Senin, 10 November 2014

Kasih-Alat Pengikat Dalam Rumah Tangga.

Pendahuluan:
   Seorang pria dan wanita adalah dua makhluk yang berbeda.  Mengapa?.  Karena masing-masing dilahirkan dalam rumah tangga yang berbeda dan dibesarkan dalam lingkungan serta latar belakang yang berbeda.   Tetapi di dalam pernikahan, mereka dipanggil untuk menjadi “SEDAGING”.
   Mari kita baca Kejadian 2:24 “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi “satu daging”.
 “Satu daging”.   Penciptaan Hawa, perempuan pertama di bumi ini, agak lebih dramatis ketimbang penciptaan Adam. Tidak seperti Adam yang seluruh tubuhnya terbuat dari "debu tanah" (Kej. 2:7), Hawa diciptakan Allah dengan lebih dulu melakukan tindakan pembedahan untuk "mengambil salah satu rusuk" dari Adam yang sebelumnya dibuat-Nya tertidur "dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah" itu kemudian perempuan pertama tersebut dibuat (ay. 21, 22). Setelah Adam siuman tiba-tiba di hadapannya sudah berdiri sesosok tubuh molek yang amat mempesona sehingga dia langsung jatuh cinta. Tentu Allah menjelaskan kepadanya bagaimana perempuan itu telah dibuat, sehingga Adam langsung berseru: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki" (ay. 24). Selanjutnya, Allah menyatakan pasangan suami-istri pertama itu sebagai "satu daging" (ay. 25).
   
Prinsip perkawinan menurut Alkitab adalah monogami, antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Kepada orang-orang Farisi yang hendak menjebak-Nya, Yesus menegaskan: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?...Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.  Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mat. 19:4-6; huruf miring ditambahkan).
   
Sebagian orang hanya menekankan makna ungkapan "satu daging" ini sebagai hubungan badan (hubungan seksual) antara suami dan istri. Tentu saja dalam pengertian sempit ungkapan tersebut merupakan manifestasi dari hubungan fisik, tetapi dalam pengertian yang luas itu juga memiliki dimensi hukum jika dikaitkan dengan Sepuluh Perintah, khususnya hukum ketujuh.   Rasul Paulus juga menggunakan ungkapan "satu daging" untuk menjelaskan hubungan yang tak terpisahkan antara Kristus dengan umat-Nya (Gereja). "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat" (Ef. 5:31, 32; huruf miring ditambahkan).
     Menurut Alkitab, perkawinan adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh Allah, di mana dua orang dewasa berlainan jenis bersumpah untuk mengikatkan diri dalam hubungan pribadi yang intim dan lestari. Perkawinan alkitabiah ditandai oleh suatu penghargaan kesetaraan antara pria dan wanita, suatu ikatan persatuan yang mendalam di mana tujuan-tujuan dipersatukan dan ada suatu rasa keabadian dan kesetiaan dan kepercayaan.  Seperti halnya hubungan dengan Allah, hubungan antara seorang suami dengan seorang istri haruslah dijaga kesuciannya.
    Dan untuk menjaga agar persatuan daripada kedua insan yang berbeda ini tetap utuh, tetap rukun maka dibutuhkan alat pengikat yang paling kuat dan alat pengikat yang paling kuat bukanlah rumah tangga yang megah, bukan uang dan kekayaan, bukan pula ke elokan paras wajah, melainkan KASIH, yakni KASIH YANG BERASAL DARI TUHAN.
    Ilustrasi:
   Ny. Mor adalah seorang  wanita yang berparas cantik.  Ia seringkali berpikir bahwa kecantikannya itu merupakan salah satu faktor yang membuat suaminya tertarik kepadanya.  Pada suatu hari suaminya harus pergi menjalankan tugasnya di seberang lautan dengan waktu yang cukup lama.
   Sementara suaminya terpisah jauh dari rumah, Ny. Mor telah mendapat penyakit kulit yang parah di wajahnya dan penyakit ini telah merusak wajahnya yang cantik itu.  Ia sadar bahwa sekarang ia tidak lagi cantik seperti dulu.  Ia tidak berani menceritakan kepada suaminya apa yang telah terjadi terhadap dirinya karena ia khawatir jangan-jangan suaminya itu akan merasa tertekan perasaan oleh karena wajahnya yang buruk itu.
   Namun salah seorang sahabatnya telah menulis surat dan menceritakan kepada tuan Mor apa yang telah terjadi dengan istrinya.  Apabila ia membaca surat itu, tuan Mor dapat membayangkan betapa beratnya beban yang sedang menindih pikiran dan perasaan istrinya.  Kemudian ia duduk dan menulis surat kepada istrinya.  Bunyi suratnya itu sebagai berikut: “Percayalah kepadaku, seandainya kecantikan masa mudamu hilang daripadamu, namun engkau tetap kukagumi dan kupuja sebagaimana adanya.”
    Rumah tangga keluarga Mor, di ikat oleh TALI KASIH yang tidak dapat diputuskan hanya oleh karena hilangnya kecantikan.
   Saudaraku yang kekasih,…
   Apakah yang mengikat rumah tangga kita selama ini?
   Ilustrasi:
   Dibagian belakang dari beberapa macam jam tangan ada tulisan yang berbunyi: “SHOCK-PRUF” (Shock – proof), yang artinya: “tahan goncangan”.  Ini mengartikan bahwa jam itu diperlengkapi dengan satu alat yang dapat membuat jam tangan itu tahan terhadap goncangan.  Rumah tangga kita pun memerlukan sesuatu yang dapat menjadikannya tahan goncangan, dan hal ini tidak lain adalah KASIH.
   Tuhan berfirman dalam Epesus 5:25 “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”.
   Saudaraku,…Didalam hidup berumah tangga, tidak jadi soal berapa lama sekalipun rumah tangga itu sudah kita bina, selama kita masih hidup di dunia ini kita tidak akan dapat mengelakkan diri dari bermacam-macam GONCANGAN rumah tangga.  Goncangan itu bisa saja timbul oleh karena krisis ekonomi, karena persoalan anak-anak atau mungkin karena persoalan persoalan lainnya.  Tetapi bilamana KASIH ada di hati suami, istri dan anak-anak di rumah tangga kita, maka rumah tangga kita akan dapat berdiri teguh sekalipun dilanda krisis.
    Agar kita mendapat gambaran yang nyata dari hal kasih sejati itu, mari kita baca 1 Korintus 13:4-7 “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu.  Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.  Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.  Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.  Ia tidak bersukacita karena ketidak adilan, tetapi karena kebenaran.  Ia menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
    Perlu kita mengingat bahwa kasih dalam rumah tangga tidak bisa hidup dengan sendirinya.  Agar tetap hidup dan bertumbuh, kasih itu harus dirawat dan dipelihara.  Seperti sebuah tanaman yang lembut, kasih itu harus dipelihara agar dapat hidup dan bertumbuh.
   Salah satu cara untuk memupuk dan merawat kasih dalam rumah tangga adalah dengan membiasakan diri dengan sikap-sikap positif dalam perkara-perkara yang kelihatannya remeh sekalipun.  Kata-kata pujian dan ucapan terimakasih, sopan santun yang biasa dinyatakan semasih bertunangan haruslah tetap ditunjukkan satu terhadap yang lain dalam rumah tangga.  Seringkali suami dan istri cendrung melupakan hal ini.
    Semasih bertunangan, satu minggu sebelum hari ulang tahun kekasihnya, kartu ucapan selamat hari ulang tahun telah tiba dengan memuat kata-kata mesra.  Dengan kata-kata mesra yang tertulis didalamnya telah dipersiapkan agar jangan terlambat tiba pada tujuannya.  Setelah menikah, apa yang terjadi?.  Jangankan kartu atau bunga,... tanggalnya pun mungkin hampir-hampir dilupakan.  Semasih bertunangan, rambut, pakaian diatur sebaik-baiknya, rumah dirapikan, lantainya disapu dan di pel, buku-buku disusun rapih pada raknya karena kekasih akan datang berkunjung ke rumah.
    Setelah menikah?.  Suami pulang dari kantor, rumah dibiarkan kotor berantakan, buku-buku berceceran, sehingga pikiran yang memang sudah pusing karena urusan di kantor atau di tempat kerja, bertambah kalut lagi dengan suasana rumah yang seperti ini.
   Didalam satu survey yang diadakan terhadap 1500 rumah tangga, didapati beberapa persungutan dari pihak suami maupun dari pihak istri.
   Marilah kita ikuti beberapa persungutan dari pihak suami terhadap istri.  Hal-hal itu berkisar dalam hal:
  1. Istri suka merengek-rengek.
  2. Suka menghalangi hobi suami.
  3. Tidak mengatur penampilan pribadinya
  4. Sering mengeritik.
  5. Melalaikan anak-anak, dan
  6. Tidak bisa mengurus rumah tangga.
    Sebaliknya persungutan istri terhadap suami:
  1. Bahwa suaminya tidak bisa mengatur keuangan.
  2. Tidak memberikan perhatian yang cukup.
  3. Tidak setia.
  4. Tidak suka ambil waktu untuk berembuk/berunding.
  5. Terlalu keras terhadap anak-anak dan tidak mengacuhkan rumah tangga.
   Saudaraku yang kekasih,
   Banyak ketegangan dan percekcokan dalam rumah tangga dapat dihindarkan kalau saja suami dan istri mau saling menunjukkan sikap-sikap positif satu dengan yang lain, kalau saja kata-kata yang mesra tetap diperdengarkan, kesopan santunan serta perhatian dalam perkara-perkara yang kelihatannya remeh tetap dipertahankan seperti pada waktu bertunangan.
 
Ilustrasi:
   Di dalam satu majalah terkenal pernah dimuat satu artikel tentang rumah tangga yang berjudul: “ANDA DAPAT MENGUBAH SUAMI ANDA”.  Tentu membaca artikel ini sangat menggembirakan para istri.
   Bagaimana caranya disebut dalam artikel tersebut?.  Caranya sangat sederhana, yaitu dengan MENGUBAH DIRI SENDIRI.
   Begitu pula suami dapat mengubah sikap istri yang kurang baik dengan prinsip dan cara yang sama, yakni dengan cara: MENGUBAH SIKAP DIRI SENDIRI.
   Saudaraku,…Aksi selalu menimbulkan Reaksi dan KASIH itu membangkitkan KASIH.
 
   Tuhan kiranya selalu memberkati rumah tangga kita.!
  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar