Senin, 04 Juli 2016

Memuji Tuhan didalam Pikiran, doa dan perkataan.

 
MEMUJI TUHAN DIDALAM PIKIRAN,DOA DAN PERKATAAN.
Bacaan: Mazmur 150
NATS: Biarlah segala yang bernapas memuji Tuhan (Mazmur 150:6)
    Pengkhotbah Inggris yang terkenal, yakni Charles H. Spurgeon (1834-1892) menuliskan sesuatu yang baik untuk diingat ketika kita hendak memulai suatu hari: “Jadikanlah pikiranmu sebagai mazmur, doamu sebagai dupa, dan napasmu sebagai pujian”. Marilah kita telaah masing-masing ungkapan dari pengkhotbah ini.
    Jadikanlah pikiranmu sebagai mazmur. Seratus lima puluh pasal dalam kitab Mazmur masing-masing mempunyai tema yang berbeda-beda. Tema-tema dalam kitab Mazmur itu di antaranya adalah tentang pujian, karakter Allah, dan ungkapan ketergantungan kepada Tuhan. Sepanjang hari kita dapat menjadikan pikiran-pikiran kita sebagai mazmur dengan merenungkan kekudusan Allah, kelayakan-Nya untuk menerima pujian kita, dan betapa kita sangat membutuhkan-Nya
    Jadikanlah doamu sebagai dupa. Di dalam bait suci Yahudi, dupa dibakar terus-menerus sebagai persembahan yang harum bagi Tuhan (Keluaran 30:7,8). Doa-doa yang kita naikkan bagaikan dupa bagi Allah (Mazmur 141:2), yang membawa suatu aroma yang harum ke dalam hidung-Nya, yaitu pengagungan dan kebutuhan kita akan Dia.
    Jadikanlah napasmu sebagai pujian. Kitab Mazmur ditutup dengan perkataan, “Biarlah segala yang bernapas memuji Tuhan. Haleluya!” (Mazmur 150:6). Berbicara tentang Allah dan mempersembahkan pujian bagi-Nya haruslah kita lakukan secara alami sebagaimana layaknya kita bernapas.
Biarlah Tuhan tetap bertakhta di dalam pikiran, doa, dan perkataan Anda hari ini.
HATI YANG PENUH PUJIAN MENYENANGKAN ALLAH.
 PANDANGLAH KE SURGA
Bacaan: 1 Petrus 1:3-9
NATS: Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan (1 Petrus 1:6)
    Pernahkah Anda mengalami suatu liburan seperti berikut ini? Anda berencana untuk mendatangi suatu tempat yang jauh. Anda tahu bahwa di sana Anda akan melewatkan saat yang menyenangkan. Namun, Anda mengalami begitu banyak kesukaran dalam perjalanan ke sana sehingga Anda bertanya-tanya apakah perjalanan tersebut memang layak dilakukan.
    Mobil mogok. Kemacetan lalu lintas. Tersesat. Anak-anak sakit. Teman-teman seperjalanan yang menjengkelkan. Anda tahu bahwa tujuan perjalanan itu akan menyenangkan, tetapi perjalanan itu sendiri tidak mulus. Tetapi, Anda tetap menjalaninya karena Anda tahu bahwa segala jerih payah itu sepadan dengan hasilnya.
    Itulah gambaran kehidupan kristiani. Mereka yang telah memercayai Yesus sebagai Juruselamat tengah melakukan perjalanan yang penuh dengan berbagai kesukaran, hambatan, tragedi, dan gangguan. Kesukaran tampaknya selalu ada atau siap menghadang.
   Namun, kita tahu bahwa di depan kita ada tujuan luar biasa yang tak terlukiskan (1 Petrus 1:4). Dan terkadang keyakinan mengenai apa yang tersedia bagi kita di surga itulah yang membuat kita terus bertahan.
    Petrus mengerti. Ia mengatakan bahwa saat menjalani hidup, kita akan menderita sebagai akibat dari persoalan yang kita hadapi. Tetapi sesungguhnya kita dapat bersukacita melalui segala kesukaran tersebut, sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang istimewa di akhir perjalanan kita.
Apakah Anda menghadapi persoalan hari ini? Pandanglah ke depan. Surga membuat perjalanan kita tidak sia-sia .

APA YANG KITA PEROLEH DI SURGA AKAN JAUH LEBIH BERHARGA DARIPADA APA YANG HILANG DI BUMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar