Ketika Indonesia digemparkan dengan tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak, 9 Mei 2012, ada beberapa istilah penting yang kerap muncul di berbagai media tertulis maupun televisi. Salah satunya adalah istilah DNA.
DNA menjadi salah satu alat bukti andalan untuk mengidentifikasi identitas korban kecelakaan yang sudah mengalami kerusakan fisik agar dapat dikenali oleh keluarganya secara akurat. Dalam heading artikel sebuah laman elektronik dituliskan judul, “DNA & Gigi Kunci Utama Identifikasi Korban Sukhoi”[1]
Apa dan bagaimanakah DNA itu? Apa kaitan DNA dengan Tuhan sebagai Pencipta Alam Semesta?
Definisi DNA
DNA adalah singkatan dari Deoxyribonucleic acid dan didefinisikan sbb: “Deoksiribonukleat asam adalah asam nukleat yang mengandung instruksi genetik yang digunakan dalam pengembangan dan fungsi dari semua organisme hidup dikenal (dengan pengecualian virus RNA). Segmen DNA yang membawa informasi genetik ini disebut gen. Demikian juga, urutan DNA lain memiliki tujuan struktural, atau terlibat dalam mengatur penggunaan informasi genetik ini. Seiring dengan RNA dan protein, DNA adalah salah satu dari tiga makromolekul utama yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui.
DNA terdiri dari dua polimer panjang dari unit sederhana yang disebut nukleotida, dengan tulang punggung terbuat dari gula dan gugus fosfat bergabung dengan ikatan ester. Kedua helai berjalan di arah yang berlawanan satu sama lain dan karena itu anti-paralel. Melekat pada setiap gula adalah salah satu dari empat jenis molekul yang disebut nukleobasa (informal, dasar). Ini adalah urutan keempat nukleobasa sepanjang tulang punggung yang mengkodekan informasi. Informasi ini dibaca dengan menggunakan kode genetik yang menentukan urutan asam amino dalam protein. Kode ini membaca dengan menyalin membentang dari DNA ke RNA asam nukleat terkait dalam proses yang disebut transkripsi.
Dalam sel DNA ini disusun ke dalam struktur panjang yang disebut kromosom[2].
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai bentuk DNA, berikut kita lihat visualisasinya untuk mendekatkan kita pada pemahaman mengenai DNA
Gbr 1
Gbr 2
Ada dua prestasi besar yang terjadi pada tahun 1953. Yang pertama adalah suksesnya pendakian puncak gunung tertingi yaitu Mount Everest oleh Sir Edmund Hillary dan pemandunya, Tenzing Norgay. Dan prestasi kedua adalah penemuan DNA atau Deoxyribonucleic acid oleh James Watson dan Francis Crick. Mario Seiglie menyebut penemuan DNA sebagai, “opened the floodgates for scientists to examine the code embedded within it” (membuka pintu air bagi para ilmuwan untuk meneliti kode tertanam di dalamnya)[3]
Keajaiban DNA
Para ilmuwan menemukan bahwa DNA mengandung susunan bahasa yang luar biasa mengagumkan yang terdiri dari 3 Milyar huruf-huruf genetis.
Dr Stephen Meyer, Direktur Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan di Institut Penemuan di Seattle, Washington mengatakan, "Salah satu penemuan paling luar biasa abad kedua puluh adalah DNA yang sebenarnya menyimpan informasi-petunjuk rinci untuk perakitan protein-dalam bentuk kode empat-karakter digital"[4]. Jumlah informasi dalam DNA manusia kira-kira setara dengan 12 set dari The Encyclopaedia Britannica yang berjumlah 384-an volume yaitu senilai informasi rinci yang akan mengisi 48 meter dari rak-rak perpustakaan.
Dengan ukuran mereka yang sebenarnya yaitu -yang hanya dua sepersejuta satu sendok teh tebal milimeter DNA, menurut ahli biologi molekuler Michael Denton, bisa berisi semua informasi yang dibutuhkan untuk membangun protein untuk semua spesies organisme yang pernah hidup pada bumi, dan "masih ada cukup ruang tersisa untuk semua informasi dalam seluruh buku yang pernah ditulis"[5].
DNA Terdiri Atas Bahasa Genetik & Informasi
Sebuah bahasa memiliki beberapa unsur sbb: sebuah alfabet atau sistem pengkodean, ejaan, tata bahasa (suatu pengaturan yang tepat dari kata), makna (semantik) dan tujuan yang dimaksudkan.
Sistem komunikasi dengan penggunaan bahasa yang terstruktur dan rumit hanya ada pada manusia, tidak pada hewan maupun tumbuhan. Sekalipun lebah berputar-putar membentuk susunan yang terstruktur melalui sinyal-sinyal komunikasi antar lebah, bahkan anjing menggonggong jika ada bahaya atau Paus serta Lumba-lumba mengeluarkan suara, tetap saja struktur komunikasi yang rumit hanya ada dalam bahasa manusia.
Para ilmuwan telah menemukan kode genetik memiliki semua elemen kunci tersebut di atas. "Daerah-daerah pengkodean DNA," menurut Dr Stephen Meyer, "memiliki tepat sifat relevan sama seperti kode komputer atau bahasa"[6]. Bill Gates, pendiri Microsoft, berkomentar bahwa "DNA adalah seperti program perangkat lunak, hanya jauh lebih kompleks daripada apa yang kita telah pernah disusun."
Penelitian terbaru dalam teori informasi telah datang dengan beberapa kesimpulan mengejutkan-yaitu bahwa informasi tidak dapat dipertimbangkan dalam kategori yang sama dengan materi dan energi. Memang benar bahwa materi atau energi dapat membawa informasi, tetapi mereka tidak sama dengan informasi itu sendiri.
Misalnya, sebuah lontar karya sastra seperti Kakawin Arjunawiwaha atau Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular berisi informasi, tetapi apakah lontar itu sendiri informasi? Tidak, bahan dari lontar-tinta kertas, dan lem mengandung isi, tetapi mereka hanya sarana transportasi itu.
Jika informasi dalam lontar, buku, kertas itu berbicara dengan suara keras, yang ditulis dengan kapur atau elektronik direproduksi dalam komputer, informasi yang tidak menderita secara kualitatif dari sarana transportasi itu. "Bahkan isi pesan," kata profesor Phillip Johnson, "adalah independen dari susunan fisik dari medium"[7]
Prinsip yang sama ditemukan dalam kode genetik. Molekul DNA membawa bahasa genetik, tetapi bahasa itu sendiri tidak tergantung pada molekul DNA. Informasi genetik yang sama dapat ditulis dalam sebuah buku, disimpan dalam compact disk atau dikirim melalui Internet, namun kualitas atau isi pesan tidak berubah dengan mengubah alat untuk menyampaikan itu.
Stephen C. Meyer, seorang filsuf ilmu pengetahuan dari Cambridge University dan termasuk yang mengkritisi teori evolusi serta materialisme, mengatakan dalam sebuah wawancara sebagaimana dilaporkan dalam Why Can't Biological Information Originate Through a Materialistic Process sbb: “Satu hal yang saya lakukan di perkuliahan untuk memahamkan gagasan ini kepada para mahasiswa adalah: saya pegang dua disket komputer. Satu disket ini berisikan software (=informasi), sedangkan yang satunya lagi kosong. Lalu saya bertanya, “Apakah perbedaan berat di antara dua disket komputer ini akibat perbedaan isi informasi yang mereka punyai?” Dan tentu saja jawabannya adalah nol, tidak berbeda, tidak ada perbedaan akibat keberadaan informasi di salah satu disket. Hal ini dikarenakan informasi adalah kuantitas yang tidak memiliki berat. Informasi bukanlah suatu keberadaan materi”[8]
“Sistem pengkodean senantiasa memerlukan proses kecerdasan non-materi. Materi yang bersifat fisik tidak dapat menghasilkan kode informasi. Semua pengalaman menunjukkan bahwa tiap-tiap informasi kreatif menunjukkan keberadaan usaha mental dan dapat dirunut hingga ke sang pemberi gagasan yang menggunakan kehendak bebasnya sendiri, dan yang memiliki akal yang cerdas… Tidak ada hukum alam yang pernah diketahui, tidak pula proses, tidak pula urutan peristiwa yang pernah diketahui yang dapat menyebabkan informasi muncul dengan sendirinya pada materi”, demikian pernyataan Dr. Werner Gitt, direktur dan profesor pada German Federal Institute of Physics and Technology dalam bukunya, “In the Beginning Was Information”[9].
Apakah informasi yang begitu rumit disematkan dalam DNA bisa muncul dari suatu peristiwa kebetulan sebagaimana anggapan kaum Evolusionis? Bagaimana sistem informasi rumit dalam DNA bisa dihasilkan dari sebuah peristiwa kebetulan dan tidak terencana? Bagaimana teoti Evolusi yang memiliki pemahaman mengenai perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain dapat menjelaskan adanya kerumitan struktur informasi terhadap setiap mahluk yang ada?
DNA Adalah Bukti Rancangan dan Desain Supranatural
Dean Kenyon, seorang profesor biologi yang menolak buku sebelumnya tentang evolusi Darwin-sebagian besar disebabkan oleh penemuan informasi yang ditemukan dalam DNA-menyatakan: "Dunia baru genetika molekular (adalah) di mana kita melihat bukti yang paling menarik dari desain pada Bumi "[10]
Baru-baru ini, salah satu ateis dunia yang paling terkenal, Profesor Antony Flew, mengakui ia tidak bisa menjelaskan bagaimana DNA diciptakan dan dikembangkan melalui evolusi. Dia sekarang menerima mengenai perlunya sumber yang cerdas untuk terlibat dalam pembuatan kode DNA.
"Apa yang saya pikirkan dan telah lakukan mengenai materi DNA menunjukkan bahwa kecerdasan pastilah telah terlibat dalam mendapatkan unsur-unsur beragam yang luar biasa secara bersama-sama,"[11] katanya
DNA Sebagai Bukti Gambar dan Rupa Tuhan Dalam Diri Manusia
Kejadian 1:27 menuliskan, “Maka Tuhan menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Tuhan diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Manusia diciptakan berdasarkan “gambar” dan “keserupaan” dengan Tuhan. Inilah kualitas yang membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan lainnnya, baik malaikat, alam semesta dan hewan serta tumbuhan. Manusia diciptakan dengan suatu keistimewaan.
Manusia diciptakan berdasarkan “Gambar” dan “Keserupaan” dengan Tuhan. Dalam Kejadian 1:26 dikatakan, “wayyomer Elohim, naasyeh adam betsalmenu kidemutenu…” (dan berfirmanlah Tuhan, marilah kita menjadikan manusia berdasarkan gambar dan keserupaan dengan Kita). Kata Ibrani tselem bermakna “gambar/lukisan yang menyerupai aslinya” (1 Sam 6:5), “patung yang menyerupai aslinya” (Bil 33:52, Yeh. 16:17). Septuaginta menerjemah tselem dengan eikona (gambar). Sementara kata demut bermakna “keserupaan atau kemiripan dengan aslinya” (Yekhz 8:2, 2 Rak 16:10), “setara dengan aslinya” (Yes 40:18). Septuaginta menerjemahkan demut dengan homoioi (kemiripan, kesehakikatan).
Arti bahwa manusia adalah gambar dan keserupaan dengan Tuhan, bahwa manusia merupakan mahluk ciptaan yang menampilkan kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan tersebut, nampak dalam tiga (3) perkara, yaitu: Pertama, hakikat manusia, yaitu ciptaan yang bukan terdiri dari unsur tanah belaka namun yang dihembusi “nefhes khaya” (nafas kehidupan) oleh Tuhan. Dalam Kejadian 2:7 dikatakan, “wayyitser Yahweh et ha adam afar min ha adaman, wayipakh beapaiw nishmat khayim, wayehi haadam lenefesh khaya”. Manusia dicipta dari unsur tanah, namun dia mulia karena dihembusi nafas Tuhan, sehingga dia menjadi jiwa yang hidup. Manusia bukan sekedar mahluk yang ada hanya karena dikatakan yehi (ada) maka yehi (ada) seperti binatang dan tummbuhan. Manusia dibentuk dan diambil dari unsur bumi namun diberi kemuliaan karena memiliki nishmat Elohim atau “nafas Tuhan”. Inilah yang menyebabkan manusia memiliki dua kesadaran, yaitu kesadaran akan Tuhan di dalam batin atau rohnya dan kesadaran akan alam semesta di dalam jiwa serta pancaindra tubuhnya.. Kedua, mandat manusia, yaitu menerima mandat penatalayanan bumi dan mengelolanya, baik darat dan lautan. Dikatakan dalam Kejadian 1:26 sbb: “…wayirddu bidgat hayyam ubeof hashamayim uvabehema uvekal haarets uvekal haremesy haromesy al ha arets” (supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi). Protestantisme Barat yang kelak melahirkan ekonomi Kapitalisme, memahami ayat ini sebagai suatu perintah bagi manusia untuk mengeruk seluas-luasnya kekayaan bumi yang telah diberikan Tuhan. Hasilnya dapat kita lihat sekarang, yaitu terjadinya “pemanasan global” (global warming). Ayat ini adalah sebuah mandat yang diberikan pada manusia sebagai ciptaan yang mulia untuk “memerintah” (rada) atas bumi dan seisinya sesuai dengan hakikat dirinya sebagai ciptaan yang mulia dan bukan “mengeruk kekayaan alam sepuas-puasnya”.
Ketiga, potensi manusia. Potensi manusia tersebut dapat dilihat dibidang “pengetahuan” dan “akal” yang luar biasa, dimana manusia memberi nama semua hewan yang diciptakan Yahweh (wayyiqra haadam shemot lekal haabehema, Kej 2:20). Lalu potensi “kekuatan fisik” dimana manusia harus mengelola Taman Eden yang luas (wayyannikhehu began eden leavdah uleshamrah, Kej 2:15). Dan akhirnya “potensi spiritual”, dimana manusia berkomunikasi dengan Tuhan tanpa sekat pembatas (Kej 3:9-10).
Keempat, kekekalan manusia. Tuhan Yahweh tidak mengatakan bahwa manusia yang diciptakannya akan mengalami kematian, sampai dosa masuk melalui pelanggaran manusia terhadap perintah Tuhan Yahweh agar tidak memakan buah Ets Da’at ha Tov (Pengetahuan Yang Baik) dan Ets Da’at ha Ra (Pengetahuan Yang Buruk)[12].
DNA yang terkandung dalam setiap sel manusia yang berisikan informasi yang rumit dan sistemik bukan hanya membuktikan keberadaan Tuhan sebagai Pencipta dan Desainer Cerdas melainkan membuktikan bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Diri-Nya. Manusia merefleksikan kemuliaan Tuhan Pencipta. DNA memberikan informasi mengenai kualitas dan potensi dalam mahluk yang disebut manusia.
DNA Sebagai Bukti Manusia Diciptakan Secara Ajaib
Mazmur 139:14 menuliskan, “Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya”. Frasa Ibrani noraot nifleti (kejadianku dahsyat dan ajaib) memberikan rujukan biblikal bahwa manusia bukan mahluk yang ada dengan sendirinya dari hasil proses evolusi makro bermilyar-milyar tahun. Sebaliknya manusia ada dengan sebuah desain dan desain itu sangat ajaib dan dahsyat. Dan desain itu disematkan dalam DNA, yaitu informasi yang tertanam dalam sel tubuh manusia.
Mazmur 139:15 menegaskan dengan lebih spesifik dengan mengungkapkan, “Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah”. Frasa Ibrani ruqamtti dari akar kata raqam dan oleh beberapa penerjemah dalam bahasa Inggris diterjemahkan secara berbeda al., “intricately vowen” (ditenun dengan teliti, Complete Jewish Bible), “curiously wrought” (ditempa dengan hati-hati, King James Version), “sewed together” (dijahit bersamaan, New English Translation), “textured” (disusun, New Jerusalem Bible). Ayat ini sangat kuat mendukung keberadaan dan penemuan DNA sebagai struktur susunan informasi dalam tubuh manusia yang menyimpan jejak penciptaan dan desain tangan Tuhan dalam sel tubuh manusia.
Manusia yang telah dijadikan secara ajaib dan dahsyat serta ditanamkan dalam dirinya tanda-tanda kecerdasan Tuhan-Nya – yang oleh ilmu pengetahuan dinamai dengan DNA – tentu saja memiliki sebuah kehidupan dengan sebuah rancangan, rencana, sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 139:16, “Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya”. Frasa Ibrani we’al sifreka kulam yamim yutsaru (dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk) merupakan konsekwensi logis bahwa manusia yang telah disematkan tanda-tanda kecerdasan penciptanya, tentu saja akan hidup berdasarkan rencana dan rancangan-Nya.
Kesimpulan
Penemuan DNA telah membuktikan kegagalan teori Evolusi dan membutkikan keberadaan Allah sebagai Desainer Agung yang Cerdas atas kehidupan manusia dan semesta. Keteraturan dan keharmonisan susunan alam semesta dan tubuh manusia tidak mungkin dihasilkan dari sebuah ketidakteraturan dan tanpa rancangan sebelumnya. Tuhan Allah adalah sumber keteraturan dan ketertiban sebagaimana dikatakan dalam Mazmur 33:9, “ki hu amar wayehu hu, tsiwah waya’amod” (Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada) dan Mazmur 119:91, “lemispateka admu, ki ha kol avadeka” (Menurut hukum-hukum-Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu melayani Engkau).
Mario Seiglie menyimpulkan, “Evolusi telah menjalankan usahanya selama hampir 150 tahun di sekolah dan universitas dan dalam pers. Tapi sekarang, dengan ditemukannya apa yang disebut kode DNA berisi semua tentang, kompleksitas sel, dan fakta bahwa informasi adalah sesuatu yang sangat berbeda dari materi dan energi, evolusi tidak dapat lagi menghindari hasil akhir. Bukti tentu menunjuk ke sebuah sekakmat gemilang bagi evolusi!”[13]
[4] Lee Strobel, The Case for a Creator 2004, hal. 224
[5] Steven Meiyer, Evolusi:. A Theory in Crisis, 1996, hal 334
[6] Op.Cit., Strobel, hal. 237, penekanan dalam aslinya
[7] Defeating Darwinism by Opening Minds, 1997, hal. 71
[9] Ibid.,
[10] Op.Cit., Lee Strobel, The Case for a Creator 2004, hal 221
[11] Richard Ostling, Leading Atheist Now Believes in God, 9 Desember , 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar