UKURAN KEBERHASILAN GEREJA
PENDAHULUAN:
Apakah ukuran
keberhasilan sebuah gereja?
-Apakah pengunjung yang begitu banyak saat
kebaktian pagi pada hari sabat di gereja?.
-Apakah keuangan yang jumlahnya banyak?, Gedung
gereja yang cukup megah?.
Tentu kita semua
mengetahui bahwa hal-hal ini bukanlah KRITERIA untuk menentukan keberhasilan
suatu gereja.
Entah gereja
kita dipenuhi orang sebanyak stadion ataupun hanya dihadiri oleh beberapa
keluarga, jumlah bukanlah ukuran yang digunakan Allah untuk sebuah keberhasilan
gereja. Tuhan lebih melihat pada HATI
gereja tersebut. Sebagai Contoh:
ILUSTRASI:
Rsl.Paulus
mendirikan sebuah gereja di Tesalonika, ibukota Makedonia. Ia menunjukkan hasratnya terhadap anggota gereja
disana. Mari kita baca 1 Tes.3:12,13.
“Dan kiranya
Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih
seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami
juga mengasihi kamu. Kiranya Dia
menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita
pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya”.
Dengan kata-kata
ini, Paulus menunjukkan kepada kita 2(dua) karakteristik yang penting bagi
keberhasilan Jemaat, yaitu: MENGASIHI SATU SAMA LAIN dan KEKUDUSAN.
BODY:
Jemaat, Gedung
gereja, serta Keuangan bisa berbeda-beda keadaannya. Ukuran keberhasilan yang sesungguhnya
ditunjukkan oleh adanya para pengikut Kristus yang mengasihi Allah serta
sesamanya, dan berkomitmen untuk hidup kudus.
I.
Ukuran I
keberhasilan sebuah gereja menurut Rsl.Paulus ialah Mengasihi satu sama lain. Baca 1 Tes.3:12.
“Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan
berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama
seperti kami juga mengasihi kamu.
Gereja mula-mula
saat itu dimulai dari suatu tempat di Yerusalem. Mereka berkumpul dan mengadakan persekutuan
di Bait Allah. Cara hidup jemaat
mula-mula begitu luar biasa, karena mereka menunjukkan kualitas hidup yang
“BERBEDA”, sekalipun berada di tengah situasi yang tidak baik dan penuh
tekanan, sehingga keberadaan mereka benar-benar menjadi kesaksian. Kita baca Kisah 2:46 “Dengan bertekun dan
dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka
memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama
dengan gembira dan dengan tulus hati”.
Mengapa mereka
disukai semua orang?.
Jawabnya ialah:
Karena Jemaat mula-mula menjadikan Kasih sebagai Pola Hidup setiap hari. Mereka senantiasa sehati sepikir dan sangat
peka terhadap kebutuhan orang lain, dengan berprinsip seperti dinyatakan dalam
Kisah 2:44-45...”segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu
ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada
semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Bila jemaat
gereja mula-mula sangat peka terhadap kebutuhan orang lain, ini sangat
kontradiktif bila dibandingkan dengan keadaan manusia di zaman yang cenderung
bersikap egois, karena kasih kebanyakan orang sudah menjadi DINGIN. Bagaimana orang percaya menjadi saksi-saksi
Kristus ditengah dunia bila tak punya kasih?.
Sebab orang lain menilai kita bukan dari apa yang kita ucapkan atau teori
muluk-muluk tentang Alkitab, tapi dari apa yang telah kita perbuat bagi
mereka. Ini adalah tantangan bagi Gereja
Tuhan untuk menjalankan perannya sebagai TERANG DUNIA.
II.
Ukuran ke 2
keberhasilan sebuah gereja(menurut Rsl.Paulus), dinyatakan dalam 1 Tes.3:13àBerkomitmen untuk hidup kudus.
Inilah harapan
Paulus kepada Jemaat di Tesalonika, yang dia sudah kenal, tetapi belum dapat
dia kunjungi saat itu. Ini juga adalah
bagian dari nasihat, doa dan harapan Paulus kepada Jemaat yang memiliki pengharapan
akan Kedatangan Yesus yang ke 2x kedunia ini.
Mari kita baca
selengkapnya 1 Tes.3:13 :
“Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus,
di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan
semua orang kudus-Nya”.
Dalam suratnya
ini, Paulus menunjukkan perhatian dan kepeduliannya pada iman, kasih dan
ketaatan mereka. Ini semua menjadi
penting, karena setelah mereka menjadi Kristen, maka kebenaran Kristus itu
haruslah diterapkan dalam hidup sehari-hari. MENGAPA?. Pada waktu itu HATI dan PIKIRAN Jemaat sudah
ditujukan kepada Kedatangan Yesus Kristus kembali.
Ini berarti,
pengharapan akan kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini yang bagi jemaat
dilihat menjadi PELUANG dan Kesempatan emas untuk memenangkan jiwa-jiwa,
meningkatkan motivasi dan semangat untuk memberitakan Firman Tuhan (2:17-20),
bahkan dorongan/motivasi untuk HIDUP KUDUS, atau hidup dalam kekudusan
(3:11-13). Menjadi motivasi yang
memperkuat komitmen dan ketetapan hati Jemaat (Orang percaya) untuk berusaha
hidup kudus, sebagai bukti ketaatan mereka kepada Tuhan.
Inilah doa dan
inilah harapan Paulus bagi Jemaat Tesalonika pada waktu itu.
KESIMPULAN:
Apakah artinya
ini bagi kehidupan Kristiani kita pada zaman ini?. Setidaknya menyadarkan dan mengingatkan kita
akan 2 hal mengenai 2 ukuran
keberhasilan gereja:
I.
Ditunjukkan oleh
adanya para pengikut Kristus yang mengasihi Allah serta sesamanya dan agar
setiap orang mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus yang ke 2x.
II.
Kegiatan orang
percaya dalam menyongsong hari kedatangan Yesus kembali adalah, hidup dalam
iman, pengharapan dan kasih, yang di wujudkan dalam ketaatan kepada Tuhan
melalui HIDUP KUDUS (Hidup dalam kepatuhan dan ketaatan mutlak kepada Tuhan,
menebar kasih, mengusahakan keadilan & hukum dan hidup dalam roh
pengendalian diri).
Untuk semua hal
inilah, maka kita pun tetap bermohon dan mengharap “KEHADIRAN TUHAN yang
memberi kekuatan dan pertolongan-Nya.”
Tuhanlah yang
menguatkan hati kita supaya MENGASIHI SATU SAMA LAIN, dan tetap berkomitmen
untuk HIDUP KUDUS dihadapan Allah, hingga pada waktu Kedatangan Yesus
kembali. Selamat Ulang Tahun ke 3 GMAHK
RENI JAYA. Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar