Rabu, 17 Agustus 2016

Permainan Tanpa Peraturan ?

  
   Pendahuluan:
   Disini ada satu percakapan antara seorang anak dengan ayahnya.  Anak itu bertanya: "Ayah, apakah saya dapat berbuat sesuka hatiku dalam satu permainan olah raga tanpa peraturan"?.  Lalu ayahnya menjawab: "Bagaimana engkau dapat bermain satu permainan tanpa peraturan?. Kelompok olah raga manakah yang mau mengikut sertakan engkau bila kamu tidak mengetahui peraturannya dan tidak bermaksud menaati peraturan dan petunjuknya. Tentu engkau dan orang lain tidak akan aman di jalan bila mengenderai mobil tanpa mengikuti peraturan!".
   Dari ilustrasi ini kita dapat memperhatikan bahwa tidak seorang pun dapat berharap untuk berbuat apa saja menurut kehendak hatinya.
Pembahasan:
   Yesus juga telah menunjukkan hal itu dalam kehidupan-Nya.  Mari kita baca dalam Yohanes 5:30 "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkah kehendak Dia yang mengutus Aku".
   Jadi, Yesus pun didalam kehidupan-Nya tidak menuruti kehendak-Nya sendiri melainkan kehendak Bapa yang mengutus Dia.
   Demikian juga kita saudaraku,...Kita perlu menurut akan jalan Allah atau kehendak Allah karena jalan Allah/kehendak Allah adalah yang terbaik dan kehendak-Nya bukanlah menyusahkan melainkan menggembirakan.
   Mengenai hal ini apakah yang dikatakan oleh Raja Salomo kepada kita?.  Mari kita baca Amsal 29:18 "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum".
   Jadi penurutan kepada hukum-hukum Allah itu adalah perlu karena hal itu akan membawa manusia kepada sepuluh langkah menuju kebahagiaan.
   Saudaraku,..Mengapa banyak kejahatan yang terjadi di dunia ini ialah karena orang tidak mengindahkan lagi hukum Allah itu.
   Apa yang dikatakan di dalam Pengkhotbah 12:13?. "Akhir kata dari segala yang di dengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang".
   Firman Tuhan ini mengatakan bahwa hukum Allah itu perlu dipelihara karena itu dapat memimpin dan memperbaiki kelakuan orang, baik tua dan orang muda pada saat ini sama seperti saat yang lalu pada zaman Alkitab.
   Dalam sebuah kebaktian rohani ada seorang mahasiswa yang pernah bertanya pada seorang pendeta: "Sudah berapa lamakah Allah memberikan hukum-hukum itu kepada Musa di gunung Sinai sampai saat ini?".  Jawab pendeta itu, "sudah 3500 tahun yang lalu". Kemudian mahasiswa itu mengatakan berarti manusia itu sudah jauh terbelakang. "Apakah hukum-hukum itu sesuai dengan kehidupan saya sekarang ini, karena itu berarti bahwa sepuluh hukum itu sudah kuno dan tidak berlaku lagi".  Kemudian pendeta itu menjawab orang muda yang mengatakan bahwa sepuluh hukum itu sudah kuno dan tidak berlaku lagi adalah orang yang sangat bodoh, sehinga perlu dikasihani, sebab hukum itu berlaku sepanjang zaman, di setiap tempat dan berlaku bagi seluruh manusia.
   Apakah yang dikatakan oleh Raja Daud mengenai hukum Allah ini.  Mari kita baca Mazmur 111:7,8 "Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segalah titah-Nya teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran".
   Disini Raja Daud mengatakan bahwa hukum-hukum Allah itu akan tetap untuk selama-lamanya dan kebenarannya tidak akan berubah.  Untuk apakah sebenarnya hukum Allah itu?.
   Masing-masing kita mengetahui pencemaran yang berbahaya di alam semesta ini ialah DOSA dan Hukum Allah seperti sinar yang bercahaya di pantai yang berbatu-batu untuk mengamarkan orang yang mengarungi lautan kehidupan, tentang adanya batu-batu tajam dosa yang dapat menenggelamkan orang yang tidak mengindahkannya.
   Tuhan Allah mau menyelamatkan saudara dan saya dari kebinasaan dan bukan hendak membatasi kesenangan kita.
   Ilustrasi:
   Seorang suami pada suatu hati ketika kembali dari suatu perkumpulan perbaktian, ditanya oleh isterinya: "Darimanakah kamu datang?". Jawab suaminya: "Dari gereja!. Apakah acaranya menarik?", tanya isterinya. Kemudian suaminya menjawab: "Ya". Isterinya bertanya kembali:"Apakah pelajaran yang disampaikan oleh pendeta?". Jawab suaminya: "Mengenai dosa"!.  Isterinya berkata: "Maukah engkau ceritakan sedikit tentang hal itu kepada saya, bagaimana yang pendeta itu ceritakan?.  "Kita harus menentangnya", jawab suami tersebut.
   Kesimpulan:
   Jadi saudara-saudaraku,..Allah adalah seperti itu. Menentang dosa, karena dosa menentang Anda.  Menentang kebaikanmu sekarang ini karena sepuluh hukum Allah itu adalah untuk menghindarkan dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar