Ketika DPR akan menyetujui usia pensiun Hakim M.A. dari 67 tahun menjadi 70 tahun, saat itu ada komentar yang dilontarkan: "Apakah Anda yakin bahwa usia 70 tahun masih tergolong usia sehat bagi rata-rata orang Indonesia?. Jangan bandingkan dengan Amerika dan Negara-negara maju lainnya, karena kita beda kalah dengan mereka." Mungkin juga analisa ini ada kebenarannya dan mungkin juga bahwa itu juga kurang tepat bagi sebagian orang yang mau merobah pola hidupnya.
Sejak memasuki usia purnabakti 65 tahun, sampai menjelang 70 tahun (dua bulan lagi), saya telah mengalami hal-hal berikut sehubungan dengan kesehatan saya. Di tahun 2012, telah menjalani kateterisasi karena adanya peyempitan di pembuluh arteri jantung dan sekalian pasang ring sebanyak tiga buah oleh dr. Pintoko dengan biaya Rp.90 juta di Rumah Sakit Advent, Bandung dan sejak saat itu saya pun telah mulai merobah pola hidup. Namun pada tanggal 15 Oktober 2014 lalu, saya menjalani lagi operasi hernia di R.S. Mitra Keluarga Bekasi Barat oleh dr.Budi Gultom dengan biaya Rp.14 juta. Puji Tuhan atas kasih sayang-Nya kepada saya hingga saat ini masih memberikan nafas kehidupan.
Apakah usia saya bersama isteri, bisa mencapai 101 tahun seperti pengharapan cucu saya?. Kalau sampai mencapai usia itu, alangkah bahagianya bisa melihat mereka sudah dewasa semua. Saya tidak tau,..apakah semua orang kalau menjelang usia 70 tahun sudah mulai memikirkan banyak hal tentang apa yang terjadi di kemudian hari dalam hidup ini?. Terimakasih kepada Tuhan, karena atas karunia-Nya selama ini bisa menikmati sukacita dalam melayani pekerjaan Tuhan sampai masa purnabakti dan telah mengaruniakan 4 orang putra putri serta 7 orang cucu dan masih tetap menanti cucu dari anak kami Joint Esthon Siagian--dengan isterinya : Satriana Iin br.Sagala, yang masih belum dikaruniakan Tuhan hingga saat ini (Tolong didoakan juga). Terimakasih kepada Tuhan Allah, karena dalam pengalaman hidup selain di Indonesia, kami juga telah dapat berkunjung ke Philipina, Singapore, Johor Bahru, Kuala Lumpur, Thailand, Australia dan 10 State di Amerika disaat melakukan pelayanan serta mengunjungi anak-anak, semua cucu dan keluarga kami di saat ini.
KEBUDAYAAN Cina menjunjung tinggi umur panjang sebagai ukuran kebahagiaan. Lambangnya adalah pohon pinus, yaitu sejenis cemara yang tinggi dengan daun seperti jarum dan tetap hijau (ever-green) sekalipun diselimuti salju.
Umur pohon pinus dapat mencapai empat ratus tahun. Maka, gambar-gambar dinding di rumah orang Cina kebanyakan pohon pinus. Di Eropa, lambang pohon Natal adalah cemara, melambangkan umur yang panjang dan selalu segar. Kitab suci memandang umur panjang dengan pohon zaitun. Taman zaitun yang dahulu digunakan Yesus istirahat dengan para murid, sekarang pohon-pohonnya masih tumbuh dan belum mati. Umurnya 2000 tahun.
Hari ulang tahun
Merenungi tentang usia, tidak salahlah kalau kita menghubungkan dengan Hari Ulang Tahun. Pada sekitar hampir lebih kurang 75 tahun yang lalu karena pengarsipan tentang kelahiran masih belum serapi sekarang, maka tentu banyak yang tidak mengetahui secara pasti kapan tanggal kelahirannya sehingga mereka tidak pernah merayakannya. Kasihan! Barangkali di antara kita juga ada yang tidak pernah merayakan HUT.
Banyak pengarang buku ragu dengan silsilah Sukarno. Penulis Jerman, Bernard Dahm dalam Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan, mengaku bingung dengan tanggal kelahiran Sukarno: 6-6-1901. Sebab dalam catatan stambuk HBS (Hoogere Burgerschool) Surabaya, ia menemukan bahwa proklamator itu lahir pada 6-7-1902. Bernard Dahm menduga, Raden Soekemi (1869 – 1945) – ayah Sukarno – memudakan umur anaknya saat melamar ke HBS. Bung Karno, tidak memiliki tanggal lahir pasti. Bisa jadi demi sesuatu maksud tertentu, seseorang mengubah tanggal lahir, misalnya sebagai persyaratan tes masuk suatu lembaga tertentu.
Setiap kali mendapatkan ucapan Hari Ulang Tahun, terbersit dalam diri kita sebuah makna usia. Hari demi hari waktu kita berlari tanpa henti, bahkan tanpa kompromi meninggalkan kita. Penyair Roma berkata, “tempus fugit” yang artinya waktu berlari dengan cepatnya. Penulis Mazmur pun dengan tidak ragu-ragu menulis, “masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru dan kami melayang lenyap” ( Mzm 90: 10).
Adrian Pristio dalam Jalan Spiritual Sehari-hari, menulis, “Waktu perjalanan kembali ke Allah itu hanya sekitar 25.000 sampai 30.000 hari atau 70 sampai 80 tahun dan selebihnya merupakan bonus." Merenungkan tulisan-tulisan itu, betapa singkatnya hidup manusia itu. Dan kita harus menyadari bahwa setiap kali kita memperingati HUT, kita harus sadar bahwa umur kita berkurang satu tahun. Perayaan HUT kadang dirayakan dengan hingar-bingar.
Dan anehnya ada beberapa orang – khususnya para wanita – tidak suka jika orang mengetahui berapa umurnya. Dan betapa senangnya seseorang jika pada hari HUT-nya mendapat pujian bahwa dirinya awet muda. Pujian tersebut akan membuat hatinya berbunga-bunga. Tidak salahlah apa yang dikatakan oleh Jonathan Swift (1667 – 1745) penulis dari Irlandia, “Everyone wants to live long, but nobody to be old” yang artinya semua orang ingin panjang umur, tetapi tidak seorang pun mau menjadi tua.
Bukan persoalan lama
Ralph Waldo Emerson (1803 – 1882) penulis Amerika menulis, “It is not the length of life, but the depth of life” yang berarti hidup ini bukan persoalan berapa lama, tetapi berapa dalam. Kata-kata itu memang sungguh memiliki arti yang mendalam. Kedalaman hidup itu terwujud ketika hidup kita memberi kontribusi bagi “dunia”.
Dalam hidup ini pertama-tama kita tumbuh. Dalam bertumbuh tersebut kita perlu disiram, dipupuk dan dipelihara. Setelah bertumbuh dengan baik, maka berbunga dan berkembang. Di sanalah orang menjadi indah, harum dan banyak sahabat. Perkembangan ini tentu saja merupakan rahmat dari Tuhan, tetapi sekaligus sebagai tugas untuk semakin mewujudkan cita-cita. Tahap terakhir adalah berbuah (Mat 13: 1 – 9).
Buah-buah ini yang dirasakan oleh banyak orang. Bagi orang-orang yang mengasihi, usia tua adalah musim panen. Benih-benih cinta kasih yang ditanam dengan sangat saksama pada waktu lalu telah menjadi matang bersama waktu. Orang yang mengasihi dikelilingi dalam masa senjanya oleh kehadiran orang-orang lain yang penuh perhatian. Apa yang telah diberikan secara cuma-cuma dan penuh suka gembira mendapat balasan penuh minat dan perhatian pada masa tuanya.
Renungan ini, akan saya akhiri dengan sebuah arti umur. Lao Tze ( sekitar abad – 4 SM ) penulis buku Tao Te Ching dan pendiri agama Tao di China pernah berkata demikian,
“Orang pada umur 20 tahun belajar bijaksana,
orang umur 30 tahun tumbuh bijaksana,
orang umur 40 tahun merasa bijaksana,
orang umur 50 tahun mencoba bijaksana
orang yang berumur 60 tahun mulai bijaksana
Dan orang berumur 70 tahun baru bijaksana”.
Akhirnya kami ucapkan kepada orang-orang yang ber-HUT, baik itu tanggal beneran maupun tanggal rekayasa, “Vivat ad multos annos, ad summam senectutem” artinya Semoga ia hidup panjang umur mencapai usia tertua.
Apakah saya bersama isteri tercinta bisa mencapai usia 101 tahun?. Jawabannya ada ditangan Tuhan Allah Bapa kita!.
Sumber:
-Personal experience.
-Sesawi.net.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar