Senin, 06 Juli 2015

Posisikan Allah Sebagai Perisai Hidup


Renungan pagi ini diambil dari Mazmur 3, sebuah penggalan syair lagu yg pernah dinyanyikan Daud saat dia sedang melarikan diri dari Absalom, anaknya yang memberontak itu. Dalam kehidupan Daud yang gagah perkasa, yang tanpa rasa takut menantang dan menaklukan Goliat, raksasa itu, faktanya justru dua kali dia pernah melarikan diri karena "dikejar" oleh orang yang pernah berusaha untuk "menghabisinya". Pertama dari Saul, raja pertama sekaligus mertuanya dan yang kedua dari Absalom, anak kandungnya. Menghadapi keduanya, Daud memilih untuk "melarikan diri" dari pada melawan.
Dia melarikan diri sambil berharap kepada Tuhan. Dalam doanya Daud berkata, (ayat 4), "Engkau Tuhan adalah perisaiku", (ayat 6,7), "...Tuhan menopang aku, aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku." (ayat 9), "Dari Tuhan datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu." Perhatikan sikap Daud melalui doanya:
PERTAMA, tidak semua orang yang menjadi "lawan" kita harus kita "balas" dengan perlawanan. Kepada Goliat & orang Filistin, mereka adalah lawan bagi Daud dan dia melawan mereka. Tapi kepada Saul & Absalom, mereka juga adalah lawan bagi Daud, tapi dia memilih untuk tidak melawan mereka. Daud tahu memilih dan bersikap kepada setiap orang yang "melawannya". Hari ini, mungkin banyak orang sedang menjadi "lawan" dalam kehidupan kita, bahkan mungkin orang-orang terdekat kita. Namun seperti halnya Daud, mertua dan anaknya, pernah menjadi "lawan spesial" baginya dimana dia tidak membuat perlawanan tapi menyerahkan mereka semuanya itu untuk ditangani Allah, biarlah kita juga bijaksana belajar dan bersikap seperti Daud.
KEDUA, saat "lawan" banyak menyerang, gantinya Daud memperkuat dirinya, mengerahkan kekuatannya untuk menyerang balik mereka, Daud lari kepada Tuhan, seakan-akan berlindung dan membiarkan Tuhan sendiri yang berhadapan langsung dengan "lawan-lawan spesialnya" itu. Ini adalah sikap yang bijaksana. Jika hari ini kita harus berhadapan dengan "keluarga dekat" (mungkin suami, istri, anak, orang tua, mertua, saudara, dll) , atau orang-orang khusus yang seakan-akan menjadi "lawan spesial" bagi kita, jangan "melawan" mereka langsung, tapi biarkanlah Allah mengatasinya. Biarkanlah sama seperti Daud, kita memposisikan Allah sebagai "perisai kita", "Engkau Tuhan adalah PERISAI yang melindungi aku." Yang pasti Allah tahu bagaimana caranya memperlakukan orang yang berharap kepadaNya.
Absalom membutuhkan berhari-hari untuk mengumpulkan massa dan kekuatan melawan Daud, tapi Daud cukup membutuhkan satu hari dan tanpa mengumpulkan banyak orang melawan Absalom, dia hanya cukup berdoa dan meminta Allah menyertainya dan masalahnya beres. Hari ini, jika "lawan" kita banyak, persoalan kita menumpuk, keadaan kita sulit, tidak perlu mengambil banyak waktu menyusun strategi dan rencana untuk mengatasi, cukup datang kepadaNya, minta Dia campur tangan, hasilnya pasti memuaskan kita. Ini bukan omong kosong, karena Yakub juga pernah membuktikan hal ini dengan melakukan hal yang sama, berdoa, saat ia berhadapan dgn Esau. Juga Daniel, saat dia berada di lubang singa, juga Yosafat saat dia berhadapan dengan Moab, Edom, dan Amon. Semua mereka tampil sebagai pemenang atas lawan-lawan mereka yang jauh lebih kuat, karena datang dan berharap kepada Tuhan.
Semoga hari ini segalanya berjalan lebih baik, lebih aman, lebih menyenangkan. Kita akan jauh lebih kuat berhadapan dengan "lawan" kita, karena segala sesuatu kita serahkan kepada Tuhan dan membiarkan-Nya mengatasi segala sesuatu. Amen. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar