Amsal 11:11 “Berkat orang jujur memperkembangkan kota, tetapi mulut orang fasik meruntuhkannya.”
Penyair Romawi abad pertama, Juneval,
menulis, “Kejujuran dipuji-puji, meskipun yang berkata jujur akan mati
kelaparan”. Kejujuran dipuji oleh setiap orang, oleh karena kejujuran
merupakan kebajikan. Mengapa kejujuran merupakan kebajikan? Apa yang
menjadikannya benar? Dari mana datangnya kejujuran?
Ide
tantang kejujuran datangnya dari Tuhan. Kejujuran adalah sifat Tuhan.
Tuhan adalah kebenaran, dan apa yang berlawanan dengan kebenaran adalah
dosa. Tuhan memerintahkan agar kita menjunjung tinggi kejujuran. Jika
ada orang yang mengaku mengenal Tuhan, kejujuran akan menjadi salah satu
dari sifat orang tersebut.
Apa itu kejujuran?
Jujur didefinisikan sebagai (1) Hati
yang lurus; tidak berbohong atau berkata apa adanya, (2) Tidak curang
atau mengikuti aturan yang berlaku (3) Tulus iklas; tidak munafik atau
bermuka dua. Jadi, jujur adalah sikap moral yang sejati, yang
berasal dari hati yang bersih, lalu diterjemahkan ke dalam tutur kata
dan perbuatan. Kejujuran tidak datang dari luar, melaikan datang dari
dalam diri manusia ketika seseorang mengakui kebenaran Allah.
Dalam Alkitab, Tuhan telah menetapkan
dengan sangat jelas, bahwa berdusta, menipu, dan mencuri itu salah
(baca: Kel. 20:15-16; Im. 19:11-13). Tuhan mengulangi ketetapanNya ini
sepanjang sejarah. Tuhan menghukum mati Akhan yang tidak jujur (Yosua
7:11), Tuhan juga menghukum mati Ananias dan Safira yang berbohong (KPR
5:3-4). Siapa saja yang tidak jujur melawan Tuhan karena hal itu
melanggar ketetapanNya.
Prinsip-Prinsip Kejujuran
Perintah negatif Tuhan yang melarang
orang berdusta, mencuri, dan menipu mencerminkan prinsip yang positif.
Seperti payung, prinsip ini berlaku untuk melindungi semua orang yang
tetap tinggal di dalam batas-batas.
Tentu saja, prinsip ini adalah
kejujuran, kwalitas tulus, terus terang dan dapat dipercaya. Kejujuran
tidak akan berbohong. Alkitab mengatakan, “Karena itu saudara-saudara
semuanya, jangan lagi berdusta. Berkatalah benar yang satu dengan yang
lainnya” (Efesus 4:25). Berkata dusta adalah kekejian bagi Tuhan (Amsal
12:22).
Kejujuran tidak akan menipu. Paulus
memperingatkan, “Yang mencuri, yang kikir/serakah, pemfitnah dan penipu
tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah (1Kor. 6:10). Kejujuran
tidak mendapatkan sesuatu dengan cara curang atau mengelabui orang.
Kejujuran tidak akan mencuri. Merupakan
tujuan orang yang jujur untuk “tidak mencuri … tetapi tetapi menunjukan
bahwa mereka memperoloh hasil melalui kerja keras mereka (Efesus 4:28).
Kejujuran tidak menginginkan apalagi mengambil apa yang bukan haknya.
Oleh sebab itu hukum ke sepuluh “jangan mengingini barang milik orang
lain” bertujuan melindungi kita dari perbuatan mencuri.
Kejujuran itu benar karena Tuhan itu
jujur. Kebenaran bukan sesuatu yang dilakukan Tuhan, bukan juga sesuatu
yang dimilikiNya; ini adalah bagian dari apa diri-Nya. Dia adalah Allah
yang tidak akan mungkin berdusta (Titus 1:2). Kalau Tuhan mengucapkan
janji, Alkitab mengatakan, Anda boleh mengandalkannya, sebab “Allah
tidak mungkin berdusta” (Ibrani 6:18).
Walaupun kejujuran mungkin akan mengemis
di bumi, seperti yang dikatakan Juvenal, ada satu standar kebenaran
yang abadi dan universal, yang tidak akan goyah atau berubah; Alkitab
mengatakan, “Tuhan selalu benar, walaupun setiap orang berbohong (Roma
3:4).
Karena Tuhan itu benar, berdusta
merupakan pelanggaran terhadap sifat-Nya. Karena Tuhan itu benar, menipu
merupakan perlawanan terhadap diriNya. Karena Tuhan itu benar, mencuri
adalah penghinaan terhadap diriNya. Dengan demikian maka merupakan
sifatNya yang menetapkan kejujuran sebagai hal yang bermoral, dan
ketidakjujuran, penipuan, dan pencurian ditetapkan sebagai kejahatan.
Kejujuran
ditetapkan Tuhan untuk melindungi semua orang. Batasan yang Tuhan buat
untuk menjaga agar kita bahagia, sejahtera dan aman. Tuhan tahu betapa
bahayanya jika kita melanggar batas. Tuhan sangat tahu bahwa kita akan
sengsara jika kita keluar dari ketetapan Allah.
1. Standar Tuhan tentang kejujuran melindungi dari rasa bersalah.
Hosea berkata kepada bangsanya,
“Orang-orang yang hatinya curang itu sekarang harus menanggung akibat
dosanya” (Hosea 10:2). Rasa bersalah termasuk emosi yang paling kuat,
dan ini akan melekat pada hati orang yang tidak jujur seperti ular
sanca, mencekik kehidupan dari korbannya. Pemazmur Daud mengakui, “Aku
tenggelam dalam banjir kesalahanku, beban dosaku terlalu berat bagiku
(Mazmur 38:4). Beban rasa bersalah mencegah orang yang tidak jujur
mendapatkan kesenangan, kepuasan, dan pemenuhan maksimum. Pria atau
wanita muda yang mengindahkan standar Tuhan tentang kejujuran akan
dilindungi dari beban rasa bersalah. kalau Anda jujur, Anda tidak selalu
harus menoleh-noleh. Tentu saja, hati nurani seseorang bisa gelap
karena sering berbuat salah (1Timotius 4:2). Tetapi kendati begitu,
akibatnya selalu merusak (Amsal 14:12).
Standar Tuhan tentang kejujuran
memberikan hati nurani yang jernih, dan hubungan yang tidak terputus
dengan Tuhan. “Tuhan, siapa yang boleh menumpang di kemahmu?”Tanya
pemazmur daud,. “Siapa yang boleh tinggal di bukit-Mu yang suci? Orang
yang hidup tanpa cela dan melakukan yang baik, dan dengan jujur
mengatakan yang benar” (Mazmur 15:1-2). Ketidakjujuran tidak bisa
membantu, melainkan merusak jalan seseorang dengan Tuhan; tetapi pria
atau wanita yang “tidak bercela pikiran dan perbuatannya” akan menuai
imbalan”di berkati dan diselamatkan Tuhan (Mazmur 24:4-5)
2. Standar Tuhan tentang kejujuran melindungi dari rasa malu.
Standar Tuhan tentang kejujuran
memberikan rasa keberhasilan yang tidak akan dinikmati oleh hati yang
tidak jujur. Salomo mengatakan, “Kekayaan yang diperoleh dengan tidak
jujur cepat hilang dan membawa orang ke liang kubur” (Amsal 21:6), bukan
hanya karena hal itu menjerat orang tersebut dalam daur ketidakjujuran,
tetapi juga karena imbalannya berumur pendek, segera menguap seperti
kabut.
3. Standar Tuhan tentang kejujuran melindungi dari jebakan dalam daur penipuan.
Setiap kebohongan melahirkan kebohongan
lainnya, setiap penipuan menimbulkan penipuan lainnya. Seperti orang
yang memojokkan dirinya, hati yang tidak jujur segera terjerat oleh
penipuannya sendiri. Kepatuhan kepada standar Tuhan tentang kejujuran
menyelamatkan seseorang dari kemungkinan terjerat dalam jaring
penipuannya sendiri. Standar Tuhan tentang kejujuran memberikan reputasi
integritas. Alkitab mengatakan, “Nama baik lebih berharga daripada
harta yang banyak; dikasihi orang lebih baik daripada diberi perak dan
emas (Amsal 22:1)
4. Standar Tuhan tentang kejujuran melindungi dari hubungan yang rusak.
Tidak ada apa pun yang akan
menghancurkan hubungan lebih cepat daripada penipuan dan ketidakjujuran.
Tuhan tahu itu- Dialah yang menciptakan hubungan. Landasan itu sendiri
dibangun di atas kepercayaan, dan kepercayaan tidak akan bisa lestari
dalam suasana penipuan. Standar Tuhan tentang kejujuran memberikan
kepercayaan dalam hubungan. Salomo menulis, “Banyak orang mengaku
dirinya adalah kawan, tetapi yang betul-betul setia sukar ditemukan.
Anak-anak beruntung jika mempunyai ayah yang baik dan hidup lurus”
(Amsal 20:6-7) Raja yang bijaksana ini juga memuji-muji pentingnya
kepercayaan dalam nyanyiannya untuk istrinya yang saleh: “Istri yang
cakap sukar ditemukan; ia lebih berharga daripada intan berlian.
Suaminya tidak akan kekurangan apa-apa, karena menaruh kepercayaan
kepadanya”(Amsal 31:10-11). Sebagaimana yang sudah kami katakan, unsur
kepercayaan mutlak harus ada dalam menjalin hubungan yang sukses dan
berumur panjang. Ini menunjang sumpah perkawinan dan perjanjian bisnis
dengan unsur yang menyakinkan dan memperkuat. Landasan kepercayaan yang
kuat akan meningkatkan dan memperkaya mutu hubungan kita, memberikan
sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang, dan tidak bisa dicapai
dengan ketidakjujuran.
Menerapkan Kebenaran Tentang Kejujuran
Bagaimana kejujuran diterapkan secara
praktis dalam keseharian hidup kita? Bagaimana memperkuat nilai-nilai
kejujuran dalam keluarga, suami-istri dan anak-anak?
• Lakukanlah permainan “bagaimana seandainya” dalam perjalanan dengan keluarga atau kelompok Anda.
Renungkanlah secara pribadi atau ajaklah pasangan Anda dan anak-anak
Anda untuk membayangkan betapa dunia akan berbeda seandainya setiap
orang di bunia memiliki kejujuran mutlak. Sadarilah bahwa kejujuran
sangat melindungi dan memenuhi kebutuhan kita. Dan ketahuilah bahwa
Tuhan adalah Tuhan yang tulus, penuh kebenaran, dan bahwa kalau kita
jujur maka kita menghormati-Nya sebagai Tuhan yang tulus
• Manfaatkan perjalanan berbelanja untuk memperkuat standar kejujuran Tuhan.
Poin kedua ini cocok diterapkan di Negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, dimana kita tidak perlu membayar ke kasir jika kita membeli
Koran, Minuman, dan lainnya. Kita tinggal memasukkan uang talenan ke
sebuah mesin, dan apa yang kita inginkan akan keluar sendirinya. Bahkan
banyak di AS dan Eropa toko-toko yang tidak dijaga orang. Jika kita
ingin membeli sesuatu di toko itu, kita tinggal meninggalkan uang dalam
kotak sesuai dengan harganya. Sangat jelas, dibutuhkan kejujuran di
sini, apakah kita meninggalkan uang sesuai harga barang, mengambil
kelebihan uang sesuai, tidak lebih dari semestinya? Sangat baik
mengajarkan nilai-nilai kejujuran kepada orang lain termasuk diri
sendiri dengan cara berbelanja seperti ini.
• Berikan “bonus kejujuran.”
Kalau Anda ingin melihat anak-anak Anda memegang kejujuran sebagai nilai
yang harus dijunjung maka Anda sebaiknya memergoki anak Anda saat
melakukan kejujuran, lalu kemudian berikan imbalan sebagai penghargaan
anda kepada mereka yang jujur.
• Gunakan televisi, berita, dan kejadian sehari-hari untuk mengajarkan kejujuran.
Siaran berita adalah ilustrasi praktis untuk mendiskusikan kejujuran.
Bicarakan satu kasus berita yang berkaitan dengan kejujuran (contoh:
ketidakjujuran Gayus), kemudian diskusikan konsekuensi-konsekuensi atas
perbuatan-perbuatan tersebut.
Dr. Josh McDowell adalah salah satu
apologet terkemuka di dunia dan seorang penulis buku-buku terlaris di
dunia. Beberapa bukunya yang memenangkan penghargaan di antaranya: Evidence That Demands a Verdict, The Resurrection Factor, dan He Walked Among Us.
Kristen Alkitabiah, Situs Pembelajaran Alkitab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar