HAK ISTIMEWA YANG LUAR BIASA.
Pendahuluan:
Kita mungkin telah mengenal beberapa sifat
binatang yang baik.
Ilustrasi:
Dalam sebuah surat kabar pernah dimuat kisah
tentang dua ekor anjing. Yang seekor adalah anjing keturunan campuran,
terlantar, badannya penuh dengan kudis, dan buta matanya. Yang lain bagus dan mempunyai tempat yang
baik. Setiap hari anjing yang bagus itu
pergi ke rumah tetangganya, mengambil sedikit makanan (biasanya tulang) dan
meletakkannya di depan anjing yang buta itu. Dengan demikian anjing yang malang
itu dapat hidup terus.
Body:
Binatang dapat berbuat kebaikan. Tetapi
sukar sekali bagi manusia untuk berbuat kebaikan/melakukan sifat-sifat yang
baik. Yang kita maksudkan dengan
sifat-sifat yang baik ialah: ingat akan keperluan orang-orang lain dan berusaha
membantunya, sekalipun mungkin harus dilakukan dengan pengorbanan.
Sdr2ku
yang kekasih didalam Tuhan,...
Mudah bagi kita untuk mengingat orang-orang
yang pernah menolong atau merugikan kita.
Demikian pula pengalaman-pengalaman yang baik, meskipun itu jarang
terjadi, akan mudah kita ingat sepanjang masa.
Salah satu pengalaman mengenai perbuatan
baik yang saya ingat, yaitu pada waktu saya masih kanak-kanak.
Saat saya dimarah oleh ibu, ayah saya
membela dan mendukung saya. Pada waktu itu saya baru berumur kira-kira 8 tahun,
tetapi kejadian itu berkesan dalam ingatan saya.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita seharusnya
bersikap baik. Dalam Alkitab Efesus 4:32, tertulis “Tetapi hendaklah kamu ramah
seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”.
Pengampunan
adalah hak istimewa kita yang luar biasa.
Pada masa pelayanan Yesus di dunia, Ia sangat mengecam para
pemimpin agama, karena mereka tidak mempunyai sifat murah hati.
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kebajikan yang
dilakukan terhadap seseorang lebih penting daripada khotbah belaka. Memang
orang-orang Farisi sangat mematuhi Hukum Taurat, tetapi mereka mengabaikan
kebajikan. Apabila kita dituntun oleh
Roh kudus sehingga dapat bermurah hati, itupun hak istimewa yang luar biasa bagi
kita.
I.Kebaikan Itu Sesuai Dengan Kehendak
Allah.
Ciri-ciri khas gereja yang mula-mula ialah
adanya kuasa Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
Berdasarkan itulah jemaat pada waktu itu
merasakan adanya kesatuan hidup dalam Roh, sehingga mereka saling melakukan
perbuatan baik. Kehidupan yang
demikianlah yang dikehendaki Allah. Sumber kuasa Roh lainnya ialah karena
adanya sifat murah hati dalam jemaat itu.
Mari kita baca Alkitab kita dalam 2 Korintus
6:6 “dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati, dalam
Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik”.
Itulah salah satu cara untuk memenangkan
hati orang-orang, yaitu melalui kebajikan dan ketulusan hati. Paulus menghimbau orang-orang Kristen di
Roma(Roma 15:1,2) hendaklah mereka bermurah hati terhadap sesama, saling
menanggung kelemahan, dan janganlah hanya menyenangkan dirinya sendiri saja.
Kita harus rela saling menolong sesama,
meskipun tidak diminta.
Memang kita harus hati-hati juga dalam cara
kita ingin menolong. Pakailah cara yang
simpatik dan dengan rendah hati. Kita
setia berbakti kepada Tuhan di gereja melalui puji-pujian, menghafal ayat-ayat
Alkitab dan pemahaman Alkitab, rajin memberikan persepuluhan dan persembahan
tetapi apakah kita sudah memberi secangkir air minum dan makanan kepada orang
yang dahaga dan lapar, mengunjungi orang yang dalam penderitaan dan memerlukan
pertolongan?.
Kebaikan hati seseorang akan menjadi ukuran
bahwa orang itu sudah melakukan kehendak Allah dalam hidupnya. Perbuatan baik akan selalu berkenan di hati
Allah.
II.Kebajikan Itu Membangkitkan
Semangat.
Kata-kata manis yang diucapkan oleh seorang
guru kepada muridnya yang bodoh pasti mendorong murid itu untuk belajar lebih
giat. Kebaikan yang dilakukan oleh
seorang majikan bagi karyawannya yang lamban mendorong karyawannya itu untuk
berusaha bekerja lebih baik. Kebaikan yang dilakukan kepada orang yang berdosa
dapat mendorong orang itu masuk ke dalam kerajaan Allah.
Ketika seorang wanita tunasusila dibawa ke hadapan
Yesus, Ia memang berbicara dengan kata-kata yang keras kepadanya, meskipun
Yesus tahu bahwa wanita itu haus akan kemurahan. Lalu Yesus berkata kepada orang-orang yang
membawa wanita itu. “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia
yang pertama melemparkan batu kepada wanita itu.(Yohanes 8:7).
Setelah mereka mendengarkan itu, pergilah
mereka satu demi satu mulai dari yang tertua meninggalkan tempat itu. Setelah
mereka pergi semua, Yesus berpaling kepada wanita itu dan berkata, “Hai perempuan,
di manakah mereka?. Tidak adakah seorang yang menghukum engkau? Akupun tidak
menghukum Engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang”. Kata-kata Tuhan Yesus yang sederhana dan
simpatik membangkitkan pertobatan sehingga wanita itu memiliki pengharapan
dalam kehidupannya.
Tuhan Yesus itu sangat sibuk, namun demikian
Ia sempat berbuat kebajikan dengan lemah lembut kepada orang lain. Kebanyakan di antara kita karena terlalu
sibuk, makanya kita bersikap kasar. Kita tidak memperhatikan keperluan dan
perasaan orang lain, asal perasaan hati sendiri yang senang. Akibatnya, banyak
orang menjadi sakit hati, kecewa, dan putus asa.
Kata-kata yang manis dapat
membangkitkan semangat, dan harapan baik
bagi orang dalam hati yang sedih, kesepian, penakut dan cemas.
Ilustrasi:
Seorang pemabuk dengan suatu kebajikan, pada
akhirnya bertobat menerima Yesus sebagai Juruselamatnya.
Saudara2ku,...Jika ada orang Kristen yang
belum pernah merasakan kebaikan Allah dalam dirinya, sebenarnya ia belum
menjadi seorang Kristen. Tetapi jika ada orang Kristen yang tidak pernah
berbuat kebajikan kepada orang lain, bagaimana kita dapat mengetahui bahwa
kasih Allah ada di dalamnya?.
Ketika kita dalam keadaan tidak
berpengharapan, Kristus telah mati bagi kita.
Nehemia berkata, “Allah yang panjang sabar dan berlimpah kasih
setia-Nya”(Neh.9:17).
III.Kebajikan Itu Besar Faedahnya.
Kebajikan itu tidak hanya merupakan
perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah dan membangkitkan semangat, tetapi
juga sangat berfaedah bagi pengalaman hidup kita. Jika kita berbuat kebajikan, kita tidak pernah
merasa menyesal. Kebajikan itu merupakan
sumber dari itikad yang baik.
Marilah kita menolong orang-orang lain
supaya mereka dapat menikmati makanan, perumahan, kesehatan yang baik. Kebajikan juga membangkitkan itikad yang baik
di dalam rumah tangga kita. Saudara akan
merasa bahagia apabila saudara dapat berbuat kebaikan kepada orang lain. Rupanya Rasul Petrus juga berbicara mengenai
rumah tangga, yaitu ia mengajarkan agar orang-orang Kristen pada masa itu dapat
hidup lebih baik. Ia telah menyebutkan sifat-sifat yang baik, yang patut mereka
miliki, dan berkata, “Kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang”.(2
Petrus 1:7).
Di dalam rumah tangga, kita sering gagal
dalam hal ini.
Kita begitu sibuk dalam kegiatan sehari-hari
sampai lupa untuk berlaku manis kepada saudara-saudara.
Ini adalah kesaksian hidup kita –melayani Tuhan
melalui keluarga sendiri.
Kebajikan itu dapat dilakukan oleh setiap
orang. Ketika Yesus berjalan di Yerikho,
Ia melihat seorang pemungut cukai di atas pohon ara, yang berusaha melihat
Yesus.
Yesus sebenarnya berhak berkata kepada
Zakheus, “Hai anak Iblis, turunlah!.
Lalu menghujani dia dengan kata-kata yang pedas dan kasar. Tetapi Yesus tidak berbuat begitu, malah
dengan lemah lembut Ia berkata kepada Zakheus.
Mari kita baca, Lukas 19:5-8......
Kesimpulan:
Apakah saudara2 mengingat cerita tentang Thomas Carlyle?. Thomas Carlyle adalah seorang penulis esay,
sejarawan pada era Victoria. Lahir 4
Des.1795, meninggal dalam usia 85 tahun.
Pada suatu hari ada 2 orang pengarang Amerika sedang duduk mendengarkan
dia sedang menceritakan pengetahuannya.
Satu jam penuh Carlyle berbicara. Akhirnya, karena kehabisan suara ia berhenti
sebentar. Istrinya ada di dekatnya.
Istrinya dengan setia mengabdi kepada suaminya yang dicintainya. Ia melayani suaminya seperti seorang budak
tanpa menerima balasan apapun. Ketika Carlyle mendengar suara napas istrinya,
dengan nada kurang sabar ia menegurnya, “Jane, jangan bernafas dengan suara
yang keras begitu”. Tidak lama kemudian
Jane jatuh sakit, lalu meninggal dunia.
Ketika Carlyle memeriksa buku harian
istrinya, betapa terharu hatinya. Ia baru sadar, betapa besar kasih istrinya
kepadanya. Ia begitu sibuk menarik perhatian dunia melalui bakat-bakatnya,
sehingga ia tidak sempat untuk menunjukkan kasihnya kepada istrinya.
Akhirnya, sang istri meninggal dengan tidak
pernah merasakan kasih dari suaminya. Sejak hari itu, Carlyle tiap-tiap hari
berziarah ke kubur istrinya. Di sana ia duduk sambil menangis, “O, Jane, seandainya aku tahu,
seandainya aku tahu!”....
Kadang-kadang mungkin kita ingin tahu apa
yang terlintas dalam pikiran Yusuf Arimatea dan Nikodemus ketika mereka datang
ke kubur Yesus. Kebajikan mereka baru
mereka nyatakan sesudah Yesus mati.
Terlambat!.
Bukankah kita sering begitu juga?.
Marilah kita melakukan sesuatu yang baik
bagi orang lain. Berbuat kebaikan
merupakan hak istimewa yang terbesar bagi kita.
Amen!.
(Disediakan oleh: Pdt.H.M.Siagian, MPTh)
(Disediakan oleh: Pdt.H.M.Siagian, MPTh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar