Minggu, 18 Januari 2015

Rahasia Mengelola Keuangan Keluarga.

Seringkali kita terkaget-kaget begitu melihat uang ludes di akhir bulan.
Padahal masih ada tagihan yang belum lunas. Kita sering bertanya: “Kemana saja uang habis dibelanjakan?”. Lemas rasanya mengingat uang itu hasil kerja keras sebulan. Anehnya, walaupun gaji naik tetap
saja uang habis tanpa bisa menabung, apalagi investasi. Padahal semua itu tidak
perlu terjadi kalau saja kita tahu rahasia mengelola keuangan. Kuncinya adalah
bukan pada “berapa banyak uang yang dihasilkan”, tapi pada ”bagaimana kita
membuat pengeluaran lebih kecil dari pemasukan sehingga bisa menabung dan
investasi untuk masa depan”. Tentunya semua ini harus dibicarakan berdua dengan
suami supaya lebih obyektif.

Sebenarnya mengapa uang itu perlu kita kelola?

Alasannya bisa macam-macam, ada yang karena ingin membeli barang atau jasa
tertentu, kondisi perekonomian yang tidak selalu stabil, biaya hidup yang
tinggi saat ini dan terus naik dari tahun ke tahun, fisik kita yang tidak
selalu sehat, dan banyaknya pilihan produk keuangan.

Apa saja yang perlu dilakukan sebagai langkah awal?

Buat daftar kebutuhan untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Prinsipnya
”utamakan kebutuhan, bukan keinginan”. Makan misalnya merupakan ”kebutuhan”.
Tapi makan enak di restoran yang mahal merupakan ”keinginan”. Bukan berarti
kita tidak boleh makan enak tapi perlu kita pertimbangkan apakah akan
mengorbankan ”kebutuhan” lain yang lebih penting, misalnya membeli buku
pelajaran anak. Lagipula walaupun sekarang kita merasa telah mampu memenuhi
semua keinginan, tetap saja kita harus memikirkan kebutuhan di masa yang akan
datang, misalnya menyiapkan dana pensiun, dana pendidikan bagi anak-anak,
asuransi kesehatan.

Kapan membuat anggaran?
 Sebelum ada pemasukan. Maksudnya supaya ada gambaran apakah uang kita cukup dan
masih ada sisanya untuk bulan depan. Kalau kurang ya anggaran harus kita ubah.
Kalau penghasilan kita tidak tetap, coba hitung rata-rata anggaran bulan-bulan
lalu dan perubahannya.

Bagaimana caranya membuat anggaran?

Buat pos perkiraan pemasukan dan pengeluaran berdasarkan daftar kebutuhan di
atas. Pos pemasukan berupa gaji, bonus, dan laba bersih wirausaha. Pos
pengeluaran dibagi tiga yaitu pos cicilan hutang/kredit, pos tabungan dan pos
keperluan rumah tangga.
  Pos apa yang paling diprioritaskan dalam anggaran belanja?

 Pos cicilan hutang/kredit. Kenapa? Karena kalau sampai terlambat membayar ada
risiko kena denda. Juga kalau sampai macet, hutang bisa membengkak karena bunga
berjalan akan dihitung terus. Berapa besarnya? Usahakan totalnya tidak melebihi
30% dari pemasukan. Kenapa? Maksudnya ya supaya sisanya masih cukup untuk
kebutuhan hidup lainnya.

Setelah cicilan hutang beres, pos anggaran apa berikutnya?

 Pos tabungan. Menabung tidak perlu menunggu sampai akhir bulan karena biasanya
tidak akan ada sisanya. Tabungan ini ada yang untuk keperluan darurat dan
mendadak (jangka pendek) misalnya jika tiba-tiba kita di-PHK atau sakit dan
harus dirawat di RS, ada juga yang bersifat jangka panjang misalnya dana pensiun,
biaya pendidikan lanjut anak, biaya menikahkan anak, dan investasi masa depan
(pengembangan rumah, menambah mobil, harta warisan, dsb). Bentuk tabungan ini
bisa berupa dana cadangan, premi asuransi dan investasi jangka panjang.

Bagaimana dengan pengeluaran rumah tangga sehari-hari?

Nah ini prioritas terakhir karena bersifat fleksibel. Artinya dapat dikurangi
atau ditambah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan serta pendapatan yang
tersedia. Umumnya pengeluaran ini meliputi makanan, pakaian dan aksesori,
transportasi, pendidikan anak, keperluan rumah (listrik, air, sewa rumah),
komunikasi (hp, telpon, internet), hiburan dan rekreasi. Waspadai jenis
pengeluaran yang biasanya besar dan berpotensi menimbulkan defisit anggaran
misalnya telepon, listrik dan air, biaya sosial (hadiah, sumbangan, iuran),
pakaian dan aksesori, barang elektronik. Juga waspadai jenis pengeluaran yang
kelihatannya ”tersembunyi” tapi hampir selalu muncul tiap bulannya yaitu biaya
pemeliharaan. Misalnya perbaikan rumah, mobil, dan alat rumah tangga yang
rusak, biaya ke dokter dan obat (jika belum ada asuransi).

Apa saja yang perlu terus dipantau dalam membuat anggaran rumah tangga?

 Perkembangan harga-harga kebutuhan pokok. Jika harga-harga naik, tinggal pilih
apakah anggaran dinaikkan (dengan konsekuensi anggaran lain diturunkan atau
menambah penghasilan) atau menurunkan standar atau jumlah kebutuhan yang akan
dikonsumsi.

Kembali soal tabungan, tadi belum jelas, dana cadangan itu apa sih?

Dana ini umumnya digunakan untuk pengeluaran darurat dan mendadak. Jadi
sifatnya wajib. Disimpannya harus di tempat yang aman (tidak akan hilang dan
berkurang) dan likuid (bisa diambil kapanpun tanpa ada denda), misalnya di cash
box lemari kita, tabungan dan giro di bank, deposito jangka pendek. Dana ini
dapat dikumpulkan sedikit demi sedikit dengan menyisihkan minimal 10% dari
pemasukan hingga mencapai jumlah yang setara dengan pengeluaran untuk 3-6
bulan. Kalau pemasukan relatif tidak tetap, maka jumlahnya lebih besar yaitu
setara dengan pengeluaran untuk 12 bulan. Artinya, jika tiba-tiba kita di-PHK
atau terkena bencana alam sehingga pemasukan nol atau minim sekali, maka kita
masih “bisa hidup mandiri” (tidak menambah hutang) beberapa bulan ke depan
sambil mencari pekerjaan baru. Tapi jumlah dana cadangan harus kita batasi,
jangan terlalu besar karena tidak produktif.

Bagaimana dengan premi asuransi?

 Berbeda dengan dana cadangan, asuransi ini digunakan untuk menanggulangi risiko
finansial keluarga tapi dikelola oleh pihak lain (bank atau perusahaan
asuransi). Saat ini terdapat banyak produk yang ditawarkan, misalnya dana
pensiun, kesehatan, kecelakaan, pendidikan anak, rumah, mobil, haji dan umroh.
Mengingat dana ini dikelola oleh pihak lain, kita perlu berhati-hati dalam
memilihnya agar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pemasukan.

 Bagaimana dengan investasi jangka panjang?

 Ini prioritas terakhir, umumnya digunakan untuk tujuan spesifik dan dikelola
sendiri, misalnya biaya menikahkan anak, pengembangan rumah, menambah mobil,
harta warisan, dsb. Jenis simpanan ini dapat juga dimanfaatkan sekaligus untuk
tambahan pemasukan (produktif); jadi menabung sambil menambah penghasilan.
Prinsip dasar dari investasi adalah semakin tinggi keuntungan maka risikonya
semakin tinggi pula. Jadi berhati-hatilah terhadap tawaran investasi yang
menjanjikan keuntungan berlipat ganda dalam waktu singkat. Keuntungan investasi
hanya bisa dicapai dengan pengetahuan dan ketekunan dan itu membutuhkan waktu.
Yang perlu disiapkan adalah seberapa besar kita bersedia menanggung risiko,
apakah produk investasi tersebut mudah dijual kembali, dan hasilnya sesuai
dengan kenaikan barang dan jasa.

Lho, mengapa tabungan banyak jenisnya? Mengapa tidak satu jenis saja?

Nah itu tergantung besarnya dana tabungan. Kalau sangat terbatas ya cukup dana
cadangan saja untuk keperluan darurat dan mendadak. Kalau ada sedikit
kelebihan, misalnya dapat menabung setara dengan pengeluaran sekitar 6 bulan
atau lebih, maka sebagian dapat dialihkan untuk mengikuti program asuransi.
Kalau masih banyak kelebihannya, atau memang ada maksud untuk mencari
penghasilan tambahan, maka sebagian tabungan dapat dialihkan juga untuk
investasi jangka panjang. Yang terpenting adalah dana cadangan jangan sampai
tidak ada, karena risiko dapat terjadi sewaktu-waktu dan ini perlu tabungan
yang likuid.

Lalu, apa saja keuntungan dan keterbatasan kalau tabungan dikelola sendiri atau pihak lain?

Kalau dikelola sendiri, lebih bebas menggunakannya (kapanpun dan untuk
keperluan apapun), tapi tidak begitu produktif. Kalau dikelola pihak lain dana
itu lebih terkontrol dan produktif, tapi kita harus mau mematuhi peraturan
pihak lain dan kadang sulit dicairkan.

Terakhir, bagaimana agar rencana di atas berhasil dilaksanakan?

 Tentu kita harus punya cara untuk mengontrol dan berdisiplin menjalankannya.
Salah satunya adalah dengan “sistem amplop”. Setiap pos pengeluaran dimasukkan
dalam satu amplop. Jika uang dalam suatu amplop habis, kita tidak boleh
mengambil dari amplop lain. Kenapa? Karena berarti mengurangi anggaran yang
lain.

Cara lain adalah dengan fasilitas ”autodebet bank” (fasilitas transfer otomatis
dari bank). Melalui fasilitas ini setiap bulan pada tanggal gajian langsung
dapat ditransfer sejumlah dana dari rekening gaji ke rekening khusus tabungan,
rekening kartu kredit, rekening pembayaran listrik, air, telepon, dsb. Jadi
kita tidak perlu repot-repot datang ke bank atau ATM untuk melakukan transfer
namun secara tidak sadar kredit dapat dibayar dan tabungan terus bertambah.

Selamat mencoba dan semoga berhasil!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar