Jumat, 27 Maret 2020

Hak Istimewa Yang Luar Biasa


Berlomba Dalam Kebajikan — Steemit
HAK ISTIMEWA YANG LUAR BIASA.

Pendahuluan:
   Kita mungkin telah mengenal beberapa sifat binatang yang baik.
   Ilustrasi:
   Dalam sebuah surat kabar pernah dimuat kisah tentang dua ekor anjing. Yang seekor adalah anjing keturunan campuran, terlantar, badannya penuh dengan kudis, dan buta matanya.  Yang lain bagus dan mempunyai tempat yang baik.  Setiap hari anjing yang bagus itu pergi ke rumah tetangganya, mengambil sedikit makanan (biasanya tulang) dan meletakkannya di depan anjing yang buta itu. Dengan demikian anjing yang malang itu dapat hidup terus.

   Body:
   Binatang dapat berbuat kebaikan. Tetapi sukar sekali bagi manusia untuk berbuat kebaikan/melakukan sifat-sifat yang baik.  Yang kita maksudkan dengan sifat-sifat yang baik ialah: ingat akan keperluan orang-orang lain dan berusaha membantunya, sekalipun mungkin harus dilakukan dengan pengorbanan.
   Sdr2ku yang kekasih didalam Tuhan,...
   Mudah bagi kita untuk mengingat orang-orang yang pernah menolong atau merugikan kita.  Demikian pula pengalaman-pengalaman yang baik, meskipun itu jarang terjadi, akan mudah kita ingat sepanjang masa.
   Salah satu pengalaman mengenai perbuatan baik yang saya ingat, yaitu pada waktu saya masih kanak-kanak.
   Saat saya dimarah oleh ibu, ayah saya membela dan mendukung saya. Pada waktu itu saya baru berumur kira-kira 8 tahun, tetapi kejadian itu berkesan dalam ingatan saya.
   Sebagai anak-anak Tuhan, kita seharusnya bersikap baik. Dalam Alkitab Efesus 4:32, tertulis “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”.
   Pengampunan adalah hak istimewa kita yang luar biasa.  Pada masa pelayanan Yesus di dunia, Ia sangat mengecam para pemimpin agama, karena mereka tidak mempunyai sifat murah hati.
   Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kebajikan yang dilakukan terhadap seseorang lebih penting daripada khotbah belaka. Memang orang-orang Farisi sangat mematuhi Hukum Taurat, tetapi mereka mengabaikan kebajikan.  Apabila kita dituntun oleh Roh kudus sehingga dapat bermurah hati, itupun hak istimewa yang luar biasa bagi kita.

I.Kebaikan Itu Sesuai Dengan Kehendak Allah.
   Ciri-ciri khas gereja yang mula-mula ialah adanya kuasa Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
   Berdasarkan itulah jemaat pada waktu itu merasakan adanya kesatuan hidup dalam Roh, sehingga mereka saling melakukan perbuatan baik.  Kehidupan yang demikianlah yang dikehendaki Allah. Sumber kuasa Roh lainnya ialah karena adanya sifat murah hati dalam jemaat itu. 
   Mari kita baca Alkitab kita dalam 2 Korintus 6:6 “dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati, dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik”. 
   Itulah salah satu cara untuk memenangkan hati orang-orang, yaitu melalui kebajikan dan ketulusan hati.  Paulus menghimbau orang-orang Kristen di Roma(Roma 15:1,2) hendaklah mereka bermurah hati terhadap sesama, saling menanggung kelemahan, dan janganlah hanya menyenangkan dirinya sendiri saja.
   Kita harus rela saling menolong sesama, meskipun tidak diminta. 
   Memang kita harus hati-hati juga dalam cara kita ingin menolong.  Pakailah cara yang simpatik dan dengan rendah hati.  Kita setia berbakti kepada Tuhan di gereja melalui puji-pujian, menghafal ayat-ayat Alkitab dan pemahaman Alkitab, rajin memberikan persepuluhan dan persembahan tetapi apakah kita sudah memberi secangkir air minum dan makanan kepada orang yang dahaga dan lapar, mengunjungi orang yang dalam penderitaan dan memerlukan pertolongan?.
   Kebaikan hati seseorang akan menjadi ukuran bahwa orang itu sudah melakukan kehendak Allah dalam hidupnya.  Perbuatan baik akan selalu berkenan di hati Allah.

II.Kebajikan Itu Membangkitkan Semangat.
  
   Kata-kata manis yang diucapkan oleh seorang guru kepada muridnya yang bodoh pasti mendorong murid itu untuk belajar lebih giat.  Kebaikan yang dilakukan oleh seorang majikan bagi karyawannya yang lamban mendorong karyawannya itu untuk berusaha bekerja lebih baik. Kebaikan yang dilakukan kepada orang yang berdosa dapat mendorong orang itu masuk ke dalam kerajaan Allah.
   Ketika seorang wanita tunasusila dibawa ke hadapan Yesus, Ia memang berbicara dengan kata-kata yang keras kepadanya, meskipun Yesus tahu bahwa wanita itu haus akan kemurahan.  Lalu Yesus berkata kepada orang-orang yang membawa wanita itu. “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada wanita itu.(Yohanes 8:7).
   Setelah mereka mendengarkan itu, pergilah mereka satu demi satu mulai dari yang tertua meninggalkan tempat itu. Setelah mereka pergi semua, Yesus berpaling kepada wanita itu dan berkata, “Hai perempuan, di manakah mereka?. Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Akupun tidak menghukum Engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”.  Kata-kata Tuhan Yesus yang sederhana dan simpatik membangkitkan pertobatan sehingga wanita itu memiliki pengharapan dalam kehidupannya.
   Tuhan Yesus itu sangat sibuk, namun demikian Ia sempat berbuat kebajikan dengan lemah lembut kepada orang lain.  Kebanyakan di antara kita karena terlalu sibuk, makanya kita bersikap kasar. Kita tidak memperhatikan keperluan dan perasaan orang lain, asal perasaan hati sendiri yang senang. Akibatnya, banyak orang menjadi sakit hati, kecewa, dan putus asa.
   Kata-kata yang manis dapat membangkitkan  semangat, dan harapan baik bagi orang dalam hati yang sedih, kesepian, penakut dan cemas.
  
Ilustrasi:
  Seorang pemabuk dengan suatu kebajikan, pada akhirnya bertobat menerima Yesus sebagai Juruselamatnya.
   Saudara2ku,...Jika ada orang Kristen yang belum pernah merasakan kebaikan Allah dalam dirinya, sebenarnya ia belum menjadi seorang Kristen. Tetapi jika ada orang Kristen yang tidak pernah berbuat kebajikan kepada orang lain, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kasih Allah ada di dalamnya?.
   Ketika kita dalam keadaan tidak berpengharapan, Kristus telah mati bagi kita.  Nehemia berkata, “Allah yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya”(Neh.9:17).

III.Kebajikan Itu Besar Faedahnya.

   Kebajikan itu tidak hanya merupakan perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah dan membangkitkan semangat, tetapi juga sangat berfaedah bagi pengalaman hidup kita.  Jika kita berbuat kebajikan, kita tidak pernah merasa menyesal.  Kebajikan itu merupakan sumber dari itikad yang baik. 
   Marilah kita menolong orang-orang lain supaya mereka dapat menikmati makanan, perumahan, kesehatan yang baik.  Kebajikan juga membangkitkan itikad yang baik di dalam rumah tangga kita.  Saudara akan merasa bahagia apabila saudara dapat berbuat kebaikan kepada orang lain.  Rupanya Rasul Petrus juga berbicara mengenai rumah tangga, yaitu ia mengajarkan agar orang-orang Kristen pada masa itu dapat hidup lebih baik. Ia telah menyebutkan sifat-sifat yang baik, yang patut mereka miliki, dan berkata, “Kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.(2 Petrus 1:7).
   Di dalam rumah tangga, kita sering gagal dalam hal ini.
   Kita begitu sibuk dalam kegiatan sehari-hari sampai lupa untuk berlaku manis kepada saudara-saudara.
   Ini adalah kesaksian hidup kita –melayani Tuhan melalui keluarga sendiri.
   Kebajikan itu dapat dilakukan oleh setiap orang.  Ketika Yesus berjalan di Yerikho, Ia melihat seorang pemungut cukai di atas pohon ara, yang berusaha melihat Yesus. 
   Yesus sebenarnya berhak berkata kepada Zakheus, “Hai anak Iblis, turunlah!.  Lalu menghujani dia dengan kata-kata yang pedas dan kasar.  Tetapi Yesus tidak berbuat begitu, malah dengan lemah lembut Ia berkata kepada Zakheus.  Mari kita baca, Lukas 19:5-8......

Kesimpulan:
    Apakah saudara2 mengingat cerita tentang Thomas Carlyle?.  Thomas Carlyle adalah seorang penulis esay, sejarawan pada era Victoria.  Lahir 4 Des.1795, meninggal dalam usia 85 tahun.  Pada suatu hari ada 2 orang pengarang Amerika sedang duduk mendengarkan dia sedang menceritakan pengetahuannya.  Satu jam penuh Carlyle berbicara. Akhirnya, karena kehabisan suara ia berhenti sebentar.  Istrinya ada di dekatnya. Istrinya dengan setia mengabdi kepada suaminya yang dicintainya.  Ia melayani suaminya seperti seorang budak tanpa menerima balasan apapun. Ketika Carlyle mendengar suara napas istrinya, dengan nada kurang sabar ia menegurnya, “Jane, jangan bernafas dengan suara yang keras begitu”.  Tidak lama kemudian Jane jatuh sakit, lalu meninggal dunia.
   Ketika Carlyle memeriksa buku harian istrinya, betapa terharu hatinya. Ia baru sadar, betapa besar kasih istrinya kepadanya. Ia begitu sibuk menarik perhatian dunia melalui bakat-bakatnya, sehingga ia tidak sempat untuk menunjukkan kasihnya kepada istrinya.
   Akhirnya, sang istri meninggal dengan tidak pernah merasakan kasih dari suaminya. Sejak hari itu, Carlyle tiap-tiap hari berziarah ke kubur istrinya. Di sana ia duduk sambil  menangis, “O, Jane, seandainya aku tahu, seandainya aku tahu!”....
   Kadang-kadang mungkin kita ingin tahu apa yang terlintas dalam pikiran Yusuf Arimatea dan Nikodemus ketika mereka datang ke kubur Yesus.  Kebajikan mereka baru mereka nyatakan sesudah Yesus mati.  Terlambat!.
   Bukankah kita sering begitu juga?.
   Marilah kita melakukan sesuatu yang baik bagi orang lain.  Berbuat kebaikan merupakan hak istimewa yang terbesar bagi kita.  Amen!.

(Disediakan oleh: Pdt.H.M.Siagian, MPTh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar