DISIPLIN DALAM
KELUARGA
Pendahuuan:
Seorang penceramah bernama DR. Victor Venezuela, mahaguru di salah satu Universitas di Manila
memberikan definisi terhadap ‘disiplin’ sebagai : SETTING A LIMIT (Pengaturan
suatu batas).
Pembahasan:
Pembahasan kita adalah mengenai DISIPLIN DALAM KELUARGA.
Memang, hidup berkeluarga tanpa disiplin akan mendatangkan berbagai
kesulitan bahkan bencana yang dapat merugikan semua anggota keluarga. Sebaliknya, disiplin dalam keluarga akan
menunjang anggotanya untuk menikmati serta menggali kebahagiaan dari padanya.
Orang tua sebagai kepala keluarga hendaknya menetapkan disiplin melalui
pertimbangan yang cukup matang dan sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan,
kemudian menjalankan serta menjabarkannya kepada anak-anak mereka. Namun, sukarlah untuk menegakkan disiplin itu
untuk dipatuhi oleh anak-anak jika kepala keluarga tidak lebih dahulu
menghayatinya.
Apakah yang dimaksud dengan disiplin yang didefinisikan sebagai Setting
a limit(Pengaturan sesuatu batas?)
Waktu anak-anak harus diatur kapan untuk belajar di sekolah dan di
rumah, kapan untuk bermain, makan dan tidur oleh karena mereka belum mampu
untuk mengatur segala kegiatan mereka sendiri.
Untuk itulah perlunya disiplin agar mengetahui kapan untuk tidur dan jam
berapa untuk makan.
Misalnya, seorang gadis yang akan menggunakan malam minggunya
ber-rekreasi di luar rumah hendaknya mengetahui jam berapa sudah harus di
rumah. Andaikata sang putri belum pulang
ke rumah setelah batas waktu yang ditentukan, peringatan tegas hendaknya
diberikan agar kesalahan yang sama tidak terulang demi tegaknya disiplin dan
utuhnya moral baiknya.
Anak-anak yang tidak biasa bertanggungjawab cenderung untuk bergantung
kepada orang lain. Banyak pemuda yang
ingin menikah tetapi tidak berani memikul kewajiban seorang kepala
keluarga. Sekiranya orang tersebut
menikah, tanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya akan digeser kepada
orang tua. Hal ini tak mungkin terjadi
jika rasa bertanggung jawabnya dikembangkan sejak kecil.
Untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab, maka tugas-tugas kehidupan harus
diambil alih oleh sang anak secara bertahap sampai tiba waktunya untuk berdiri
di atas kaki sendiri. Menurut penelitian
ahli jiwa bahwa anak pertama lebih bertanggungjawab dari anak yang
berikut. 15(limabelas) dari
16(enambelas) astronot pertama Amerika Serikat adalah anak pertama. Atas hasil penelitian dari DR. Alfred Adler
terhadap kelompok usia 19 tahun di negeri Belanda bahwa anak pertama memiliki
jumlah I.Q. yang tertinggi dan kemudian merendah pada anak-anak berikutnya.
Meskipun terjadi pengecualian terhadap beberapa anak, sudah hampir dapat
dipastikan bahwa pemberian tugas kepada anak akan mempercepat
pendewasaannya terutama untuk mempersiapkannya menuju hidup mandiri.
Menurut Dr. Paul D. Meier, keluarga yang tidak berdisiplin(permissive
home atmospheres), cenderung untuk menghasilkan gangguan psychotic dan neurotic
terutama pada anak-anak wanita.
Kelalaian-kelalaian akan mewarnai jiwa anak-anak karena tujuan hidup
mereka tidak dituntun dan diarahkan kepada nilai-nilai yang sewajarnya.
Lingkungan yang akan mengisi jiwanya harus diawasi. Pengaruh yang akan menempa tingkah lakunya
harus dikendalikan. Kesalahan-kesalahan
yang dilakukannya harus di koreksi.
Untuk itulah disiplin diciptakan, dan untuk itulah perlunya kehadiran
ibu-bapa bersama anak.
Raja Solaiman pernah berkata, “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat,
tetapi anak yang dibiarkan (permissive) mempermalukan ibunya.”(Amsal 29:15).
Setelah membaca daftar fakultas-fakultas dan kejuruan di berbagai
universitas dan perguruan tinggi di berbagai negara, sayang belum ada fakultas
“orang tua yang bertanggungjawab” atau kurikulum murni untuk membina serta
mencetak orang tua yang bertanggungjawab.
Saudaraku,…Kebutuhan dunia kini adalah orang-orang tua yang dapat
mendisiplin diri sendiri, baru disiplin itu dapat diturunkan kepada anak-anak
mereka. Sukarlah satu keluarga untuk
menghasilkan anak-anak yang berdisiplin tanpa kepala keluarga yang
berdisiplin. Disiplin bukan seperti cat
yang mewarnai kulit luar saja, tetapi harus dihayati sehingga tingkah lakunya
sebagai hasil disiplin itu sesuai dengan pola yang dicita-citakan.
Bimbingan, perhatian, bekal pengetahuan disiplin dan kehadiran orang tua
sangat menentukan arah pertumbuhan tingkah laku dan watak anak yang teguh
membentuk identitasnya sendiri.
Kehidupan Musa pada usia 12 tahun pertama tetap mewarnai kehidupan
selanjutnya. Pendidikan dan pengaruh
lingkungan istana Firaun selama 28 tahun tak mampu meniadakan(brainwashed) nilai-nilai moral yang telah berakar lebih
dulu oleh ketekunan orangtuanya.
Kesimpulan:
Untuk menciptakan disiplin dalam keluarga harus dimulai dari orang tua
sebagai penuntun dan mewariskannya kepada anak-anak mereka. Jika anak-anak melihat sendiri disiplin itu
secara nyata di dalam kehidupan orang tua, dan tidak hanya sebagai teori
muluk-muluk, tumbuhnya disiplin itu akan subur dalam kehidupan selanjutnya. Setelah mereka menjadi dewasa, maka disiplin
itu akan mewarnai kehidupan mereka di tengah-tengah masyarakat.
A m i n.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar