Pernikahan merupakan wujud menyatunya dua sejoli ke
dalam satu tujuan yang sama.
Dan salah satu tujuan pernikahan
adalah mencapai kebahagiaan yang langgeng bersama pasangan hidup.
Namun, jalan menuju
kebahagiaan tak selamanya mulus.
Banyak hambatan, tantangan, dan
persoalan yang terkadang menggagalkan jalannya rumah-tangga. Nah, bagaimana
kita mengantisipasi supaya mahligai rumah-tangga kita tidak goyah? Inilah 10
kunci menuju perkawinan yang bahagia.
1.Cinta
Cinta merupakan energi yang
dahsyat untuk mengembangkan dan menyempurnakan kepribadian dari suami isteri.
Cinta akan membantu membuang semua rintangan yang muncul di tengah perjalanan
rumah tangga.
Pernikahan yang dibangun
tanpa landasan cinta sebetulnya adalah omong-kosong belaka. Meski bukan
satu-satunya syarat, cinta sangat berperan dalam membangun pernikahan yang
langgeng. Maka, cinta dalam perkawinan adalah sesuatu yang mutlak dan harus.
Epesus 5:22 “Hai isteri, tunduklah
kepada suamimu seperti kepada Tuhan,…”
Epesus 5:25 “Hai suami, kasihilah
isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat….”
2.Seiman
2.Seiman
Cinta saja tentu belum
cukup untuk menciptakan pernikahahan yang bahagia. Prinsip memilih suami yang
seiman juga merupakan salah satu kunci dalam mencapai kebahagiaan rumah tangga.
Memang, banyak juga pasangan suami-istri beda agama yang juga bisa bahagia
menjalani pernikahannya. Namun, sebaiknya jangan anggap enteng soal satu ini.
Bisa-bisa, Anda dan suami akhirnya jalan sendiri-sendiri, sesuai iman masing-masing.
Belum lagi kehadiran anak. Persoalan agama apa yang akan dianut anak seringkali
juga memicu perdebatan yang panjang.
Firman Tuhan menyatakan di dalam 2 Korintus 6:14-15 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.”
Firman Tuhan menyatakan di dalam 2 Korintus 6:14-15 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.”
3.Saling-percaya
Tanpa rasa saling percaya
antara pasangan suami-istri, pernikahan tentu tak akan berjalan mulus. Rasa
saling percaya akan mengantarkan Anda pada perasaan aman dan nyaman. Kuncinya,
jangan sia-siakan kepercayaan yang diberikan suami maupun istri Anda. Istri tak
perlu mencurigai suami, dan sebaliknya, suami juga tak perlu mencurigai istri.
Membangun rasa saling
percaya juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.
Amsal 31:11a “Hati suaminya percaya
kepadanya,…”
4.Seks
4.Seks
Perkawinan tanpa seks bisa
dibilang seperti sayur tanpa garam. Hambar. Ya, seks memang perlu. Dan meski
aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia
perlu juga mengembangkan seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan
hidupnya. Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan dan
kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing. Intinya, kegiatan
seks adalah untuk saling memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan
mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan memberikan
dampak positif bagi pasangan suami-
istri.
Kejadian 4:1 “Kemudian
manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu,
lalu melahirkan Kain.” Kidung Agung 2:6
“Tangan kirinya ada dibawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku”.
5.Ekonomi
5.Ekonomi
Hampir sebagian besar waktu
dalam keluarga dewasa ini, khususnya pasangan suami-istri muda perkotaan,
adalah untuk mencari nafkah. Artinya, tak bisa dipungkiri bahwa faktor ekonomi
tak bisa dianggap remeh. Bayangkan, apa yang bakal terjadi seandainya rumah
tangga tak didukung oleh topangan ekonomi yang memadai. Mengatur ekonomi secara
benar juga akan memberikan perasaan aman dan bahagia.
Amsal 21:20 “Harta yang
indah dan minyak ada dikediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya”.
6.Kehadiran-anak
Anak adalah karunia Illahi
yang tak terkirakan nilainya.
Pernikahan tanpa kehadiran
anak seringkali memicu persoalan tersendiri. Banyak keluarga atau pasangan
suami-istri yang sulit mendapatkan anak dan mati-matian berupaya dan berikhtiar
agar mempunyai keturunan. Kehadiran seorang anak juga membuat suami-istri
memiliki keterikatan dan tanggung jawab untuk membesarkan, merawat dan
mencintai bersama-sama.
Mazmur 127:3 “Sesungguhnya , anak-anak lelaki adalah milik
pusaka dari pada Tuhan,…” Mazmur 144:2
“Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar
pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru
yang dipahat untuk bangunan istana”.
7.Hindari-pihak-ketiga
Kehidupan pernikahan merupakan otonomi tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri oleh pihak lain, apalagi pihak ketiga.
Kehidupan pernikahan merupakan otonomi tersendiri, yang sebaiknya tak dicampuri oleh pihak lain, apalagi pihak ketiga.
Kehadiran pihak ketiga yang
ikut campur tangan atau mempengaruhi dan masuk ke wilayah otoritas keluarga,
bisa menciptakan bencana bagi rumah tangga tersebut. Banyak contoh keluarga
yang hancur gara-gara pihak ketiga ikut intervensi di dalamnya. Entah campur
tangan mertua, saudara ipar, kekasih simpanan, tetangga, dan sebagainya.
Titus 1:10 …”mereka
mengacau banyak keluarga..”
8.Menjaga-romantisme
Terkadang, pasangan
suami-istri yang sudah cukup lama membangun mahligai rumah tangga tak lagi
peduli pada soal yang satu ini. Tak ada kata-kata pujian, makan malam bersama,
bahkan perhatian pun seperti barang mahal.
Padahal, menjaga romantisme
dibutuhkan oleh pasangan suami-istri sampai kapan pun, tak cuma ketika mereka
berpacaran. Sekedar memberikan bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling
memuji, atau berjalan-jalan menyusuri tempat-tempat romantis akan kembali
memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup kita.
Amsal 15:19 “rusa yang
manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan
engkau senantiasa berahi karena cintanya”.
9.Komunikasi
Komunikasi juga merupakan
salah satu pilar langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya komunikasi berarti
hilang pula salah satu pilar rumah tangga. Bagaimana mungkin hubungan Anda
dengan suami akan mulus jika menyapa pun Anda enggan. Jika rumah tangga adalah
sebuah mobil, maka komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak mungkin rasanya rumah
tangga berjalan.
Yakobus 1:19 “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”. Baca juga Ulangan 6:4-9.
Yakobus 1:19 “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”. Baca juga Ulangan 6:4-9.
10.Saling-memuji-dan-memperhatikan
Meski sepele, pujian atau
perhatian sangat besar pengaruhnya bagi suami, dan sebaliknya. Ucapan bernada
pujian akan semakin memperkuat ikatan suami-istri. Tanpa pujian atau perhatian,
bisa-bisa yang ada hanya saling mencela dan merendahkan. Pasangan Anda pun akan
merasa dihargai. Memuji itu tak butuh biaya atau ongkos yang mahal.
Yang dibutuhkan adalah
ketulusan dan rasa cinta pada suami atau istri.
Roma 12:10 “Hendaklah kamu
saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”.
Semoga setiap keluarga umat Tuhan
mencapai kebahagiaan dalam pernikahannya, adalah doa dan pengharapan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar