Selasa, 25 Februari 2020

Ukuran Keberhasilan Gereja


UKURAN KEBERHASILAN GEREJA
PENDAHULUAN:
   Apakah ukuran keberhasilan sebuah gereja?
-Apakah pengunjung yang begitu banyak saat kebaktian pagi pada hari sabat di gereja?.
-Apakah keuangan yang jumlahnya banyak?, Gedung gereja yang cukup megah?.
   Tentu kita semua mengetahui bahwa hal-hal ini bukanlah KRITERIA untuk menentukan keberhasilan suatu gereja.
   Entah gereja kita dipenuhi orang sebanyak stadion ataupun hanya dihadiri oleh beberapa keluarga, jumlah bukanlah ukuran yang digunakan Allah untuk sebuah keberhasilan gereja.  Tuhan lebih melihat pada HATI gereja tersebut.  Sebagai Contoh:
ILUSTRASI:
   Rsl.Paulus mendirikan sebuah gereja di Tesalonika, ibukota Makedonia.  Ia menunjukkan hasratnya terhadap anggota gereja disana.  Mari kita baca 1 Tes.3:12,13.
  “Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.  Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya”.
   Dengan kata-kata ini, Paulus menunjukkan kepada kita 2(dua) karakteristik yang penting bagi keberhasilan Jemaat, yaitu: MENGASIHI SATU SAMA LAIN dan KEKUDUSAN.
BODY:
   Jemaat, Gedung gereja, serta Keuangan bisa berbeda-beda keadaannya.  Ukuran keberhasilan yang sesungguhnya ditunjukkan oleh adanya para pengikut Kristus yang mengasihi Allah serta sesamanya, dan berkomitmen untuk hidup kudus.
I.            Ukuran I keberhasilan sebuah gereja menurut Rsl.Paulus ialah Mengasihi satu sama lain.  Baca 1 Tes.3:12.
“Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.
   Gereja mula-mula saat itu dimulai dari suatu tempat di Yerusalem.  Mereka berkumpul dan mengadakan persekutuan di Bait Allah.  Cara hidup jemaat mula-mula begitu luar biasa, karena mereka menunjukkan kualitas hidup yang “BERBEDA”, sekalipun berada di tengah situasi yang tidak baik dan penuh tekanan, sehingga keberadaan mereka benar-benar menjadi kesaksian.  Kita baca Kisah 2:46 “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati”.  

   Mengapa mereka disukai semua orang?.
   Jawabnya ialah: Karena Jemaat mula-mula menjadikan Kasih sebagai Pola Hidup setiap hari.  Mereka senantiasa sehati sepikir dan sangat peka terhadap kebutuhan orang lain, dengan berprinsip seperti dinyatakan dalam Kisah 2:44-45...”segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
   Bila jemaat gereja mula-mula sangat peka terhadap kebutuhan orang lain, ini sangat kontradiktif bila dibandingkan dengan keadaan manusia di zaman yang cenderung bersikap egois, karena kasih kebanyakan orang sudah menjadi DINGIN.  Bagaimana orang percaya menjadi saksi-saksi Kristus ditengah dunia bila tak punya kasih?.  Sebab orang lain menilai kita bukan dari apa yang kita ucapkan atau teori muluk-muluk tentang Alkitab, tapi dari apa yang telah kita perbuat bagi mereka.  Ini adalah tantangan bagi Gereja Tuhan untuk menjalankan perannya sebagai TERANG DUNIA.
II.          Ukuran ke 2 keberhasilan sebuah gereja(menurut Rsl.Paulus), dinyatakan dalam 1 Tes.3:13àBerkomitmen untuk hidup kudus.
   Inilah harapan Paulus kepada Jemaat di Tesalonika, yang dia sudah kenal, tetapi belum dapat dia kunjungi saat itu.  Ini juga adalah bagian dari nasihat, doa dan harapan Paulus kepada Jemaat yang memiliki pengharapan akan Kedatangan Yesus yang ke 2x kedunia ini.
   Mari kita baca selengkapnya 1 Tes.3:13 :
“Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya”.
   Dalam suratnya ini, Paulus menunjukkan perhatian dan kepeduliannya pada iman, kasih dan ketaatan mereka.  Ini semua menjadi penting, karena setelah mereka menjadi Kristen, maka kebenaran Kristus itu haruslah diterapkan dalam hidup sehari-hari. MENGAPA?.  Pada waktu itu HATI dan PIKIRAN Jemaat sudah ditujukan kepada Kedatangan Yesus Kristus kembali. 
   Ini berarti, pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini yang bagi jemaat dilihat menjadi PELUANG dan Kesempatan emas untuk memenangkan jiwa-jiwa, meningkatkan motivasi dan semangat untuk memberitakan Firman Tuhan (2:17-20), bahkan dorongan/motivasi untuk HIDUP KUDUS, atau hidup dalam kekudusan (3:11-13).  Menjadi motivasi yang memperkuat komitmen dan ketetapan hati Jemaat (Orang percaya) untuk berusaha hidup kudus, sebagai bukti ketaatan mereka kepada Tuhan.
   Inilah doa dan inilah harapan Paulus bagi Jemaat Tesalonika pada waktu itu.
KESIMPULAN:
   Apakah artinya ini bagi kehidupan Kristiani kita pada zaman ini?.  Setidaknya menyadarkan dan mengingatkan kita akan 2 hal mengenai  2 ukuran keberhasilan gereja:
I.            Ditunjukkan oleh adanya para pengikut Kristus yang mengasihi Allah serta sesamanya dan agar setiap orang mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus yang ke 2x.
II.          Kegiatan orang percaya dalam menyongsong hari kedatangan Yesus kembali adalah, hidup dalam iman, pengharapan dan kasih, yang di wujudkan dalam ketaatan kepada Tuhan melalui HIDUP KUDUS (Hidup dalam kepatuhan dan ketaatan mutlak kepada Tuhan, menebar kasih, mengusahakan keadilan & hukum dan hidup dalam roh pengendalian diri).
   Untuk semua hal inilah, maka kita pun tetap bermohon dan mengharap “KEHADIRAN TUHAN yang memberi kekuatan dan pertolongan-Nya.”
   Tuhanlah yang menguatkan hati kita supaya MENGASIHI SATU SAMA LAIN, dan tetap berkomitmen untuk HIDUP KUDUS dihadapan Allah, hingga pada waktu Kedatangan Yesus kembali.  Selamat Ulang Tahun ke 3 GMAHK RENI JAYA. Tuhan memberkati. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar