Sabtu, 22 November 2014

Pencobaan Membentuk Kedewasaan Rohani.

"Biarkanlan ketekunan itu  memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tidak kekurangan apapun." (Yakobus 1:4).


   Sebagai orang Kristen, hampir semua aspek kehidupan kita dipengaruhi oleh iman. Mulai dari hal-hal lebih besar seperti saat hendak menempuh ujian sekolah, melamar pekerjaan, mencari pasangan hidup, memilih tempat tinggal dan sebagainya, sampai kepada soal-soal yang dianggap sepele bagi banyak orang seperti saat mau mengadakan perjalanan atau hendak beristirahat tidur kita selalu melakukannya dengan berdoa lebih dulu. Mengapa? Karena kita percaya bahwa Allah mengendalikan hidup kita dan bahwa hidup kita bergantung kepada-Nya sehingga kita harus senantiasa berserah pada kehendak-Nya.

    Yakobus mengatakan bahwa iman bertumbuh melalui "berbagai-bagai pencobaan" (1:2) yang "menghasilkan ketekunan" (ay. 3), dan pada gilirannya ketekunan [=kesabaran; ketabahan] itu akan memperoleh "buah yang matang" sehingga dengan demikian kita "menjadi sempurna" (ay. 4). Cobaan-cobaan itu sendiri tidak menghasilkan iman, melainkan melatih kesabaran kalau cobaan-cobaan itu diterima dengan iman. Melalui proses itulah maka iman kita bertumbuh mencapai kesempurnaan. Sebaliknya, jika cobaan-cobaan itu dihadapi dengan sikap menggerutu dan mengeluh, gantinya menghasilkan ketabahan hal itu akan menimbulkan kepahitan dan kekecewaan. Itulah sebabnya sang rasul menasihati kita agar menganggap cobaan-cobaan itu "sebagai suatu kebahagiaan" (ay. 2).


   Pepatah Rusia mengatakan: "Palu menghancurkan kaca, tetapi palu membentuk Baja.".  Hal ini menggambarkan bahwa jika jiwa kita  rentan dan rapuh maka ketika tertimpa pencobaan akan hancurlah dia.  Sebaliknya, bila jiwa kita kuat seperti baja, pencobaan akan membentuk kita sebagai manusia yang tahan uji.  Yakobus menyatakan bahwa orang beriman justru harus memanfaatkan pencobaan untuk bertumbuh ke arah Tuhan, berdoa untuk mendapatkan hikmat, dan agar dalam pergumulan hidup yang berat justru iman menjadi tahan uji.  Para pembaca surat Yakobus saat itu  ada yang miskin dan ada pula yang menerima berbagai tekanan karena iman. Pencobaan mereka meliputi masalah materil, sosial, moral dan juga spiritual.  Melalui ujian, iman berkesempatan untuk berakar, membentuk kualitas ketekunan. Apabila proses ini dijalani dengan benar, iman seseorang akan semakin dewasa dan matang.  Hubungannya dengan Tuhan pun semakin akrab sehingga karakternya makin serasi atau semakin harmonis dengan karakter Tuhan.  Itulah sebabnya orang Kristen dapat bersukacita waktu mengalami pencobaan karena hal itu memurnikan iman.

    Tujuan Allah bagi kita ialah 'supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun' (Yak. 1:4). Tidak ada bahasa yang lebih luhur. Kata sempurna (teleios) berarti kedewasaan rohani, sedangkan utuh (holokleros) merujuk kepada keutuhan dalam segala hal. Sungguh, kita dapat menjadi jauh lebih utuh di dalam Tuhan jika kita mau mati untuk diri sendiri dan mengizinkan Dia bekerja dalam diri kita 'baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya' (Flp. 2:13).


   Dalam situasi sedang dicobai, orang beriman sangat perlu hikmat. Dalam perspektif Alkitab, hikmat adalah kesalehan yang terjadi karena seseorang selalu menggunakan pola pikir Allah dalam bertindak dan berperilaku dan hidup dekat dengan Allah. Jika kita hidup dekat dengan Allah, saat menghadapi pencobaan, kita akan seperti baja sehingga pencobaan tersebut akan menghasilkan kematangan iman.  Segala sesuatu yang terjadi dipakai Tuhan untuk kebaikan kita sehingga mendatangkan kemuliaan bagi-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar