Bacaan: Mazmur 139
NATS: Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan (Mazmur 139:4)
Allah mendengarkan setiap perkataan yang kita ucapkan. Kita mungkin
dapat membicarakan orang lain di balik punggung mereka, tetapi Allah ada
di mana-mana. Oleh sebab itu, dalam setiap pembahasan kita harus
menyadari hadirat-Nya yang tak terbatas, dan membicarakan-Nya
seolah-olah kita berbicara tepat di hadapan-Nya.
Pengetahuan bahwa Tuhan ada di mana-mana seharusnya berdampak pada perkataan kita. Karena menyadari kemahahadiran Allah, Daud mengungkapkan, "Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan" (Mazmur 139:4).
Kebohongan, gosip, teguran kasar, lelucon tidak senonoh, kata-kata penuh kemarahan, komentar yang tidak sopan, dan penyebutan nama Tuhan dengan tidak hormat, seharusnya tidak pernah keluar dari mulut kita. Sebaliknya, kita seharusnya membicarakan hal-hal yang disukai Allah. Keinginan kita seharusnya serupa dengan keinginan Daud yang disampaikan melalui doanya dalam Mazmur 19, "Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya Tuhan, gunung batuku dan penebusku" (ayat 15).
Ingat, Allah sedang mendengarkan.
SETIAP PERKATAAN YANG KITA UCAPKAN DI BUMI
AKAN TERDENGAR DI SURGA
PUSATKAN PIKIRAN KPD YESUS BUKAN KPD DOSA.
Bacaan: Kejadian 45:1-15
NATS: Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri (Kejadian 45:5)
Pengetahuan bahwa Tuhan ada di mana-mana seharusnya berdampak pada perkataan kita. Karena menyadari kemahahadiran Allah, Daud mengungkapkan, "Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan" (Mazmur 139:4).
Kebohongan, gosip, teguran kasar, lelucon tidak senonoh, kata-kata penuh kemarahan, komentar yang tidak sopan, dan penyebutan nama Tuhan dengan tidak hormat, seharusnya tidak pernah keluar dari mulut kita. Sebaliknya, kita seharusnya membicarakan hal-hal yang disukai Allah. Keinginan kita seharusnya serupa dengan keinginan Daud yang disampaikan melalui doanya dalam Mazmur 19, "Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya Tuhan, gunung batuku dan penebusku" (ayat 15).
Ingat, Allah sedang mendengarkan.
SETIAP PERKATAAN YANG KITA UCAPKAN DI BUMI
AKAN TERDENGAR DI SURGA
PUSATKAN PIKIRAN KPD YESUS BUKAN KPD DOSA.
Bacaan: Kejadian 45:1-15
NATS: Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri (Kejadian 45:5)
Ingatan akan dosa dapat merenggut sukacita keselamatan yang kita
miliki. Mungkin kita pernah berkata atau mendengar orang lain berkata,"
Jika saja saya dapat mengampuni diri saya sendiri atas segala yang
pernah saya perbuat!" Sebagian orang terus dihantui rasa bersalah atas
dosa-dosa yang mereka perbuat.
Ketika Yusuf memperkenalkan diri kepada saudara-saudaranya yang telah menjualnya sebagai budak, mereka tak sanggup berkata-kata dan "gemetar menghadapi dia" (Kejadian 45:3). Rasa bersalah dan ketakutan mengingatkan mereka akan dosa yang mereka perbuat terhadap ayah mereka yang telah berusia lanjut, Yakub, dan adik mereka, Yusuf. Mengetahui hal ini, Yusuf segera meyakinkan mereka, "Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu" (ayat 5).
Jika kita berbuat dosa dan menyakiti sesama, kita berada dalam posisi yang sama seperti saudara-saudara Yusuf. Namun jika kita telah mengaku dosa, kita harus yakin bahwa kita telah diampuni. Terus-menerus merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri bukanlah pekerjaan Roh Kudus.
Alkitab mengingatkan kita untuk "dibarui dalam roh dan pikiran [kita]" (Efesus 4:23). Kita harus memusatkan pikiran kepada Yesus sang Juruselamat, bukan kepada dosa yang telah kita perbuat.
Kita harus berkonsentrasi pada apa yang telah Dia lakukan, yakni kurban penebusan-Nya di kayu salib atas dosa-dosa kita, bukan kepada dosa-dosa kita. Dia telah mengampuni dosa kita, itu sebabnya kita dapat belajar "melupakan" dosa kita .
BAPA SURGAWI TIDAK INGIN ANAK-ANAKNYA
MENANGGUNG BEBAN RASA BERSALAH
Ketika Yusuf memperkenalkan diri kepada saudara-saudaranya yang telah menjualnya sebagai budak, mereka tak sanggup berkata-kata dan "gemetar menghadapi dia" (Kejadian 45:3). Rasa bersalah dan ketakutan mengingatkan mereka akan dosa yang mereka perbuat terhadap ayah mereka yang telah berusia lanjut, Yakub, dan adik mereka, Yusuf. Mengetahui hal ini, Yusuf segera meyakinkan mereka, "Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu" (ayat 5).
Jika kita berbuat dosa dan menyakiti sesama, kita berada dalam posisi yang sama seperti saudara-saudara Yusuf. Namun jika kita telah mengaku dosa, kita harus yakin bahwa kita telah diampuni. Terus-menerus merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri bukanlah pekerjaan Roh Kudus.
Alkitab mengingatkan kita untuk "dibarui dalam roh dan pikiran [kita]" (Efesus 4:23). Kita harus memusatkan pikiran kepada Yesus sang Juruselamat, bukan kepada dosa yang telah kita perbuat.
Kita harus berkonsentrasi pada apa yang telah Dia lakukan, yakni kurban penebusan-Nya di kayu salib atas dosa-dosa kita, bukan kepada dosa-dosa kita. Dia telah mengampuni dosa kita, itu sebabnya kita dapat belajar "melupakan" dosa kita .
BAPA SURGAWI TIDAK INGIN ANAK-ANAKNYA
MENANGGUNG BEBAN RASA BERSALAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar