Selasa, 07 Juli 2015

GC -60th : Pergerakan Advent New Hampshire.



SAN ANTONIO -Texas (02-11 Juli 2015).


Laporan hari ke 4, Senin malam, 6 Juli 2015 Waktu San Antonio.

Acara Kebaktian sore dan Laporan GC Session 2015 hari keempat dimulai dengan lagu-lagu pujian.
Pdt. John Graz, Direktur Public Affairs dan Religious Liberty (PARL) memberikan ucapan selamat datang sekaligus membuka acara.
Kemudian Elder Ganoune Diop, associate PARL secara khusus memberikan sambutan dan selamat datang kepada beberapa anggota GMAHK yang berada di pemerintahan, seperti saudara seiman kita dari Papua New Guinea, duta besar Filipina untuk New Guinea, dari Tanzania dan dari neraga-negara lain.  Saudara-saudara kita ini diharapkan dapat menjadi  ‘duta-duta’ Gereja di pemerintahan.
Selanjutnya lagu pujian “Lay These Burdens Down” dinyanyikan oleh grup vocal accapela wanita Forever His.
Elder Harold Wollan, associate secretary GC memperkenalkan Divisi Inter-Eropa yang akan memberikan laporan pekerjaan Tuhan.
Ketua Divisi Inter-Eropa, Bruno Vertallier kemudian mempresentasikan laporan mereka yang dikemas dalam sebuah tayangan video dengan judul “Come”.
Divisi Inter - Eropa berkantor pusat di Swiss, negara tempat dikirimkannya misionaris Advent pertama, bernama John N. Andrews, divisi ini cukup luas dan menghadapi banyak tantangan yang cukup sulit dalam penarikan jiwa.
Membentang dari Jerman hingga Italy dan dari Portugal hingga Rumania.  Terdiri dari 16, dengan 14 bahasa yang berbeda, dan memiliki 180.000 anggota GMAHK.
Sekitar 80 % penduduk di negara-negara Eropa yang sudah mapan ini umumnya menganut paham atheis dan agnostik.  Banyak gereja diisi oleh orang-orang tua yang hanya tersisa sedikit, dan begitu sulit untuk mengajak orang datang ke KKR.
Sebuah strategi penginjilan melalui media sedang gencar berlangsung di sana, dan hasilnya adalah pada tahun terakhir ini dideteksi ada sekitar 172.000 yang tertarik pada pekabaran Advent melalui internet dan televisi Hope Channel.  Divisi ini berusaha untuk menarik banyak peminat dari golongan anak muda dan anak-anak, agar mereka  menjadi penerus-penerus jemaat / Gereja.
Sebuah permainan biola yang indah dari Anna Sophia Jennah Bonino dirangkai dengan lagu pujian “The Desire of All Nations” oleh Wendy Engelman mengakiri presentasi Divisi Inter-Eropa.
Direktur Ellen G. White Estate, Pdt. James R. Nix mempersembahkan sebuah potongan clip dari film "Tell The World".
Kali ini beliau bercerita tentang seorang pendeta muda Gereja Methodist elder Episcopal Frederick Wheeler (1811-1910), yang satu kali di hari minggu pagi di tahun 1844 memimpin perjamuan kudus jemaatnya di Washington, New Hampshire.  ( saya bersyukur sempat 2x datang melihat Gereja Washington ini dan gunung batu tempat pengikut William Miller menantikan kedatangan Yesus )
Dalam khotbahnya dia mengatakan “Hanya yang setia mengikuti seluruh hukum Tuhan yang bisa mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini.”
Mendengar itu, seorang wanita yang berasal dari Gereja Baptis Hari Ketujuh bernama Rachel Oaks Preston pada akhir kebaktian menemui pendeta Wheeler dan mengatakan bahwa Wheeler tidak mengikuti semua hukum Tuhan.
Wanita ini kemudian memperkenalkan Sabat hari ketujuh kepadanya.  Dan setelah penyelidikannya yang dalam, pada tanggal 16 Maret 1844, Wheeler mengkhotbahkan topik ini di jemaatnya, dan beberapa anggotanya menjadi pemelihara hari Sabat termasuk William Farnsworth dan keluarganya (keluarga ini dikenal sebagai Seventh-Day Adventist yang pertama).
Tahun 1845, Wheeler kemudian bertemu dengan Kapten Joseph Bates dan memberikan sebuah terang tentang pemeliharaan Sabat hari ketujuh kepada salah satu pendiri GMAHK ini.
Bates kemudian memperkenalkan dotrin ini kepada James dan Ellen White.
Di tahun 1851, ketika sedang berkhotbah kepada jemaatnya, Wheeler dikunjungi oleh James White.
Tahun 1857 Wheeler pindah ke New York melanjutkan pelayanannya di West Monroe.
Ketika tahun 1861 James White memprakarsai berdirinya General Conference, Wheeler hadir dalam pertemuan tersebut walaupun dia tidak berdiri untuk menyetujui berdirinya GMAHK.
Puji syukur, beberapa tahun kemudian dia bergabung dalam barisan kependetaan GMAHK.  Pdt. Frederick Wheeler tetap setia melayani sebagai hamba Tuhan, dan meninggal tahun 1910, di usia hampir genap 100 tahun.
Direktur Ellen White Estate, James R. Nix kemudian membawakan kesaksian tentang beberapa pioneer GMAHK.
Salah satunya adalah anak muda bernama Eugene Farnsworth (1847-1935).  Satu hari di tahun 1867, Pdt. John N. Andrews mengunjungi perkebunan jagung keluarga William Farnsworth  di Washington, New Hampshire.
Dari tempatnya bekerja, Eugene melihat Pdt. Andrews sedang menggaruk-garuk tanah untuk menanam jagung.  Anak muda ini mendekat dan bertanya kepada Pdt. Andrews “Apakah pendeta tahu menanam jagung?”  Pdt. Andrews menjawab “Sebenarnya saya tidak tahu apa yang sedang saya kerjakan.”
Percakapan itu kemudian berlanjut.  Pdt. Andrews bertanya apa cita-cita Eugene.  Dia menjawab dengan pasti “Saya ingin menjadi lawyer.”  “Kalau begitu apa tujuan hidupmu?” tanya Pdt. Andrews.  “Apa yang akan kamu buat?”
Eugene agak kebingungan, tapi kemudian menjawab “Saya akan sekolah.”  Pdt. Andrews bertanya lagi “Selanjutnya apa?”  “Saya akan belajar tentang hukum,” jawab Eugene.  “Selanjutnya apa?”  “Saya akan bekerja di bidang hukum.”  “Selanjutnya apa?”  “Saya akan mendapatkan uang dan saya akan memiliki keluarga saya sendiri.”  “Selanjutnya apa?”  “Saya akan menjadi tua seperti orang-orang lain.”  “Selanjutnya apa?”  “Saya akan mati.”
Percakapan itu selesai.  Tetapi anak muda 19 tahun itu kemudian merenungkan pertanyaan Pdt. Andrews yang terus menerus itu… “What next?” ( selanjutnya apa ? )
Di waktu yang sama James dan Ellen White yang sedang mengunjungi Pdt. Frederick Wheeler dimintakan untuk mengadakan KKR.  Eugene dan ayahnya, William setia menghadiri acara tersebut.  Keluarga ini adalah pengikut gerakan Advent yang pertama kali menjadi pemelihara Sabat hari ketujuh.  Ketika mendengarkan Ellen white berkhotbah, Eugene bertanya dalam hatinya apakah sudah ditunjukkan Tuhan kepada Ny. White apa yang dilakukan ayahnya?
Satu waktu ketika ia sedang bekerja di ladang jagung, Eugene memergoki ayahnya sedang merokok, namun begitu mengetahui kehadiran anaknya, William membuang rokok ke tanah yang sedang bersalju, lalu menginjaknya supaya tidak kelihatan.  Eugene tidak suka dengan apa yang dilakukan ayahnya, dan di KKR itu dia penasaran apakah Ny. White bisa membuka kedok ayahnya.
Tiba-tiba dalam khotbahnya, Ellen White menoleh kepada William Fransworth lalu berkata “Saya melihat bahwa saudara ini adalah budak tembakau. Tetapi yang terburuk dari masalahnya adalah bahwa dia bertindak munafik, mencoba untuk menipu saudara-saudaranya supaya berpikir bahwa ia telah membuang itu, karena ia berjanji untuk berhenti waktu mereka bergabung dengan gereja.”
Betapa kagetnya Eugene.  Dari sejak hari itu dia percaya bahwa Ellen G. White adalah utusan Tuhan.  Dan akhirnya Eugene mendapatkan terang dari Tuhan, dan dia memilih untuk menjadi seorang pendeta, seorang hamba Allah yang setia, bertahun-tahun bekerja dia melayani di Amerika Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru.
Pada akhir Oktober 1851, 75 orang pengikut gerakan Advent yang percaya berkumpul di gereja Washington, New Hampshire.
7 tahun sejak peristiwa besar kekecewaan tahun 1844, maka mereka yang tidak kehilangan iman dalam Yesus ini datang dengan berani untuk mempersiapkan berdirinya General Conference.
Beberapa orang ada yang masih memiliki kemarahan akibat kekecewaan ; kemudian mereka mengkritik para pemimpin terutama James dan Ellen White. Di antara mereka adalah Stephen Smith (1806-1889).  Dia berbicara dengan lidah beracun dan tidak ragu-ragu untuk meng-interupsi pimpinan dengan kritik yang sangat pedas.
Dalam pertemuan itu, Ellen White menerima penglihatan yang menunjukkan keadaan spiritual para anggota gereja Washington.  Dia mengatakan bahwa dalam penglihatannya di pertemuan itu berikutnya bahwa semua yang hadir akan menerimanya sebagai pesan dari Surga dan memutuskan untuk mendengarkan nasihatnya, kecuali dua orang itu.  Salah satunya adalah Stephen Smith. Dia menentang kesaksian itu dengan begitu pahit, dan kemudian dia dipecat dari persekutuan mereka.
Tapi Stephen Smith benar-benar ingin menjadi anggota Gereja, sehingga tahun berikutnya ia diterima kembali ke dalam persekutuan itu setelah menunjukkan perubahan dan membuat pengakuan. Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. Dia bergabung dengan gerakan yang menentang Gereja dan setuju dengan setiap usaha baru untuk menetapkan tanggal bagi kedatangan Kristus.
Pada satu hari Smith pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-suratnya.  Dia menerima sebuah envelop yang panjang dan tebal dengan nama pengirim Ellen White.  Darahnya menjadi panas dan wajahnya berubah. "Jadi, dia telah menulis penglihatan untuk saya," gumamnya sambil memelototi surat yang tidak diinginkannya itu. "Aku tidak akan membacanya!"  Smith kemudian menyimpan surat itu. Orang ini, yang seharusnya menikmati kehidupan yang indah, telah menjadikan hari-harinya begitu pahit.
Keluarga White bukanlah satu-satunya sasaran kritiknya yang pedas.  Bahkan Istri dan anak-anaknya pun seringkali menjadi sasaran kemarahannya.  Hingga 27 tahun berlalu.  1884, rambutnya telah memutih.  Garis-garis kepahitan memenuhi wajahnya.  Punggungnya pun sudah membungkuk.
Suatu hari Stephen Smith mengambil dari meja ruang tamunya salinan jurnal Review and Herald.
Istrinya tetap menjadi anggota Gereja Advent dan mengajarkan anak-anak untuk selalu setia.  Merekalah yang terus berlangganan jurnal tersebut.
Saat ia membuka kertas itu, mata Stephen jatuh pada sebuah artikel yang ditulis Ellen White.  Buru-buru ia membacanya.  Dengan serius dia meresapinya.  "Sungguh benar," dia berkata kepada dirinya sendiri. Begitu juga minggu berikutnya, artikel Ellen White yang lain mencuri perhatiannya dan dia harus mengakui bahwa “Itu adalah Kebenaran Allah.”  Sejak saat itu ia terus membaca artikel mingguan Ny. White dan membacanya.  Tak lama istri dan anak-anaknya mulai melihat perubahannya. Kata-katanya menjadi lebih lembut, komentarnya tidak kasar.  Tak berapa lama setelah itu, Smith mulai berharap agar dia bisa bertemu degan James dan Ellen White,  tapi sayang James telah meninggal empat tahun lalu, dan Ellen sekarang tinggal sendirian di Michigan.
Musim panas berikutnya tahun 1885, Eugene Farnsworth kembali ke kotanya Washington, New Hampshire, untuk mengadakan KKR.  Berita tentang KKR ini didengar oleh Stephen Smith.  Dia teringat tentang Eugene dan ingin mendengar dia berkhotbah.  Kemudian orang tua ini berangkat pada hari Sabat pagi untuk mendengar Pdt. Eugene Farnsworth berkhotbah.  Topik khotbah pagi itu adalah mengenai Gerakan Advent Hari Ketujuh.
Dalam pertemuan itu, Pdt. Eugene Farnsworth agak takut melihat kehadiran Stephen Smith, tetapi kemudia Smith berbicara.  "Jangan takut pada saya, saudara-saudara," katanya.  "Saya tidak datang untuk mengkritik.  Saya sudah berhenti utk berbuat hal demikian.  Saya yang dulu bergabung dengan kelompok oposisi selama bertahun-tahun, sekarang saya melihat bahwa mereka tidak menghasilkan apa-apa. Tidak ada orang yang jujur ​​dapat membantu dan melihat bahwa Allah ada bersama-sama dengan gerakan Advent dan melawan kami yang telah menentang gerakan ini. Sekarang saya ingin berada kembali di persekutuan ini, dengan orang-orang ini di dalam hati dan di Gereja. "
Ketika Stephen Smith kembali ke rumah ia mulai memikirkan masa lalunya.  Dia mengambil surat yang dikirimkan Ellen White 28 tahun yang lalu dari dalam bagasinya yang tua. Dan inilah untuk  pertama kalinya dia ingin tahu apa isi surat itu.
Ketika Smith duduk dan membaca surat itu, dia menemukan gambaran hidupnya yang tepat dan akurat, karena ia tidak mengubah cara hidupnya serta kembali kepada Allah.  Dia menyesali apa yang telah dihidupkannya selama ini.  Seandainya dia membaca surat itu, maka tentu dia tidak akan mengalaminya.  Sabat berikut Stephen Smith kembali lagi ke Gereja Washington.  Begitu khotbah berakhir, ia berdiri dan memberitahu Pdt. Eugene Farnsworth dan jemaat tentang surat yang disimpannya itu.  "Setiap perkataan nasihat itu benar," katanya.
 "Saya tahu sekarang bahwa semua nasihat dari Ellen White benar.  Jika saya telah mengikuti nasihat yang dia dikirimkan ke saya, seluruh hidup saya akan berbeda.  Tulisan itu sebenarnya menyelamatkan hidup saya yang penuh masalah.  Tapi sebaliknya, saya telah mengabaikan tulisan-tulisannya sebagai ilham dari wanita tua itu.  Kini saya sudah terlalu tua untuk membatalkan apa yang telah saya lakukan, terlalu lemah untuk datang ke pertemuan-pertemuan besar kita, tapi saya ingin anda memberitahu kepada anggota-anggota kita di mana pun berada bahwa seorang pemberontak lain telah menyerah. "
Stephen Smith tidak hidup lama setelah itu, tak lama kemudian dia meninggal sebagai orang yang percaya pada pekabaran Advent.
"Walaupun kebanyakan dari kita tidak memiliki nasihat pribadi dari Ellen White yang tersembunyi dalam envelop yang tertutup di rumah, kita memiliki buku-buku berharga yang dia telah tulis untuk membantu kita." kata Pdt James N Rix.
"Berkat dan manfaat dari tulisan-tulisannya akan datang hanya kepada orang-orang yang membaca dan mengikutinya."
Setelah bacaan riwayat pergerakan Advent, oleh Pdt Jamss R Nix, koor Coro Nueva Villa de Camora membawakan sebuah lagu pujian.
Sebelum doa persekutuan yang dipimpin oleh Pdt. Jonas Arrais, beliau mengajak para delegasi dan visitor yang hadir untuk mendoakan khusus mereka yang tidak pernah lagi datang ke Gereja dengan berbagai alasan.
Kemudian Presenter Hope Channel, Nerida McKibben memimpin doa global melalui jaringan televisi Hope Channel secara langsung.
Kembali Coro Nueva Villa de Camora menyanyikan sebuah lagu pujian berjudul “We Have This Hope” dalam bahasa spanish.
Pdt. Agustin Galicia, associate secretary GC pada bagian terakhir acara sore itu memperkenalkan Divisi Inter-Amerika untuk mempresentasikan laporan mereka.
Ketua Divisi Inter-Amerika, Pdt. Israel J. Leito membawakan laporan pekerjaan Tuhan di divisi terbesar yang dipimpinnya itu.
Laporan yang dikemas dalam tayangan video ini berjudul “How Great Thou Art.”  Ada 40 negara dengan 24 uni yang beranggotakan 3.6 juta orang.
Wilayah divisi ini membentang dari Meksiko hingga Venezuela.  Begitu luar biasa kemajuan pekerjaan Tuhan di divisi ini.  Sehingga mereka bersyukur menutup laporan mereka  dengan menyanyikan lagu “How Great Thou Art” diiringi oleh delegasi Divisi Inter-Amerika yang memenuhi panggung dengan beragam busana sesuai negara masing-masing serta permainan alat musik yang begitu beraneka ragam.
Pdt. George Brown kemudian menutup rangkaian kebaktian dan laporan Senin sore itu dengan doa tutup.
Sumber: Ev.Stevanus S. Widjaja, Via Milis Advent Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar