Selasa, 30 Desember 2014

INFORMASI ASAM URAT.

Konsumsi Seafood, Makanan Kaleng, dan Jeroan, Berisiko Tinggi Terserang Asam Urat

Penyakit asam urat ternyata sangat terkait dengan pola makan. Jika Anda penggemar makanan seafood seperti udang, kepiting, kerang, atau makanan kaleng seperti kornet, atau aneka jeroan seperti hati, usus, ampela, kemungkinan besar Anda sudah terserang penyakit asam urat. Apalagi, jika Anda seorang pria berusia di atas 40 tahun, paling rentan terkena penyakit yang menyerang persendian ini. Apa saja penyebab, gejala, dan cara mengatasinya?

Penyakit asam urat adalah penyakit yang menyerang sendi dan tendon yang disebabkan timbunan asam urat yang berlebih dan membentuk kristal. Ginjal adalah organ yang mengatur kestabilan kadar asam urat dalam tubuh dan akan membawa sisa asam urat ke pembuangan air seni. Namun jika kadar asam urat itu berlebihan, ginjal tidak akan sanggup mengaturnya sehingga kelebihan itu akan menumpuk pada jaringan dan sendi, membentuk kristal. Kandungan asam urat yang tinggi menyebabkan nyeri dan sakit di persedian yang amat sangat. Sendi-sendi yang diserang terutama sendi jempol kaki, engkel kaki, pergelangan kaki, tumit, lutut, siku. Selain nyeri, penyakit asam urat juga dapat membuat persendian membengkak, meradang, panas dan kaku.

Penyebab. Asam urat adalah suatu zat dari hasil metabolisme bahan pangan yang mengandung purin (salah satu bagian dari protein). Karena itu, kadar asam urat dalam diri seseorang sangat berhubungan erat dengan makanan yang dikonsumsinya. Maka, hindarilah mengonsumsi makanan yang mengandung kadar purin tinggi, seperti minuman fermentasi dan mengandung alkohol; udang, tiram, kepiting, kerang; berbagai jenis makanan kaleng seperti sarden, kornet sapi; berbagai jeroan seperti hati, ginjal, jantung, otak, paru, limpa, usus; buah-buahan tertentu seperti durian, alpukat dan es kelapa.

Menurut dr Cosphiadi Irawan, SpPD, KHOM, dari RSCM, makanan yang bersumber dari produk hewani biasanya mengandung purin yang sangat tinggi. Jika mengonsumsi makanan ini tanpa perhitungan, jumlah purin dalam tubuh dapat melewati ambang batas normal. “Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui masyarakat secara luas. Akibatnya banyak orang suka menyamaratakan semua makanan tanpa mempertimbangkan kandungan di dalamnya,” jelas dr. Cosphiadi. Kadar asam urat yang normal pada pria adalah 3,5-7 miligram per desiliter (mg/dl) dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl.

Kelebihan asam urat atau hyper uricemia disebabkan karena produksi asam urat meningkat atau pengeluaran asam urat oleh ginjal menurun. Hyper uricemia terdiri dari dua macam, yaitu primer dan sekunder. Pada hyper uricemia primer, ginjal yang berfungsi menyaring kotoran dari darah dan mengeluarkan hasil metabolisme dalam bentuk urine, tanpa sebab yang jelas menurun kemampuannya untuk mengeluarkan asam urat dari tubuh. “Nah, hasil metabolisme yang akan dikeluarkan oleh ginjal tadi terserap lagi oleh sel-sel ginjal yaitu tubulus,” jelas dr. Cosphiadi. Hyper uricemia primer diduga karena kelainan ginjal yang juga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik (turunan) dan faktor enzim yang menyebabkan gangguan metabolisme seingga mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat. “Sebenarnya yang mengalami hyper uricemia primer ini makannya normal, tapi entah kenapa kemampuan pengeluarannya tidak bagus. Dan sebagian besar biasanya faktor genetik sangat berperan pada penderita asam urat,” terang dr. Cosphiadi.

Sedangkan hyper uricemia sekunder disebabkan karena berbagai faktor patologis, yaitu gangguan fungsi ginjal, karena penyakit ganas seperti tumor, kanker, leukemia atau penyakit-penyakit sel darah yang cepat membelah dirinya yang mana terjadi produksi sel darah berlebih, karena obat-obatan (obat kanker dan Vitamin B12), obesitas (kegemukan), dan meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. “Kalau penyebab asam uratnya jelas itu berarti hyper uricemia sekunder,” kata dr. Cosphiadi.

Hal senada juga diungkapkan oleh dr. Titi Sekarindah, SpGK dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Menurutnya, pengeluaran asam urat menurun biasanya terjadi pada penyakit ginjal atau pada pemberian obat-obatan tertentu. Kadar asam urat tinggi dapat menyebabkan penimbunan kristal asam urat pada cairan sendi yang nantinya dapat menimbulkan penyakit gout arthriteis (radang sendi) dan penimbunan asam urat dalam ginjal yang dapat menyebabkan batu ginjal. “Yang bikin orang ketakutan jika mengalami asam urat yaitu menumpuknya asam urat pada sendi-sendi yang berbentuk semacam benjolan atau bisul yang berisi kristal asam urat disebut Thopi,” kata dr. Titi.

“Kalau tidak diobati akan sakit terus. Pada kondisi tertentu masa bebas sakitnya makin lama makin pendek, biasanya mengalami satu tahun sekali bisa berkurang menjadi delapan bulan sekali, enam bulan sekali dan seterusnya,” jelas dr Cosphiadi.

Gejala. Gejala khas penyakit asam urat adalah serangan bersifat monoartikular (menyerang pada satu sendi saja) berupa pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas, dan mengganggu pergerakan sendi. Bahkan saat tidur akan merasakan sakit walau hanya terkena selimut.

Ada tiga tahapan serangan penyakit asam urat. Tahap pertama yaitu gout arthriteis akut, penderita akan merasa nyeri yang hebat pada persendian dan serangan itu akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan. Setelah serangan pertama, penderita akan mengalami gout interkritikal, di mana penderita akan sehat dalam jangka waktu tertentu yang berkisar 1 – 2 tahun sehingga penderita menduga serangan pertama dahulu tak ada hubungannya dengan penyakit gout arthriteis akut.

Tahap kedua disebut sebagai tahap gout arthreteis akut intermiten yaitu penderita akan seing mendapatkan serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak. Tahap ketiga disebut sebagai tahap gout arthreteis kronik bertophi. Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama sepuluh tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang. “Tophi pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan mengekibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi,” kata dr. Cosphiadi.

Lebih Banyak Pria. Umumnya yang mengalami penyakit asam urat adalah pria, sedangkan perempuan persentasenya lebih kecil dan baru muncul setelah masa menopause. Kadar asam urat pada pria cenderung meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.

Asam urat lebih banyak dialami pria karena tidak memiliki hormon estrogen seperti pada perempuan. Hormon ini membantu pembuangan asam urat melalui urine. Jadi, selama seorang perempuan mempunyai hormon estrogen, maka pembuangan asam uratnya ikut terkontrol. Ketika sudah tidak mempunyai hormon estrogen seperti saat menopause, barulah perempuan terkena asam urat.

Dr. Titi menambahkan, yang mengalami asam urat biasanya pada usia 40 tahun ke atas. Namun sebenarnya, pada usia 40 tahun ke atas tersebut adalah dampak yang ditimbulkan karena tingginya kadar asam urat yang sudah menumpuk atau mengendap di sendi yang mengalami inflamasi atau penekanan sejak 20 tahun sebelumnya. “Jadi, kita harus jaga asam uratnya agar tidak tinggi. Karena kalau tinggi nanti akan mengalami gout arthreteis,” jelas dr Titi.

Penanganan. Penanganan yang paling efektif adalah mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, dan minum air putih yang dapat membantu mempercepat pengeluaran asam urat. Sebaiknya minum air putih 2 liter sehari atau setara dengan 8 gelas. Bila sudah terjadi gout arthtereis disarankan hanya mengonsumsi makanan golongan C (lihat sidebar). Bila perlu minum obat Allopurinol, dan gunakan obat untuk mengurangi rasa sakit yaitu Non Steroid Anti Inflamasi Drug (NSAID).

Juga perbanyak olahraga, hindari stress, melakukan diet seimbang dengan pola makan yang seimbang yaitu terdiri dari protein 15 persen, karbohidrat 50 – 60 persen, sayuran golongan B maksimal 2 kali seminggu, lemak kurang dari 30 persen, lalu menurunkan berat badan secara bertahap bagi penderita yang terlalu gemuk, karena bila penurunan berat badan dilakukan secara drastis dapat menyebabkan kenaikan kadar asam urat. “Tapi berdasarkan hasil survei, minum air putih dua gelas sebelum makan akan menurunkan berat badan,” terang dr Titi. Noprica Handayani

Golongan Makanan Berdasarkan Kandungan Kadar Purin

Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung purin tinggi. Berikut adalah penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:

1.Golongan A: Jenis makanan yang mengandung purin tinggi (150 – 1000 mg purin/100 gr bahan makanan). Yaitu hati, ginjal, otak, jantung, paru, usus, udang, remis, kerang, ikan hering, sardin, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), bebek, makanan yang diawetkan dalam kaleng serta alkohol.

2.Golongan B: Jenis makanan yang mengandung purin sedang (50 – 100 mg purin/100 gr bahan makanan). Yaitu ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kacang-kacangan dalam bentuk kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, kangkung, daun singkong, daun papaya, dan daun melinjo.

3.Golongan C: jenis makanan yang mengandung purin lebih ringan (< 50 mg purin/100 gr bahan makanan). Yaitu keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan. Sayuran rendah purin di antaranya, wortel, labu siam, tomat, beet, brusel sprout, kol, seledri, jagung, terong, brokoli, selada air, okra, kentang, kacang panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar