Jumat, 26 Oktober 2018

Wahyu Kepada Yohanes (Bagian 12).


Image result for Wahyu Kepada Yohanes.











“Bagi Dia, yang mengasihi kita …,DAN YANG TELAH MEMBUAT KITA MENJADI SUATU KERAJAAN, MENJADI IMAM-IMAM BAGI ALLAH, BAPANYA--…bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin”(Wahyu 1:5,6).

                   KITA BERHARGA DIMATA ALLAH.

   Tidak peduli seberapa buruk keadaan, Allah bisa memakai keadaan itu sebagai batu loncatan menuju kebesaran.  Saat Anda merasa sepertinya keadaan tidak mendukung Anda, semua orang menentang Anda, mudah untuk bertanya apakah hidup ini masih berarti untuk dijalani.
   Namun, Wahyu menegaskan bahwa kita diangkat kepada status raja dan imam dalam Yesus Kristus.  Jadi ketika Anda berpikir bahwa Anda bukan siapa-siapa, tidak ada yang peduli, ambillah buku Wahyu dan singkirkan pikiran-pikiran itu dengan pernyataan jelas dari Firman Tuhan!.
   Gantinya bukan siapa-siapa, melalui Yesus Kristus kita telah diangkat ke tempat yang tertinggi.  Kitab Wahyu bukan hanya mengatakan kepada kita siapa Yesus Kristus, tetapi juga siapa kita di dalam Dia

   “Christ has constituted His church a “kingdom” and its individual members “priest”.  To be a member of the kingdom is to be a “priest”.  Compare the “royal priesthood” of 1 Peter 2:9.  Those who have accepted salvation in Christ make up a kingdom whose king is Christ.  Reference here is to the kingdom of divine grace in the hearts of men(see on Matt.4:17).  A priest may regarded as one who presents offerings to God(cf.Hebr.5:1; 8:3), and in this sense every Christian has the privilege of presenting “spiritual sacrifices”—prayer, intercession, thanksgiving, glory—to God(see 1 Peter 2:5,9).  Because every Christian is a priest, he may approach God on his own behalf, without the mediation of another human being, and on behalf of others  Christ is our mediator(1 Tim.2:5), our great “high priest,” and through Him it is our privilege to “come boldly unto the throne of grace, that we may obtain mercy, and find grace to help in time of need”. (Heb.4:15,16).”

"Kristus telah mengangkat gereja-Nya kerajaan dan masing-masing anggota sebagai “imam ". Untuk menjadi anggota kerajaan adalah menjadi "imam". Bandingkan "kerajaan imam" dalam 1 Petrus 2:9. Mereka yang telah menerima keselamatan dalam Kristus membuat sebuah kerajaan yang rajanya adalah Kristus. Referensi di sini adalah kerajaan rahmat ilahi dalam hati manusia (lihat di Matt.4: 17). Seorang imam dapat dianggap sebagai salah seorang yang menyajikan persembahan kepada Tuhan (bdk.Ibr.5: 1; 8:3), dan dalam pengertian ini setiap orang Kristen memiliki hak istimewa untuk menyajikan "pengorbanan spiritual"-yakni doa, pengantaraan/safaat, syukur, kemuliaan--bagi Allah (lihat 1 Petrus 2:5,9). Karena setiap orang Kristen adalah imam, ia dapat mendekati Tuhan atas nama dirinya sendiri, tanpa perantaraan manusia lain, dan atas nama orang lain Kristus adalah pengantara kita (1 Tim.2: 5),  "Imam Besar kita” yang Agung," dan melalui Dia itu adalah kehormatan bagi kita untuk "datang dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya ". (Ibr.4: 15,16) ".

Yesus membuat kita ‘menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, BapaNya’ (ay 6a).
Apa yang dahulu ditujukan kepada Israel (Kel 19:6), sekarang ditujukan kepada Gereja / orang kristen.
William Hendriksen: “Observe also that the characterization ‘kingdom ... priests’, which was formerly applied to Israel (Ex. 19:6), is now applicable to believers collectively, that is, to the Church. In the Church Israel lives on” [= Perhatikan juga bahwa ciri ‘kerajaan ... imam’, yang dulu diterapkan kepada Israel (Kel 19:6), sekarang diterapkan kepada orang-orang percaya secara kolektif, yaitu kepada Gereja. Dalam Gereja Israel hidup terus] - hal 53.
Dalam penderitaan, keadaan ditindas, dihina oleh dunia, miskin, sakit, dsb, kita harus senantiasa menyadari kedudukan kita yang tinggi di hadapan Allah ini.
a)   ‘kerajaan’.
Pulpit Commentary: “‘Kingdom,’ not ‘kings,’ is the right reading. Christians are nowhere said to be kings. Collectively they are a kingdom - ‘a kingdom of priests’” (= ‘Kerajaan’, bukan ‘raja-raja’, merupakan pembacaan yang benar. Orang-orang kristen tidak pernah disebut sebagai raja-raja. Secara kolektif mereka merupakan suatu kerajaan - ‘suatu kerajaan imam-imam’) - hal 4.
b)   ‘imam’.
Ada beberapa pandangan tentang mengapa orang kristen disebut ‘imam’.
·        Ada yang mengatakan bahwa kita disebut imam, karena kita adalah pengantara antara dunia dengan Allah. Tugas kita membawa mereka kepada Allah / Yesus (Mat 28:19-20), dan juga berdoa bagi mereka (bdk. 1Tim 2:1-2).
·        Ladd berkata bahwa kita disebut imam bukan karena kita adalah pengantara antara dunia dan Allah, tetapi karena kita tidak membutuhkan pengantara manusia untuk bisa datang kepada Allah.
·        Barclay berkata bahwa dalam Perjanjian Lama, hanya imam yang mempunyai akses kepada Allah. Sekarang kita yang percaya kepada Kristus disebut imam karena kita mempunyai akses kepada Allah (bdk. Ibr 4:16  10:19-22).
Leon Morris mengatakan bahwa harus diperhatikan bahwa yang disebut imam adalah orang kristen biasa, bukan orang kristen yang mempunyai jabatan tertentu. Bandingkan ini dengan pastor dalam gereja Roma Katolik, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut ‘priest’ (= imam).
Karena 2 hal di atas ini, maka diberikan pujian bagi Yesus yang berbunyi ‘bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin’.
Memang kita harus selalu memuji Yesus, karena Yesus telah mengasihi kita dan rela mencurahkan darahNya untuk menebus kita, dan bahkan telah mengangkat kita ke kedudukan yang begitu tinggi!.
DAFTAR PUSTAKA:

1.   Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung: Indonesia Publishing House, 2007.
2.   The SDA Bible Commentary, Jilid 7, U.S.A: Review and Herald Publishing Association, Revised, 1980.
3.   Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar