Kamis, 29 Januari 2015

Bersukacitalah dalam Tuhan

Renungan:
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!.(Filipi 4:4).


1. Ayat ini menunjukkan bahwa Paulus adalah seorang yang luar biasa. Saat itu ia sedang berada dalam penjara di Filipi tetapi ia bisa menyuruh orang lain untuk bersukacita. Biasanya, kalau kita sedang menderita maka yang kita harapkan dari orang lain adalah supaya ia berdoa bagi kita, menghibur kita, menolong kita, dan sebagainya. Tetapi Paulus justru menyuruh jemaat Filipi untuk bersukacita!. Mengapa? Karena ia telah memberikan contoh, bukan hanya menyuruh orang lain saja. Ia sendiri bisa bersukacita di tengah-tengah penderitaannya (bdk: Fil.1:18; 2 Kor.6:10). Maukah saudara meniru sikap Paulus dalam penderitaan?.
2. Perintah ini menunjukkan bahwa hidup Kristen tidak selalu enak dan penuh sukacita. Kalau memang hidup Kristen itu enak terus, maka jelas perintah untuk bersukacita senantiasa ini tidak perlu diberikan oleh Paulus.
3. ARTI dari perintah “BERSUKACITALAH SENANTIASA”—ini tidak berarti bahwa perintah ini berlaku mutlak (dalam segala keadaan, tanpa kecuali). Alasannya? Kita baca : Pengkhotbah 3:4 mengatakan: ada waktu untuk menangis, tertawa, meratap, menari. Dalam 2 Kor.7:8-11 menunjukkan bahwa dukacita karena sadar akan dosa, adalah sesuatu yang benar!. Jadi jelaslah bahwa pada waktu kita sadar bahwa kita telah melakukan dosa tertentu, kita tidak seharusnya bersukacita, tetapi sebaliknya kita harus berdukacita/berkabung. PENERAPAN: Apakah saudara selalu sedih pada saat saudara sadar akan dosa saudara?. Jadi kita tidak boleh bersikap tegar tengkuk. Jadi, kalau ada orang yang berdukacita karena kematian keluarganya, Anda harus mengangis/berdukacita. Latar belakang ayat ini: Kesedihan karena adanya keretakan hubungan diantara 2 orang yakni: Euodia dan Sintikhe—yang tadinya sama-sama melayani. (Fil.4:2) Supaya sepikir didalam Tuhan. Sebab keduanya belum bisa sepikir didalam Tuhan, masih saling bertentangan, tidak sama pikiran/pendiriannya. Maka hal itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
 Penerapan: Apakah saudara sering sedih berlarut-larut. Tidak ada gunanya!. Itu bisa memberikan problem kesehatan (maag, sukar tidur, dll) kepada saudara, membuat saudara tidak bisa hidup bagi Tuhan dengan baik. Disamping itu, kata “bersukacitalah senantiasa” itu—memang menyuruh kita untuk bersukacita didalam berbagai macam situasi dan kondisi, dimana orang dunia tidak mungkin bersukacita. Kalau ini bisa kita lakukan, ini akan menjadi suatu kesaksian hidup, yang akan mengherankan orang dunia, yang mungkin akan membuka mata mereka bahwa ada sesuatu yang lain didalam Kekristenan.
CARA MENGUSAHAKAN SUKACITA:
i. Datang kepada Kristus. Hanya didalam Kristuslah saudara bisa mendapatkan sukacita sejati.
ii. TIDAK HIDUP BERDASARKAN PERASAAN. Pada saat saudara sedih, sumpek, putus asa dan sebagainya, saudara harus bisa hidup menentang perasaan saudara. Kita harus hidup seduai dengan Firman Tuhan. Saat-saat seperti itu coba nyanyikan lagu pujian untuk Tuhan, berdoa untuk bersyukur dan memuji Tuhan atas berkat-berkat yang ada. Mula-mula mungkin saudara akan merasakan konflik dalam hati saudara, tetapi kalau saudara teruskan, maka akhirnya perasaan saudara akan mengikuti tindakan saudara dan saudara bisa menjadi sukacita (Tidak terus lagi memikirkan problem/penderitaan. Cobalah untuk mengalihkan pikiran saudara dari hal-hal yang membuat saudara sedih, sumpek, gelisah dan lain-lain. Ini bukan berarti saudara boleh “LARI” dari persoalan saudara. Memang ada waktu dimana persoalan itu harus saudara hadapi dan bereskan. Tetapi janganlah terus menerus memikirkannya.
iii. ARAHKANLAH PIKIRAN SAUDARA PADA BERKAT TUHAN BAGI SAUDARA. Demikianlah caranya kita agar : “bersukacita senantiasa dalam Tuhan”. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar