kesusahan di segala jaman. Bahkan telah menjadi pepatah
bahwa darah para martir telah menjadi benih dari gereja dalam sejarah. Tidak
pernah gereja memberikan aspek yang lebih menyedihkan dari pada pada waktu
kemakmuran dari sudut pandang duniawi, saat damai dan kelimpahan. Tidak pernah
kondisi gereja lebih genting dari pada ketika gereja itu melayani kesenangan
duniawi dan haus akan kekayaan dan kemuliaan dan kehormatan menurut ukuran
dunia. Gereja Laodikia merupakan contoh yang memberikan peringatan. Tetapi, di
sisi yang lain, juga benar bahwa gereja tidak pernah lebih mendekati
kesempurnaan dari pada ketika ia dipanggil untuk melakukan pertempuran iman,
menderita dan menahan penderitaan / kesusahan demi Firman Allah dan kesaksian
Yesus) - hal 75.
Matthew Poole: “the church of God keeps always its purity
best in the fire” (=
gereja Allah selalu mempertahankan kemurniannya paling baik pada waktu ada
dalam api". - hal 954.
Apa sebabnya gereja yang kaya, enak, tidak dianiaya justru cenderung
jadi jelek, dan sebaliknya gereja yang miskin dan dianiaya justru jadi kuat?
1. Penderitaan menyebabkan kita
makin berpegang kepada Kristus.
Herman
Hoeksema: “Adalah pada saat badai menderu di hutan maka pohon
oak / eik menanamkan akarnya lebih dalam dan lebih teguh ke dalam tanah dan
dikuatkan. Begitu juga pada saat badai penganiayaan menyapu gereja maka gereja
menancapkan akar dari imannya lebih dalam ke dalam Kristus dan secara lebih
sadar mengambil kekuatan dari Dia dalam hidupnya. Dan karena itu, khususnya
pada saat kesukaranlah gereja tumbuh dengan subur: karena pada saat-saat
seperti itu gereja diajar untuk berpegang erat-erat pada Rajanya yang berkuasa,
dan mencari segala-galanya dalam Dia”. - hal 76.
2. Pada masa enak, gereja bisa
dipenuhi oleh orang-orang kristen KTP yang masuk ke gereja dengan motivasi yang
salah, dan mereka ini sangat membahayakan gereja. Tetapi penderitaan /
penganiayaan sebaliknya akan membersihkan gereja dari orang-orang kristen KTP
ini.
Herman
Hoeksema: “Dalam masa kemakmuran dan kekayaan dan damai, pada
waktu gereja dihormati dan bukannya dihina dalam dunia, ada bahaya yang besar
dimana banyak orang Israel yang bukan orang Israel rohani menjadi anggota dari
gereja dalam dunia dengan motivasi daging dan alasan yang egois. Merupakan
persoalan kehormatan, atau bahkan kesopanan / kesusilaan umum untuk menjadi
anggota gereja. Jadi, banyak orang bergabung dengan gereja. Anggota-anggota
yang bersifat daging ini betul-betul merupakan bahaya bagi gereja Kristus.
Mereka seringkali menjadi dominan, dan menerima kepemimpinan / menjadi pemimpin
dalam gereja. Mereka memimpin gereja itu ke dalam dunia, dan, tentu saja, pada
kehancuran. Mereka adalah dari dunia, dan mereka akan membuat gereja menjadi
bagian dari dunia. Tetapi pada masa penganiayaan, pada waktu keanggotaan gereja
dan celaan Kristus tidak terpisahkan, bahaya ini tidak ada. Sebaliknya, pada
waktu orang percaya / setia harus menderita penganiayaan dan celaan demi
Kristus, gereja dibersihkan dari orang-orang munafik ini”. - hal 76.
2) ‘dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang
Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah
Iblis’.
a)
‘fitnah’.
RSV/NIV: ‘slander’
(= fitnah).
KJV/NASB:
‘blasphemy’ (= penghujatan).
Yunani:
BLASPHEMIAN.
George
Eldon Ladd: “However, its proper meaning is not blasphemy of the name
of God but slanderous accusations against men” (= Bagaimanapun, artinya
yang benar bukanlah penghujatan terhadap nama Allah tetapi tuduhan yang
bersifat memfitnah terhadap manusia) - hal 43.
Memang,
karena dalam ay 2 fakta bahwa Tuhan mengetahui BLASPHEMIAN ini
kelihatannya merupakan suatu penghiburan bagi gereja Smirna, maka rupa-rupanya
yang dimaksud dengan BLASPHEMIAN di sini bukanlah ‘penghujatan’ tetapi
‘fitnah’.
Tentu saja ada banyak hal yang bisa difitnahkan tentang gereja Smirna,
tetapi John Stott berkata bahwa rupa-rupanya fitnah dari orang-orang Yahudi ini
berhubungan dengan penyembahan kepada kaisar.
John Stott: “They were themselves exempt from all
sacrificial obligations and exploited their privilege to harry the hated
Nazarenes. They were no doubt suspect for their own refusal to sacrifice. So
they curried favour with the authorities and the people by urging the
Christians to sacrifice and vilifying them if they would not” [= Mereka (orang-orang Yahudi) sendiri dikecualikan dari
semua kewajiban persembahan, dan mereka memanfaatkan hak mereka untuk
mengganggu / merusakkan orang Nasrani yang dibenci. Tak diragukan lagi mereka
sendiri dicurigai karena mereka menolak untuk mempersembahkan korban. Jadi,
mereka menjilat para penguasa dan rakyat dengan mendesak orang-orang Kristen
untuk mempersembahkan, dan mereka memfitnah orang-orang Kristen itu kalau
mereka tidak mau mempersembahkan] - hal 37.
Ini adalah tindakan yang luar biasa kurang ajarnya. Mereka sendiri
menganggap bahwa itu adalah dosa / penyembahan berhala, tetapi mereka memaksa orang
kristen melakukan hal itu.
Tuhan
menghibur gereja Smirna dengan mengatakan bahwa Ia tahu akan fitnahan itu.
Kalau saudara difitnah, dan semua orang mempercayai fitnahan itu, maka bagian
ini juga merupakan suatu penghiburan bagi saudara. Tuhan tahu bahwa itu adalah
fitnah!
b)
‘yang menyebut dirinya orang Yahudi’.
Steve
Gregg: “Smyrna had the largest Jewish population of any Asian
city” (= Smirna mempunyai penduduk Yahudi terbesar dari semua kota-kota
Asia) - hal 67.
Pulpit Commentary: “It is remarkable that, in the ‘Martyrdom
of St. Polycarp,’ the Jews are said to have been present in great numbers, and
to have been foremost in collecting wood with which to burn him alive” (= Merupakan sesuatu yang luar biasa
bahwa dalam ‘Kematian syahid dari Polycarp’ dikatakan bahwa orang-orang Yahudi
hadir dalam jumlah yang besar, dan merupakan orang-orang pertama yang
mengumpulkan kayu untuk membakarnya hidup-hidup) - hal 60.
John
Stott: “it was the voice of the Jews which cried loudest that he
should be thrown to the lions; and when the order was finally given for him to
be burned alive, the most diligent of the crowd to fetch faggots for the fatal
wood-pile were Jews” [= adalah suara dari orang-orang Yahudi yang berteriak
paling keras supaya ia (Polycarp) dilemparkan kepada singa-singa; dan
pada waktu akhirnya diberikan perintah supaya ia dibakar hidup-hidup, yang
paling rajin dari orang banyak itu yang mengambil kayu bakar untuk tumpukan
kayu yang membawa kematian itu adalah orang-orang Yahudi] - hal 38.
Catatan: padahal hari
itu adalah hari Sabat, dimana mengumpulkan kayu seperti itu dilarang oleh hukum
Sabat! (bdk. Kel 35:2-3 Bil 15:32-36). Tetapi orang-orang munafik itu
malah mengumpulkan kayu untuk membakar orang!
c)
‘tetapi yang sebenarnya tidak demikian’.
· Bandingkan dengan 2
text di bawah ini:
* Ro 2:28-29a - “Sebab
yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut
sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi
sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam
hati, secara rohani, bukan secara hurufiah”.
*
Fil 3:3 - “karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah
oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada
hal-hal lahiriah”.
· George Eldon Ladd:
“We must conclude, then, that John makes a real distinction between
literal Israel - the Jews - and spiritual Israel - the church” (= Jadi,
kita harus menyimpulkan bahwa Yohanes membuat pembedaan yang nyata antara
Israel hurufiah - orang-orang Yahudi - dan Israel rohani - gereja) - hal
44.
Karena
itu berhati-hatilah pada waktu menemukan istilah ‘Israel’ dalam Kitab Suci.
Kadang-kadang istilah itu memang menunjuk kepada bangsa Israel (misalnya
Ro 11:25), tetapi kadang-kadang menunjuk kepada gereja / Israel rohani
(misalnya Ro 11:26).
· John Stott: “ Mereka berkata bahwa mereka adalah orang Yahudi,
tetapi sebetulnya tidak demikian. Mereka berkata bahwa kamu miskin, tetapi
sebenarnya tidak. Dalam keduanya penilaian mereka salah. Jadi marilah kita
tidak terlalu peduli dengan pandangan dari orang-orang yang tidak percaya.
Sebaliknya marilah kita mengusahakan pikiran Kristus. Adalah pemandanganNya
yang benar. Hanya Dia yang bisa melihat dengan lurus / benar. Semua yang lain
adalah juling"' - hal 48.
d)
‘sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis’ (bdk. Wah 3:9).
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘the synagogue of Satan’ (= sinagog Setan).
Dalam
Bil 16:3 Bil 20:4 Bil 31:16 Israel disebut sebagai
‘jemaah / umat TUHAN’. Kata ‘sinagog’ berasal dari kata Yunani SUNAGOGE, yang
arti hurufiahnya adalah ‘suatu kumpulan’ atau ‘jemaah’. Jadi dengan kata-kata
ini seakan-akan Yohanes berkata: Kamu menyebut dirimu sendiri ‘jemaah TUHAN’,
padahal sebetulnya kamu adalah ‘jemaah Iblis’.
Mereka
ini sama seperti orang-orang Yahudi dalam Yoh 8:37-44, yang sekalipun
mengaku sebagai keturunan Abraham dan anak-anak Allah, tetapi sebetulnya adalah
anak-anak setan.
George
Eldon Ladd: “because the Jews have rejected their Messiah, they are no
longer a synagogue of the Lord but in reality a synagogue of Satan” (=
karena orang-orang Yahudi telah menolak Mesias mereka, mereka bukan lagi
sinagog Tuhan tetapi dalam kenyataannya sinagog Setan) - hal 44.
Sekalipun
Israel / bangsa Yahudi mengusahakan penyucian diri mereka menggunakan ‘lembu
merah’ (Bil 19), tetapi kalau mereka tidak mau percaya kepada Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, mereka tidak akan pernah suci, dan mereka
akan tetap menjadi sinagog / jemaah Iblis!
Penerapan:
Ada
banyak orang kristen yang seperti orang-orang Yahudi ini. Secara lahiriah
mereka adalah orang kristen, tetapi karena hatinya tidak pernah betul-betul
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, pada hakekatnya mereka
adalah anak-anak setan. Apakah saudara adalah salah satu di antara orang-orang
ini? Kalau ya, cepatlah bertobat dan percaya kepada Yesus.
Leon
Morris (Tyndale): “This unusual
expression means that their assembly for worship does not gather God’s people
but Satan’s” (= Istilah / ungkapan yang tidak lazim ini berarti bahwa
perkumpulan / persekutuan kebaktian mereka tidak mengumpulkan umat Allah tetapi
umat Setan) - hal 64.
Penerapan:
Jaman
sekarangpun tidak kurang gereja sesat yang setiap kebaktian bukannya
mengumpulkan umat Allah tetapi umat setan. Carilah gereja yang benar, dan maulah
berbakti di sana.
Thomas
Becon: “For commonly, wheresoever God buildeth a church, the
devil will build a chapel just by” (= Karena biasanya, dimanapun Allah
membangun sebuah gereja, setan akan membangun tempat ibadah di dekatnya) - ‘The
Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 118.
Daniel
Defoe, ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 119-120:
“Wherever God erects a house of prayer, (= Dimanapun Allah mendirikan rumah doa,)
The Devil always builds a chapel there; (= Setan selalu membangun tempat ibadah di sana;)
And ‘twill be found, upon examination, (= Dan akan didapatkan, setelah diselidiki,)
The latter has the largest congregation” (= Yang terakhir mempunyai jemaat yang terbesar). 3)
REFERENSI:
1.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
Hal.54.
2.
DR. U.
Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung,
1988 hal.12.
3.
Pdt. Budi
Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.
WAHYU KEPADA YOHANES (Bagian 46)
“JANGAN TAKUT TERHADAP APA YANG HARUS ENGKAU
DERITA!...Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan
kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10).
PERLUNYA HIDUP OLEH
IMAN, JANGAN TAKUT.
“Yesus bersabda, “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau
derita.” Mengapa?. Karena “di dalam kasih tidak ada
ketakutan. Kasih yang sempurna
melenyapkan ketakutan.” Dan “kita
mengasihi karena Dia terlebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh.4:18,19). Mereka yang takut kepada Allah menempatkan
diri dalam kendali-Nya dan tidak membiarkan yang lain-lain membuat mereka
khawatir. Mereka telah belajar untuk
memercayai Dia dalam setiap situasi, karena Dia tahu semua situasi. Dia tidak akan mengizinkan apa pun terjadi
yang bukan demi kebaikan kita untuk jangka panjang. Dia tidak mengizinkan apa pun terjadi yang
tidak akan mampu kita hadapi jika kita memiliki hubungan dengan Dia. Kadang kita berada dalam situasi yang membuat
kita kewalahan. Tapi kita tetap tidak
perlu takut.
“Jangan
takut…kamu dicobai dan kamu akan BEROLEH KESUSAHAN SELAMA SEPULUH HARI. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan AKU
AKAN MENGARUNIAKAN KEPADAMU MAHKOTA KEHIDUPAN” (Wahyu 2:10).
KESUKARAN-KESUKARAN HIDUP
BUKANLAH RINTANGAN MELAINKAN PELUANG UNTUK MEMPERSIAPKAN PEPERANGAN
TERAKHIR DALAM SEJARAH KEMANUSIAAN.
“Daniel dan kawan-kawannya mengalami masa pencobaan selama 10 hari dalam
Daniel 1. Jemaat di Smirna juga mengalami ujian
selama 10 hari. Namun kesetiaan
menghadapi pencobaan itu mempersiapkan mereka menghadapi kemuliaan di masa yang
akan datang. Seperti halnya Daniel dan
ketiga kawannya, kita mempersiapkan tantangan-tantangan masa depan sebaik mungkin
dengan cara melewati ujian-ujian yang kita alami di masa kini. “MAHKOTA KEMENANGAN” yang Yesus janjikan
kepada jemaat Smirna bukanlah hasil dari perilaku mereka. Allah memakai penderitaan mereka untuk
mempersiapkan mereka mencapai kemenangan akhir dari keberadaan manusia, yaitu
hidup kekal. 1)
“Nasehat : Jangan takut terhadap apa yang
akan di derita –Tidak perlu takut akan penganiayaan karena itu akan menjadi
alat yang menguatkan dan membuktikan kemurnian iman (Yakobus 1:2; Mat.5:10-12)
dan Kristus akan memberi kekuatan untuk menahan pencobaan (Filipi 4:13).
·
Iblis akan melemparkan ke dalam
penjara –Melukiskan penganiayaan yang dilancarkan oleh pemerintahan Romawi
terhadap orang-orang Kristen karena mereka menolak untuk menyembah dewa dan
kaisar :
a.
Kaisar Trajan (98-117) mengeluarkan
peraturan untuk membunuh orang-orang yang tidak mau menurut/patuh.
b.
Kaisar DECIUS mengeluarkan dekrit pada
tahun 250 untuk menumpas orang-orang Kristen melalui siksaan, kematian, dan
penyitaan harta benda mereka. –Orang-orang Kristen dibuat jadi kambing
hitamnya.
·
Beroleh kesusahan selama SEPULUH HARI
–Melukiskan 10 tahun penganiayaan (303-313) yang dilancarkan oleh kaisar
DIOCLETIAN dan GALERIUS penggantinya.
a.
Pada rapat agung Council of NICEA
(325), dari antara para bishop (pemimpin-pemimpin) gereja yang datang berapat,
ada yang sudah tidak bermata dan tidak berlengan serta dengan cacat tubuh
lainnya.
b.
Dekrit yang dikeluarkan oleh
Diocletian (303) untuk menganiaya orang-orang Kristen dicabut melalui dekrit
toleransi beragama yang dikeluarkan oleh kaisar KONSTANTIN (313). 2)
Ay 10:
“Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan
melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai
dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia
sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
1) ‘Jangan
takut terhadap apa yang harus engkau derita!’.
a)
Ini menunjukkan bahwa keadaan pada saat itu memang menakutkan.
Tetapi
berbeda dengan kasus ‘dukun santet’ di Indonesia yang saking takutnya bakal
dibunuh oleh ‘ninja’ sampai akhirnya bunuh diri, orang kristen di Smirna tidak
ada yang dilaporkan bunuh diri.
b) Perhatikan bahwa Tuhan bukan berkata: ‘Jangan
takut, karena Aku akan melindungi sedemikian rupa sehingga engkau tidak akan
menderita’! Tetapi Ia berkata: ‘Jangan takut terhadap apa yang harus
engkau derita!’.
Bdk.
1Pet 3:13-14 - “Dan siapakah yang akan berbuat jahat terhadap kamu,
jika kamu rajin berbuat baik? Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena
kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang
mereka takuti dan janganlah gentar”.
c)
Artinya dari kata-kata ‘tidak takut’.
Steve
Gregg: “Fearlessness, however, may not necessarily mean the total
absence of dread, but rather the refusal succumb to intimidation, so that
threats of harm do not turn them back from their duty to Christ” (=
Bagaimanapun, ‘tidak takut’ tidak harus berarti absen totalnya rasa takut,
tetapi penolakan untuk menyerah / tunduk pada ancaman / intimidasi, sehingga
ancaman untuk disakiti tidak menyebabkan mereka meninggalkan kewajiban kepada
Kristus) - hal 67.
d) Apa yang tidak boleh ditakuti dan yang harus ditakuti.
H. L. Ellison (Daily Bible Commentary): “Because
Christ was raised from the dead, physical death should have no terrors for us,
even if it can be very painful. The death to be feared is the second, spiritual
death (11, cf. Matt. 10:28)” [= Karena Kristus dibangkitkan dari antara orang
mati, kematian fisik tidak boleh membuat kita takut, sekalipun itu bisa sangat
menyakitkan. Kematian yang harus ditakuti adalah kematian yang
kedua.(ay 11, bdk. Mat 10:28)] - hal 458.
2) ‘Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa
orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh
kesusahan selama sepuluh hari’.
a) ‘Iblis’.
Di sini digunakan kata
Yunani DIABOLOS yang artinya ‘the accuser’ (= pendakwa) atau ‘the
slanderer’ (= pemfitnah).
Mengingat bahwa
orang-orang Yahudi di dalam gereja Smirna disebut sebagai ‘jemaah Iblis’ (ay 9b),
maka Steve Gregg mengatakan bahwa mungkin Iblis menggunakan mereka ini untuk
melakukan penganiayaan ini.
Karena 2Tim 3:12
berkata “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus
akan menderita aniaya”, maka James B. Ramsey berkata sebagai berikut:
“If the world does not persecute the church, it is either because
it has corrupted her so far that her testimony does not seriously interfere
with its more refined indulgences, or because it regards her as too powerless
to be worthy of her notice” (= Jika dunia tidak
menganiaya gereja, atau itu disebabkan dunia telah merusak gereja sedemikian
jauhnya sehingga kesaksiannya tidak secara serius mengganggu pemuasan hawa
nafsu yang diperhalus, atau karena dunia menganggap gereja sebagai terlalu
tidak berdaya untuk layak diperhatikan) - hal
138.
b)
‘penjara’ dan ‘kesusahan’.
William
Barclay: “Menjadi orang kristen
adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum, tetapi penganiayaan tidak
terjadi terus-menerus. Orang Kristen bisa dibiarkan dalam damai untuk waktu
yang lama, tetapi pada setiap saat seorang gubernur bisa tahu-tahu kumat, atau
suatu gerombolan orang mengadakan / memulai suatu teriakan untuk mencari orang
Kristen - dan pada saat itu badai meledak. Ketakutan dari orang Kristen adalah
ketidakpastian itu". - hal 79.
James B.
Ramsey: “Dari ketujuh gereja itu, tidak ada
yang lebih tinggi dalam penilaian Tuhan dari gereja ini. Tetapi tingkat
kehidupan lahiriah gereja ini adalah yang terburuk dari semua. Kemiskinan dan
penganiayaan adalah bagiannya / nasibnya sekarang ini, dan penjara dan kematian
menantikannya. Catatannya di sini bukanlah tentang pekerjaan aktif dan
kemenangan bagi Kristus, tetapi tentang kemiskinan dan kesusahan demi Dia; dan
tidak ada catatan yang bersinar lebih terang, atau menjamin / mendapatkan upah
yang lebih tinggi". - hal 134.
Ia
melanjutkan:
“The great lesson, then, here taught in regard to the church, is
that outward wealth or power, or safety or success, is no mark of a true
church. All these may be wanting, and yet there be great spiritual riches, and
the approving smiles of her King” (= Maka,
pelajaran yang besar yang diajarkan di sini berkenaan dengan gereja adalah
bahwa kekayaan lahiriah atau kekuasaan / kekuatan, atau keamanan atau sukses,
bukanlah tanda / ciri dari gereja yang benar. Semua ini bisa saja tidak ada,
tetapi di sana ada kekayaan rohani yang besar, dan senyum puas / menyetujui
dari sang Raja) - hal 137.
Illustrasi: ada 2 orang membawa halter, yang seorang bisa melakukannya
sambil berjalan-jalan, berlari-lari, dan bahkan sambil melompat-lompat,
sedangkan yang satunya sama sekali tidak bisa berjalan-jalan tetapi harus
mengerahkan seluruh tenaganya untuk menahan berat halter itu. Yang mana yang
lebih kuat dari 2 orang itu? Belum tentu orang pertama yang lebih kuat, karena
tergantung berapa berat halter yang dia bawa. Kalau dia membawa halter hanya
seberat 2 kg, sedangkan orang kedua membawa halter seberat 100 kg, maka mungkin
sekali yang kedua yang lebih kuat. Bahwa orang kedua tidak bisa berjalan-jalan
atau melompat-lompat, bukan karena ia kalah kuat, tetapi karena bebannya jauh
lebih besar.
c) ‘sepuluh hari’.
A. T.
Robertson: “It is unwise to seek a literal meaning for ten days”
(= Adalah tidak bijaksana untuk mencari arti hurufiah untuk ‘sepuluh hari’)
- hal 302.
Lalu apa
artinya ‘10 hari’? Ada sangat banyak penafsiran tentang bagian ini:
10 gelombang
penganiayaan.
10 tahun penganiayaan
pada masa pemerintahan kaisar Trajan (99-109 M).
10 tahun penganiayaan
pada masa pemerintahan kaisar Diocletian (303-313 M).
10 kaisar yang
melakukan penganiayaan dalam 3 abad pertama dari gereja.
William
R. Newell: “ Gereja mula-mula memang
mendapatkan 10 penganiayaan besar di bawah kaisar-kaisar Romawi, dimulai dengan
Nero dan diakhiri dengan Diocletian, yang melakukan penganiayaan terakhir, dan
mungkin yang paling hebat, selama 10 tahun! Nero, Domitian, Trajan, Marcus
Aurelius, Severus, Maximum, Decius, Valerian, Aurelian, dan Diocletian, adalah
10 penganiaya kafir yang utama. Akan tetapi, ada kesukaran yang terus menerus,
sekalipun tidak selalu bersifat umum, sampai pada keputusan Constantine tentang
kebebasan beragama". - hal 46.
William
Hendriksen: “a definite, full, but brief period. The fact that the
trial is but for a ‘short season’ is often given as an encouragement to
endurance (Is. 26:20; 54:8; Mt. 24:22; 2Cor. 4:17; 1Pet. 1:6)” [= suatu
periode tertentu yang penuh tetapi singkat. Fakta bahwa pencobaan itu hanya
untuk ‘waktu yang pendek’ sering diberikan sebagai suatu penguatan hati untuk
bertahan / bertekun (Yes 26:20; 54:8; Mat 24:22; 2Kor 4:17; 1Pet 1:6)] -
hal 65.
Homer Hailey: “a
full and complete period, which may be long or short, that would come to an
end” (= suatu periode yang penuh dan lengkap, yang bisa lama atau singkat,
yang akan berhenti) - hal 127.
James B. Ramsey:
“ten days, expressing a complete but indefinite period” (= sepuluh
hari, menyatakan suatu periode yang lengkap tetapi tidak pasti) - hal 137.
Ini menunjukkan kedaulatan Allah yang
membatasi pencobaan dan mengontrolnya.
H. L. Ellison (Daily Bible Commentary):
“ Mungkin arti dari ‘10 hari’ (ay 10) adalah bahwa Tuhan dari Gereja
menyerahkan gereja kepada penganiayaan dan mengontrolnya sedemikian rupa,
sehingga Ia bisa meramalkan saat berakhirnya sebelum penganiayaan itu dimulai". - hal 458.
John
Stott (hal 49) juga mengatakan bahwa ‘beberapa orang dari antaramu’ dan ‘10
hari’ menunjukkan bahwa Allah membatasi penderitaan mereka, dan dengan ini
menunjukkan kontrol dan kedaulatan Allah atas segala sesuatu.
John
Stott lalu berkata:
“Christians who know that God is on the throne and is controlling
the affairs of men can stand quiet and calm amid the evils and sorrows of the
world” (= Orang-orang Kristen
yang tahu bahwa Allah itu bertakhta dan sedang mengontrol urusan-urusan
manusia, bisa berdiri diam dan tenang di tengah-tengah kejahatan-kejahatan dan
kesedihan-kesedihan dunia ini) - hal 49.
d)
‘supaya kamu dicobai’.
Apakah
ini merupakan tujuan Allah atau tujuan setan? Boleh dikatakan semua penafsir
menganggap bahwa ini menunjuk pada tujuan Allah. Jadi Allah membiarkan /
mengijinkan setan memasukkan beberapa dari mereka ke dalam penjara, supaya
mereka bisa dicobai / diuji. Dengan demikian, bukan hanya lamanya kesusahan /
pencobaan / pemenjaraan itu yang dibatasi oleh Allah, yaitu selama 10 hari,
tetapi juga penderitaan itu akan menghasilkan apa yang menjadi tujuan Allah.
Herman
Hoeksema: “Karena itu, setan tidak pernah bisa berjalan /
maju melampaui batas yang ditetapkan baginya oleh Yang Mahakuasa; juga ia tidak
bisa mencapai tujuan lain apapun selain rencana / maksud Allah dalam
penderitaan umatNya dalam dunia. ... Tidak diragukan lagi, setan memiliki
kuasa untuk menindas gereja. Ia akan membuat hidup itu sukar / berat untuk
orang percaya / setia dalam dunia. Ia akan mengamuk terhadap mereka dalam
seluruh kemarahannya. Kita harus mengharapkan hal ini. Tetapi penghiburan
bagi gereja terletak dalam fakta bahwa kuasa kegelapan ada di bawah kontrol dan
kedaulatan dari Dia yang berjalan di tengah-tengah ketujuh kaki dian emas itu.
... Dan pada saat ukuran penuh dari waktunya dan kuasanya telah diukurkan
kepadanya (?) sesuai dengan kehendak Allah, Tuhan memerintahnya untuk berhenti,
dan ia tidak bisa menimbulkan keributan lebih jauh terhadap gereja. Ini
betul-betul merupakan penghiburan bagi gereja yang ada dalam kesusahan. Setan
tidak bisa menyakitinya / merugikannya, tetapi harus melayani maksud / rencana
Allah dalam Kristus”. - hal 73.
3) ‘Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan
mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan’ (bdk. Yak 1:12).
a)
‘Hendaklah engkau setia sampai mati’.
Yesus tidak berjanji
akan menjaga supaya mereka tidak mati dibunuh, tetapi sebaliknya berkata bahwa
mereka harus setia sampai mati. Ini menunjukkan bahwa bisa saja Tuhan
membiarkan seorang kristen dalam kemiskinan dan penganiayaan / penderitaan,
sampai mati! Bdk. Ibr 11:33-37; perhatikan khususnya ay 35b-37nya.
James B.
Ramsey: “Kasih yang lembut dari Tuhan kita tidak ditunjukkan
di sini dengan menyingkirkan hal-hal jelek itu, tetapi dengan menopang umatNya
di bawah hal-hal itu, dan dengan membuat bagi mereka kesempatan untuk
pencapaian rohani yang lebih besar, dan cara / jalan untuk mengerjakan upah
yang lebih cemerlang”. - hal 137.
William
Hendriksen: “Sekalipun orang percaya bisa dibunuh, yaitu kematian
pertama, mereka tidak akan dirugikan oleh kematian yang kedua, yaitu, mereka
tidak akan dibuang, tubuh dan jiwa, ke dalam lautan api pada kedatangan Kristus
yang kedua kalinya (Wah 20:14)”. - hal 66.
Kata-kata ‘hendaklah engkau setia sampai mati’ tidak sekedar berarti ‘setialah sampai kamu mati’ tetapi ‘setialah sekalipun itu harus dibayar dengan nyawamu’.
John Stott: “ Di sini ada seruan untuk setia dan tidak takut. Iman
dan rasa takut itu bertentangan. ... Memang benar bahwa di sini seruan itu
adalah untuk setia dan bukannya untuk beriman, tetapi kita perlu mengingat
bahwa ‘iman’ dan ‘kesetiaan’ adalah kata yang sama dalam bahasa Yunani. Ini
bisa dimengerti karena kesetiaan muncul dari iman. Percayakanlah dirimu kepada
Kristus, dan kita sendiri akan bisa dipercaya. Bersandarlah kepada Kristus, dan
kita akan bisa diandalkan. Bergantunglah pada Kristus, dan kita akan bisa
dipercayai. Berimanlah kepada Kristus, dan kita akan setia - setia kalau perlu
bahkan sampai mati. Cara membuang rasa takut adalah dengan mendapatkan iman”. - hal 45-46.
Pulpit Commentary:
“Sebaik-baiknya kita, kita adalah pelayan-pelayan yang tidak sempurna, tetapi
kita tidak perlu menjadi tidak setia. Posisi kita mungkin tidak enak, tetapi
kita bisa setia. Tidak dikatakan ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang
baik dan kaya’; juga tidak dikatakan ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai
hambaku yang baik dan sukses’; tetapi dikatakan ‘Baik sekali perbuatanmu
itu, hai hambaku yang baik dan setia’. - hal 72.
Bdk. Mat
25:21,23.
Pulpit Commentary:
“
‘Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam
perkara-perkara besar’. Kesetiaan sehari-hari dalam memikul salib, dalam
hal-hal kecil yang menjengkelkan, dalam pencobaan-pencobaan kecil, di
tengah-tengah gemerlapan dan kemegahan dunia yang menipu, dan pencobaan yang
tak henti-hentinya untuk meninggalkan standard, - inilah yang diminta Tuan kita
dari kita. ‘Hendaklah engkau setia sampai mati’”. - hal 72.
Bdk. Luk
16:10.
Homer Hailey: “Seperti
yang diperhatikan oleh Lenski, adalah mudah untuk menulis tentang hal-hal
seperti ini pada saat sedang duduk dalam ruangan belajar yang menyenangkan,
dikelilingi oleh kesenangan hidup modern dan keadaan hidup yang menyenangkan,
tetapi akan sangat berbeda untuk mempraktekkan nasehat ini di depan penderitaan
dan ancaman kematian”. - hal 127.
Penerapan:
Karena
itu jangan terlalu PD (percaya diri) pada saat enak / aman, dan sesumbar bahwa
saudara berani mati syahid untuk Kristus. Petrus melakukan itu, dan ia justru
menyangkal Yesus sebanyak 3 x.
Kematian syahid dari
Polycarp merupakan ketaatan terhadap kata-kata ini.
Di sini
saya memberikan beberapa kutipan dari beberapa buku tafsiran tentang cerita
kematian syahid dari Polycarp. Kutipan-kutipan ini saling melengkapi satu sama
lain, dan dengan menggabungkan semua ini kita bisa mendapatkan cerita yang
lebih lengkap tentang kematian syahid dari Polycarp.
William
Barclay: “Polycarpus, uskup dari Smirna, mati syahid pada hari Sabtu, 23 Februari
tahun 155 M. Itu adalah musim permainan umum; kota itu penuh sesak; dan orang
banyak sangat gembira. Tiba-tiba ada teriakan: ‘Enyahkan orang-orang ateis;
biarlah Polycarpus dicari’.
Tidak diragukan bahwa Polycarpus bisa lari, tetapi sebelumnya ia telah mendapatkan penglihatan
mimpi dalam mana ia melihat bantal di bawah kepalanya terbakar oleh api dan ia
bangun dan memberitahu murid-muridnya: ‘Aku akan / pasti dibakar hidup-hidup’”. - hal 76.
William
Hendriksen: “Adalah mungkin bahwa Polycarpus adalah uskup dari gereja
Smirna pada saat itu. Ia adalah murid dari Yohanes. Setia sampai mati, pemimpin
yang layak dihormati ini dibakar di tumpukan kayu pada tahun 155 M. Ia
telah diminta untuk berkata: ‘Kaisar adalah Tuhan’, tetapi ia menolak. Pada saat
dibawa ke gelanggang / arena ia didesak oleh pejabat Romawi yang berkata:
‘Bersumpahlah / kutukilah, dan aku akan membebaskan engkau, celalah Kristus’.
Polycarpus
menjawab: ‘86 tahun aku telah melayani Dia, dan Ia tidak pernah melakukan hal
yang melukai / merugikan aku: lalu bagaimana mungkin aku bisa menghujat Rajaku
dan Juruselamatku?’. Pada saat sang pejabat menekannya lagi, orang tua ini
menjawab: ‘Karena engkau mendesak dengan sia-sia supaya ... aku bersumpah demi
nasib baik kaisar, dan berpura-pura untuk tidak tahu siapa dan apa aku ini,
dengarlah aku menyatakan dengan keberanian, aku adalah seorang kristen ...’.
Sebentar lagi si pejabat menjawab: ‘Aku mempunyai binatang-binatang buas;
kepada mereka aku akan melemparkanmu, kecuali engkau bertobat. Aku akan membuat
engkau dibakar oleh api, melihat bahwa engkau meremehkan binatang-binatang buas
itu, jika engkau tidak bertobat’. Tetapi Polycarp berkata: ‘Engkau mengancam
aku dengan api, yang menyala selama 1 jam dan sebentar lagi padam, tetapi
engkau tidak tahu tentang api dari penghakiman yang mendekat dan dari
penghukuman kekal, disediakan untuk orang-orang jahat. Tetapi mengapa engkau
berlambat-lambat? Wujudkanlah apa yang engkau inginkan’. Segera setelah itu
orang banyak mulai mengumpulkan kayu dan kayu bakar; khususnya orang Yahudi,
seperti biasa, menolong mereka dengan sungguh-sungguh. Demikianlah Polycarp
dibakar pada tumpukan kayu”. - hal 64.
James B.
Ramsey: “‘Bersumpahlah, kutukilah Kristus, dan aku akan
membebaskan engkau’. ‘86 tahun aku telah melayani Dia, dan aku hanya menerima
yang baik dari tanganNya. Lalu bisakah aku mengutukNya, Rajaku dan
Juruselamatku?’. ‘Aku akan melemparkan engkau kepada binatang-binatang buas,
jika engkau tidak mengubah pikiranmu’, kata sang pejabat Romawi. ‘Bawalah binatang-binatang
buas itu kemari’, kata Polycarp, ‘karena aku tidak akan mengubah pikiranku dari
yang baik kepada yang lebih jelek’. ‘Apakah engkau meremehkan / menghina
binatang-binatang buas itu? Aku akan menaklukkan rohmu / semangatmu dengan
nyala api’. ‘Nyala api yang engkau ancamkan hanya bertahan untuk sementara
waktu, dan segera akan padam’, jawab sang martir dengan tenang; ‘tetapi di sana
ada api yang disediakan untuk orang jahat, tentang apa engkau tidak tahu; api
dari penghakiman yang akan datang, dan dari penghukuman kekal’. Nyala api dengan
segera melakukan tugasnya”. - hal 135.
Pulpit
Commentary: “Bahwa ia adalah seorang yang sangat tua ketika, pada
tahun 167 M, ia mengalami kematian syahid, kita pelajari dari interogasi
pejabat Romawi, yang setelah menanyakan apakah ia adalah Polycarp, menambahkan:
‘Kasihanilah usia lanjutmu sendiri’. Ketika didesak lebih jauh untuk mencela
Kristus, dan jiwanya akan diselamatkan, ia berkata: ‘86 tahun aku telah
melayani Dia, dan Ia tidak pernah menyalahi aku / berbuat salah kepadaku; dan
bagaimana aku bisa menghujat Rajaku yang telah menyelamatkan aku?’. 86 tahun
ini tidak mungkin merupakan seluruh usia Polycarp, tetapi masa yang berlalu
sejak pertobatannya, yang pasti terjadi, sesuai dengan perhitungan ini, pada
tahun 81 M, sehingga 15 tahun telah lewat sejak ia pertama kali mengenal
Kristus sampai surat kepada gereja Smirna ini ditulis”. - hal 99.
Pulpit
Commentary: “Pada tahun 167 M. suatu penganiayaan yang kejam
meledak terhadap orang-orang kristen di Asia Kecil. Polycarp mau menunggu di
posnya / tempat tugasnya nasib yang mengancamnya, tetapi umatnya memaksanya
untuk menyembunyikan diri di suatu tempat pengasingan yang sunyi dimana
diperkirakan ia bisa bersembunyi dengan aman. Dan untuk sementara waktu ia
tidak ditemukan, dan ia menyibukkan dirinya sendiri dalam doa dan doa syafaat
untuk Gereja yang dianiaya. Akhirnya musuh-musuhnya menangkap seorang anak, dan
dengan penyiksaan memaksanya menunjukkan dimana Polycarp berada. Yakin bahwa
saatnya sudah tiba, ia menolak untuk lari lebih jauh, dan ia berkata: ‘Jadilah
kehendak Allah’. Ia turun dari lantai atas dari rumah itu untuk menemui para
penangkapnya, dan memerintahkan untuk memberikan makanan dan minuman sebanyak
yang mereka inginkan, dan hanya meminta kepada mereka satu hal, yaitu supaya ia
diperbolehkan untuk berdoa tanpa diganggu selama 1 jam. Kepenuhan hatinya
membuat ia berdoa selama 2 jam, dan dikatakan bahwa bahkan orang-orang kafir
itu tersentuh oleh pemandangan akan kebaktian / penyembahan yang dilakukan oleh
orang tua itu. Lalu ia dibawa kembali ke kota, ke Smirna. Pejabat, di depan
siapa ia dibawa, mencoba untuk membujuknya supaya menyerah pada tuntutan kecil
terhadap dirinya. ‘Kerugian apa’, ia bertanya, ‘yang bisa terjadi padamu untuk memper-sembahkan
korban kepada kaisar?’. Ini adalah ujian yang biasa digunakan terhadap mereka
yang dituduh sebagai orang kristen. Tetapi tidak satu saatpun Polycarp yang
terhormat itu mau menyetujui. Lalu dicoba langkah-langkah yang lebih kasar, dan
ia dikeluarkan dari kereta yang membawanya. Ketika ia muncul di arena, hakim
berkata kepada-nya: ‘Bersumpahlah, kutukilah Kristus, dan aku akan
membebaskanmu’. Tetapi orang tua itu menjawab: ‘86 tahun aku telah melayani
Kristus, dan Ia tidak pernah berbuat salah kepadaku: lalu bagaimana aku bisa
mengutukNya, Rajaku dan Juruselamatku?’. Sia-sia ia diancam akan dilemparkan
kepada binatang buas atau dibakar hidup-hidup; dan akhirnya dibuat pengumuman
yang fatal, bahwa ‘Polycarp mengaku bahwa dirinya adalah orang kristen’. Ini
merupakan surat perintah kematian. Ia dijatuhi hukuman dibakar hidup-hidup.
Orang-orang Yahudi dan non Yahudi, seluruh ‘sinagog setan’ yang digambarkan di
sini, dalam kemarahan dan kemurkaan, tergesa-gesa mengumpulkan kayu dari kamar
mandi (?) dan bengkel untuk tumpukan pembakaran. Orang tua itu melepaskan
jubahnya, dan mengambil tempatnya di tengah-tengah bahan bakar itu. Ketika
mereka mau mengikatnya pada tonggak, ia berkata kepada mereka: ‘Aku minta,
biarkan aku seperti ini, tidak diikat; Ia yang memberikan aku kemampuan untuk
menantang api juga akan memberiku kekuatan untuk menahan keganasannya’. Lalu ia
mengucapkan doa singkat ini: ‘Ya Tuhan, Allah yang mahakuasa, Bapa dari AnakMu
yang kekasih Yesus Kristus, melalui siapa kami telah menerima pengenalan
terhadapMu, Allah dari malaikat dan dari seluruh ciptaan, dari seluruh umat
manusia, dan dari orang-orang kudus yang hidup di hadapanMu; aku bersyukur
kepadaMu bahwa Engkau telah menganggapku layak, hari ini dan jam / saat ini,
untuk ikut merasakan cawan dari KristusMu di antara banyak saksi-saksiMu!’. Api
dinyalakan; tetapi suatu angin yang kencang mendorong nyala api ke satu sisi,
dan memperpanjang penderitaannya; akhirnya algojo membunuhnya dengan sebuah
pedang. Begitulah salah satu dari orang-orang kudus Kristus di Smirna mati,
‘setia sampai mati’, dan memenangkan ‘mahkota kehidupan’, dan tidak pernah
‘menderita / dirugikan oleh kematian yang kedua’”. - hal 85.
William
Barclay, setelah menceritakan bahwa api dinyalakan, dan Polycarp menaikkan doa
syukur / pujian, lalu berkata:
“Sebanyak itulah fakta yang
jelas, tetapi lalu ceritanya hanyut ke dalam dongeng, karena ceritanya
berlanjut dengan mengatakan bahwa nyala api itu membuat semacam tenda di
sekitar Polycarpus dan
membiarkan ia tidak tersentuh. Akhirnya algojo menikamnya sampai mati untuk
mendapatkan apa yang tidak dapat dilakukan oleh nyala api itu. ‘Dan pada waktu
ia melakukan hal itu keluarlah seekor burung merpati, dan banyak darah,
sehingga api itu padam, dan semua orang banyak tercengang karena ada perbedaan
seperti itu antara orang tidak percaya dan orang pilihan’” - hal 77.
Philip
Schaff: “Penganiayaan terhadap gereja di Smirna dan kematian
syahid dari uskupnya yang terhormat, yang dulu ditetapkan / disebutkan pada
tahun 167, di bawah pemerintahan Marcus Aurelius, menurut penyelidikan yang
lebih baru terjadi di bawah Antoninus pada tahun 155, pada saat Statius
Quadratus menjabat sebagai prokonsul di Asia Kecil. Polycarpus adalah teman pribadi dan
murid dari Rasul Yohanes, dan merupakan ketua penatua dari gereja di Smirna,
... Ia adalah guru dari Ireneaus dari Lyons, ... Karena ia mati pada tahun 155
pada usia 86 tahun atau lebih, ia pasti telah dilahirkan pada tahun 69 M, satu
tahun sebelum penghancuran Yerusalem, dan telah menikmati persahabatan dengan
Yohanes selama 20 tahun atau lebih”. - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 51-52.
Catatan: John Stott (hal 40) mengatakan bahwa kematian syahid Polycarp
terjadi pada tanggal 22 Februari tahun 156 M. Beberapa penafsir lain juga
mengatakan tahun 156 M.
b)
‘dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan’.
William Barclay:
“In this life it may be that the Christian’s loyalty will bring him a
crown of thorns, but in the life to come it will surely bring him the crown of
glory” (= Dalam hidup ini adalah mungkin bahwa kesetiaan orang Kristen akan
memberinya mahkota duri, tetapi dalam hidup yang akan datang itu pasti akan
memberinya mahkota kemuliaan) - hal 84.
John Stott: “‘I
will give’, He says. It is not a merit award; it is a gift” (= ‘Aku akan
memberi / mengaruniakan’, kataNya. Itu bukan hadiah / pemberian karena kita
berjasa / layak; itu adalah suatu pemberian) - hal 49.
Memang sebetulnya pahala bukanlah sesuatu yang layak kita
dapatkan. Itu tetap merupakan karunia Tuhan bagi kita. Mengapa? Karena kita
bisa berbuat baik, setia dsb hanya kalau Tuhan menolong / menguatkan kita! Bdk.
Yoh 15:5 Fil 4:13. 3)
1.
Jon
Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007
hal.55,56.
2.
DR. U.
Aritonang, Tafsiran Buku Wahyu: Universitas Advent Indonesia Cisarua -Bandung,
1988. Hal.12-13.
3.
Pdt. Budi
Asali, M.Div, Eksposisi Wahyu kepada
Yohanes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar